MANAJEMEN FISIOTERAPI NEUROMUSKULAR PSIKIATRI
“TETANUS”
Kelompok 2
Bagus Gede Rama Asta Bhasita (201031001) I Dewa Ayu Agung Dyah Dharmesti (201031004)
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan status klinis tepat pada waktunya.
Laporan status klinis dengan kasus “Tetanus” ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik mata kuliah Manajemen Fisioterapi Neuromuskular dan Psikiatri pada semester genap tahun akademik 2022/2023. Laporan status klinis ini dapat dijadikan referensi guna mengetahui serta menambah wawasan tentang Tetanus.
Dalam menyelesaikan tugas ini, kami mengalami hambatan dan berbagai kesulitan sebagai akibat kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun laporan status klinis ini. Berkat semangat dan kerja keras hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada Ibu Ida Ayu Astiti Suadnyana, S.Ft., M.Fis., Ftr selaku pengampu mata kuliah Manajemen Fisioterapi neuromuskular dan Psikiatri.
Kami menyadari bahwa laporan status klinis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala tanggapan, kritikan dan saran perbaikan akan diterima dengan rendah hati, untuk menyempurnakan laporan status klinis berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, 11 Maret 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Definisi Tetanus...1
1.2. Etiologi...1
1.3. Tanda dan Gejala...1
1.4. Patofisiologi...2
BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI...4
1.1. Assesment Fisioterapi...4
1.2. Pemeriksaan Khusus...15
1.3. Problematika Fisioterapi...15
1.4. Prognosis...16
1.5. Planning...16
1.6. Intervensi...16
1.7. Evaluasi...19
1.8. Clinical Reasoning...22
BAB III HOME PROGRAM...23
BAB IV DOKUMENTASI...25
DAFTAR PUSTAKA...26
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi sporadis yang melibatkan sistem saraf yang disebabkan oleh eksotoksin, tetanospasmin yang diproduksi oleh bakteri Clostridium tetani. Kata tetanus diambil dari bahasa Yunani yaitu “tetanos” dari tenein yang artinya menegang. Penyakit ini adalah penyakit infeksi dimana spasme otot tonik dan hiperrefleksia menyebabkan trismus (lockjaw), spasme otot umum, melengkungnya punggung (opistotonus), spasme glotal, kejang dan spasme paralisis pernapasan.
Karakteristik penyakit ini adalah peningkatan tonus dan spasme otot pada individu yang tidak memiliki kekebalan tubuh terhadap tetanus. Terkadang infeksi juga menyerang individu yang sudah memiliki imunitas tetapi gagal mempertahankan daya imun tubuh yang adekuat. Sehingga meskpiun penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi, akan tetapi insidensinya di masyrakat masih cukup tinggi (Gautam, et al., 2009).
1.2. Etiologi
Bakteri Clostridium tetani banyak ditemukan di tanah, kotoran manusia dan hewan peliharaan serta di daerah pertanian. Bakteri ini peka terhadap panas dan tidak dapat bertahan dalam lingkungan yang terdapat oksigen. Clostridium tetani biasanya masuk ke dalam tubuh melalui luka. Adanya luka mungkin dapat tidak disadari dan seringkali tidak dilakukan pengobatan. Tetanus juga dapat terjadi akibat beberapa komplikasi kronik seperti ulkus dekubitus, abses dan gangren. Dapat juga terjadi akibat frost bite, infeksi telinga tengah, pembedahan, persalinan, dan pemakaian obat-obat intravena atau subkutan. Tempat masuknya kuman penyakit ini bisa berupa luka yang dalam yang berhubungan dengan kerusakan jaringan lokal, tertanamnya benda asing atau sepsis dengan kontaminasi tanah, lecet yang dangkal dan kecil atau luka geser yang terkontaminasi tanah, trauma pada jari tangan atau jari kaki yang berhubungan dengan patah tulang jari dan luka pada pembedahan.
