MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
Di Fasyankes
No. Hp. : 0816804210 Alamat email :
dariana_dina@yahoo.com dr. Dina Dariana MKK
Pendidikan : FK Unair
S2 Kedokteran Kerja FK UI
1.6
PERAN DINAS KESEHATAN
KAB/KOTA
1.5 1.3 1.4
1.1 1.2
• 2 KRITERIA
• 11 EP
TATA KELOLA ORGANISASI
BAB I
KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS
• 1 KRITERIA
• 7 EP
• 3 KRITERIA
• 15 EP
• 4 KRITERIA
• 10 EP
• 5 KRITERIA
• 14 EP
• 8 KRITERIA
• 27 EP
MANAJEMEN SUMBER
DAYA MANUSIA
MANAJEMEN FASILITAS &
KESELAMAT AN (MFK)
6 STANDAR, 23 KRITERIA, 84 ELEMEN PENILAIAN
PENGAWASAN PENGENDALI
AN
PENILAIAN KINERJA PERENCANA
AN
PUSKESMAS
Standar 1.4 MANAJEMEN FASILITAS dan KESELAMATAN (MFK)
1.4.1. PROGRAM MFK
1.4.2. PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN
1.4.3. MANAJEMEN INVENTARISASI, PENGELOLAAN, PENYIMPANAN DAN PENGGUNAAN B3 DAN LIMBAH B322
1.4.4. PROGRAM TANGGAP DARURAT BENCANA
1.4.5. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1.4.6. PROGRAM KETERSEDIAAN ALAT KESEHATAN
1.4.7. PROGRAM
PENGELOLAAN SISTEM UTILITAS
1.4.8. DIKLAT MFK
1.4.1.
Program Manajemen Fasilitas dan
Keselamatan
POKOK PIKIRAN
• Puskesmas perlu menyusun program MFK
• Dilakukan identifikasi dan pembuatan peta risiko
• Tetapkan tim atau petugas yang menjalankan program MFK
• Dilakukan evaluasi minimal per tri wulan POKOK PIKIRAN
• Puskesmas perlu menyusun program MFK
• Dilakukan identifikasi dan pembuatan peta risiko
• Tetapkan tim atau petugas yang menjalankan program MFK
• Dilakukan evaluasi minimal per tri wulan
Manajemen Keselamatan dan keamanan Manajemen bahan dan limbah B3
Manajemen bencana/disaster
Manajemen penanganan kebakaran Manajemen alat kesehatan
Manajemen sistem utilitas Pendidikan petugas
P
R
O
G
R
A
M
M
F
K
1.4.2.
PROGRAM KESELAMATAN
DAN KEAMANAN
Keselamatan dan keamanan dikelola untuk mencegah accident (cedera) akibat fasilitas (bangunan, utilitas,
peralatan, bukan akibat pelayanan) dan mencegah terjadinya tindak criminal di fasilitas pelayanan
kesehatan
• Program untuk keselamatan dirancang untuk mencegah terjadinya cedera bagi pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat akibat Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3), seperti tertusuk jarum, tertimpa bangunan, kebaka ran, gedung roboh, dan tersengat listrik
• Program keselamatan bagi petugas terintegrasi dengan program keselamat an dan kesehatan kerja
• Program untuk keamanan perlu direncanakan untuk mencegah terjadinya kejadian kekerasan fisik maupun cedera akibat lingkungan fisik yang tidak aman seperti penculikan bayi, pencurian, dan kekerasan pada petugas
• Apabila Puskesmas mengalami renovasi dan atau konstruksi bangunan ma ka perlu disusun Infection Control Risk Assesment (ICRA) renovasi untuk memastikan proses renovasi dan atau konstruksi bangunan dilakukan seca ra aman dan mengontrol terjadinya penyebaran infeksi.
POKOK PIKIRAN
1. Dilakukan identifikasi terhadap pengunjung, petugas dan petugas alih daya (outsourcing)
2. Dilakukan inspeksi fasilitas secara berkala meliputi bangunan, prasarana dan peralatan
3. Dilakukan simulasi terhadap kode darurat secara berkala.
4. Dilakukan pemantauan terhadap pekerjaan konstruksi terkait keamanan dan pencegahan penyebaran infeksi.
Elemen penilaian
Elemen penilaian
• Melakukan asesmen risiko secara komprehensif dan proaktif untuk mengidentifikasi bangunan, ruangan/area, peralatan, perabotan dan fasilitas lainnya yang berpotensi menimbulkan cedera
• Melakukan pemeriksaan fasilitas secara berkala dan terdokumentasi
• Menyediakan anggran untuk perbaikan
• Melakukan asesmen risiko pra konstruksi (Pra Construction Risk
Assessment/PCRA) setiap ada konstruksi, renovasi dan penghancuran bangunan/demolisasi
• Merencanakan dan menyediakan fasilitas pendukung yang aman, untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan cedere, mengurangi bahaya dan risiko serta mempertahankan kondisi aman bagi pasien, keluarga, staf dan
pengunjung.
