• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PTK KEL.2 MODEL-MODEL PTK[1]

N/A
N/A
Tri Budi

Academic year: 2025

Membagikan "MAKALAH PTK KEL.2 MODEL-MODEL PTK[1]"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MODEL-MODEL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Dosen Pengampu : Heru Purnomo, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 2

Vindika Rahayu Wilujeng (22144600107) Assaniatain Kartika Putri (22144600109)

Adelia Nur Aini (22144600114)

Tri Budi Utami (22144600116)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA 2025

(2)

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu kepada pembaca tentang “Model-model Penelitian Tindakan Kelas”. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Heru Purnomo, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Penelitian Tindakan Kelas. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan kami berkaitan dengan topik yang diberikan.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 15 Maret 2025

(3)

2 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB 1 PENDAHULUAN ... 3

A. Latar Belakang ... 3

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Masalah ... 5

D. Manfaat Makalah ... 5

BAB II PEMBAHASAN ... 7

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 7

B. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas ... 8

C. Model-model Penelitian Tindakan Kelas ... 16

BAB IV PENUTUP ... 24

A. Kesimpulan ... 24

B. Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 26

(4)

3 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam Perundang-undangan tentang Sistem Pendidikan No.20 tahun 2003, mengatakan bahwa pendidikan merupakan “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat”. Definisi lain Pendidikan pengajaran ialah sebuah cara perubahan etika serta prilaku oleh individu atau sosial dalam upaya mewujudkan kemandirian dalam rangka mematangkan atau mendewasakan manusia melalui upaya pendidikan, pembelajaran, bimbingan serta pembinaan. Definisi pendidikan dalam arti luas adalah Hidup (Nurhasanah, N. 2023 : 19). Artinya bahwa pendidikan adalah seluruh pengetahuan belajar yang terjadi sepanjang hayat dalam semua tempat serta situasi yang memberikan pengaruh positif pada pertumbuhan setiap makhluk individu. Bahwa pendidikan berlangsung selama sepanjang hayat (long life education) pendidikan dalam arti kata sempit adalah sebuah Sekolah. Sistem itu berlaku untuk orangdengan berstatu sebagai murid yaitu siswa disekolah atau peserta didik pada suatu universitas (lembaga pendidikan formal). Bapak penididikan Ki Hajar Dewantara dengan pedomannya yang masyur yaitu, “Ing Ngarso Sung Tulodo”(di depan memberikancontoh), “Ing Madyo Mangun Karso”(di tengah membangundan memberi semangat), Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan) (Febriyanti, 2021 :131).

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membuat sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pembelajaran yang berkualitas dapat berjalan dengan baik dan lancar jika semua komponen

(5)

4

yang terlibat di dalamnya dapat bekerja dengan baik. (Astuti Puji, 2023:565)

Salah satu elemen yang tak tergantikan dalam proses pembelajaran adalah Guru. Seorang guru adalah sosok yang secara langsung bekerja dengan peserta didik setiap harinya. Kualitas pembelajaran dapat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Guru adalah seorang pendidik yang berpengalaman serta selalu siap mengatasi berbagai tantangan yang muncul selama proses pembelajaran. (Anggriani et al., 2023 : 414). Permasalahan yang muncul berasal dari siswa maupun ketika menentukan strategi pembelajaran seperti model, metode, dan media yang digunakan dalam pembelajaran.

Selain itu Guru juga dituntut untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran agar peserta didik memiliki prestasi yang unggul, supaya dapat mencapai tujuan tersebut, seorang Guru perlu memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian (Leonardo, V. 2022 : 56).

Salah satu solusi yang bisa dilakukan oleh seorang guru adalah dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dapat digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi permasalahan, merancang dan melaksanakan tindakan perbaikan serta mengevaluasi proses pembelajaran secara langsung di lapangan (Fahmi, D. C. 2021 : 121). Penelitian tindakan kelas atau classroom action research (PTK) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh guru dalam kelasnya dengan jalan menyusun rancangan, menjalankan, mengamati serta merefleksikan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan secara bersama-sama dengan kolaborasinya. Tujuannya adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dikelasnya (Syamsuddin, T. 2020:103-109). Selain itu ada beragam model pembelajaran yang digunakan dalam PTK, misalnya model Kemmis dan McTaggart, Kurt Lewin, John Elliott, Hopkins, dan Spiral Stephen Kemmis. Setiap model ini memiliki pendekatan yang berbeda dalam setiap siklus perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Setiap model memberikan kerangka kerja yang berbeda dalam menangani masalah

(6)

5

pembelajaran, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing (Prio Utomo N. A, 2024:1-19).

Oleh karena itu, penting bagi guru untuk mempelajari dan memahami berbagai model dalam PTK agar dapat menerapkan strategi pembelajaran yang efektif dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan mengenai model-model PTK serta memberikan panduan praktis bagi guru dalam memilih dan menerapkan model yang sesuai untuk mengatasi masalah pembelajaran di kelas.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ?

