• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH UJIAN TENGAH SEMESTER PETROLOGI

N/A
N/A
Khusus Lagu

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH UJIAN TENGAH SEMESTER PETROLOGI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH UJIAN TENGAH SEMESTER PETROLOGI

BATUAN BEKU DIORIT

Disusun Oleh:

Ahmad Sidqi Kurniawan 21100120130074

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

APRIL 2021

(2)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bumi tersusun dari lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan penyusun Bumi terbentuk dari berbagai jenis batuan yang mengalami proses-proses geologis. Batuan penyusun bumi sendiri memiliki banyak jenisnya. Jika dilihat dari cara pembentukannya, batuan terbagi menjadi 3, yaitu Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf. Batuan Beku merupakan batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma, salah satu contohnya adalah Diorit.

Diorit merupakan salah satu dari jenis batuan beku yang tersusun diantara Granit hingga Gabro atau Basalt. Diorit sering digunakan untuk ornamen dinding, lantai bangunan, pengeras jalan, hingga perhiasan.

1.2 Maksud

- Mengetahui dan menentukan kompisisi, teksur, struktur, magma asal, proses pendinginan, dan lingkungan pembentukan batu Diorit.

- Mengetahui dan menentukan mineral – mineral yang terdapat pada sebuah batuan - Menganalisis dan melakukan pemberian nama pada batu Diorit.

1.3 Tujuan

- Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan menentukan kompisisi, teksur, struktur, magma asal, proses pendinginan, dan lingkungan pembentukan batu Diorit.

- Mahasiswa dan pembaca dapat mengetahui dan menentukan mineral – mineral yang terdapat pada sebuah batuan.

- Mahasiswa dan pembaca dapat menganalisis dan melakukan pemberian nama pada batu Diorit.

(3)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Diorit termasuk kedalam batuan beku. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk karena magma yang mengalami penurunan suhu dan membeku. Batuan beku dibagi menjadi 3 jenis berdasarkan ukurannya, yaitu Batuan Beku Plutonik, Hipabisal, dan Vulkanik. Batuan Plutonik merupakan batuan beku dengan ukuran partikel besar.

Dalam pembetukannya, batuan beku plutonik, magma membeku secara lambat di dalam dapur magma. Biasanya batuan ini memiliki struktur gelas. Batuan beku hipabisal merupakan batuan beku dengan ukuran sedang. Dalam pembentukannya, magma membeku dengan kecepatan sedang. Pembetukan batuan ini terjadi di Siil, Leher Vulkanik, Dike, dan Lakolit. Batuan beku Vulkanik merupakan batuan beku dengan ukuran yang cukup kecil hingga halus. Batuan beku vulkanik terbentuk secara ekstrusif, dimana pembekuan magma terjadi di lapisan terluar atau permukaan, sehingga magma mengalami pembekuan dengan cepat.

2.2 Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:

a. Derajat Kristalisasi

Derajat kristalisasi adalah tingkat pengristalan dari suatu batuan beku pada waktu terbentuknya batuan tersebut. Derajat kristalisasi dalam fungsinya digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

(4)

1. Holokristalin, yaitu batuan beku di mana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.

2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian lagi terdiri dari massa kristal.

3. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

b. Granularitas.

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

- Faneritik

Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis faneritik ini dapat dibedakan menjadi:

a. Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

b. Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1–5 mm.

c. Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5–30 mm.

d. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

- Afanitik

Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisis mikroskopis dapat dibedakan menjadi:

a. Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

b. Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01 hingga 0,002 mm.

c. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

(5)

c. Bentuk kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk kristal, yaitu:

Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

d. Hubungan antar kristal

Hubungan antar kristal (relasi) didefinisikan sebagai hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua:

- Equigranular

Hubungan equigranular terjadi apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.

Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.

Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.

- Inequigranular

Hubungan equigranular terjadi apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain (yang lebih kecil) disebut massa dasar yang bisa berupa kristal atau gelas.

Inequigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

Faneroporfiritik, yaitu apabila kristal-kristal penyusun massa dasar dapat terlihat jelas dengan mata atau lup.

(6)

Porfiroafanitik, yaitu apabila kristal penyusun massa dasar tidak dapat terlihat dengan mata atau lup.

e. Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan saja, seperti:

Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.

Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:

Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak

menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur.

Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang- lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral- mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting

joint (kekar berlembar).

(7)

BAB 3

HASIL DESKRIPSI

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

HASIL DESKRIPSI ACARA BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL Tanggal Pengamatan 14/04/2021

Praktikan / NIM Ahmad Sidqi Kurniawan/21100120130074

No Peraga M20

Struktur Masif

Tekstur

Tingkat Kristalisasi Holokristalin Ukuran Kristal Kasar (5-10 mm)

Granularitas Faneritik

Bentuk Kristal Euhedral

Hub. Antar Mineral Panidiomorfik granular Komposisi

Plagioklas 35%

Memiliki kilap kaca, berwarna putih atau abu-abu hingga, tingkat kekerasan 6-6,5 skala mohs, memiliki belahan sempurna, cerat putih, dan memiliki pecahan konkoidal

Kuarsa 20%

Berwarna putih bening, tingkat kekerassan 7 skala mohs, tidak memiliki belahan, bentuk, memiliki kilap kaca, cerat putih, pecahan Konkoidal.

Orthoklas 30%

Memiliki kilap kaca, berwarna putih keabu-abuan hingga kecoklatan, tingkat kekerasan 6 skala mohs, Belahan sempurna, cerat putih, dan tidak memiliki pecahan

(8)

Piroksen 15% Memiliki kilap kaca, berwarna hitam hingga kitam kehijauan, tingkat kekerasan 5-6 skala mohs.

Sketsa

- Plagioklas - Piroksen - Kuarsa - Orthoklas

Nama batuan Diorit Kuarsa (Travis, 1955)

Dimensi:

P: 8 cm L: 7 cm T: 4 cm

(9)

PETROGENESA:

Batuan tersebut memiliki derajat kristalisasi holokristalin, tingkat granularitas pada batuan ini adalah faneritik. Warna batuan yang berwarna coklat kehitaman dengan bintik-bintik plagioklas berbentuk tabular putih. Batuan tersebut tersusun dari mineral-mineral orthoklas, plagioklas, kuarsa, dan piroksen. Batuan tersebut juga mempunyai struktur masif dan memiliki bentuk kristal euhedral. Batuan tersebut termasuk batuan beku intermediet karena memiliki warna dengan tingkat kecerahan sedang. Berdasarkan data pada tabel diatas, maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut adalah Diorit Kuarsa (Travis, 1955)

Gambar 1.

Klasifikasi batuan beku menurut Russel B. Travis (1955)

(10)

Diorit adalah salah satu jenis batuan beku dalam (Batuan Plutonik), Batuan ini memiliki komposisi plagioklas yang melebihi ortoklas, Diorit dapat digunakan untuk batu ornamen dinding, maupun lantai bangunan gedung, pengeras jalan, pondasi, dan lain-lain.

Diorit merupakan batuan hasil terobosan batuan beku (instruksi) yang terbentuk dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafik pada suatu zona subduksi. biasanya diproduksi pada busur lingkaran vulkanis, dan membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( zona subduksi sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan Pegunungan). Terdapat emplaces yang besar berupa batholith dan mengantarkan magma sampai pada permukaan untuk menghasilkan gunung api gabungan dengan lahar andesite.

(11)

BAB 4 KESIMPULAN

Batuan beku terbentuk dari magma yang membeku. Berdasarkan ukurannya, batuan beku dibagi menjadi 3, yaitu Batuan Beku Plutonik, Hipabisal, dan Vulkanik. Batuan Plutonik merupakan batuan beku dengan ukuran partikel besar dan proses pendinginan yang lambat.

Batuan beku hipabisal merupakan batuan beku dengan ukuran sedang dan proses pembekuan magma dengan kecepatan sedang, dan Batuan beku Vulkanik merupakan batuan beku dengan ukuran yang cukup kecil hingga halus. Batuan beku vulkanik terbentuk karena magma mengalami pembekuan dengan cepat.

Untuk mengidentifikasi nama dan jenis batuan beku, dapat dilihat melalui struktur dan mineral penyusunnya. Setelah mengidentifikasi struktur danmineral penyusunnya, maka data tersebut dapat diplot pada tabel klasifikasi batuan beku menurut Russel B. Travis (1955), dan akan didapatkan nama dan jenis dari batuan tersebut

Referensi

Dokumen terkait