1.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari tetanus tidak muncul begitu saha. Periode inkubasi tetanus antara 3 hari – 21 hari (rata-rata 7 hari). Pada 80-90% penderita, gejala muncul 1 minggu – 2 minggu setelah terinfeksi (Laksmi 2014), berikut ini tanda dan gejala tetanus secara umum, antara lain :
1) Gejala utama tetanus adalah otot rahang (trismus) yang mengencang.
Kondisi ini dapat menyebabkan mulut sulit terbuka dan penderitanya sulit menelan makanan.
2) Kaku otot yang meluas hingga ke leher, lengan, dan perut 3) Sakit kepala
4) Sesak napas
5) Gelisah dan sensitif terhadap cahaya, suara, dan sentuhan 6) Demam lebih dari 38C
7) Keringat berlebihan
8) Air liur keluar terus-menerus 9) Tekanan darah meningkat 10) Peningkatan detak jantung
11) Gangguan irama jantung (aritmia)
Kemunculan gejala tersebut bisa terjadi dalam 3-21 hari setelah infeksi terjadi, tetapi biasanya muncul di hari ke-14. Sementara pada bayi, butuh waktu selama 3 hingga 2 minggu gejala pertama kali muncul.
1.4. Patofisiologi
Penyakit tetanus merupakan hasil dari infeksi luka dengan spora bakteri closdtridium tetani. Bakteri ini menghasilkan toksin tetanospasmin yang bertanggung jawab untuk menyebabkan tetanus. Tetanospasmin mengikat saraf motorik yang mengontrol otot, memasuki akson (filamen yang memanjang dari sel-sel saraf) dan perjalanan akson sampai mencapai tubuh saraf motorik di sumsum tulang belakang atau otak (proses transportasi intraneuronal disebut retrograde). Kemudian toksin
bermograsi ke dalam sinaps dimana nantinya akan mengikat ke terminal saraf presynaptic dan menghambat atau menghentikan pelepasan neurotransmitter inhibisi tertentu, karena saraf motorik tidak memiliki hambat sinyal dari saraf lainnya, sinyal kimia pada saraf motorik dari otot semakin intensif, menyebabkan otot untuk memperketat kontraksi terus-menerus atau kejang. Jika teanospasmin mencapai aliran darah atau pembuluh limfatik dari situs luka, dapat disimpan dibanyak terminal presynaptic berbeda sehingga efek yang sama pada otot lain.
BAB II
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI 1.1. ASSESMENT FISIOTERAPI
I. Identitas Pasien
a. Nama : Tn. C
b. Usia : 39 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat : Jl. Singapadu No.50, Sukawati, Gianyar e. Pekerjaan : Tukang Bangunan
f. Agama : Hindu
g. Hobi : Berkebun
II. Pemeriksaan Subjektif a. Keluhan Utama (KU)
Sulit untuk menelan, membuka dan menutup mulut.
b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Tn. C datang ke rumah sakit 3 hari yang lalu dengan keluhan kaku pada leher belakang sampai ke rahang. Tn. C mengatakan sekitar ± 2 minggu yang lalu, ia sempat tertusuk kawat di jari tangan kanannya saat bekerja di proyek pembangunan rumah. Sesaat setelah tertusuk, pasien membersihkan jari tangannya dengan air mengalir lalu kembali bekerja. Selang beberapa hari kemudian, pasien masih merasakan nyeri pada luka tersebut dan pasien sempat mengalami demam tinggi. Setelah melakukan pemeriksaan medis dan diresepkan obat oleh dokter, pasien kemudian dirujuk untuk melakukan fisioterapi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Riwayat Penyakit Penyerta (RPP) RPD : Tidak ada