2. Bagaimana pengertian dari jenis-jenis Penelitian Tindikan Kelas (PTK)?

3. Bagaimana pengertian dari model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Untuk menganalisis pengertian dari jenis-jenis Penelitian Tindikan Kelas (PTK)

3. Untuk menganalisis pengertian dari model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

D. Manfaat Makalah

Manfaat makalah bagi penulis dan pembaca yaitu untuk menjelaskan mengenai :

1. Pengertian dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

2. Pengertian jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(7)

6

3. Dapat menjadikan pengalaman dan bekal ilmu pengeahuan bagi pembaca khususnya untuk tenaga Pendidik kedepannya dalam macam- macam model PTK.

4. Membantu mahasiswa memahami tentang jenis-jenis dan model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

(8)

7 BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang dikenal dengan singkatan PTK yaitu penelitian yang dilakukan di kelas oleh guru/peneliti untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Penelitian tindakan kelas pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewinpada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli lain seperti Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan sebaginya. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan di kelas sekaligus memberi pemecahan masalahnya (Azizah, 2021 : 16)

PTK merupakan suatu penelitian yang berbentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, dan memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek pelatihan tersebut dilakukan. (Idham Maulana Yusuf, 2019 : 23)

PTK memiliki karakeristik antara lain : permasalahan yang akan dicarikan solusinya berasal dari persoalan nyata dalam proses pembelajaran sehari-hari di kelas, berskala mikro, hasil temuan tidak untuk digeneralisasikan, bersifat kontekstual, dan rancangan penelitiannya berupa siklus (Yasna et al. 2022 : 20). Selain memiliki karakteristik tersebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK) juga memiliki banyak manfaat, menurut Machali (2022 : 45) manfaar PTK antara lain adalah :

(9)

8

1. PTK melatih guru untuk sensitif dan peka terhadap dinamika pembelajaran di kelasnya.

2. PTK dapat meningkatkan kinerja guru sehingga menjadi semakin profesional.

3. PTK dapat mengantarkan guru memperbarui sistem pembelajarannya menjadi lebih kontekstual dan faktual. Sehingga lebih sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kelasnya.

4. Karena sifatnya yang melekat pada aktivitas tugas guru, pelaksanaan PTK tidak menggangu tugas pokok guru (mengajar).

5. Guru semakin kreatif dan innovatif dalam pembelajaran, sebab guru dituntut secara terus menerus dan berkelanjutan melakukan pengamatan dan tidakan.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh guru atau pendidik di dalam konteks kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada upaya perbaikan secara langsung terhadap proses belajar mengajar melalui refleksi dan tindakan yang dilakukan oleh guru. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, PTK memungkinkan guru untuk mengevaluasi dan mengembangkan praktik pembelajaran mereka secara berkelanjutan, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi siswa.

B. Jenis-jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu pendekatan penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelasnya. PTK bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui siklus refleksi dan perbaikan secara sistematis.

(10)

9

Dalam pelaksanaannya, PTK memiliki berbagai model yang dapat diterapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kondisi kelas.

Adapun jenis-jenis dari penelitian tindakan kelas yang dapat di terapkan sesuai dengan kebutuhan penelitian dan kondisi kelas menurut Chein (dalam Suwarsih Madya, dan Sulipan 2018 : 61) ada empat jenis PTK, yaitu sebagai berikut :

a. Penelitian Tindakan kelas (PTK) Diagnostik

Penelitian tindakan kelas diagnostik merupakan penelitian yang dirancang untuk menuntun peneliti ke arah suatu tindakan tertentu. Dalam hal ini, peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat dalam latar penelitian. Misalnya, jika peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, atau konflik yang terjadi antarsiswa yang terdapat dalam suatu sekolah atau kelas (Suwarsih Madya, 2018 : 74)

PTK Diagnostik adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas untuk mendiagnosis masalah atau kesulitan yang dialami oleh siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan utama PTK Diagnostik adalah untuk mengidentifikasi hambatan atau masalah yang mengganggu keberhasilan belajar siswa, kemudian merancang intervensi atau tindakan yang dapat membantu memperbaiki masalah tersebut. (Kusumawati, E, 2021 : 12)

Penelitian diagnostik ialah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah suatu tindakan. Dalam hal ini peneliti mendiagnosis dan memasuki situasi yang terdapat di dalam latar penelitian. Sebagai contohnya ialah apabila peneliti berupaya menangani perselisihan, pertengkaran, konflik yang dilakukan antar siswa yang terdapat di suatu sekolah atau kelas. (Utomo et al., 2024:4)

Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK diagnostik merujuk pada proses analisis atau identifikasi masalah yang terjadi dalam

(11)

10

pembelajaran. Sebelum melakukan tindakan, peneliti (dalam hal ini, guru) melakukan diagnosa terhadap kesulitan atau hambatan yang dialami oleh siswa dalam memahami materi pembelajaran.