PROGRAM KESELAMATAN DAN
KEAMANAN
• Penggunaan kartu identitas seluruh staf puskesmas dan semua
individu yang bekerja di puskesmas, pada pasien RI, penunggu pasien, pengunjung (termasuk tamu) yang memasuki area terbatas (restricted area) sehingga menciptakan lingkungan yang aman.
• Melindungi dari kejahatan perorangan, kehilangan, kerusakan atau pengrusakan barang milik pribadi.
• Menyediakan fasilitas yang aman sesuai dengan per-UU
• Melakukan monitoring pada daerah yang berisiko keselamatan dan keamanan seperti ruang bayi, OK, ruang anak, lanjut usia, pasien
rentan yang tidak dapat melindungi diri sendiri atau memberi tanda minta bantuan bila terjadi bahaya.
PROGRAM KESELAMATAN DAN KEAMANAN
Pencatatan-Pelaporan-Monitoring-Evaluasi
1.4.3
MANAJEMEN B3 DAN LIMBAH B3
B3 adalah bahan (zat, energi, dan/atau
komponen lain) yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahkluk hidup lainnya
(PP 74/2001)
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
• Bahan berbahaya beracun (B3) dan limbah B3 perlu diidentifikasi dan dikendalikan secara aman.
• Puskesmas perlu menginventarisasi B3 meliputi lokasi,jenis, dan jumlah B3 serta limbahnya yang disimpan.
• Daftar inventaris ini selalu dimutahirkan sesuai dengan perubahan yang terjadi di tempat penyimpanan .
• Pengolahan limbah B3 sesuai standar (penggunaan dan pemilahan, pewadahan dan penyimpanan/TPS B3 serta pengolahan akhir)
• Tersedia IPAL sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan
POKOK PIKIRAN
MANAJEMEN B3 DAN LIMBAH B3
Dilaksanakan program pengelolaan
B3 dan limbahnya
Penggunaan dan pemilahan, pewadahan, penyimpanan/
TPS B3 serta pengolahan akhir sesuai
standar
Tersedia IPAL sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan
Ada laporan, analisis, dan tindak lanjut penanganan tumpahan, paparan/pajan an B3/limbah B3
Monev
1 2
4 3
Elemen penilaian
Elemen penilaian
PROGRAM PENGELOLAAN B3
1. Penetapan jenis dan area/lokasi penyimpanan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Pengelolaan, penyimpanan dan penggunaan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Sistem pelabelan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
4. Sistem pendokumentasikan dan perizinan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Penanganan tumpahan dan paparan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
6. Sistem pelaporan dan investigasi jika terjadi tumpahan dan atau paparan B3 sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
7. Penggunaan APD sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
PENGELOLAAN B3 di Fasyankes
MSDS, label, simbol
Perencanaan pengadaan B3 Penggunaan B3 Pengemasan B3 Penyimpanan B3
Distribusi B3
Penanganan insiden tumpahan B3
Pembuangan B3 kedaluarsa
SOP
SOP
SOP
SOP
Perencanaan pengadaan B3
• Setiap jenis B3 baru yang akan diadakan harus dievaluasi terlebih dahulu, apakah tidak ada pilihan lain atau pengganti.
