• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sanitasi & Higienitas

N/A
N/A
Alfian Wahid

Academic year: 2023

Membagikan "Makalah Sanitasi & Higienitas"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Sanitasi & Hiegenitas Analisis Dampak Lingkungan Dosen Pengampu : Jumaidin, M.M.Par

Disusun oleh :

1. Ahmad Zul Haidi (210503004) 2. Mei Sulastri (210503016)

3. Susi Narti (210503008)

PROGRAM STUDI PARIWISATA SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baikdan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas tentang Obyek Wisata dan Wisata Budaya.

Atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terimakasih. Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.

Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca nya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Mataram, 20 November 2023

Tim penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...3

DAFTAR ISI...4

BAB I PENDAHULUAN...5

A. Latar Belakang...5

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penulisan...6

BAB II PEMBAHASAN...7

A. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)...7

B. Penanganan Limbah Cair...8

C. Penggumpalan Biologis...9

D. Pengujian Fisika Air...10

E. Pengujian Kimia Air...11

F. Pengujian Mikrobiologi Air...12

BAB III PENUTUP...13

KESIMPULAN...13

KRITIK & SARAN...14

DAFTAR PUSTAKA...15

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu studi yang mendalam tentang dampak negatif dari suatu kegiatan terhadap lingkungan hidup. Studi AMDAL ini dilakukan untuk mempelajari dan mengidentifikasi dampak yang mungkin terjadi akibat pembangunan atau tindakan tertentu, serta merumuskan langkah-langkah mitigasi yang diperlukan untuk mengurangi atau menghindari dampak tersebut.

AMDAL memiliki peran penting dalam mengendalikan perubahan lingkungan sebelum suatu tindakan atau kegiatan dilakukan. Tujuan utama AMDAL adalah untuk melindungi dan melestarikan lingkungan hidup serta memastikan bahwa pembangunan atau kegiatan yang dilakukan tidak merusak lingkungan secara berlebihan.

Studi AMDAL biasanya dilakukan sebelum suatu proyek atau kegiatan dimulai. Proses AMDAL melibatkan pengumpulan data, analisis dampak, identifikasi risiko, dan perumusan rencana mitigasi. Hasil dari studi AMDAL ini akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan terkait izin lingkungan atau perizinan lainnya.

Dalam konteks pembangunan, AMDAL memiliki peran yang sangat penting. AMDAL membantu pemerintah, pengembang, dan masyarakat dalam memahami dampak lingkungan yang mungkin terjadi akibat pembangunan. Dengan demikian, AMDAL dapat membantu mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan memastikan pembangunan yang berkelanjutan.

(5)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana efektivitas AMDAL dalam meminimalkan dampak negatif lingkungan pada proyek atau kegiatan tertentu?

2. Apa langkah-langkah kunci dalam penanganan limbah cair untuk mencegah pencemaran dan menjaga kualitas air?

3. Bagaimana peran pengujian mikrobiologi air dalam menentukan tingkat kebersihan dan keamanan air?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan proses AMDAL sebagai instrumen penting dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan pada proyek atau kegiatan.

2. Menyampaikan tujuan utama penanganan limbah cair sebagai upaya mencegah pencemaran lingkungan, menjaga kualitas air, dan memastikan keberlanjutan.

3. Menguraikan manfaat dan proses pengujian mikrobiologi air dalam menjamin kebersihan dan keamanan air, dengan fokus mendeteksi bakteri berpotensi menyebabkan penyakit.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL)

Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah suatu proses evaluasi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memprediksi dampak yang mungkin terjadi akibat suatu proyek atau kegiatan terhadap lingkungan. Tujuan utama dari AMDAL adalah untuk memastikan bahwa proyek atau kegiatan tersebut dapat dilaksanakan dengan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan mempromosikan keberlanjutan.

Proses AMDAL melibatkan beberapa tahapan, yaitu:

1. Identifikasi dampak: Tahap ini melibatkan identifikasi dan deskripsi lengkap mengenai dampak-dampak yang mungkin terjadi akibat proyek atau kegiatan yang akan dilakukan. Dampak dapat berupa dampak fisik, biologis, sosial, ekonomi, dan budaya.