Diagnostik ini bertujuan untuk mengetahui akar masalah yang memengaruhi hasil belajar siswa, seperti kurangnya motivasi, rendahnya pemahaman konsep, atau metode pengajaran yang kurang efektif. Dengan mendiagnosis masalah terlebih dahulu, guru dapat merancang tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

b. Penelitian Tindakan kelas (PTK) Partisipan

Penelitian dikatakan sebagai PTK partisipan adalah apabila orang yang akan melakukan penelitian harus terlibat langsung di dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya. PTK partisipan dapat juga dilakukan di sekolah, hanya saja dalam penelitian, peneliti dituntut keterlibatannya secara langsung dan terus-menerus sejak awal sampai berakhirnya penelitian. (Asrori & Rusman, 2020 : 16)

Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan penelitian tindakan jenis pertama di atas:

a. Diagnosis tidak selalu mendorong dilakukannya tindakan (merekomendasikan saja).

b. Ketidakterlibatan team peneliti dalam masyarakat terkait kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan.

Gagasan sentral penelitian tindakan partisipan ini adalah bahwa orang yang akan melakukan tindakan harus juga terlibat dalam proses penelitian dari awal.

(12)

11

Penelitian PTK partisipan ialah apabila orang yang akan melaksanakan penelian harus terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa laporan. Dengan demikian, sejak penencanan panelitian peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti memantau, mencacat, dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir dengan melaporkan hasil panelitiannya.

(Susilowati, 2018 : 8)

Suatu penelitian disebut PTK partisipatif, apabila orang yang melakukan penelitian terlibat langsung dalam proses penelitian dari awal hingga hasil penelitian berupa laporan.

Oleh karena itu, sejak perencanaan studi panel, peneliti selalu dilibatkan, kemudian peneliti mengamati, mencatat dan mengumpulkan data, kemudian menganalisis data tersebut dan memutuskan untuk melaporkan hasil penelitian tersebut. (Ummah, 2019 : 10)

Jadi dapat disimpulkan bahwa PTK partisipan adalah penelitian yang merujuk pada individu atau kelompok yang terlibat dalam penelitian tersebut. Dalam PTK, partisipan utama adalah siswa yang menjadi subjek dalam proses pembelajaran yang diteliti. Selain siswa, partisipan juga bisa meliputi guru dan pihak lain yang terlibat dalam implementasi tindakan di kelas. Peran partisipan sangat penting, karena keberhasilan PTK bergantung pada kolaborasi aktif antara guru dan siswa dalam mengimplementasikan perubahan yang diinginkan selama proses tindakan.

(13)

12

c. Penelitian Tindakan kelas (PTK) Empiris

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Empiris adalah apabila peneliti berupaya melaksanakan sesuatu tindakan atau aksi dan membukukan apa yang dilakukan dan apa yang terjadi selama aksi berlangsung. Pada prinsipnya proses penelitiannya berkenaan dengan penyimpanan catatan dan pengumpulan pengalaman penelitian dalam pekerjaan sehari-hari. Ide dasar PTK Empiris yaitu melakukan tindakan dan mencatat tentang apa yang dilakukan dan yang telah terjadi. Dalam penelitian empiris, peneliti bertanggungjawab pada penerapan tindakan dan penelitian. Penelitian ini memberikan keuntungan peneliti sehingga memungkinkan peneliti mendapatkan pengetahuan penuh terhadap hal-hal rinci mengenai apa yang diteliti. (Pahleviannur, M.R.

2022 : 32)

Secara ideal, penelitian empiris dilaksanakan dengan menerapkan penelitian pada berbagai kelompok sejenis. Peneliti mencatat metode yang akan digunakan pada suatu kelompok dan menyatakan hipotesis tentang perubahan sikap dan perilaku yang akan terjadi pada anggota kelompok (Arimbi Pamungkas1, 2022 : 7). Peneliti mencatat apa yang dikerjakan, kejadian apa yang mungkin berpengaruh terhadap anggota kelompok, dan perubahan apa yang timbul pada anggota kelompok tersebut. Pada akhir penelitian, peneliti mencatat tentang apakah hipotesisnya terbukti benar atau salah.

PTK Empiris memiliki kekurangan yaitu kesimpulan yang dihasilkan kelompok terdapat perbedaan yang tidak terkendali. Perbedaan ini terjadi karena pada penelitian ini dilakukan pada lingkungan yang tidak diatur, di mana pengaruh variabel lain yang mungkin berpengaruh pada penelitian tidak dapat dikendalikan oleh peneliti.

Kekurangan lainnya yaitu peneliti sulit untuk merumuskan hipotesis, hal ini dapat diatasi dengan mempelajari jenis penelitian yang lebih formal. Peneliti yang merangkap sebagai pelaku tindakan juga

(14)

13

mungkin mengalami kesulitan untuk mengalokasikan waktu pencatatan pengamatan secara penuh (Komara dalam Dahli, 2019:11).

Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa PTK empiris merupakan penelitian PTK yang mengacu pada data dan bukti yang diperoleh dari hasil observasi atau eksperimen yang dilakukan selama tindakan berlangsung. Data empiris ini bisa berupa hasil tes, observasi perilaku siswa, wawancara, atau umpan balik dari siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan. Data empiris ini sangat penting untuk menilai sejauh mana perubahan yang diinginkan telah tercapai. Dalam PTK, data empiris digunakan untuk mengevaluasi efektivitas tindakan yang dilakukan dan menentukan apakah tindakan tersebut perlu disempurnakan atau diperbaiki lebih lanjut.

d. Penelitian Tindakan kelas (PTK) Eksperimental

Penelitian Tindakan kelas (PTK) Eksperimental adalah jenis Penelitian Tindakan Kelas yang mengintegrasikan metode eksperimen dalam siklus perbaikan pembelajaran. Penelitian ini berfokus pada penerapan suatu tindakan tertentu untuk menguji efektivitasnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Jenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) Eksperimental melibatkan pengujian variabel tertentu di dalam kelas dengan menggunakan pendekatan berbasis data dan analisis kuantitatif.

Jjenis Penelitian Tindakan kelas (PTK) Eksperimental membantu guru memahami hubungan sebab-akibat dalam pembelajaran melalui pengujian hipotesis yang sistematis (Anderson & Arends 2022 : 42) . Model ini juga memungkinkan guru untuk mengukur dampak langsung dari strategi pembelajaran yang diterapkan dalam berbagai kondisi kelas. Jenis Penelitian Tindakan kelas Eksperimental melibatkan siklus perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, dengan penekanan pada pengujian hipotesis melalui intervensi tertentu. Desain ini

(15)

14

memungkinkan guru untuk mengevaluasi efektivitas metode atau strategi pembelajaran dalam konteks kelas mereka sendiri (Effendi, 2013 : 97).

Adapun angkah-langkah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Eksperimental mencerminkan dalam pendekatan sistematis dalam menguji efektivitas suatu intervensi dalam proses pembelajaran (Santosa, H. 2022 : 68). Berikut langkah-langkah dalam Penelitian dalam Kelas (PTK) :

1) Perencanaan Tindakan (Intervensi), langkah pertama yang harus dilakukan dalam PTK eksperimental adalah identifikasi masalah yang dihadapi dalam pembelajaran.

Berdasarkan masalah tersebut, peneliti (guru) merancang intervensi atau perlakuan yang bertujuan untuk mengatasi hambatan tersebut. Contoh intervensi: penggunaan model pembelajaran kooperatif, pendekatan STEM, atau penerapan media digital interaktif.

2) Desain Eksperimental, peneliti (guru) menentukan metode eksperimen yang paling sesuai untuk menguji efektivitas intervensi.

Terdapat dua desain umum yang sering digunakan dalam PTK eksperimental adalah:

Pretest-Posttest Control Group Design, yaitu siswa kelas dibagi menjadi dua kelompok: kelompok eksperimen (menerima intervensi) dan kelompok kontrol (tidak menerima intervensi). Sebelum dan sesudah intervensi, kedua kelompok eksperiman tersebut diberikan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) untuk membandingkan hasilnya.

One Group Pretest-Posttest Design, yang di maksud one grup pretest-posttest desaign yaitu hanya ada

(16)

15

satu kelompok siswa yang diukur sebelum dan sesudah intervensi. Model ini lebih sederhana tetapi tidak memiliki kelompok kontrol, sehingga faktor lain selain intervensi bisa mempengaruhi hasil.

3) Pelaksanaan Tindakan, dalam pelaksanaan tindakan intervensi diterapkan sesuai dengan desain eksperimen yang telah ditentukan. Pada tahap ini, guru perlu mengontrol variabel lain yang dapat mempengaruhi hasil pembelajaran.

Misalnya: Dalam penelitian tentang penggunaan video interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep, siswa harus mendapatkan perlakuan yang sama dalam hal waktu pemutaran video, akses materi, dan durasi belajar.

4) Pengumpulan Data, dalam pengumpulan data penelitian dapat dikumpulkan melalui berbagai instrumen, seperti:

 Tes akademik (untuk mengukur hasil belajar siswa).

 Observasi (untuk melihat keterlibatan siswa dalam pembelajaran).

 Angket atau wawancara (untuk mengetahui pendapat siswa dan guru tentang intervensi).

Data yang dikumpulkan harus valid dan reliabel agar dapat memberikan hasil yang akurat.

5) Analisis Data, pada analisis data ini data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode statistik, misalnya:

 Uji-t untuk membandingkan hasil pretest dan posttest.

 Analisis deskriptif untuk melihat tren perubahan dalam hasil belajar.

Tujuannya adalah untuk menentukan apakah perbedaan sebelum dan sesudah intervensi signifikan secara statistik.

(17)

16

6) Refleksi dan Tindak Lanjut, yang terakhir dari hasil penelitian dianalisis dan direfleksikan untuk memahami sejauh mana intervensi berhasil. Dan jika hasil menunjukkan peningkatan signifikan, metode ini bisa diperluas ke kelas atau mata pelajaran lain. Jika tidak, guru perlu menyesuaikan atau mengembangkan kembali intervensi untuk perbaikan lebih lanjut.