• Setiap unit yang mengajukan permintaan harus memberikan informasi bahwa barang yang diajukan termasuk B3, dan harus
mencantumkan jelas nama bahan, nama dagang, rumus kimia dan jumlah yang diminta
• Pastikan B3 yang diadakan sesuai kebutuhan
• Setiap pengadaan B3 harus disertai MSDS
• Setiap B3 yang dikirim oleh pemasok (distributorpengecer) wajib dikemas sesuai klasifikasinya
• Semua B3 harus diberi simbol dan label
Penggunaan B3
• Setiap pekerja yang mengunakan B3 harus menggunakan
APD sesuai yang tercantum dalam Lembar Data Keselamatan (sarung tangan, masker, kacamata pelindung, penutup
kepala, penutup kaki)
• Tidak diperkenankan makan, minum, merokok saat bekerja menggunakan bahan kimia
• Pengawasan penggunaan B3 secara berkala oleh unit K3 dan menjadi tanggung jawab Kepala Satuan Kerja
• Ruangan yang menggunakan B3 harus tersedia Lembar Data Keselamatan, APAR, emergency kit (P3K, eye washer, body shower, spill kit)
Pengemasan B3
• Di fasyankes pengemasan B3 biasanya pengemasan ulang dalam wadah yang lebih kecil
• Harus disertai pemberian label dan simbol yang sesuai
PENYIMPANAN B3
B3 ditempatkan, disimpan, diberi simbol dan label, dilengkapi sistem tanggap darurat
• Pemasangan simbol dan label pada tempat penyimpanan sesuai dengan klasifikasi B3 yang disimpan
• Pemasangan label menjadi tanggung jawab Satuan Kerja Penyimpanan dan Penggunaan B3
• Satuan kerja wajib mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan kerja , pencemaran dan atau kerusakan lingkungan
• Tidak diperkenankan menyimpan barang selain B3.
• Tidak diperkenankan makan, minum, merokok
• Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
• Penyimpanan tidak boleh melebihi pandangan mata
Syarat ruangan khusus penyimpanan B3
• Ventilasi cukup
• Material ruangan terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar
• B3 tidak boleh diletakkan langsung dilantai
• Setiap orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk (resticted area)
• Tersedia Lembar data Keselamatan, APAR, emergency kit
• B3 yang mudah terbakar dijauhkan dari sumber panas dan tidak disimpan bersama B3 peroksidasi
• Lakukan monitoring suhu ruangan, pengecekan kerusakan atau kebocoran kemasan secara berkala
DISTRIBUSI B3
• Menggunakan alat angkut tertutup, khususnya untuk B3 radiofarmaka dan B3 yang mudah menguap
• Distribusi ke unit layanan dalam jumlah kecil sesuai dengan kebutuhan
• Pendistribusian B3 harus disertai Lembar Data Keselamatan
Penanganan insiden tumpahan atau paparan B3
• Mengamankan (mengisolasi) tempat terjadianya kecelakaan
• Tumpahan B3 dalam jumlah kecil, tangani dengan menggunakan spill kit
• Gunakan APD sesuai jenis B3
• Insiden tidak dapat diatasi informasikan kepada petugas tanggap darurat dengan mengaktifkan sistem tanggap darurat
• Melaporkan insiden kepada penanggungjawab K3
Pembuangan B3 kedaluarsa/limbah B3
• B3 kedaluarsa dibuang sesuai standar pembuangan limbah B3 SOP ( pemilahan, pewadahan,
penyimpanan, pengangkutan, penguburan/penimbunan) lembar MSDS, sistem kedaruratan, sarana keselamatan, APD yang sesuai,
• Pengelolaan limbah B3 bila diserahkan kepada pihak III
ada kesepakatan / MOU dan pemantauan
• B3 kedaluarsa bila memungkinkan dikembalikan kepada
pemasok
1.4.4
PROGRAM TANGGAP DARURAT
BENCANA
POKOK PIKIRAN
•Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) ikut bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam upaya mitigasi dan penanggulangan bila terjadi bencana baik internal maupun eksternal.
•Strategi dan rencana untuk menghadapi bencana perlu disusun sesuai dengan potensi bencana yang mungkin terjadi berdasarkan hasil penilaian kerentanan bahaya (Hazard Vulnerability Assesment).
•Program kesiapan menghadapi bencana disusun dan disimulasikan (disaster drill) setiap tahun secara internal atau melibatkan komunitas secara luas,
terutama ditujukan untuk menilai kesiapan sistem (2 sd 6) yang telah diuraikan di kriteria 1.4.1.
•Setiap karyawan wajib mengikuti pelatihan/ lokakarya dan simulasi dalam pelaksanaan program tanggap darurat agar siap jika sewaktu-waktu terjadi bencana yang diselenggarakan minimal setahun sekali.
•Dilakukan debriefing pada simulasi yang dilaksanakan
Manajemen bencana perlu disusun dalam upaya menanggapi bila terjadi bencana internal dan/ atau eksternal yang meliputi:
• Identifikasi jenis, kemungkinan, dan akibat dari bencana yang mungkin terjadi
• Menentukan peran Puskesmas dalam kejadian tersebut
• Strategi komunikasi jika terjadi bencana
• Manajemen sumber daya
• Penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
• Identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan manajemen konflik yang mungkin terjadi pada saat bencana,
• Peran Puskesmas dalam tim terkoordinasi dengan sumber daya masyarakat yang tersedia.
