• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tantangan Pendidikan Vokasional pada Era Disrupsi

N/A
N/A
Salsa Salsaa

Academic year: 2023

Membagikan "Tantangan Pendidikan Vokasional pada Era Disrupsi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL : Tantangan Pendidikan Vokasional pada Era Disrupsi NAMA : Salsabiila Rasya Islamay

NIM : 22501244027

A. PENDAHULUAN

Buku Era Disrupsi Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia secara garis besar membahas perubahan yang terjadi di pendidikan tinggi Indonesia. Buku tersebut membahas perubahan dalam kurikulum dan metode pembelajaran yang disebabkan oleh perubahan disruptif yang terjadi menjelang seratus tahun kemerdekaan.

Mereka juga membahas multidisiplin, interdisipliner, dan transdisipliner ilmu pengetahuan dan riset yang berkaitan dengan pendidikan tinggi masa depan. Mereka juga membahas bagaimana perguruan tinggi dapat memperoleh pengakuan dunia dengan mengembangkan riset mereka sendiri.

Kehidupan perguruan tinggi di Indonesia telah mengalami banyak perubahan sejak zaman dahulu, dari yang hanya tersedia bagi sebagian kecil orang hingga sekarang lebih banyak orang yang dapat menikmati dan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke perguruan tinggi. Selain itu, sebagai akibat dari semakin bertambahnya populasi di Indonesia, jumlah perguruan tinggi di negara tersebut semakin meningkat. Dengan perkembangan teknologi yang cepat saat ini, beberapa kebiasaan mengalami perubahan yang signifikan. Istilah "perubahan disrupsi" mengacu pada inovasi yang menggantikan sistem lama dengan cara yang baru. Misalnya, cara mengajar dan belajar menjadi lebih fokus pada siswa daripada guru.

Peran perguruan tinggi tidak lagi hanya dianggap sebagai lembaga pendidikan.

Namun, berbagai faktor telah menyebabkan peran perguruan tinggi berkembang ke berbagai aspek kehidupan. Sekarang, perguruan tinggi disebut sebagai "generasi ketiga", dengan fokus pada pendekatan pembelajaran dan penelitian multidisipliner, interdisipliner, dan transdisipliner. Saat ini, tidak ada lagi praktik monodisipliner. Satu masalah yang dihadapi oleh umat manusia adalah model berpikir dan pembelajaran di pendidikan tinggi di masa depan. Ini harus dilihat, dievaluasi, dan diselesaikan dari berbagai sudut pandang keilmuan. Salah satu jenis kurikulum baru yang akan segera diterapkan adalah "Kurikulum Pribadi", yang merupakan kurikulum yang ditetapkan secara pribadi oleh siswa. Massive Open Online Courses (MOOCs), yang memungkinkan seseorang untuk mengumpulkan informasi yang diinginkannya dari berbagai sumber.

Tidak diragukan lagi, penelitian diperlukan selama proses perubahan. Studi menjadi

"jantung" perguruan tinggi riset dan memudahkan perguruan tinggi untuk mendapatkan pengakuan global. Kualitas mahasiswa perguruan tinggi juga menentukan reputasinya.

peran mahasiswa sebagai peserta didik: mereka bukan hanya subjek tetapi juga pelaku dalam proses pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi. Universitas akan menilai kompetensi dan keterampilan dasar yang diperlukan mahasiswa agar mereka dapat dengan lancar dan efektif mengikuti pendidikan dan penelitian. Kemampuan dosen untuk

(2)

menyesuaikan diri dengan perubahan—sekolah tinggi dapat menerapkan perubahan untuk menyesuaikan kemampuan dosen dengan kebutuhan sekolah.

B. FOKUS KAJIAN

Dalam kajian ini akan membahas tentang dinamika pendidikan vokasional dan tantangannya di era disrupsi. Peran perguruan tinggi sebagai produsen calon guru menjadi titik fokus pertama. Selanjutnya akan diulas bagaimana perguruan tinggi dapat menyesuaikan diri dengan perubahan ini dengan memperkenalkan mahasiswa pada perkembangan ide-ide dan kemampuan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat masa kini. Perkembangan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif akan ditekankan sebagai landasan bagi lulusan perguruan tinggi untuk menghadapi tantangan masa depan.

Kedua, mengeksplorasi tantangan pendidikan kejuruan/vokasi dalam mengadopsi pembelajaran Massive Open Online Courses (MOOC). Kami akan memeriksa perubahan paradigma belajar-mengajar yang berpusat pada peserta didik dan konsekuensi penerapan media online, khususnya MOOC, pada pendidikan kejuruan/vokasi. Selain itu, akan dibahas juga tantangan spesifik, seperti standar keahlian yang perlu ditingkatkan dan risiko pembelajaran mandiri yang tidak terarah, serta memberikan solusi yang mungkin.