RPP : Tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan seorang tukang bangunan yang kesehariannya bekerja di proyek
III. Pemeriksaan Objektif a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
TD : 130/80 mmHg Saturasi Oksigen : 98%
HR : 80x/menit Kesadaran : Compos Mentis RR : 22x/menit Tinggi Badan : 173 cm
Suhu : 36,6C Berat Badan : 80 kg b. Pemeriksaan Perkompetensi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Statis
Inspeksi Statis Ekspresi wajah pasien tampak kaku namun masih simetris
Inspeksi Dinamis - Pasien terlihat kesulitan dalam berbicara akibat merasakan kaku pada rahangnya
- Pasien sulit untuk menelan saliva
Palpasi Adanya kekakuan pada otot rahang (massester) Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi Tidak dilakukan Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan Hasil
Aktif
Sendi Gerakan ROM Nyeri
Cervical Joint
Fleksi Terbatas +
Ekstensi Terbatas +
Lateral Fleksi Dekstra
Terbatas +
Lateral Fleksi
Terbatas +
Sinistra Rotasi Dekstra
Terbatas +
Rotasi Dekstra
Terbatas +
Shoulder joint dekstra
Fleksi Terbatas +
Ekstensi Terbatas +
Abduksi Terbatas +
Adduksi Terbatas +
Eksternal rotasi
Terbatas +
Internal rotasi
Terbatas +
Shoulder joint sinistra
Fleksi Full -
Ekstensi Full -
Abduksi Full -
Adduksi Full -
Eksternal rotasi
Full -
Internal rotasi
Full -
Elbow Joint Dekstra
Fleksi Terbatas +
Ekstensi Full -
Elbow Joint Sinistra
Fleksi Full -
Ekstensi Full -
Wrist Joint Dekstra
Palmar fleksi
Terbatas +
Dorso fleksi Terbatas + Radial
deviasi
Terbatas +
Ulnar deviasi
Terbatas +
Wrist Joint Sinistra
Palmar fleksi
Full -
Dorso fleksi Full -
Radial deviasi
Full -
Ulnar deviasi
Full -
Interpretasi :
Adanya keterbatasan ROM diseluruh regio cervical,
shoulder, elbow, dan wrist pada dekstra kecuali gerakan ekstensi regio elbow. Tidak adanya keterbatasan ROM pada sisi sinistra.
Pasif Sendi Gerakan ROM Nyeri Endfeel
Cervical Joint
Fleksi Terbatas + Firm
Ekstensi Terbatas + Hard
Lateral Fleksi Dekstra
Terbatas + Firm
Lateral Fleksi Sinistra
Terbatas + Firm
Rotasi Dekstra
Terbatas + Firm
Rotasi Dekstra
Terbatas + Firm
Shoulder joint dekstra
Fleksi Terbatas + Firm
Ekstensi Terbatas + Firm
Abduksi Terbatas + Firm
Adduksi Terbatas + Firm
Eksternal rotasi
Terbatas + Firm
Internal rotasi
Terbatas + Firm
Shoulder joint sinistra
Fleksi Full - Soft
Ekstensi Full - Firm
Abduksi Full - Soft
Adduksi Full - Soft
Eksternal rotasi
Full - Firm
Internal rotasi
Full - Firm
Elbow Joint Dekstra
Fleksi Terbatas + Empty
Ekstensi Full - Empty
Elbow Joint Sinistra
Fleksi Full - Soft
Ekstensi Full - Hard
Wrist Joint
Palmar fleksi
Terbatas + Empty
Dorso Terbatas + Empty
Dekstra fleksi Radial deviasi
Terbatas + Empty
Ulnar deviasi
Terbatas + Empty
Wrist Joint Sinistra
Palmar fleksi
Full - Elastic
Dorso fleksi
Full - Elastic
Radial deviasi
Full - Hard
Ulnar deviasi
Full - Elastic
Interpretasi :
Keterbatasan gerak pasif diseluruh regio cervical, shoulder, elbow, dan wrist pada sisi dekstra kecuali gerakan ekstensi regio elbow dengan adanya nyeri serta patologic endfeel. Sedangkan sisi sinistra normal.