Kesimpulannya yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) jenis eksperimental adalah pendekatan yang sistematis dan berbasis data untuk meningkatkan praktik pembelajaran di kelas. Dengan menggunakan desain eksperimen, guru dapat menguji efektivitas strategi atau metode baru sebelum diterapkan secara luas. Hasil dari penelitian ini memberikan bukti empiris yang dapat digunakan untuk menyusun kebijakan pendidikan yang lebih efektif.

C. Model-model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Model Kurt Lewin

Model PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin dikenal dengan siklus tindakan atau "Lewin's Action Research Model". Model ini berfokus pada perbaikan berkelanjutan melalui siklus yang berulang. Dalam konteks PTK, model ini biasanya diterapkan dalam empat tahap utama: perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection). Proses ini dilakukan berulang-ulang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran atau mengatasi masalah yang ada di kelas. (Arifin, Z., & Fadila, R. 2021 : 21)

Model ini menjadi acuan pokok atau dasar dari adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khusunya PTK.

Dikatakan demikian karena dialah yang pertama kali

(18)

17

memperkenalkan Action Research atau penelitian tindakan. PTK Model Kurt Lewin menggambarkan penelitian tindakan sebagai suatu proses spiral yang meliputi perencanaa, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. (Eriska et al., 2023 : 23)

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin adalah salah satu pendekatan dalam penelitian yang fokus pada perbaikan praktik pendidikan melalui tindakan yang dilakukan di kelas (Institut et al., 2021 : 36).

Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitin ini merujuk pada rancangan model Kurt Lewin yang terdiri atas 4 (empat) komponen, yaitu :

1) Perencanaan (planning)

Pada tahap ini peneliti merencanakan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan penelitian seperti, rumusan masalah, tujuan dan termasuk instrument penelitian yang akan digunakan.

2) Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan penelitian seperti yang telah direncanakan sebelumnya termasuk juga melaksanakan RPP yang telah dibuat.

3) Pengamatan (observing)

Pada tahap ini peneliti melihat perilaku siswa saat melaksanakan pembelajaran serta mengamati pemahaman siswa terhadap materi ajar yang telah dibuat.

4) Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini peneliti mengevaluasi kegiatan pembelajaran untuk pelaksanaan siklus berikutnya agar lebih baik.

(19)

18

Gambar 1. Penelitian Tindakan Kurt Lewin (Institut et al., 2021 :36)

Model PTK Kurt Lewin merupakan model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin mengusulkan suatu pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan untuk memperbaiki praktik pembelajaran melalui refleksi dan tindakan langsung. Siklus yang terdiri dari empat tahap perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi memberikan dasar bagi guru atau peneliti untuk mengevaluasi dan memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara praktis. Dengan mengulangi siklus ini, perubahan dapat terus ditingkatkan sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Melalui pendekatan ini, PTK tidak hanya menjadi alat untuk meningkatkan hasil belajar, tetapi juga sebagai sarana untuk pengembangan profesi guru dalam menjalankan tugas mengajar secara lebih baik.

(20)

19 b. Model Kemmis dan Mc Taggart

Penelitian Tindakan Kelas didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipasif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam satu siklus (Darmuki, A. 2021 : 3).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis Dan Mc Taggart adalah pendekatan sistematis yang dirancang untuk meningkatkan praktik pendidikan melalui siklus refleksi dan tindakan berkelanjutan. Model ini menekankan partisipasi aktif guru dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan tindakan perbaikan, mengimplementasikannya, mengamati hasilnya, dan merefleksikan proses tersebut untuk perbaikan berkelanjutan.

(Cahaya, S 2024 : 21).

Pada model Penelitian tindakan Kelas yang dikembangkan oleh Kemmis Dan Mc Taggart merupankan pengembangan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kurt Lewin. Pada model PTK yang dikembangkan Kemmis dan Mc Taggart, kegiatan tindakan (acting) dengan pengamatan (observing) disatukan dengan alasan kedua kegiatan itu tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kedua kegiatan tersebut harus dilakukan secara simultan Begitu berlangsung kegiatan pelaksanaan tindakan maka kegiatan observasi juga harus dilakukan sesegera mungkin . Bentuk model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kemmis Dan Mc Taggart dapat di gambarkan sebagai berikut :

(21)

20 Pembelajaran Siklus 1

Identifikasi Masalah Masalah

Siklus 1

Siklus 2

Gambar 2 . Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart (Kasbolah,1998: 124)

Tindakan & Observasi Pembelajaran Siklus 1

Refleksi Siklus 1 Menyusun

Rencana

Refleksi Siklus 2

Rencana Perbaikan

Tindakan & Observasi Pembelajaran Siklus 2

Kesimpulan

(22)

21

Tahapan dalam Model Kemmis dan McTaggart, model ini terdiri dari empat tahap utama yang berulang dalam

1. Perencanaan (Planning) 1) Identifikasi Masalah

Guru mengidentifikasi isu atau area yang memerlukan perbaikan dalam proses pembelajaran.

2) Pengembangan Rencana

Setelah masalah diidentifikasi, guru merancang strategi atau tindakan yang akan diambil untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Tindakan (Action),

Guru melaksanakan strategi atau tindakan yang telah direncanakan dalam tahap sebelumnya.