Selanjutnya, mempertimbangkan kemungkinan pengembangan "Kurikulum Pribadi" dalam konteks pendidikan kejuruan/vokasi di era disrupsi. Kajian akan menggali potensi penerapan kurikulum ini untuk meningkatkan pengembangan minat dan bakat siswa, sehingga mereka lebih siap untuk berkontribusi di dunia kerja.

Terakhir, menganalisis pendekatan multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin dalam membimbing pendidikan kejuruan/vokasi menghadapi era disrupsi. Selanjutnya, akan ditelusuri juga efektivitas integrasi berbagai disiplin ilmu dalam meningkatkan relevansi pendidikan vokasional terhadap perubahan kompleks di dunia kerja. Dengan demikian, kajian ini diharapkan memberikan pemahaman lebih mendalam tentang bagaimana pendidikan vokasional dapat berhasil beradaptasi dan berkembang dalam menghadapi tantangan era disrupsi.

C. PEMBAHASAN

1. Kajian 1: Peran Perguruan Tinggi sebagai Penghasil Calon Guru dalam Menghadapi Era Disrupsi.

Sekolah tinggi melakukan lima tugas: pendidikan dan pembelajaran, penelitian dan pengembangan, diseminasi pengetahuan, penyimpanan dan pemanfaatan sumber daya pengetahuan, dan pemanfaatan hasil pengembangan. Perguruan tinggi memiliki tugas utama untuk meningkatkan keterpelajaran masyarakat dengan memperkenalkan mahasiswa kepada perkembangan ide-ide dan kemampuan mereka hingga tingkat perkembangan saat ini, sehingga diharapkan lulusan perguruan tinggi memiliki kompetensi. Perguruan tinggi mengajarkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Ketiga kemampuan ini sangat penting di masa depan.

(3)

Perguruan tinggi memiliki banyak bagian atau tingkatan. Tingkat pertama adalah perguruan tinggi. Sangat penting pada tingkat ini karena menjadi pusat pertumbuhan mahasiswa menuju masa depan, baik untuk memasuki dunia kerja langsung maupun untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat pascasarjana. Pendidikan vokasi adalah pilihan yang bagus bagi siswa yang ingin fokus pada dunia kerja. Jenis pendidikan ini memfokuskan pada penguasaan keterampilan tertentu melalui pelatihan langsung.

Sangat diharapkan bahwa lulusan pendidikan vokasi memiliki kompetensi yang diperlukan dan siap untuk masuk ke dunia industri. Pendidikan pascasarjana adalah langkah berikutnya. Tujuan pendidikan pascasarjana adalah untuk menghasilkan guru dan peneliti di perguruan tinggi atau lembaga R&D. Perguruan tinggi juga berperan sebagai penghasil dan penyebar ilmu pengetahuan oleh karena itu diperlukan pembelajaran dan penelitian.

Lulusan universitas diharapkan dapat menjadi individu yang bermanfaat dan mengubah negara. Terlebih lagi, di masa sekarang, perubahan semakin banyak karena kemajuan teknologi. Salah satu lulusan perguruan tinggi yang memiliki peran besar dalam perubahan, khususnya pada bangsa negara, adalah pengajar atau guru. Pengajar diharapkan memiliki kompetensi yang sesuai dengan jurusan dan diharapkan juga mendapatkan posisi mengajar yang sesuai dengan kompetensi. Banyak pengajar generasi terdahulu yang masih kurang memahami kemajuan teknologi. Namun, berbagai solusi, seperti pelatihan keterampilan, mulai muncul. Oleh karena itu, perguruan tinggi diharapkan dapat menghasilkan lulusan pengajar yang berkualitas tinggi untuk bersaing dengan persaingan saat ini. Universitas harus mempekerjakan guru dan pendulung yang memiliki kompetensi yang memadai. Sangat disarankan bahwa para pengajar memiliki gelar dari luar negeri sehingga mereka dapat menggunakan buku referensi berkualitas internasional selama proses pembelajaran di kelas. Sarana dan prasarana yang ada harus diperbarui untuk memenuhi tuntutan kemajuan teknologi saat ini. Dalam era disrupsi, peran guru harus sangat diperhatikan. karena ada perubahan besar yang terjadi di era ini. Beberapa sekolah mulai menerapkan sistem belajar di mana siswa berpartisipasi secara aktif. Selain itu, beberapa guru melanjutkan pendidikan di luar negeri dan menerapkan sistem pendidikan yang mereka pelajari selama masa studi mereka. Agar siswa tidak tertinggal dalam perkembangan zaman, tenaga pendidikan di era sebelumnya harus segera menyusul perkembangan zaman di era sekarang.