Isometrik Sendi Gerakan Nyeri Tahanan
Cervical Joint
Fleksi - Minimal
Ekstensi - Minimal
Lateral Fleksi Dekstra
- Minimal
Lateral Fleksi Sinistra
- Minimal
Rotasi Dekstra
- Minimal
Rotasi Dekstra
- Minimal
Shoulder joint dekstra
Fleksi - Minimal
Ekstensi - Minimal
Abduksi - Minimal
Adduksi - Minimal
Eksternal rotasi
- Minimal
Internal rotasi
- Minimal
Shoulder Fleksi + Maksimal
joint sinistra
Ekstensi + Maksimal
Abduksi + Maksimal
Adduksi + Maksimal
Eksternal rotasi
+ Maksimal
Internal rotasi
+ Maksimal
Elbow Joint Dekstra
Fleksi - Minimal
Ekstensi + Maksimal
Elbow Joint Sinistra
Fleksi + Maksimal
Ekstensi + Maksimal
Wrist Joint Dekstra
Palmar fleksi
- Minimal
Dorso fleksi
- Minimal
Radial deviasi
- Minimal
Ulnar deviasi
- Minimal
Wrist Joint Sinistra
Palmar fleksi
+ Maksimal
Dorso fleksi
+ Maksimal
Radial deviasi
+ Maksimal
Ulnar deviasi
+ Maksimal
Interpretasi :
Pasien hanya dapat melawan tahanan minimal dengan adanya nyeri pada gerakan di regio cervical dan diseluruh gerakan regio shoulder, elbow, dan wrist sisi dekstra.
Sedangkan pada sisi sinistra regio shoulder, elbow, dan wrist pasien dapat melawan tahanan maksimal tanpa disertai nyeri.
Pengukuran
Pengukuran Alat Ukur Hasil
Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai
Nyeri diam 1/10
Nyeri tekan 5/10 Nyeri gerak 6/10 Keterangan :
 Skala nyeri 0 : tidak ada nyeri
 Skala nyeri 1-3 : nyeri ringan
 Skala nyeri 4-7 : nyeri sedang
 Skala nyeri 8-10 : nyeri berat
ROM Goniometer Aktif ROM
I. Cervical
Ekstensi-Fleksi Cervical Joint S : 5-0-25
Lateral fleksi dekstra-sinistra cervical joint
F : 30-0-30
Rotasi dekstra-sinistra cervical joint R : 35-0-35
II. Shoulder
Ekstensi-Fleksi shoulder joint S : 20-0-120
Abduksi-Adduksi shoulder joint F : 120-0-60
Eksternal rotasi-Internal rotasi shoulder joint
R : 60-0-50
III. Elbow
Ekstensi-Fleksi elbow joint S : 0-0-120
Pronasi-Supinasi elbow joint R : 60-0-70
IV. Wrist
Dorso fleksi-Palmar fleksi wrist joint
S : 30-0-45
Radial deviasi-Ulnar deviasi wrist joint F : 10-0-10
Pasif ROM I. Cervical
Ekstensi-Fleksi Cervical Joint S : 10-0-30
Lateral fleksi dekstra-sinistra cervical joint
F : 35-0-35
Rotasi dekstra-sinistra cervical joint R : 40-0-40
II. Shoulder
Ekstensi-Fleksi shoulder joint S : 10-0-120
Abduksi-Adduksi shoulder joint F : 130-0-70
Eksternal rotasi-Internal rotasi shoulder joint
R : 70-0-60
III. Elbow
Ekstensi-Fleksi elbow joint S : 0-0-130
Pronasi-Supinasi elbow joint R : 65-0-75
IV. Wrist
Dorso fleksi-Palmar fleksi wrist joint S : 35-0-50
Radial deviasi-Ulnar deviasi wrist joint F : 15-0-15
Interprestasi :
Terjadi penurunan ROM diseluruh gerakan aktif maupun pasif sisi dekstra.
Kekuatan Otot
MMT I. Cervical
Pergerakan Otot
Nilai
Fleksi 4
Ekstensi 4
Lateral fleksi dekstra & sinistra
4 Rotasi dextra &
sinistra
4
II. Shoulder Pergerakan
Otot
Dekstra Sinistra
Fleksi 4 5
Ekstensi 4 5
Adduksi 4 5
Abduksi 4 5
Internal rotasi 4 5
Eksternal rotasi 4 5
III. Elbow Pergerakan
Otot
Dekstra Sinistra
Fleksi 4 5
Ekstensi 4 5
Supinasi 4 5
Pronasi 4 5
IV. Wrist
Pergerakan Otot
Dekstra Sinistra
Palmar Fleksi 4 5
Dorso fleksi 4 5
Radial deviasi 4 5
Ulnar deviasi 4 5
Interpretasi :
Terdapat penurunan kekuatan otot pada regio cervical, shoulder, elbow, dan wrist sisi dekstra. Sedangkan sisi sinistra normal.