POKOK PIKIRAN
Dilakukan identifikasi
risiko terjadinya
bencana internal dan
eksternal
Dilakukan program manajemen
bencana
Dilakukan simulasi dan
evaluasi tahunan
Dilakukan perbaikan program kesiapan menghadapi
bencana sesuai hasil simulasi dan
evaluasi tahunan
Program Tanggap Bencana
Elemen penilaian
Elemen penilaian
Identifikasi risiko bencana eksternal dan internal
Hazard Vulnerability Assesment (HVA)
Pembentukan Tim tanggap/
penanggulangan bencana Penyusunan disaster plan Edukasi dan simulasi
penanggulangan bencana
PROGRAM PENANGGULANGAN BENCANA INTERNAL & EKSTERNAL
• Strategi komunikasi jika terjadi bencana,
• Manajemen sumber daya,
• Penyediaan pelayanan dan alternatifnya,
• Identifikasi peran dan tanggung jawab tiap karyawan, dan
manajemen
• Konflik yang mungkin terjadi pada saat
bencana.
MANAJEMEN BENCANA
Manajemen Risiko Bencana:
• Pencegahan
• Mitigasi
• Kesiapsiagaan
Manajemen Pemulihan
• Pemulihan
• Rehabilitasi
• Rekonstruksi Manajemen Kedaruratan
• Siaga Darurat (Deteksi Dini)
• Tanggap Darurat (Evakuasi, Penyelamatan)
• Transisi Darurat
PRA BENCANA
SAAT BENCANA
PASCA BENCANA
MITIGASI BENCANA
• Rekayasa sarana fisik, bangunan yang tahan bencana
• Sarana penunjang tanggap bencana
(evakuasi, transportasi, komunikasi, dll)
STRUKTURAL
• Peraturan perundang- undangan, SOP
• Tata ruang
• Pelatihan dan simulasi dalam evakuasi,
edukasi, dll
• Memperkuat jejaring dengan instansi lain
NON STRUKTURAL
Upaya untuk mengurangi risiko dan dampak bencana
1. Tersedia
informasi dan peta kawasan rawan
bencana
2. Sosialisasi untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana
3. Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan
dihindari, serta cara penyelamatan diri 4. Pengaturan dan
penataan kawasan rawan bencana untuk
mengurangi ancaman bencana
SDM – TIM- Manajemen konflik
KESIAPSIAGAAN BENCANA
Identifikasi risiko kondisi darurat dan bencana Analisis risiko melalui HVA tools
Penyusunan rencana tanggap darurat
Penyusunan prosedur kesiapsiagaan bencana Menyediakan alat/sarana
Simulasi kondisi darurat atau bencana
Identifikasi risiko kondisi darurat dan bencana Analisis risiko melalui HVA tools
Penyusunan rencana tanggap darurat
Penyusunan prosedur kesiapsiagaan bencana Menyediakan alat/sarana
Simulasi kondisi darurat atau bencana
Penyusunan rencana tanggap darurat
• Membentuk tim tanggap darurat
• Menyusun juknis tanggap darurat
• Menyusun SOP tanggap
darurat/bencana
Penyusunan prosedur
kesiapsiagaan bencana
• Terdapat tim penyusun
• Membuat sasaran SOP yang tepat berdasarkan hasil analisis
pengkajian risiko bahaya
• Diskusi dan mendapat dukungan dari pimpinan
• Batasan waktu penyusunan
• Dukungan dari pakar sesuai keilmuannya
• Pemantauan dan evaluasi
Menyediakan alat/sarana
keadaan darurat
Simulasi kondisi darurat /bencana
SIMULASI
Tahap persiapan
(sosialisasi prosedur, membuat jadwal, skenario, dll)
Tahap pra pelaksanaan (sosialisasi skenario,
pengujian peralatan, tim,
koordinasi dengan pihak luar)
Tahap pelaksanaan dan evaluasi hasil
Simulasi dilakukan minimal 1tahun sekali pada setiap gedung
SIMULASI
Diikuti oleh seluruh
staf dan masyarakat
Debriefing hasil
simulasi tindak lanjut
PENANGANAN TANGGAP DARURAT
KATEGORI TANGGAP DARURAT
PENANGANAN DAN EVAKUASI
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
Kondisi yang mengancam jiwa manusia dan harta dapat diatasi dengan sumber daya yang ada
KEADAAN DARURAT TINGKAT 1
Bencana besar yang tidak dapat diatasi oeh SDM di fasyankes,
memerlukan bantuan pihak luar
KEADAAN DARURAT TINGKAT 2
Bencana dasyat
/malapetaka yang
memerlukan bantuan,
koordinasi tingkat
nasional/interna sional
KEADAAN DARURAT TINGKAT 3
KATEGORI TANGGAP DARURAT
ORGANISASI TANGGAP DARURAT
• Terdiri dari sekelompok orang yang ditunjuk
• Disusun untuk mengarahkan bagaimana tindakan yang efektif dan efisien yang akan diambil untuk mencegah situasi darurat dan meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi.