3. Observasi (Observation)

Selama pelaksanaan tindakan, guru mengumpulkan data melalui observasi, catatan lapangan, atau instrumen evaluasi lainnya untuk menilai efektivitas tindakan.

4. Refleksi (Reflection)

1) Analisis dan Evaluasi: Guru menganalisis data yang telah dikumpulkan untuk mengevaluasi keberhasilan tindakan yang dilakukan.

2) Perencanaan Siklus Berikutnya: Berdasarkan refleksi, guru memutuskan apakah perlu melakukan siklus berikutnya dengan perbaikan atau modifikasi tindakan.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Kemmis dan McTaggart terdapat beberapa keunggulan Keunggulan Model Kemmis dan McTaggart sebagai berikut :

1. Partisipatif dan kolaboratif

(23)

22

Model ini mendorong keterlibatan aktif guru dan pihak terkait lainnya dalam proses penelitian, sehingga menciptakan rasa memiliki dan komitmen terhadap perbaikan praktik pendidikan.

2. Fleksibel dan adaptif

Dengan siklus yang berulang, model ini memungkinkan penyesuaian dan perbaikan berkelanjutan berdasarkan temuan dari setiap siklus.

3. Berorientasi pada praktik

Fokus utama model ini adalah perbaikan langsung dalam praktik pendidikan, sehingga hasil penelitian dapat segera diterapkan dalam konteks nyata.

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa model Kemmis dan Mc Taggart adalah model PTK yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas melalui proses yang berulang yakni melalui perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan melibatkan guru dalam siklus reflektif, PTK memungkinkan guru untuk secara aktif mengevaluasi dan meningkatkan strategi pengajaran mereka berdasarkan data yang diperoleh dari proses observasi dan analisis.

Model ini mendorong peningkatan kualitas pendidikan melalui kolaborasi dan perbaikan berkelanjutan, serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks kelas yang berbeda.

c. Model John Elliot

Seperti halnya model Kemmis & McTaggart, model John Elliott juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin. Elliott menggambarkan secara lebih rinci dan detail langkah demi langkah apa yang harus dilakukan dalam penelitian tindakan. Ide dasarnya sama, dimulai dari penemuan masalah kemudian dirancang tindakan tertentu yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut, kemudian diimplementasikan, dimonitor, dan selanjutnya dilakukan tindakan

(24)

23

berikutnya. Dalam setiap aksi dimungkinkan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar (Machali, I 2022 : 23).

Model John Elliot bila dibandingkan dengan dua model yang sudah diutarakan di atas, yaitu Model Kurt Lewin dan Kemmis-McTaggart, PTK Model John Elliot ini tampak lebih detail dan rinci. Dikatakan demikian, oleh karena di dalam setiap siklus dimungkinkan terdiri dari beberapa aksi yaitu antara 3-5 aksi (tindakan). Sementara itu, setiap aksi kemungkinan terdiri dari beberapa langkah, yang terealisasi dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar.

Maksud disusunnya secara terinci pada PTK Model John Elliot ini, supaya terdapat kelancaran yang lebih tinggi antara taraf-taraf di dalam pelaksanaan aksi atau proses belajar-mengajar. Selanjutnya, dijelaskan pula olehnya bahwa terincinya setiap aksi atau tindakan sehingga menjadi beberapa langkah oleh karena suatu pelajaran terdiri dari beberapa sub pokok bahasan atau materi pelajaran. Di dalam kenyataan praktik di lapangan setiap pokok bahasan biasanya tidak akan dapat diselesaikan dalam satu langkah, tetapi akan diselesaikan dalam beberapa rupa itulah yang menyebabkan John Elliot menyusun model PTK yang berbeda secara skematis dengan kedua model sebelumnya (Pahleviannur,M.R. 2022 : 32).

Desain PTK John Elliot, terdapat 5 komponen utama yakni perencanaan, implementasi tindakan, monitoring, penjelasan kegagalan dan revisi perencanaan (Adolph, 2016).

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model John Elliot merupakan pendekatan yang efektif untuk memperbaiki praktik pembelajaran di kelas melalui proses yang berulang: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Dengan melibatkan guru dalam siklus reflektif, PTK memungkinkan guru untuk secara aktif mengevaluasi dan meningkatkan strategi pengajaran mereka berdasarkan data yang diperoleh dari proses observasi dan analisis. Model ini mendorong peningkatan

(25)

24

kualitas pendidikan melalui kolaborasi dan perbaikan berkelanjutan, serta dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan konteks kelas yang berbeda.