Aktivitas daily living
Philips score Pengukuran aktivitas daily living menggunakan philips score yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan tetanus.
Terdapat 4 kriteria dalam philips score, adapun nilai philips score yang didapatkan yakni 10 (Tetanus sedang) dengan keterangan :
a. Inkubasi 12 hari (2)
b. Lokasi luka extermitas proksimal (2) c. Imunisasi > 10 th yang lalu (4) d. Faktor pemberat adalah trauma (2).
V. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Instruksi Kesan
Tes spatula Menyentuh dinding tenggorokan dengan spatula (semacam sendok), respon pasien adalah menggigit spatula dan menutup mulut karena adanya spasme di otot
Positif
massester, sedangkan orang normal akan memberikan reaksi mual.
1.2. PEMERIKSAAN KHUSUS
Jenis Pemeriksaan Instruksi Hasil pemeriksaan
Pemeriksaan Sensasi Tajam Tumpul
Instruksikan pasien untuk menutup mata, kemudian fisioterapis mencoba jarum pada dirinya sendiri.
Selanjutnya tekanan terhadap kulit pasien seminimal mungkin dan
jangan sampai
menimbulkan perlukaan.
Pasien masih bisa merasakan saat diberikan tes tajam tumpul dan
mampu merasakan
sentuhan ringan karena tidak terdapat gangguan sensasi sensorik.
1.3. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
Penurunan kekuatan otot dan ROM pada regio cervical, dan terdapat kekakuan pada otot rahang atau massester yang menyebabkan kesulitan membuka mulut sehingga jalan nafas menjadi tidak efektif akibat penumpukan air liur yang disebabkan oleh penyakit tetanus.
1.4. PROGNOSIS I. Quo ad vitam
Dubia ad bonam II. Quo ad sanam
Dubia ad bonam III. Quo ad cosmetican
Dubia ad bonam IV. Quo ad functionam
Dubia ad bonam 1.5. PLANNING
I. Jangka Pendek
- Mengurangi kekakuan pada otot rahang - Meningkatkan jalan nafas atau airways II. Jangka Panjang
- Dapat kembali melakukan aktivitas daily living seperti makan dan minum - Menghindari komplikasi tetanus
1.6. INTERVENSI
Intervensi Metode pelaksanaan Dosis Evidence Based
Infrared nstruksikan pasien posisi duduk lalu posisikan infrared tegak lurus dengan area cervical.
F : 3 kali dalam 1 minggu
I : Sesuai toleransi pasien
T : 10-15 menit/sesi T : 30-45 cm
Meningkatkan metabolisme jaringan dan memberikan efek vasodilatasi.
Wahyuningsih, Ni Wayan, Nila Wahyuni, and Luh Made Indah Sri Handari Adipura. 2020.
“Efektivitas Mulligan Mobilization Dan Infrared Technique Dan Infrared Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Nyeri Leher Non Spesifik Pada Penjahit Di Kecamatan Kuta.” Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia 5(1):27–31.
Massage Urutan massage :
1. Stroking : elusan
Dilaksanakan setiap
hari dengan
frekuensi 1 kali
Memberikan efek relaksasi ke otot-otot wajah.
lembut terhadap permukaan lain dengan arah gerakan
yang tidak
ditentukan,
dilakukan di kedua sisi wajah selama 2 menit.
2. Efflurage :
menggunakan jari ke dua, tiga, dan empat dari gerak pusat ke arah luar wajah selama 2 menit.
3. Finger kneeding : Jempol bergerak di bagian dalam pipi yang terkena dari wajah dengan tiga jari untuk menari ke arah mulut selama 3 menit
4. Tapotement :
Dilakukan dengan tepukan ringan untuk mendistribusikan secara merata eritema selama 3 menit.
sehari selama 10
menit. Anggait, L. 2022. Terapi Masase Dalam Intervensi Fisioterapi. Vol. 15
Pursed Lip Breathing
Prosedur pelaksanaan :
 Pasien dalam posusu yang baik seperti duduk atau berdiri
F: setiap hari
T: 2 detik inspirasi 4 detik ekspirasi
Untuk mengontrol masuknya oksigen serta bernapas lebih efektif.