• Melibatkan SDM di fasyankes
• Tim berfungsi saat kondisi darurat untuk menangani kedaruratan
PEMULIHAN
• Memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula
REHABILITASI
• Rehabilitasi fisik dan rehabilitasi psikis
REKONSTRUKSI
PENANGANAN PASKA KEDARURATAN
• Mengukur kinerja seluruh komponen
• Identifikasi area yang perlu diperbaiki
• Meningkatkan kemampuan staf dan karyawanmenghadapi bencana
• Pemanfaatan sumber daya
• Implementasi : program, prosedur, kebijakan terkait
1.4.5
PROGRAM PENCEGAHAN DAN
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
• Setiap fasilitas kesehatan termasuk Puskesmas mempunyai risiko terhadap terjadinya kebakaran
• Program pencegahan dan penanggulangan kebakaran perlu disusun sebagai wujud kesiagaan Puskesmas terhadap terjadinya kebakaran
• Yang dimaksud dengan sistem proteksi adalah penyediaan proteksi kebakaran baik aktif mau pasif.
• Proteksi kebakaran aktif, contohnya APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap
• Proteksi kebakaran secara pasif, contohnya: jalur evakuasi, pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman
POKOK PIKIRAN
Jika terjadi kebakaran, pasien, petugas, dan pengunjung harus dievakuasi dan dijaga keselamatannya
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Dilakukan program pencegahan dan penanggulangan kebakaran
Dilakukan inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat deteksi dini, alarm, jalur
evakuasi, serta keberfungsian alat pemadam api.
Dilakukan simulasi dan evaluasi tahunan terhadap program
pengamanan kebakaran.
Ditetapkan kebijakan larangan merokok bagi petugas,
pengguna layanan, dan
pengunjung di area Puskesmas.
Elemen penilaian
Elemen penilaian
PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Puskesmas menyusun, memelihara, melaksanakan, dan melakukan evaluasi program pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran termasuk sarana
evakuasi.
Identifikasi risiko kebakaran
Tim penanggulangan kebakaran
Penyediaan proteksi kebakaran aktif (APAR, sprinkler, detektor panas, dan detektor asap) dan proteksi kebakaran pasif (jalur evakuasi,
pintu darurat, tangga darurat, tempat titik kumpul aman).
Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan terhadap alat deteksi dini asap dan kebakaran, jalur
evakuasi, serta keberfungsian alat pemadam api
Simulasi kebakaran
Larangan merokok
Program Pengamanan Kebakaran
Pencegahan kebakaran
• Pemasangan proteksi aktif maupun pasif
• Antisipasi kemungkinan terjadinya
kebakaran identifikasi potensi bahaya, menilai risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan
Penanggulangan kebakaran
• Dilakukan oleh tim
• Menggunakan APAR, hydran
• Melibatkan petugas pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana
52
Pengamanan kebakaran
A. Identifikasi potensi bahaya kebakaran B. Analisa potensi bahaya kebakaran
C. Sistem proteksi kebakaran o Sistem Proteksi Aktif
o Sistem Proteksi Pasif
o Fire Safety Manajemen
D. Rekomendasi untuk pencegahan kebakaran
53
PENCEGAHAN KEBAKARAN
B. Analisa potensi bahaya kebakaran
Tahapan :
1. Merumuskan potensi bahaya pada masing2 sumber
2. Menentukan
frekuensi/probabilitas terjadinya kebakaran
3. Analisa akibat akibat yang ditimbulkan terhadap manusia, harta benda, lingkungan jika terjadi kebakaran
54
• Dapat menentukan
sumber dan penyebab timbulnya kebakaran
• Dapat menentukan metode untuk
mengatasi potensi bahaya
C. Sistem proteksi kebakaran
Sarana proteksi pasif
• Membatasi bahan-bahan mudah terbakar (memisahkan bahan dari
