• Tidak ada hasil yang ditemukan

makna ta'aruf di kalangan remaja perspektif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "makna ta'aruf di kalangan remaja perspektif"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana hukum Islam mengulas konsep ta'aruf di kalangan mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Ponorogo. Bagaimana hukum Islam menilai perlunya ta'aruf sebelum menikah di kalangan mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Ponorogo.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Studi penelitian Terdahulu

9 Desti Romawansa, “Tinjauan Hukum Islam Tentang Sikap Remaja Dalam Pacaran Sehubungan dengan Pernikahan Melalui Proses Ta'aruf (Studi Kasus Desa Kumbara Utama Kecamatan Kerinci Kanan),” n.d. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama mengkaji pandangan remaja terhadap ta'aruf. Skripsi yang ditulis oleh Satria Aji Wisnu Saputra berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Amalan Ta'aruf Online Melalui Media Sosial.

Bagaimana hukum Islam mengulas praktik ta’aruf online pada Akun Grup Facebook “Indonesia Pa Kencan” Cabang Sukoharjo sebagai sarana persiapan lamaran pernikahan. Namun terdapat pula kendala atau kelemahan dalam amalan ta’aruf online melalui jejaring sosial facebook pada akun grup facebook “Indonesia Tanpa Pacaran” Cabang Sukoharjo, yaitu a.

Metode penelitian

Menurut Bungin, data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.12 Data diperlukan sebagai bahan utama penelitian. Menurut Bungin, data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan.14 Peneliti menggunakan data sekunder berupa dokumentasi dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, teknik utama pengumpulan data berasal dari pembuktian suatu hipotesis yang disajikan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau hukum, baik yang mendukung maupun yang bertentangan dengan suatu hipotesis.17 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan berbagai buku dan majalah terkait. untuk penelitian dan dokumentasi. selama wawancara kerja.

Editing yaitu memeriksa seluruh data yang diperoleh terutama kelengkapan, keterbatasan, kejelasan makna, kesesuaian dan keselarasan dengan yang lain, relevansi dan keragaman suatu atau kumpulan data. Dengan observasi ekstensif ini, peneliti mempunyai kebebasan untuk memastikan apakah data yang diperoleh benar atau ada yang perlu diperbaiki atau ditambah.

Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, dimana peneliti memeriksa keabsahan data, membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen dengan menggunakan sumber informasi yang berbeda sebagai bahan pertimbangan. Dalam hal ini peneliti juga membandingkan data observasi dengan data wawancara, serta membandingkan data wawancara dengan wawancara lainnya, yang kemudian disimpulkan dengan kesimpulan berdasarkan temuan lapangan. Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian berupa observasi, wawancara dan hasil observasi.

Pada bab ini peneliti menjelaskan Tinjauan Hukum Islam tentang Konsep Ta'aruf dan Urgensi Ta'aruf Sebelum Menikah di Kalangan Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Ponorogo. Bab ini merupakan penutup dari pembahasan skripsi yang memuat kesimpulan yang merupakan jawaban umum atas permasalahan yang diambil dari hasil penelitian dan saran yang ditujukan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

KONSEP PERNIKAHAN DAN TA’ARUF

Dasar hukum Pernikahan

Artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang masih bujang di antara kamu dan orang-orang yang berhak (menikah) dari hamba-hamba sahaya kamu yang lelaki dan hamba-hamba sahaya kamu yang perempuan.

Lima Hukum Pernikahan

Kerana perkahwinan (monogami atau poligami) bukanlah sesuatu yang ditakuti atau sebagai berahi, tetapi ia adalah sesuatu yang harus dihormati dalam erti kata yang paling tinggi 12 Berdasarkan perubahan illat atau syarat setiap orang yang ingin berkahwin, maka sah nikah. boleh sunnah, wajib, makruh dan haram. 13. Perkahwinan yang sah menjadi sunnah apabila seseorang itu dilihat dari segi fizikal boleh berkahwin dan dari segi material hanya mempunyai nafkah sara hidup, maka bagi orang yang demikian itu adalah sunnah baginya untuk berkahwin. Manakala ulama Syafi’iyah pula berpendapat bahawa perkahwinan adalah sunnah bagi mereka yang melakukannya dengan tujuan untuk mendapatkan ketenangan jiwa dan meluaskan zuriat.

