• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SIKAP AKHLAK TERPUJI : TAKWA, SABAR, IKHLAS, DAN RIDHO

N/A
N/A
Noor Aflah

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH SIKAP AKHLAK TERPUJI : TAKWA, SABAR, IKHLAS, DAN RIDHO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

SIKAP AKHLAK TERPUJI :

TAKWA, SABAR, IKHLAS, DAN RIDHO

Dosen Pengampu :

Husni Mubarok, M. Ag.

(2)

DISUSUN OLEH : 1.

2

PROGAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN WALISONGO SEMARANG

2021

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul menganalisis pembagian tauhid untuk meningkatkan amal sholih individual dan social dalam kehidupan sehari hari ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Khusni Mubarok pada mata kuliah Tauhid dan Akhlak. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

wawasan tentang macam macam tauhid bagi para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Khusni Mubarok, selaku dosen Tauhid dan Akhlak yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi Sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari,

makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi

kesempurnaan makalah ini.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pergaulan sehari-hari antara sesama manusia, agar hubungan ini terjalin dengan baik, haruslah ada pedoman dalam hidup ini. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang diciptakan lengkap dengan diberi akal dan pikiran tentulah juga diwajibkan untuk memiliki akhlak yang baik agar terciptanya hubungan yang baik antar sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Manusia yang memiliki akhlak yang baik tentunya akan bersifat dan bertindak yang baik atau terpuji. Dalam pembahasan yang akan kami terangkan pada makalah ini, bahwa kami akan mengemukakan diantara bentuk-bentuk dari akhlak dan sifat-sifat terpuji seperti takwa, sabar, ikhlas, dan ridho. Makalah ini juga akan menerangkan pengertian dan definisidefinisi tentang sifat terpiji tersebut .

BAB II PEMBAHASAN

A. Takwa

1. Pengertian

Secara etimologi, takwa berasal dari kata waqa, yaqi, dan wiqayah yang artinya menjaga diri, menghindari dan menjauhi. Sedangkan pengertian takwa secara terminologi adalah takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta takut terjerumus dalam perbuatan dosa.

2. Ciri orang bertakwa

Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan : "Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan," (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur'an, hal 531).Meski ketakwaan seseorang tidak dapat dilihat secara kasat mata, terdapat ciri-ciri khusus yang hanya dimiliki oleh orang yang benar-benar bertakwa kepada Allah dengan ciri sebagai berikut:

a) Mengerti dan paham ilmu agama

Orang yang bertakwa dapat dilihat sejauh mana mengerti dan paham ilmu agama Islam. Terdapat sebuah riwayat yang menceritakan tentang setan yang jauh lebih takut pada orang berilmu yang sedang tidur daripada orang tak berilmu yang sedang sholat.

b) Menegakkan ibadah sholat.

Orang yang bertakwa adalah orang yang selalu menjaga sholatnya. Bahkan dalam keadaan lemah, ia akan tetap melaksanakan sholat. Seperti firman Allah yang terdapat dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 1-4. Yang Artinya:

(5)

"Alif laam miim. Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

c) Menjauhi maksiat dan kejahatan.

Ciri-ciri orang yang bertakwa adalah orang yang menjauhi segala perbuatan maksiat dan kejahatan. Seperti firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 123."Laisa

bi'amaaniyyikum wa laa amaaniyyi ahlil-kitaab, may ya'mal suu'ay yujza bihii wa laa yajid lahu min dunillaahi waliyyaw wa laa nasiiraa."Artinya:

"(Pahala dari Allah) itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak (pula) menurut angan-angan Ahli Kitab. Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu dan ia tidak mendapat pelindung dan tidak (pula) penolong baginya selain dari Allah."Orang yang bertakwa pasti takut melakukan maksiat dan kejahatan karena mereka tau benar bahwa Allah akan memberikan balasan terhadap segala perbuatan manusia.

d) Mempersiapkan bekal untuk kehidupan akhirat.

Orang yang bertakwa pasti akan sibuk mempersiapkan bekal kehidupannya di akhirat dengan beribadah sebaik mungkin dan memperbanyak amalan shalih, sebagaimana dalam firman Allah pada surat Al Hasyr ayat 18."Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha waltanzur nafsum maa qaddamat ligad, wattaqullaah, innallaaha khabiirum bimaa ta'malun."Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

e) Berpuasa wajib ataupun sunnah.