sumber api, mengurangi volume/jumlah bahan pada area tertentu
• Struktur tahan api dan kompartemenisasi
• Penyediaan sarana evakuasi
• Penyediaan kelengkapan penunjang evakuasi
• Kondisi halaman bangunan dan akses pemadam
Sarana proteksi aktif
• Sistem deteksi dan alarm kebakaran (detetor panas, detector asap, detektor nyala, detektor ion) yang tersambung dengan MCFA (manual control fire alarm)
• Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
• Automatic sprinkle system, hydrant, hose- reel
• Pemadam api khusus
• Sarana bantu : pompa air, pompa, genset,
55
Sistem proteksi pasif
• Sarana jalan keluar dan komponennya (tanda keluar, lampu darurat, pintu kebakaran, tangga darurat bertekanan, alat bantu evakuasi, dll)
• Pembatasan terhadap bahan yang mudah terbakar
• Konstruksi atau struktur tahan api dan kompatemenisasi tercapai tingkat ketahanan api sesuai standar
• Sistem pengendalian dan manajemen asap terutama tangga darurat atau ruang bertekanan lainnya
• Halaman sebagai titik kumpul dilengkapi dengan rambu2, diperlukan lampu penerangan darurat, tempat penanganan awal korban atau
tempat penampungan sementara
56
Fire Safety Management
1. Pemeriksaan dan pemeliharaan peralatan proteksi kebakaran secara berkala
2. Pembentukan team fire dan emergency
3. Pembinaan dan pelatihan team fire dan emergency 4. Penyusunan Fire Emergency Plan (FEP)
5. Latihan kebakaran dan evakuasi
6. Penyusunan SOP pelaksanaan kerja yang aman 7. Pelaksanaan fire safety audit self assesmen 8. Penetapan pusat kendali keadaan darurat
57
PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF
APAR
Detektor asap
Sprinkler
PROTEKSI KEBAKARAN PASIF
PINTU DARURAT
D. Rekomendasi untuk pencegahan kebakaran
Program Pencegahan Dan Penanggulangan Kebakaran - Assesmen risiko kebakaran saat ada pembangunan
- Deteksi dini kebakaran dan asap sistem proteksi aktif
- Meredakan kebakaran dan pengendalian asap antisipasi adanya penyebaran bahaya kebakaran
- Evakuasi/jalan keluar yang aman
60
D. Rekomendasi untuk pencegahan kebakaran
Upaya Pencegahan Kebakaran - Hindari terjadi penyulutan
- Upayakan kebakaran dipadamkan pada tahap dini - Hati-hati bekerja dengan peralatan listrik
- Penggunaan bahan tidak mudah terbakar (non-combustible)
- Pekerjaan menggunakan peralatan dan proses yang menimbulkan panas (hot work) dilakukan oleh orang yang profesional dan diawasi
- Lakukan pemeriksaan dan perawatan secara berkala terhadap peralatan proteksi
- Laksanakan fire-safe houskeeping
61
A. Klasifikasi kebakaran
B. Prinsip Penanggulangan Kebakaran
C. Pembentukan Tim Penanggulangan Kebakaran D. Penggunaan APAR
E. Evaluasi penanggulangan kebakaran
62
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Bahan biasa yang
mudah terbakar (kayu, kertas, plastik, tanaman kering)
Bahan cairan yang mudah terbakar
(bensin, minyak, gas)
Kebakaran listrik (listrik masih hidup)
peralatan listrik, elektronik
Kebakaran bahan yang mengandung logam (magnesium, zeng, aluminium, dll)
63
A. Klasifikasi Kebakaran
64
B. PRINSIP
PENANGGULANGAN KEBAKARAN
Timbul api Bahan bakar, O2,
sumber energi
Tumbuh dan menyebar
Flashover
Pembakaran penuh
Bahan bakar, O2, sumber energi
Pemadaman pada tahap dini Mencegah penyalaan
Mencegah api tumbuh besar Evakuasi manusia dan barang
Pengendalian asap Mencegah penyalaan
serentak
Mencegah perambatan api ke area lain
Pendinginan lanjut
Mencegah backdraff diruang tertutup
PROSES PENYALAAN
KONDISI BAHAYA
65
C. PEMBENTUKAN TIM TANGGAP DARURAT
Pembentukan regu/tim penanggulangan kebakaran pada setiap lokasi/lantai
PRINSIP !