Perkahwinan yang sah menjadi wajib apabila didapati seseorang itu cukup vital dan tuntutan fizikal untuk berkahwin, sehingga jika dia tidak berkahwin dia akan terjerumus ke dalam perangai buruk, maka wajib bagi orang yang demikian. Perkahwinan yang sah menjadi makruh apabila seseorang yang dianggap layak secara fizikal untuk berkahwin, tetapi belum terlalu mendesak dan perbelanjaan untuk perkahwinan belum ada, maka jika dia berkahwin, dia hanya akan menyusahkan isteri dan anak-anaknya, kemudian. bagi orang yang demikian makruh berkahwin .15. Perkahwinan yang sah menjadi haram apabila seseorang itu menyedari bahawa dia tidak mampu untuk menjalani kehidupan berumah tangga, melakukan kewajipan dalaman seperti mencampuri urusan isteri.

Sebaliknya jika seorang perempuan menyadari bahwa ia tidak mampu memenuhi hak-hak suaminya, atau ada hal-hal yang menyebabkan ia tidak mampu memenuhi kebutuhan batinnya, karena sakit jiwa, kusta, atau penyakit-penyakit lain pada kemaluannya, maka ia dikenai hukuman. tidak boleh berbohong tentang hal itu, tapi dia harus menjelaskan semuanya, itu terserah laki-laki. Jika pihak perempuan salah, maka suaminya dapat membatalkannya dan mengambil kembali mahar yang telah diberikan. 16 Dr. Liky Faizal MH, PENCATATAN PERNIKAHAN KAJIAN POLITIK HUKUM ISLAM (CV Literasi Nusantara Abadi.

Rukun dan Syarat Pernikahan

Syarat merupakan sesuatu yang wajib ada, namun tidak menjadi bagian integral dari bentuk ibadah atau mu'amalah, seperti adanya dua orang saksi dalam suatu pernikahan menurut mazhab Hanafi. Para ulama Imam Majhab sepakat bahwa suatu perkawinan sah apabila dilangsungkan dengan suatu akad yang memuat persetujuan antara pihak yang dilamar dengan laki-laki yang melamarnya, atau antara pihak-pihak yang menggantikannya, seperti wakil dan wali. dianggap batal hanya atas dasar persetujuan bersama, sebagaimana tanpa suatu kontrak. Dalam suatu perkawinan harus ada dua orang calon pengantin, seorang wali, seorang saksi dan juga persetujuan.

Fathiyah Mahmud al-Hanafi, al-zawaj wa al-akhkam al-Khashah bihi, Dikte ceramah Li'Banat Dirasah al-Islamiyah, 132. Para ulama madzhab sepakat bahwa suatu perkawinan harus ada akad yang memuat ijab dan qabul antara mempelai dengan mempelai. pengantin pria. Para ulama madzhab juga sepakat bahwa suatu pernikahan sah jika dilakukan dengan redaksi ُت ْجََّٗص (Saya menikah) atau ُتْذَنَّْا (Saya menikah) oleh pihak yang dilamar dan redaksi تْيِثَِ (Saya menerima) atau (Saya menerima) pihak yang melamar atau mewakilinya. .

Madzhab Hanafi berpendapat bahwa akad dapat dilaksanakan dengan segala kata yang menunjukkan niat perkawinan, bahkan dengan kata al-tamlik (harta), al-hibbah (penyerahan), al-ihlal (kompensasi), al-ibahah ( manfaat), sepanjang akad tersebut disertai dengan qarinah (sambungan) yang menunjukkan makna perkawinan. Madzhab Maliki dan Hambali berpendapat bahwa suatu akad nikah dianggap sah apabila menggunakan lafal al-nikah dan al-zawaj serta lafal lainnya. Sedangkan Madzhab Syafi'i berpendapat bahwa isi akad harus merupakan kata yang terbentuk hanya dari pengucapan al-tazwij dan nikah, dan segala sesuatu yang lain tidak sah.

Perihal menyaksikan akad nikah, Imam Syafi'i, Hanafi dan Hanbali sepakat bahwa pernikahan tidak sah tanpa adanya saksi, namun Imam Hanafi berpendapat kehadiran dua orang laki-laki, atau satu laki-laki dan dua perempuan saja sudah cukup. Namun, mereka berpendapat bahwa kesaksian perempuan saja, tanpa kehadiran laki-laki, tidak sah. Sedangkan syarat-syarat untuk melangsungkan akad nikah disepakati oleh kedua belah pihak, menurut mazhab Islam, bahwa bersikap bijaksana dan dewasa merupakan syarat dalam menikah.