2. Analisis dampak: Tahap ini melibatkan analisis mendalam terhadap dampak-dampak yang telah diidentifikasi. Analisis ini melibatkan pengumpulan data, penggunaan metode analisis yang tepat, dan penilaian terhadap tingkat signifikansi dampak yang mungkin terjadi.

3. Penilaian dampak: Tahap ini melibatkan penilaian terhadap tingkat signifikansi dampak yang telah dianalisis. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkan dampak yang dihasilkan dengan standar atau kriteria yang telah ditetapkan.

4. Pengendalian dampak: Tahap ini melibatkan pengembangan strategi dan rekomendasi untuk mengendalikan dampak-dampak yang telah diidentifikasi. Strategi pengendalian dapat berupa perubahan desain proyek, penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan, atau penerapan tindakan mitigasi.

5. Monitoring dan pemantauan: Tahap ini melibatkan pemantauan terhadap implementasi strategi pengendalian dampak yang telah direkomendasikan. Monitoring dilakukan untuk memastikan bahwa

(7)

dampak-dampak negatif dapat diminimalkan dan keberlanjutan lingkungan dapat terjaga.

AMDAL merupakan instrumen penting dalam pengambilan keputusan terkait proyek atau kegiatan yang berpotensi memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Dengan melakukan analisis dampak lingkungan secara komprehensif, dapat diidentifikasi risiko dan dampak negatif yang mungkin terjadi, serta dapat dikembangkan strategi pengendalian yang efektif untuk menjaga keberlanjutan lingkungan.

B. Penanganan Limbah Cair

Penanganan Limbah Cair adalah proses pengelolaan limbah cair yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan manusia, seperti industri, rumah tangga, dan pertanian. Limbah cair mengandung berbagai zat yang dapat mencemari lingkungan jika tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, penanganan limbah cair dilakukan untuk mencegah pencemaran lingkungan dan menjaga kualitas air.

Proses penanganan limbah cair meliputi beberapa langkah, antara lain:

1. Pengumpulan: Limbah cair dikumpulkan dari sumbernya, seperti saluran pembuangan industri atau rumah tangga. Pengumpulan limbah cair dapat dilakukan melalui sistem saluran pembuangan atau melalui tangki penampungan.

2. Pra-pengolahan: Limbah cair yang dikumpulkan kemudian akan melalui tahap pra-pengolahan. Tahap ini meliputi penyaringan, pengendapan, atau penghilangan bahan padat yang terlarut dalam limbah cair. Tujuannya adalah untuk mengurangi kandungan padatan dalam limbah cair sebelum masuk ke tahap pengolahan selanjutnya.

3. Pengolahan primer: Tahap ini melibatkan proses pengolahan limbah cair untuk menghilangkan kontaminan yang mudah terurai secara biologis, seperti minyak, lemak, dan partikel-partikel besar. Metode yang umum digunakan dalam pengolahan primer adalah penggunaan tangki pengendapan atau tangki aerasi.

4. Pengolahan sekunder: Setelah melalui pengolahan primer, limbah cair akan masuk ke tahap pengolahan sekunder. Tahap ini melibatkan proses biologi, di mana mikroorganisme digunakan untuk menguraikan bahan organik dalam limbah cair. Proses ini dapat dilakukan melalui penggumpalan biologis atau pengolahan aerobik menggunakan reaktor biologi.

5. Pengolahan lanjutan: Jika limbah cair masih mengandung kontaminan yang sulit terurai secara biologis, seperti logam berat atau senyawa kimia berbahaya, maka diperlukan tahap pengolahan lanjutan. Metode yang

(8)

digunakan dalam pengolahan lanjutan dapat berupa proses kimia, fisika, atau penggunaan teknologi tertentu, seperti proses adsorpsi atau oksidasi.

6. Pembuangan akhir: Setelah melalui proses pengolahan, limbah cair yang telah diolah akan dibuang ke lingkungan. Pembuangan akhir harus dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti membuang limbah cair yang telah memenuhi standar kualitas air ke sungai atau laut, atau mengolah limbah cair menjadi air bersih yang dapat digunakan kembali.

Penanganan limbah cair yang baik sangat penting untuk menjaga kualitas air dan mencegah pencemaran lingkungan. Dengan mengikuti proses penanganan limbah cair yang tepat, limbah cair dapat diolah dan dibuang dengan aman, sehingga dapat menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan manusia.