“Siapa berbuat apa”
•Siapa yang merespon saat awal kejadian
•Siapa yang mengambil dan menggunakan APAR
•Siapa yang menyelamatkan/memindahkan pasien/keluarga/pengunjung
•Siapa yang melakukan komunikasi darurat
•Siapa yang menjadi bantuan cadangan
•Siapa yang bertanggungjawab terhadap sistem listrik, dll
66
D. PENGGUNAAN APAR
• Tarik kunci pengaman atau segel.
• Pegang bagian ujung selang dan arahkan ujung selang ke sumber api.
• Tekan tuas.
• Kibaskan ujung selang pada sumber api secara perlahan sampai api padam.
67
E. EVALUASI PENANGGULANGAN KEBAKARAN
1. Identifikasi bahan bahaya (material yang mudah terbakar)
2. Identifikasi potensi yang dapat menimbulkan bahaya kebakaran (tumpahan, peralatan yang pecah, meledak, percikan api, dll)
3. Identifikasi metode paparan sumber panas 4. Estimasi dampak dari bahaya kebakaran 5. Identifikasi program pencegahan kebakaran 6. Identifikasi peralatan sistem kebakaran
7. Review keefektifan dari usaha yang sedang berjalan 8. Susun program perbaikan
9. Susun program inspeksi dan pengujian berkala serta perawatan 10.Susun prosedur tanggap darurat
11.Lakukan audit internal
Identifikasi risiko kebakaran
Identifikasi risiko kebakaran
• Menentukan lokasi yang
berpotensi HAZARD kebakaran
• Menganalisa kemungkin yang meningkatkan VULNERABILITY
• Menentukan tingkat RISK kebakaran gunakan HVA Tool
• Menentukan lokasi yang
berpotensi HAZARD kebakaran
• Menganalisa kemungkin yang meningkatkan VULNERABILITY
• Menentukan tingkat RISK
kebakaran gunakan HVA Tool
Inspeksi, pengujian, pemeliharaan sistem proteksi & penanggulangan
kebakaran
EDUKASI dan SOSIALISASI
• Memberi edukasi kepada karyawan Puskesmas dan
masyarakat sekitar tentang pencegahan kebakaran dan pengamanan kebakaran.
• Sosialisasi dalam bentuk poster, pamflet, banner, dll.
• Mengikutsertakan staf/karyawan puskesmas dalam kegiatan seminar , lokakarya dan pelatihan
MONEV - EDUKASI
SIMULASI
• Merokok berdampak negatif terhadap kesehatan, dan dapat menjadi sumber terjadinya
kebakaran.
• Puskesmas harus menetapkan larangan merokok di lingkungan
Puskesmas baik bagi petugas, pasien, dan pengunjung.
• Larangan merokok wajib dipatuhi oleh petugas, pasien dan pengunjung, dan dilakukan perbaikan terhadap
pelaksanaannya
UU RI No.32
Th 2010.
MONEV
1.4.6.
PROGRAM JAMINAN KETERSEDIAAN ALAT
KESEHATAN
Puskesmas menyusun program untuk menjamin ketersediaan alat Kesehatan yang dapat digunakan setiap saat
POKOK PIKIRAN
• Penggunaan Aplikasi Sarana, Prasarana, dan Alat Kesehatan (ASPAK) oleh Puskesmas dilakukan untuk memastikan pemenuhan terhadap standar sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
• Data sarana, prasarana, dan alat kesehatan di Puskesmas harus diinput dalam ASPAK dan divalidasi untuk menjamin kebenarannya
• Agar tidak terjadi keterlambatan atau gangguan dalam pelayanan, alat kesehatan harus tersedia, berfungsi dengan baik, dan siap digunakan saat diperlukan.
• Program yang dimaksud meliputi kegiatan pemeriksaan dan kalibrasi secara berkala sesuai dengan panduan produk tiap alat kesehatan.
• Pemeriksaan alat kesehatan yang dilakukan petugas meliputi : kondisi alat, ada tidaknya kerusakan, kebersihan, status kalibrasi, dan fungsi alat.
Dilakukan inventarisasi alat
kesehatan sesuai dengan ASPAK.
Dilakukan inspeksi dan pengujian terhadap alat kesehatan secara periodik
Dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi terhadap alat kesehatan secara
periodik
PROGRAM JAMINAN KETERSEDIAAN ALAT KESEHATAN
1 2 3
Elemen penilaian
Elemen penilaian
Aplikasi Sarana Prasarana dan Alat Kesehatan
• Tersedia
• Berfungsi baik
• Siap digunakan
A S P A K
PEMERIKSAAN, KALIBRASI SECARA BERKALA
1.4.7.