Gambar 3. Penelitian Tindakan John Elliot (Utomo et al., 2024 : 4 )

d. Model Dave Ebbut

Model PTK Dave Ebbut menunjukkan bentuk alur kegiatan penelitian. Dimulai dengan pemikiran awal penelitian yang berupa pemikiran tentang masalah yang dihadapi di dalam kelas, penentuan fokus permasalahan berada pada bagian ini. Dari pemikiran awal dilanjutkan dengan reconnaissance (pemantauan), pada bagian reconnaissance ini Ebbutt berpendapat berbeda dengan penafsiran Elliot mengenai reconnaissance-nya Kemmis, yang seakan-akan hanya berkaitan dengan penemuan fakta saja (fact finding only). Padahal, menurut Ebbutt reconnaissance mencakup kegiatan-kegiatan diskusi, negosiasi, menyelidiki kesempatan, mengakses kemungkinan dan kendala atau mencakup secara keseluruhan analisis yang dilakukan. (Suhirman, 2021:88-89)

(26)

25

Model-model PTK yang ada seperti yang diperkenalkan oleh John Elliot, Kemmis dan Mc Taggart, dan sebagainya dipandang sudah cukup bagus. Akan tetapi, dalam model-model tersebut masih ada beberapa hal atau bagian yang belum tepat sehingga masih perlu dibenahi. Pada dasarnya Ebbutt setuju dengan gagasan-gagasan yang diutarakan oleh Kemmis dan Elliot tetapi tidak setuju mengenai beberapa interprestasi E

l l i o t m e n g e n a i k a r y a K e

mmis. Selanjutnya Ebbutt mengatakan bahwa bentuk spiral yang dilakukan oleh Kemmis dan Mc Taggart bukan merupakan cara yang terbaik untuk menggambarkan proses aksi refleksi. (Rasyidah, R., &

GaGaGambar 4. Penelitian Tindakan Dave Ebbut (Ambarwati et al., 2023 42)

Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut model Dave Ebbutt menekankan pentingnya siklus berkelanjutan antara perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran di kelas. Model ini mendorong guru untuk secara aktif terlibat dalam proses refleksi terhadap tindakan yang dilakukan, serta

(27)

26

untuk bekerja sama dengan siswa dan rekan sejawat guna menciptakan perbaikan yang berkelanjutan dalam proses belajar-mengajar.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh guru atau pendidik di dalam konteks kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK berfokus pada upaya perbaikan secara langsung terhadap proses belajar mengajar melalui refleksi dan tindakan yang dilakukan oleh guru. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa siklus yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi, yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas (PTK) memiliki beberapa jenis penelitian, yakni PTK diagnostik, PTK partisipan, PTK empiris, dan PTK eksperimental. Penelitian tindakan kelas (PTK) juga memiliki beberapa model, yaitu model Kurt Lewin, model Kemmis dan Mc Taggart, model John Elliot, dan model Dave Ebbut.

Secara keseluruhan, penelitian tindakan kelas adalah sarana yang sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan kualitas pembelajaran secara langsung, serta memberikan dampak positif terhadap perkembangan siswa. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk memahami berbagai model PTK yang ada dan memilih model yang paling sesuai dengan konteks dan permasalahan yang dihadapi di kelas.

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini, penyusun makalah yang bertemakan “Model-model Penelitian Tindakan Kelas” berharap kritik dan

(28)

27

juga saran dari pembaca. Dengan hal itu, akan penyusun jadikan sebagai bahan pelajaran supaya nantinya tidak mengulangi kesalahan yang sama dan mampu memperbaiki makalah sehingga bisa menjadi sumber referensi pilihan bagi para pembaca.

(29)

28

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, R. D., Istianah, F., & Shiyam, N. (2023). Penggunaan Media Kartu Gambar ( Flash Card ) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Peserta Didik Kelas I SD Negeri Panggreh 1 Jabon , Sidoarjo.

INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research, 3, 5341–5350.

Anggriani, N. I., Syafaruddin, A. A., Prasojo, T. A. Y., & Destari, W. (2023).

Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru.

Jurnal Simki Pedagogia, 6(2).

Arimbi Pamungkas1, A. T. (2022). Attractive : Innovative Education Journal.

Students’ Difficulties at Elementary School in Increasing Literacy Ability, 4(1), 1–12.

Asrori, & Rusman. (2020). Classroom Action Reserach Pengembangan Kompetensi Guru. In Pena Persada.

Astuti, P., & Irawan, D. (2023). Pengaruh Perkembangan Teknologi Terhadap Pendidikan Islam pada Peserta Didik. Pengertian: Jurnal Pendidikan Indonesia, 2(1), 565-578.

Azizah, A. (2021). Pentingnya Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru dalam Pembelajaran. Auladuna : Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 3(1), 15–22. https://doi.org/10.36835/au.v3i1.475

Effendi, M. S. (2021). Desain Eksperimental dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Perspektif Pendidikan, 15(1), 45-53.

Eriska, Firmansyah, W., & Muhdiyati, I. (2023). Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 3. Jurnal

Pengajaran Sekolah Dasar, 2(1), 20–27.

https://doi.org/10.56855/jpsd.v2i1.224

Fahmi, D. C. (2021). Penelitian Tindakan Kelas Panduan Lengkap Dan Praktis.

Indramayu, Jawa Barat: CV. Adanu Abimata

Febriyanti, N. (2021). Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1631–1638.

(30)

29

Handayani, R., & Saputra, F. (2025). "Efektivitas Model Cooperative Learning Tipe STAD dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika." Jurnal Pendidikan Matematika, 17(2), 95-110.