C. Penggumpalan Biologis

Penggumpalan biologis adalah proses penggunaan mikroorganisme atau bahan-bahan biologis lainnya untuk menghilangkan zat-zat terlarut atau partikel-partikel tersuspensi dalam air. Proses ini biasanya digunakan dalam pengolahan air limbah atau pengolahan air minum.

Penggumpalan biologis melibatkan penggunaan mikroorganisme seperti bakteri atau alga yang memiliki kemampuan untuk menguraikan bahan organik atau mengendapkan partikel-partikel yang mengotori air.

Mikroorganisme ini dapat mengkonsumsi bahan organik dalam air, seperti limbah organik atau zat-zat berbahaya, dan mengubahnya menjadi senyawa yang lebih sederhana atau mengendapkannya sehingga dapat dihilangkan dari air.

Proses penggumpalan biologis biasanya melibatkan tahap-tahap berikut:

1. Pengolahan Awal: Air limbah atau air mentah yang akan diolah melalui penggumpalan biologis biasanya melewati tahap pengolahan awal terlebih dahulu. Tahap ini dapat meliputi penyaringan kasar untuk menghilangkan partikel besar atau pengolahan kimia untuk menghilangkan zat-zat tertentu sebelum memasuki tahap penggumpalan biologis.

2. Pengolahan Biologis: Air yang telah melalui tahap pengolahan awal kemudian masuk ke dalam tangki atau kolam yang mengandung mikroorganisme atau bahan biologis lainnya. Mikroorganisme ini akan menguraikan bahan organik dalam air, mengubahnya menjadi senyawa yang lebih sederhana, atau mengendapkan partikel-partikel yang mengotori air. Proses ini dapat memakan waktu tertentu tergantung pada tingkat pencemaran air dan jenis mikroorganisme yang digunakan.

3. Pengolahan Lanjutan: Setelah melalui tahap pengolahan biologis, air yang telah mengalami penguraian atau pengendapan akan melalui tahap

(9)

pengolahan lanjutan. Tahap ini dapat meliputi penyaringan halus atau pengolahan kimia tambahan untuk menghilangkan zat-zat tertentu yang masih ada dalam air.

4. Penyaringan Akhir dan Disinfeksi: Setelah melalui tahap pengolahan lanjutan, air akan melalui tahap penyaringan akhir untuk menghilangkan partikel-partikel kecil yang masih tersisa. Selanjutnya, air akan menjalani proses disinfeksi untuk membunuh mikroorganisme patogen yang mungkin masih ada dalam air. Proses disinfeksi umumnya melibatkan penggunaan bahan kimia seperti klorin atau ozon.

Penggumpalan biologis merupakan salah satu metode pengolahan air yang efektif dalam menghilangkan zat-zat terlarut dan partikel-partikel tersuspensi dalam air. Metode ini umumnya lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan metode pengolahan kimia konvensional, karena menggunakan mikroorganisme alami untuk menguraikan bahan organik.

Namun, penggumpalan biologis juga memerlukan pemantauan dan pengelolaan yang baik untuk memastikan efisiensi dan keberhasilan proses pengolahan air.

D. Pengujian Fisika Air

Pengujian fisika air melibatkan pengukuran dan analisis terhadap sifat-sifat fisik air. Sifat-sifat fisik yang umumnya diuji meliputi suhu, warna, kekeruhan, pH, konduktivitas listrik, dan kepadatan.

Berikut adalah penjelasan singkat tentang beberapa parameter fisik yang sering diuji dalam pengujian fisika air:

1. Suhu: Suhu air mengacu pada tingkat panas atau dinginnya air.

Pengukuran suhu air penting karena suhu dapat mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di dalamnya. Suhu air juga dapat mempengaruhi kelarutan zat-zat dalam air.

2. Warna: Pengujian warna air dilakukan untuk menentukan tingkat kejernihan air. Warna air dapat dipengaruhi oleh zat-zat terlarut atau partikel-partikel tersuspensi di dalamnya. Air yang jernih biasanya memiliki warna yang hampir tidak terlihat, sedangkan air yang keruh atau berwarna dapat menunjukkan adanya kontaminan.