PROGRAM KETERSEDIAAN UTILITAS
POKOK PIKIRAN
• Sistem utilitas meliputi air, listrik, gas medis dan sistem
penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air dan lainnya.
• Program pengelolaan sistem utilitas perlu disusun untuk
menjamin ketersediaan dan keamanan dalam menunjang kegiatan pelayanan puskesmas
• Sumber air adalah sumber air bersih dan air minum.
• Sumber air dan listrik cadangan perlu disediakan untuk pengganti jika terjadi kegagalan air dan/ atau listrik.
POKOK PIKIRAN
• Puskesmas harus menyediakan cadangan sumber air, listrik dan gas medis selama 7 hari 24 jam sesuai
kebutuhan.
• Prasarana air, listrik, dan prasarana penting lainnya, seperti genset, perpipaan air, panel listrik, perlu diperiksa dan dipelihara untuk menjaga ketersediaannya dalam
mendukung kegiatan pelayanan \prasarana air bersih perlu
dilakukan pemeriksaan seperti, uji kualitas air
1.4.7. PROGRAM KETERSEDIAAN UTILITAS
Dilaksanakan program
pengelolaan sistem utilitas
Sumber air, gas
medik, listrik tersedia selama 7 hari 24 jam untuk pelayanan di puskesmas
1 2
Elemen penilaian
Elemen penilaian
Sistem utilitas
•Sistem pendukung kehidupan (life support system):
oGas medis: oksigen
oAlat vakum pada kegiatan operasi oSistem distribusi listrik untuk
emergensi
•Sistem pengendalian infeksi
•Sistem pendukung lingkungan fisik:
oSistem sanitasi oSistem ventilasi oAC
oElevator, Lift
•Sistem pendukung peralatan:
oPneumatic tube oCart lift system
•Sistem komunikasi:
oNurse call oTelepon
•Sistem informasi:
oServer dan jaringannya
• dll
KETERSEDIAAN – PEMERIKSAAN- PEMELIHARAAN
PMK 43/2019, pasal 12
Puskesmas harus memiliki
prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri dari :
• Sistem peghawaan (ventilasi)
• Sistem pencahayaan
• Sistem sanitasi
• Sistem kelistrikan
• Sistem komunikasi
• Sistem gas medis
• Sistem proteksi petir
• Sistem proteksi kebakaran
• Sistem pengendalian kebisingan
• Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai
• Lendaraan puskesmas keliling
• Kendaraan ambulans
Air, listrik, gas medis harus tersedia 7x24 jam
Sistem penunjang lainnya seperti genset, panel listrik, perpipaan air , deteksi dini kebakaran dan lainnya
Pemeriksaan Pemeliharaan Uji kualitas air Memastikan bahwa semua prasarana atau sistim utilitas
berfungsi dengan baik
Pemeriksaan
termasuk penyetelan dan pelumasan
Penggantian komponen minor yaitu pekerjaan yang timbul langsung dari pemeriksaan
Overhaul terencana Reparasi minor
yang tidak ditemukan waktu
pemeriksaan Lihat, rasakan
dengarkan
Pemeliharaan waktu berjalan Pemeliharaan
Waktu berhenti
PEMELIHARAAN DARURAT PEMELIHARAAN
KOREKTIF PEMELIHARAAN
PENCEGAHAN
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN TERENCANA
PEMELIHARAAN TIDAK TERENCANA
1.4.8. DIKLAT M F K
Puskesmas menyusun dan melaksanakan pendidikan
Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) bagi petugas
POKOK PIKIRAN
• Dalam rangka meningkatkan pemahaman, kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK), perlu dilakukan pendidikan petugas
agar dapat menjalankan peran mereka dalam menyediakan lingkungan yang aman bagi pasien, petugas dan masyarakat.
• Pendidikan petugas dapat berupa edukasi, pelatihan, dan inhouse training/workshop/lokakarya.
• Pendidikan petugas sebagaimana dimaksud tertuang dalam rencana program pendidikan manajemen fasilitas dan
keselamatan
DIKLAT M F K
Ada rencana program pendidikan Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan bagi petugas
Dilaksanakan program pendidikan Manajemen
Fasilitas dan Keselamatan bagi petugas sesuai rencana.
Dilakukan evaluasi dan tindak lanjut perbaikan dalam pelaksanaan
program Manajemen Fasilitas dan Keselamatan bagi petugas
1 2
3
Elemen penilaian
Elemen penilaian
PROGRAM DIKLAT M F K
Sosialisasi program
MFK
Diklat terkait
MFK