Berpuasa adalah salah satu ciri orang bertakwa yang hanya diketahui oleh Allah karena amalan puasa adalah amalan yang tersembunyi. Sebagaimana perintah Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183

"Yaa ayyuhallaziina aamanu kutiba 'alaikumus-siyaamu kamaa kutiba 'alallaziina ming qablikum la'allakum tattaqun."Artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

3. keutamaan bertakwa kepada Allah

a) Mendapat pujian dan balasan dari Allah.

Keutamaan ini terdapat dalam surat Ali Imran ayat 171-172.

(6)

"Yastabsyiruna bini'matim minallaahi wa fadl, wa annallaaha laa yudii'u ajral- mu'miniin."Artinya:

"Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman."

"Allaziinastajaabu lillaahi war-rasuli mim ba'di maa asaabahumul-qar-hu lillaziina ahsanu min-hum wattaqau ajrun 'aziim."Artinya:

a) "(Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.

b) Mendapatkan penghormatan dari Allah.

c) Orang yang bertakwa tak hanya mendapatkan penghargaan dari manusia lain di sekelilingnya, namun juga diberi penghormatan dari Allah

d) Dicintai oleh Allah.

e) Dalam surat At Taubah ayat 7, Allah mengungkapkan bahwa Ia akan mencintai orang- orang yang bertakwa.

f) "Kaifa yakunu lil-musyrikiina 'ahdun 'indallaahi wa 'inda rasulihii illallaziina 'aahattum 'indal-masjidil-haraam, famastaqaamu lakum fastaqiimu lahum, innallaaha yuhibbul- muttaqiin."Artinya:

g) "Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidil haraam? maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa."

h) Dijaga dan diawasi langsung oleh Allah.

i) Orang yang bertakwa urusannya ditangani, diatur, dan diawasi langsung oleh Allah, sebagaimana ayat perintah takwa berikut ini, yang diakhiri dengan janji pengawasan-Nya dalam surat An-Nisa ayat 1 yang berbunyi:

j) "Yaa ayyuhan-naasuttaqu rabbakumullazii khalaqakum min nafsiw waahidatiw wa khalaqa min-haa zaujahaa wa bassa min-humaa rijaalang kasiiraw wa nisaa'aa, wattaqullaahallazii tasaa'aluna bihii wal-ar-haam, innallaaha kaana 'alaikum raqiibaa."Artinya:

k) "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

l) Dihilangkan kesulitannya.

m) Seperti firman Allah dalam Alquran surat At Thalaq ayat 2-3 yang berbunyi sebagai berikut.

(7)

n) "Fa izaa balagna ajalahunna fa amsikuhunna bima'rufin au faariquhunna bima'rufiw wa asy-hidu zawai 'adlim mingkum wa aqiimusy-syahaadata lillaah, zaalikum yu'azu bihii mang kaana yu'minu billaahi wal-yaumil-aakhir, wa may yattaqillaaha yaj'al lahu makhrajaa."Artinya:

o) "Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah.

Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar."

p) "Wa yarzuq-hu min haisu laa yahtasib, wa may yatawakkal 'alallaahi fa huwa hasbuh, innallaaha baaligu amrih, qad ja'alallaahu likulli syai'ing qadraa."Artinya:

q) "Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.

Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu."

r) Mendapat pertolongan dan perlindungan dari Allah.

s) Seorang muslim yang bertakwa akan selalu ditolong dan dilindungi Allah dari perbuatan orang-orang yang zalim dan berniat buruk.

t) Senantiasa diberi ketenangan.

u) Di dalam hati orang yang bertakwa selalu merasa ditemani dan diberi ketenangan, sehingga tidak takut terhadap keadaan apa pun, tidak takut terhadap perubahan dan kesulitan apa pun

v) Dianugerahi kemuliaan diri.

w) Allah akan menganugerahkan kemuliaan diri bagi umatnya yang bertakwa. Karena orang bertakwa interaksinya dengan dunia hanya sebatas di tangan saja, tidak sampai ke dalam hati kecuali yang berkaitan dengan urusan akhirat. Seperti firman Allah dalam surat Al An'am ayat 32

x) "Wa mal-hayaatud-dun-yaa illaa la'ibuw wa lahw, wa lad-daarul-aakhiratu khairul lillaziina yattaqun, a fa laa ta'qilun."Artinya:

y) "Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?"