3. Kekeruhan: Kekeruhan air mengacu pada tingkat kejernihan air yang disebabkan oleh partikel-partikel tersuspensi seperti lumpur, tanah, atau bahan organik. Pengukuran kekeruhan penting karena kekeruhan yang tinggi dapat mengurangi efektivitas pengolahan air dan dapat menjadi tanda adanya pencemaran.

4. pH: pH adalah ukuran tingkat keasaman atau kebasaan air. Skala pH berkisar dari 0 hingga 14, dengan 7 sebagai netral. Air dengan pH kurang

(10)

dari 7 dianggap asam, sedangkan air dengan pH lebih dari 7 dianggap basa. Pengukuran pH penting karena pH air dapat mempengaruhi kelarutan zat-zat dan dapat mempengaruhi organisme hidup di dalamnya.

5. Konduktivitas Listrik: Konduktivitas listrik air mengukur kemampuan air untuk menghantarkan arus listrik. Konduktivitas listrik air terkait dengan jumlah ion terlarut dalam air. Pengukuran konduktivitas listrik penting karena dapat memberikan indikasi tentang tingkat keasaman, kebasaan, atau kandungan garam dalam air.

6. Kepadatan: Kepadatan air mengacu pada massa air per satuan volume.

Pengukuran kepadatan air dapat memberikan informasi tentang konsentrasi zat terlarut dalam air. Perubahan kepadatan air dapat terjadi karena perubahan suhu atau kandungan garam dalam air.

Pengujian fisika air penting untuk menentukan kualitas air dan memastikan bahwa air memenuhi standar yang ditetapkan untuk penggunaan tertentu, seperti air minum, air limbah, atau air untuk keperluan industri. Pengujian fisika air juga dapat memberikan informasi tentang kondisi lingkungan dan potensi dampak negatif terhadap organisme hidup.

E. Pengujian Kimia Air

Pengujian kimia air melibatkan analisis komposisi kimia air untuk menentukan kandungan zat-zat terlarut dalam air. Pengujian ini penting untuk mengevaluasi kualitas air dan memastikan bahwa air aman untuk digunakan dalam berbagai keperluan, seperti air minum, air limbah, atau air untuk keperluan industri.

Berikut adalah beberapa parameter kimia yang umumnya diuji dalam pengujian kimia air:

1. Kandungan Oksigen Terlarut (DO): Pengujian DO mengukur jumlah oksigen yang terlarut dalam air. Oksigen terlarut penting untuk kelangsungan hidup organisme akuatik. Kandungan DO yang rendah dapat menunjukkan adanya pencemaran atau degradasi kualitas air.

2. BOD (Biological Oxygen Demand): Pengujian BOD mengukur jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh mikroorganisme dalam proses penguraian bahan organik dalam air. BOD digunakan untuk mengevaluasi tingkat pencemaran organik dalam air limbah.

3. COD (Chemical Oxygen Demand): Pengujian COD mengukur jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik dan bahan kimia lainnya dalam air. Pengujian ini memberikan indikasi tentang tingkat pencemaran organik dan kimia dalam air.

(11)

4. Kandungan Nitrat dan Nitrit: Pengujian nitrat dan nitrit mengukur konsentrasi senyawa nitrogen dalam air. Kandungan nitrat dan nitrit yang tinggi dapat menunjukkan adanya pencemaran dari sumber-sumber seperti pupuk pertanian atau limbah industri.

5. Kandungan Fosfat: Pengujian fosfat mengukur konsentrasi fosfat dalam air. Fosfat dapat berasal dari sumber-sumber seperti deterjen, pupuk, atau limbah industri. Kandungan fosfat yang tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan alga berlebihan dan eutrofikasi air.

6. Kandungan Logam Berat: Pengujian logam berat melibatkan analisis konsentrasi logam berat seperti timbal, merkuri, arsenik, kadmium, dan lainnya dalam air. Logam berat dapat berasal dari limbah industri atau aktivitas manusia lainnya. Kandungan logam berat yang tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Selain parameter-parameter di atas, pengujian kimia air juga dapat melibatkan pengukuran pH, konduktivitas listrik, kandungan garam, dan parameter-parameter lainnya yang relevan tergantung pada keperluan pengujian dan standar yang berlaku.

Pengujian kimia air penting untuk memastikan bahwa air memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dan aman untuk digunakan.