Hikmah Pernikahan

Disyaratkan juga kedua-dua pengantin lelaki dan perempuan bebas daripada keadaan yang menghalang mereka untuk berkahwin, sama ada daripada hubungan keluarga atau daripada hubungan lain. Inilah syarat yang disinggung dalam ayat al-Quran yang bermaksud: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu, supaya kamu cenderung dan merasa kasih kepadanya, dan Dia bercinta dan menyayangi antara kamu. Dengan cara ini, pelbagai bentuk aktiviti dan pelaburan menjadi lebih hebat, sehingga ia sangat berkesan dalam meningkatkan tahap kesejahteraan ekonomi dan produktiviti, serta dalam mempromosikan penggunaan manfaat Allah yang banyak. sumber asli yang berguna 24.

Pembagian wilayah kerja membuat segala urusan di dalam dan di luar rumah sama-sama tertata rapi dan dibarengi dengan pembagian tanggung jawab yang jelas antara suami dan istri atas tugasnya masing-masing. Dengan pembagian tugas yang adil antara suami dan istri, maka masing-masing pihak biasanya menjalankan tugasnya dengan cara yang diridhai Allah dan terhormat di mata manusia, serta membuahkan banyak hasil yang berkah. Dampak positif perkawinan berupa terjalinnya erat hubungan antar berbagai keluarga, mempererat rasa cinta dan mempererat berbagai bentuk hubungan sosial antar mereka, sangat diridhoi, didukung dan dianjurkan oleh Islam.

Ta‟aruf

Ta'aruf diharapkan menjadi solusi penerimaan kita terhadap pasangan dengan diiringi kesadaran penuh dan bukan karena paksaan. Berikut ini adalah label umum dan konsep proses Ta'aruf: 1) Tujuan karena Allah. Jika Ta'aruf diniatkan murni karena Allah, apapun keputusan yang diambil di akhir proses akan diterima dengan ikhlas.

Pendamping atau yang kadang disebut mediator adalah orang yang mendampingi proses ta'aruf.. 37 . termasuk agar proses Ta'aruf tetap sesuai dengan prinsip syariah yaitu tanpa khalwat. Pendamping juga berfungsi agar proses Ta'aruf mempunyai arah karena ada yang mengarahkan, mengurangi perasaan gugup dan tegang, membantu proses Ta'aruf dan mengendalikan tanda-tanda syariat. Rumah guru mengaji, masjid atau rumah orang tua merupakan beberapa tempat yang direkomendasikan untuk melakukan proses ta'aruf.

Ta'aruf harus dirahasiakan dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan dengan dilaksanakannya Ta'aruf. Jagalah rahasia Ta'aruf dan teruslah memohon kepada Allah agar diberikan kemudahan dan kelancaran, serta pilihan yang terbaik. Namun jika orang tua tidak bisa menjadi pendamping Ta'aruf, pilihlah orang yang dekat dengan amal shaleh, misalnya ustadz/ustadzah atau murabbi.

Status perkawinan pendamping sangat diperlukan untuk menjaga keamanan, karena bisa jadi jika pendamping belum menikah maka dialah yang melakukan ta'aruf. Mediator adalah orang yang dapat dipercaya, yang akan menjaga rahasia proses Ta’aruf dan apa yang ada didalamnya. Sifat amanah yang dimiliki sahabat diperlukan untuk dapat mengendalikan diri dan menjaga rahasia, karena informasi tentang Ta'aruf dan suasananya termasuk dan tidak tercela.

Pergaulan Menurut Hukum Islam

Tujuan ta'aruf yang diungkapkan oleh Muhammad Syamsuddin dan Nur Sa'adhah tidak jauh berbeda. “Tinjauan Hukum Islam Tentang Pandangan Remaja Tentang Pacaran Sehubungan dengan Pernikahan Melalui Proses Ta'aruf (Studi Kasus Desa Kumbara Utama Kecamatan Kerinci Kanan)”, N.D.

Referensi

Dokumen terkait