z) Memiliki kelapangan dan kekayaan hati.Orang yang bertakwa hatinya akan selalu diliputi ketenangan, tidak risau dengan ujian dan tipu daya makhluk, tidak sedih karena

kehilangan sesuatu, sebab hatinya yakin apa pun yang menimpanya berasal dari Allah, sedangkan Dia adalah Dzat yang dicintainya.

aa) Hatinya selalu terang.

bb) Allah memberikan keterangan hati dan petunjuk bagi umatnya yang senantiasa bertakwa kepada -Nya.

- contoh penerapan takwa dalam kehidupan sehari hari.

Memperbanyak membaca al Qur'an dan memahaminya.

Banyak banyalah mengungat allah swt

(8)

Melakukan oetbanyak ibadah Memperbanyak amal sholeh

(9)

B. Pengertian sabar

Menurut bahasa, sabar artinya tabah,tahan uji.

Sabar berarti tahan menderita sesuatu, tidak lekas marah, tidak lekas patah hati, dan tidak lekas putus asa.

Adapun menurut istilah, sabar ialah kondisi ental seseorang yang mampu mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam dirinya. hawa nafsu di sini mengandung arti sangat luas,

misalnya amarah, ambisi, serakah, tergesa-gesa, dan sebagainya. Oleh karena itu, orang yang sabar adalah orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya. Sabar merupakan salah satu akhlak terpuji dan kunci untuk mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.

Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan.

Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo", ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan. Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan

malaksanakan shalat secara berjamaah. Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

- Macam macam sabar

Iman al-Gazali membagi kesabaran menjadi tiga macam, yaitu :

a. Sabar dalam ketaatan, yaitu melaksanakan tugas atau kewajiban dengan ikhlas.

b. Sabar dalam menghadapi musibah, yaitu tabah atau kuat hati saat menerima cobaan hidup.

(10)

c. Sabar dari maksiat, yaitu rela meninggalkan perbuatan maksiat dan tidak menyesal atau iri apabila melihat orang lain dapat bersenang-senang dalam maksiat.

-Perintah untuk bersabar

a. Sabar dalam Ketaatan, dalam firman Allah, surat Ali-Imran ayat 200 b. Sabar dalam Musibah, dalam Firman Allah surat al-Baqarah ayat 155-156 c. Sabar dari Maksiat, dalam firman Allah surat an-Nahl ayat 126-127

d. Dari Suhaib ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh menakjubkan perkaranya orang yang beriman, karena segala urusannya adalah baik baginya. Dan hal yang demikian itu tidak akan terdapat kecuali hanya pada orang mu'min: Yaitu jika ia mendapatkan kebahagiaan, ia bersyukur, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan yang terbaik untuknya. Dan jika ia tertimpa musibah, ia bersabar, karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya." (HR. Muslim)

-Bentuk bentuk atau contoh sikap sabar

Sebagai muslim kita harus mengenali bentuk-bentuk perilaku sabar, agar kelak dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-sehari, di antaranya sebagai berikut :

a. Bersabar dalam hal belajar untuk meraih cita-cita dan harapan

b. Sabar ketika diejek oleh teman-teman, karena kesabaran akan membawa hasil yang positif.

c. Tidak mudah emosi atau marah.

d. Tidak tergesa-gesa.

e. Menerima segala sesuatu dengan kepala dingin.

f. Tidak mudah menyalahkan orang lain.

g. Selalu berserah diri kepada Allah SWT.

-Dampak positif sikap sabar

Banyak nilai positif yang terkandung dalam perilaku sabar, di antaranya sebagai berikut : a. Terhindar dari bencana dan mala petaka yang disebabmkan oleh nafsu.

b. Melatih diri mengendalikan hawa nafsu.

c. Disayang oleh Allah.

d. Memiliki emosi yang stabil

(11)

e. Memiliki harapan akan masuk ke surge sesuai janji Allah da;am surat al-Baqarah ayat 155 f. Berhasil mengembalikan persaudaraan yang hamper rusak.