Hasil pengujian ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah pencemaran, mengambil tindakan perbaikan, dan melindungi kesehatan manusia serta ekosistem air.

F. Pengujian Mikrobiologi Air

Pengujian mikrobiologi air melibatkan analisis mikroorganisme yang ada dalam air untuk menentukan tingkat kebersihan dan keamanannya. Pengujian ini penting untuk memastikan bahwa air aman untuk digunakan dalam berbagai keperluan, termasuk air minum, air limbah, atau air untuk keperluan industri.

Berikut adalah beberapa parameter mikrobiologi yang umumnya diuji dalam pengujian mikrobiologi air:

1. Total Coliform: Pengujian total coliform mengukur jumlah total bakteri coliform dalam air. Coliform adalah kelompok bakteri yang umumnya ditemukan di dalam usus manusia dan hewan. Kehadiran coliform dalam air dapat menunjukkan adanya pencemaran feses dan risiko terhadap kesehatan manusia.

2. Escherichia coli (E. coli): Pengujian E. coli mengukur keberadaan bakteri E. coli dalam air. E. coli adalah jenis bakteri coliform yang berasal dari usus manusia dan hewan. Kehadiran E. coli dalam air menunjukkan

(12)

adanya pencemaran feses dan dapat menunjukkan risiko terhadap kesehatan manusia.

3. Enterococcus: Pengujian enterococcus mengukur keberadaan bakteri enterococcus dalam air. Enterococcus adalah kelompok bakteri yang umumnya ditemukan di dalam usus manusia dan hewan. Kehadiran enterococcus dalam air dapat menunjukkan adanya pencemaran feses dan risiko terhadap kesehatan manusia.

4. Salmonella: Pengujian salmonella mengukur keberadaan bakteri salmonella dalam air. Salmonella adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Kehadiran salmonella dalam air menunjukkan adanya pencemaran feses dan dapat menunjukkan risiko terhadap kesehatan manusia.

5. Legionella: Pengujian legionella mengukur keberadaan bakteri legionella dalam air. Legionella adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pneumonia serius yang dikenal sebagai legionellosis. Bakteri ini biasanya ditemukan dalam air yang terkontaminasi seperti dalam sistem pendingin udara, kolam renang, atau pancuran air.

Selain parameter-parameter di atas, pengujian mikrobiologi air juga dapat melibatkan pengujian untuk bakteri patogen lainnya, virus, protozoa, atau organisme lain yang dapat menyebabkan penyakit atau menunjukkan adanya pencemaran.

Pengujian mikrobiologi air penting untuk memastikan bahwa air bebas dari mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit.

Hasil pengujian ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah pencemaran, mengambil tindakan perbaikan, dan melindungi kesehatan manusia serta lingkungan.

(13)

BAB III KESIMPULAN

AMDAL adalah proses evaluasi proyek untuk meminimalkan dampak negatif lingkungan melalui tahapan identifikasi, analisis, penilaian, pengendalian dampak, dan pemantauan. Penanganan limbah cair melibatkan langkah-langkah dari pengumpulan hingga pembuangan akhir, bertujuan mencegah pencemaran dan menjaga kualitas air. Penggumpalan biologis menggunakan mikroorganisme dalam tahap pengolahan awal, biologis, lanjutan, penyaringan akhir, dan disinfeksi untuk menghilangkan zat terlarut. Pengujian fisika, kimia, dan mikrobiologi air melibatkan parameter seperti suhu, pH, logam berat, dan mikroorganisme, penting untuk menjamin kualitas air sesuai standar.

Keseluruhan, ini merupakan upaya terpadu menjaga keberlanjutan lingkungan dan kesehatan manusia.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2021). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Badan Lingkungan Hidup. (2022). Dampak Lingkungan dari Sanitasi dan Higienitas. Jakarta: Badan Lingkungan Hidup.

World Health Organization. (2020). Water, Sanitation and Hygiene (WASH): A Wastewater Management Perspective. Geneva: World Health Organization.

Referensi

Dokumen terkait

Ada 2 jenis izin di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yakni pertama, izin lingkungan adalah izin yang diberikan

According to 'Ala, 2006 the characteristics contained in the boarding school education system include: 1 Social Aspects The education system in boarding schools limits children and even