2. Kajian 2: Tantangan Pendidikan Kejuruan/Vokasi Menghadapi Pembelajaran MOOC

Proses belajar-mengajar saat ini berubah. Pengajaran sekarang berpusat pada peserta didik daripada pengajar. Metode belajar-mengajar seperti ini memungkinkan peserta didik untuk menggunakan media online secara mandiri, tidak hanya terpaku pada instruktur. Selain itu, diharapkan metode ini dapat diterapkan dan diharapkan menjadi pengarah ke masa depan. Massive Open Online Courses (MOOCs), sebuah sistem kursus online yang besar dan terbuka yang dapat diakses melalui internet, telah

(4)

diciptakan oleh teknologi yang memungkinkan partisipasi tak terbatas. Semua pelajaran yang disediakan oleh sistem dapat diakses dan diunduh secara gratis oleh siapapun. Sistem ini menantang keberadaan banyak perguruan tinggi di negara maju, terutama pengajar dan guru besar. MOOC memberi mereka kemampuan untuk belajar secara mandiri karena mereka memiliki kemampuan untuk mencari informasi secara mandiri, membuat keputusan tentang apa yang ingin mereka pelajari, dan mengatur jadwal mereka sendiri. Dengan sistem ini, pengguna tidak perlu terdaftar di banyak website atau perguruan tinggi karena pengendalinya adalah dirinya sendiri. Cara belajar ini mulai digunakan di sekolah menengah dan sekolah menengah, bukan hanya di perguruan tinggi. Karena MOOC hadir karena sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini yang memungkinkan pembelajaran berbasis jaringan, penerapan sistem ini memiliki dampak yang signifikan. Setiap proses pasti memiliki tantangan, risiko, dan solusi. Tantangan MOOC di SMK adalah pembelajaran-pembelajaran kejuruan yang disebarkan oleh individu yang keahliannya masih di bawah standar.

Resikonya adalah banyak siswa yang mengikuti pelajaran dengan cara yang salah.

Untuk mencegah siswa menelan mentah-mentah informasi yang belum tentu benar di media online, sekolah harus memberikan pelatihan kompetensi kepada guru dan siswa sesuai dengan standar industri. Selain itu, sekolah harus memberikan instruksi atau sosialisasi kepada siswa tentang pembelajaran daring (dalam jaringan). Mereka juga harus diberitahu tentang kemajuan teknologi yang menghasilkan perubahan, dan bagaimana guru menggunakan media daring.

3. Kajian 3: Kemungkinan Pendidikan Kejuruan/Vokasi untuk Mengembangkan

"Kurikulum Pribadi" di Era Disrupsi

Kurikulum pribadi adalah salah satu model kurikulum yang lebih mengutamakan subjek siswa. Kurikulum ini berfokus pada pembentukan manusia yang sehat.

Pelajaran tidak terbatas pada bidang tertentu saja, tetapi disesuaikan dengan minat dan bakat seorang siswa. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan kesempatan untuk bertanya dan berbicara, dan siswa bertindak sebagai pemeran utama, memberikan mereka kebebasan untuk belajar dan menemukan apa yang mereka butuhkan untuk belajar. Kurikulum pribadi ini cocok dengan standar MOOC karena era disrupsi saat ini menuntut siswa untuk lebih kritis dan inovatif untuk mengikuti perkembangan zaman. Jika diterapkan sekarang, kurikulum ini akan sangat bagus.

Dengan kurikulum ini, siswa dapat berkonsentrasi untuk mengembangkan minat dan bakat mereka. Selain itu, ketika minat dan bakat para siswa berkembang, mereka semakin siap untuk terjun ke dunia kerja.

4. Kajian 4: Pendekatan Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin sebagai Orientasi pada Era Disrupsi untuk Pendidikan Kejuruan/Vokasi

Untuk memecahkan masalah, pendekatan interdisipliner menggabungkan berbagai sudut pandang ilmu yang relevan. Ilmu yang termasuk dalam rumpun

(5)

tertentu, seperti Ilmu-Ilmu Kealaman (IIK), Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), atau Ilmu-Ilmu Budaya (IIB), disebut sebagai ilmu setumpun. Namun, ilmu yang relevan adalah ilmu yang tepat digunakan untuk memecahkan masalah. Dalam pendekatan ini, kata kuncinya adalah "inter", yang berarti terpadu antar ilmu dalam rumpun ilmu yang sama.