-Cara membisakan diri bersikap sabar

a. Selalu ingat bahwa marah tidak dapat menyelesaikan masalah

b. Memperbanyak bergaul dengan teman-teman yang baik, berakhlak mulia

c. Membatasi diri dan bersikap-hati-hati dalam bergaul dengan teman yang berwatak keras dan kasar.

d. Hindari bergaul dengan orang-orang yang berperilaku tidak menyenangkan.

e. Hadapi segala sesuatu dengan tenang.

f. Hindari sifat tergesa-gesa.

C. Pengertian iklas

Ikhlas berasal dari kata akhlasha yang merupakan bentuk kata kerja last intransitif khalasha dengan menambahkan satu huruf alif bentuk mudhari (saat ini) dari akhlasha adalah yukhlishu dan bentuk masdharnya yaitu ikhlas.Kata tersebut berarti murni, bersih, jernih, tanpa campuran. Ikhlas adalah suatu sikap perbuatan yang dilakukan hanya demi dan karena Allah semata tanpa mengharapkan ketidakseimbangan dan pujian dari orang lain.

Ikhlas dapat dilihat dari sikap perilaku, ucapan dan tindakan. Bentuk perilaku ikhlas ada dua, yaitu ikhlas dalam ucapan dan ikhlas dalam perbuatan.

Ikhlas dalam Ucapan

Maksudnya ucapan yang disampaikan dengan tulus, tidak karena terpaksa, melainkan atas dasar sukarela, tidak mengandung unsur dusta, dan tidak bermaksud membuat orang lain celaka.

Contoh orang yang ikhlas dalam ucapan adalah ucapan guru yang sedang mengajarkan ilmu kepada murid- muridnya. Ucapan orang tua ketika sedang menasihati anaknya, dan ucapan suami yang sedang membimbing istrinya.

2. Ikhlas dalam Perbuatan

Ikhlas dalam perbuatan maksudnya adalah perbuatan yang dilakukan dengan tulus, tanpa pamrih dan sepenuh hati. Orang yang ikhlas dalam beramal dan berbuat sesuatu tidak akan merasa terbebani atau terpaksa atas perbuatannya itu, melainkan ia merasa senang dan gembira telah dapat beramal atau berbuat demikian.

(12)

-Perintah untuk berbuat ihklas

Setiap amalan sangat tergantung pada niat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ىَوَن اَم ئئِرْما ّلُكِل اَمّنِإَو ،ِتاّيّنلاِب ُلاَمْعَلا اَمّنإ

“Sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya. Dan setiap orang akan memperoleh apa yang dia niatkan.”

Dan niat itu sangat tergantung dengan keikhlasan pada Allah. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala,

ِةَمّيَقْلا ُنيِد َكِلَذَو َةاَكّزلا اوُت ْؤُيَو َةلّصلا اوُميِقُيَو َءاَفَنُح َنيّدلا ُهَل َنيِصِل ْخُم َ ّا اوُدُبْعَيِل لِإ اوُرِمُأ اَمَو

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka

mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al Bayyinah: 5)

Allah pun mengetahui segala sesuatu yang ada dalam isi hati hamba-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

ُ ّا ُهْمَلْعَي ُهوُدْبُت ْوَأ ْمُكِروُدُص يِف اَم اوُف ْخُت ْنِإ ْلُق

“Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui”.” (QS. Ali Imran: 29)

Didalam ayat lainnya, Allah memperingatkan dari bahaya riya’ -yang merupakan lawan dari ikhlas- dalam firman-Nya,

َكُلَمَع ّنَطَب ْحَيَل َتْكَرْشَأ ْنِئَل

“Jika kamu mempersekutukan (Rabbmu), niscaya akan hapuslah amalmu.” (QS. Az Zumar: 65) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُهَك ْرِشَو ُهُتْكَرَت ىِرْيَغ ىِعَم ِهيِف َكَرْشَأ ًلَمَع َلِمَع ْنَم ِك ْرّشلا ِنَع ِءاَكَرّشلا ىَنْغَأ اَنَأ ىَلاَعَتَو َكَراَبَت ُ ّا َلاَق

“Allah Tabaroka wa Ta’ala berfirman: Aku sama sekali tidak butuh pada sekutu dalam perbuatan syirik. Barangsiapa yang menyekutukan-Ku dengan selain-Ku, maka Aku akan meninggalkannya (maksudnya: tidak menerima amalannya, pen) dan perbuatan syiriknya.”