Hidayati, N. A. & Darmuki, A. (2021). Penerapan Model Auditory Intellectually Repettion (AIR) untuk meningkatkan Kemampuan Berbicara pada Mahasiswa. Jurnal Educatio. 7(1). 252-259.

Idham Maulana Yusuf. (2019). Implementasi Modifikasi Permainan Bolabasket Terhadap Hasil Belajar Siswa. Universitas Pendidikan Indonesia, 32.

Institut, S., Islam, A., Muhammad, S., & Sambas, S. (2021). PENELITIAN TINDAKAN KELAS (Teori dan Aplikasinya Pada Pembelajaran Bahasa Arab). Borneo: Journal of Islamic Studies, 1(2), 1–17.

Leonardo, V., Halidjah, S., & Ghasya, DAV (2022). Deskripsi Permasalahan Guru Dalam Pembelajaran Tematik Di Kelas V Sekolah Dasar Negeri 03 Pontianak Selatan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 11(5).

Marsevani, M., & Habeebanisya. (2022). a Classroom Action Research:

Improving Speaking Skills Through Work in Pairs Technique. TLEMC (Teaching & Learning English In Multicultural Context, 6(1).

Meesuk, P., Sramoon, B., & Wongrugsa, A. (2020). Classroom action research- based instruction: The sustainable teacher professional development strategy. Journal of teacher Education for Sustainability, 22(1), 98-110.

Prio Utomo, N. A. (2024). Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Panduan Praktis untuk Guru dan Mahasiswadi Institusi Pendidikan. Pubmedia Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Indonesia, 1-19

Putri, R. A., & Kurniawan, D. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Inovatif melalui PTK Eksperimen terhadap Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 14(4), 305-312.

Rasyidah, R., & Kusmarni, Y. (2020). Upaya meningkatkan kreativitas siswa dalam pembelajaran sejarah dengan pembuatan storyboard melalui aplikasi

(31)

30

storyboardthat. com. FACTUM: Jurnal Sejarah dan Pendidikan Sejarah, 9(2), 105-114.

Suhirman. (2021). Penelitian Tindakan Kelas(Pendekatan Teoritis & Praktis).

88–89.

Syamsuddin, T. (2020). Penerapan Metode Pembelajaran Active Knowledge Sharing Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Belajar Siswa Kelas VI di SDN Inpres Cenggu Semester I Tahun Pelajaran 2019/2020. JUPE: Jurnal Pendidikan Mandala, 103-109.

Ummah, M. S. (2019). PENELITIAN TINDAKAN KELAS. In Sustainability

(Switzerland) (Vol. 11, Issue 1).

http://scioteca.caf.com/bitstream/handle/123456789/1091/RED2017-Eng- 8ene.pdf?sequence=12&isAllowed=y%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.regsciu rbeco.2008.06.005%0Ahttps://www.researchgate.net/publication/305320484 _SISTEM_PEMBETUNGAN_TERPUSAT_STRATEGI_MELESTARI Utomo, P., Asvio, N., & Prayogi, F. (2024). Metode Penelitian Tindakan Kelas

(PTK): Panduan Praktis untuk Guru dan Mahasiswa di Institusi Pendidikan.

Pubmedia Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Indonesia, 1(4), 19.

https://doi.org/10.47134/ptk.v1i4.821

Wulandari, D., Narmaditya, B. S., Utomo, S. H., & Prayi, P. H. (2019). Teachers’

perception on classroom action research. KnE Social Sciences, 313-320.

Yasna, I. M., Antara, A. A. P., & Nayun, I. W. (2022). Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Matematika Di Sekolah (Studi Evaluatif Terhadap hasil- hasil Penelitian Mahasiswa). Suluh Pendidikan, 20(1).

https://doi.org/10.46444/suluh-pendidikan.v20i1.410

Gambar

Gambar 1. Penelitian  Tindakan  Kurt  Lewin  (Institut et al., 2021 :36)
Gambar 2 . Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggart  (Kasbolah,1998: 124)
Gambar 3. Penelitian  Tindakan  John Elliot  (Utomo et al., 2024 : 4 )

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan model kemmis dan Mc. Taggart, dengan subjek tindakan adalah siswa-siswi kelas III SD

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratifmenggunakan model spiral Kemmis dan Mc. Taggart dengan tahapan sebagaiberikut: perencanaan,

Penelitian ini merupakan penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan desain penelitian model Spiral Kemmis dan MC Taggart dengan prosedur perencanaan, pelaksanaan,

This research is a classroom action research (PTK) using Kemmis and MC Taggart model, with planning steps, action implementation, observation, and reflection.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Mc Taggart (1998).Model ini menggunakan empat komponen penelitian

Model penelitian ini mengacu kepada model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis& Mc Taggart yang meliputi Perencanaan, Tindakan, Observasi kemudian Refleksi dalam

Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas (Clasroom Action Research). Model yang digunakan dalam PTK ini adalah model Kemmis dan

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis & MC Taggart dengan pertimbangan model penelitian ini adalah model yang mudah dipahami dan