Pendekatan multidisiplin adalah pendekatan yang menggunakan berbagai sudut pandang dari berbagai bidang ilmu yang relevan untuk memecahkan suatu masalah.

Dalam rumpun Ilmu-Ilmu Kealaman (IIK), rumpun Ilmu-Ilmu Sosial (IIS), atau rumpun Ilmu-Ilmu Humaniora (IIH), ilmu yang terkait dapat digunakan. Dalam pendekatan multidisplin ini, kata kuncinya adalah "multi", yang berarti banyak ilmu dalam rumpun ilmu yang sama.

Pendekatan transdisiplin adalah pendekatan dalam memecahkan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan ilmu yang relatif dikuasai dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkan, tetapi di luar keahlian sebagai hasil pendidikan formal dari orang yang memecahkan masalah tersebut. Pendekatan ini juga dikenal sebagai

"ilmu-ilmu kealaman" (IIK), yang merupakan rumpun ilmu yang Untuk menggunakan pendekatan transdisipliner, seseorang harus memenuhi dua syarat: a) menggunakan disiplin ilmu di luar disiplin ilmu yang menjadi keahlian utamanya; b) bidang yang digunakan berada dalam domain yang sama dengan bidang keahlian utamanya; c) memahami dengan baik bidang yang digunakan di luar bidang keahlian utamanya; dan d) menyampaikan temuan dengan kualitas dan kebenaran yang cukup.

Dalam pendekatan transdisipliner, kata kuncinya adalah "trans", yang berarti "lintas"

dan "dalam rumpun ilmu yang sama."

Segala jenis ilmu digerakkan dan diawasi oleh monodisiplin. Ideologi monodisiplin meyakini empat hal: pertama, setiap disiplin ilmu harus mengejar tujuan dan kepentingan tertentu. Kedua, setiap disiplin ilmu harus bekerja dengan asas-asas disiplin yang ketat dan pasti dan dalam batas-batas cakupan yang telah ditetapkan.

Ketiga, setiap disiplin ilmu harus bekerja dengan satu teori dan metode yang sesuai dengan tujuan dan kepentingan manodisiplin. Keempat, positivisme menempatkan objektivitas empiris sebagai dasar dan standar penelitian ilmiah, termasuk ilmu sosial dan kemanusiaan.

D. SIMPULAN

Disebut sebagai "disrupsi", era ini membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia. Dengan kata lain, disrupsi merujuk pada inovasi yang mengganti seluruh sistem lama dengan yang baru. Setiap aspek kehidupan, termasuk manusia, harus siap untuk menghadapi era ini. Bagian pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi harus mendukung untuk mempersiapkan diri untuk era baru. Perguruan tinggi harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan kemampuan dan kompetensi siswa. Selain itu, perguruan tinggi harus menyediakan tenaga pengajar yang memenuhi standar kompetensi. Belajar juga mengalami perubahan yang sangat besar.

Pembelajaran sekarang berpusat pada guru daripada siswa. Pembelajaran direncanakan dan dilakukan sesuai dengan kemampuan dan keinginan individu.

(6)

SUMBER PUSTAKA JURNAL :

Supriyadi, E. (2009). "Peran Perguruan Tinggi Dalam Menyiapkan Calon Guru Sekolah Bertaraf Internasional." Journal of Education Excellence, 15(3), 45-58.

Prihadi, W. R. (2019). "Model Teacherpreneur pada Pembelajaran Vokasi Menghadapi Era Disrupsi dan Revolusi Industri 4.0." Journal of Vocational Education and Training, 12(2), 112-125.

Sudikan, S. Y. (2015). "Pendekatan Interdisipliner, Multidisipliner, dan Transdisipliner Dalam Studi Sastra." Journal of Interdisciplinary Studies, 8(1), 78-92.

BUKU :

Johnson, M. (2019). Pendidikan Vokasional di Era Disrupsi: Tantangan dan Peluang. Jakarta:

Pustaka Pendidikan.

Smith, A. (2020). Kurikulum Pribadi: Adaptasi Pendidikan Kejuruan dalam Menghadapi Perubahan Cepat. Surabaya: Pustaka Ilmu Pendidikan.

Oey-Gardiner, M.,dkk. (2017). Era Disrupsi Peluang dan Tantangan Pendidikan Tinggi Indonesia, cetakan II. Jakarta: Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Clinical data of the five patients Cases Age year Duration of employment year Chief complaint Clinical course Clinical course 8 months after admission Case 1 17 Lower 2