An Nawawi mengatakan, “Amalan seseorang yang berbuat riya’ (tidak ikhlas), itu adalah amalan bathil yang tidak berpahala apa-apa, bahkan ia akan mendapatkan dosa.”

Dalam hadits lainnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِةَماَيِقْلا َم ْوَي ِةّن َجْلا َف ْرَع ْدِجَي ْمَل اَيْنّدلا َنِم اًضَرَع ِهِب َبيِصُيِل ّلِإ ُهُمّلَعَتَي َل ّلَجَو ّزَع ِ ّا ُه ْجَو ِهِب ىَغَتْبُي اّمِم اًمْلِع َمّلَعَت ْنَم

“Barangsiapa yang menutut ilmu yang sebenarnya harus ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah, namun ia mempelajarinya hanya untuk mendapatkan materi duniawi, maka ia tidak akan pernah mencium bau surga pada hari kiamat nanti.”

(13)

-Cara membiasakan diri bersikap ikhlas

Bersikap atau berperilaku ikhlas merupakan suatu perbuatan yang amat terpuji, dan harus dipegang teguh oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, hendaknya kita mulai membiasakan diri berperilaku ikhlas dalam setiap ucapan dan perbuatan.

Berperilaku ikhlas sesungguhnya tidak sulit. Jika terasa berat itu hanyalah bisikan setan yang selalu menggoda manusia agar tidak melakukan perbuatan baik. Jadi seharusnya kita

berlatih sejak saat ini agar kelak menjadi terbiasa berperilaku ikhlas.

Dalam upaya membiasakan diri berperilaku ikhlas, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut ini:

Tanamkan kesadaran dalam hati bahwa apa pun yang kita miliki hakikatnya hanya titipan dari Allah SWT.

Hendaknya meluruskan niat dalam setiap melakukan sebuah amal perbuatan, semata-mata hanya ingin mendapatkan ridha dari Allah SWT.

Jangan pilih kasih dalam beramal, melainkan semua orang harus dipandang sama.

Agar tidak memiliki rasa angkuh dan sombong, lupakan setiap amal kebajikan yang telah dilakukan.

Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam berakhlak ikhlas.

Semoga Allah memudahkan dalam setiap urusan kita semua.

D. Pengertian ridho

Ridha adalah sikap menerima segala ketentuan Allah Swt, tenang dalam menghadapi cobaan dengan senantiasa berusaha, dan tidak mudah putus asa. Bersikap ridha berarti menerima secara sungguh-sungguh dari dalam hati atas pemberian Allah melalui nalar pikiran yang positif bahwa Allah telah memberikan kenikmatan sesuai ukuran kebutuhan kita. Jika seseorang memiliki kehendak yang besar, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan, akan menyebabkan stres. Untuk mengatasi kondisi ini, sikap terbaik dengan ridha terhadap apa pun yang telah menjadi kehendak Allah.

Allah Swt telah memberikan karunia rezeki kepada seluruh makhluk di dunia ini. Meskipun rezeki Allah itu melimpah tidak terbatas, tetapi Dia menetapkan takaran atau ukuran kepada tiap-tiap hamba-Nya. Dengan demikian, perolehan rezeki Allah untuk tiap manusia bisa berbeda, meskipun mereka sama-sama telah bekerja dan berusaha.

(14)

Adanya perbedaan dalam pendapatan ini telah disebutkan dalam Al-Qur’an:

Artinya: Dan Allah melebihkan sebagian kamu atas sebagian yang lain dalam hal rezeki . . . . (Q.S. an-Nahl [16]: 71)

Dengan adanya kesadaran bahwa perolehan rezeki manusia telah ditentukan oleh Allah, mengantarkan kita untuk memiliki sifat ridha. Kita harus rela menerima kenyataan yang tengah dihadapi. Rasulullah menyampaikan banyak hadis yang menjelaskan tentang perlunya sikap ridha. Suatu kali beliau di hadapan sahabat bersabda yang artinya,

”Beruntunglah orang yang mendapatkan hidayah Islam, rezeki yang mencukupi hidupnya, dan ia pun ridha atas segala ketetapan Allah”. (H.R. Tirmizi)

Selain hadis di atas, kita perlu menyimak keridhaan yang dicontohkan para sahabat. Salah satunya adalah sahabat Abdullah bin Mas’ud r.a. Beliau pernah menyatakan, ”Sungguh aku lebih suka menjilati kerikil yang panas daripada aku berkata, ’Seandainya hal ini tidak

terjadi,’ padahal peristiwa itu telah terjadi. Atau mengatakan, ’Seandainya hal ini benar-benar terjadi,’ ketika peristiwa itu tidak terjadi.” Anjuran untuk bersikap ridha dengan ketetapan yang telah terjadi memberi pelajaran kepada kita bahwa mengeluh diiringi penyesalan dan angan-angan kosong tentang sesuatu yang telah terjadi, tidak boleh kita lakukan.

-contoh perilaku ridho

Perilaku ridha bukan berarti bertindak pasrah buta dalam mencari rezeki Allah. Contoh perilaku ridha adalah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan rezeki dari Allah kemudian tetap bersyukur dengan besarnya rezeki yang diperolehnya dalam jumlah berapa pun. Sebagai pelajar sikap ridha contohnilai ujiannya, setelah ia belajar dengan giat dan berdoa kepada Allah. Demikian halnya dengan contoh-contoh yang lain yang kita alami dalam hidup sehari-hari.

-cara berperilaku ridho dalam kehidupan sehari hari

Berperilaku ridha sangat penting untuk kita biasakan dalam menjalani hidup sehari-hari.

Jika nikmat dari Allah Swt. kita terima dengan hati yang ikhlas dan penuh rasa syukur akan menjadi berkah bagi kehidupan. Allah juga akan melipatgandakan nikmat tersebut.

Sebaliknya, sebesar apa pun nikmat yang diterima, jika disikapi dengan perasaan selalu kurang, tidak akan menjadi berkah bagi kehidupan, bahkan dapat menjadi laknat dan azab.

(15)

Cara berperilaku ridha dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dengan sikap-sikap sebagai berikut :

1. Selalu Berpikir Positif

Kita harus selalu berpikir positif terhadap apa pun yang kita dapatkan saat ini. Kita bertawakal kepada Allah dengan mempercayakan yang Dia tetapkan kepada kita.

2. Selalu Berikhtiar kepada Allah Swt.

Orang yang ridha dapat ditunjukkan dengan selalu bersungguh-sungguh dalam bekerja.

Dengan demikian, kita tidak boleh mudah menyerah saat menghadapi masalah tertentu saat bekerja.

3. Mampu Mengambil Hikmah dari Segala Ketentuan Allah Swt.

Agar kita tidak mudah menyerah dan putus asa hendaknya membiasakan diri melakukan introspeksi diri. Caranya dengan menggali hikmah dari segala sesuatu yang sedang ia alami, baik yang berupa kebaikan atau keburukan.

4. Senantiasa Bersyukur atas Segala Sesuatu

Untuk menunjukkan sikap ridha kita harus selalu bersyukur. Dengan bersyukur kepada Allah atas kenikmatan yang kita terima, Allah akan melipatgandakan kenikmatan tersebut.

Dengan kita berperilaku ridha akan membawa pengaruh positif dalam hidup kita sehari-hari.

Misalnya tercermin dalam diri seseorang yang senantiasa menjalani hidup dengan optimis, semangat, dan sabar dengan dilandasi keridhaan dan keikhlasan.

-Ciri ciri orang yang ridho

1. Tidak gelisah terhadap ketetapan atau takdir apapun yang berasal dari Allah 2. Menyikapi segala hal yang berasal dari Allah dengan lapang dada dan senang hati 3. Bisa menjaga setabilitas dan keseimbangan hati, termasuk ketika menghadapi kondisi paling sulit

4. Tidak menderita ketika tertimpa musibah, karena ini merupakan pemberian dari Allah

Referensi

Dokumen terkait

The results of the investigation can be used as a partial but quantitative explanation to the arguments whether the profit sharing concept of Islamic banking can achieve a higher

Conceptual framework of the study 3.0 Research Design and Methods The study is designed to assess the fractal complexity of the marine estuaries of three areas in Surigao del Sur,