Vatwani, Archana. 2019.
 Rilekskan otot-otot shoulder dan leher
 Tutup mulut kemudian tarik nafas melalui hidung kemudian tahan selama 2 detik
 Kemudian perlahan hembuskan udara dalam paru melalui bibir dengan mengerucutkan bibir atau seperti meniup lilin selama 4 detik
T : 8-10 kali “Pursed Lip Breathing Exercise to Reduce Shortness of Breath.”
Archives of Physical Medicine and Rehabilitation 100(1):189–
90. doi:
10.1016/j.apmr.2018.05.005.
Mirror exercise
Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan di depan kaca :
Tersenyum Bersiul
Menutup dan
membuka mulut
Mengangkat sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi-gigi Mengucapkan kata-kata A,I,U,E,O
F: Setiap hari I: 5-6x repetisi T: 15 detik per 1 kali gerakan
Melatih otot-otot pada wajah, merangsang saraf-saraf facialis dan melatih otot-otot wajah
(Besserer et al. 2016).
Besserer, Daniel, Johannes Bäurle, Alexander Nikic, Frank Honold, Felix Schüssel, and
Michael Weber. 2016.
“Fitmirror : : A Smart Mirror For Positive Affect in Everyday User Morning Routines.” ACM
Journal 48–55. doi:
10.1145/3011263.3011265.
1.7. EVALUASI
Pengukuran Alat Ukur Hasil
Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai
Nyeri diam 0/10
Nyeri tekan 1/10 Nyeri gerak 1/10 Keterangan :
 Skala nyeri 0 : tidak ada nyeri
 Skala nyeri 1-3 : nyeri ringan
 Skala nyeri 4-7 : nyeri sedang
 Skala nyeri 8-10 : nyeri berat
ROM Goniometer Aktif ROM
I. Cervical
Ekstensi-Fleksi Cervical Joint S : 20-0-40
Lateral fleksi dekstra-sinistra cervical joint
F : 45-0-45
Rotasi dekstra-sinistra cervical joint R : 50-0-50
II. Shoulder
Ekstensi-Fleksi shoulder joint S : 20-0-150
Abduksi-Adduksi shoulder joint F : 150-0-80
Eksternal rotasi-Internal rotasi shoulder joint
R : 80-0-70
III. Elbow
Ekstensi-Fleksi elbow joint S : 10-0-150
Pronasi-Supinasi elbow joint R : 80-0-80
IV. Wrist
Dorso fleksi-Palmar fleksi wrist joint S : 45-0-60
Radial deviasi-Ulnar deviasi wrist joint
F : 20-0-25
Interprestasi :
Adanya peningkatan ROM dengan gerakan aktif oleh pasien.
Kekuatan Otot MMT V. Cervical
Pergerakan Otot
Nilai
Fleksi 5
Ekstensi 5
Lateral fleksi dekstra & sinistra
5 Rotasi dextra &
sinistra
5
VI. Shoulder Pergerakan
Otot
Dekstra Sinistra
Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Adduksi 5 5
Abduksi 5 5
Internal rotasi 5 5
Eksternal rotasi 5 5
VII. Elbow Pergerakan
Otot
Dekstra Sinistra
Fleksi 5 5
Ekstensi 5 5
Supinasi 5 5
Pronasi 5 5
VIII. Wrist
Pergerakan Otot
Dekstra Sinistra
Palmar Fleksi 5 5
Dorso fleksi 5 5
Radial deviasi 5 5
Ulnar deviasi 5 5
Interpretasi :
Terjadinya peningkatan kekuatan otot pada seluruh sisi dekstra setelah pemberian intervensi ketiga.
1.8. CLINICAL REASONING
20 Luka terbuka tanpa
penanganan tepat Infeksi kuman Clostridium tetani
Tetanus Tetanospasmin Toxin
Terdistribusi sistemik lewat darah
Kekakuan otot yang dominan pada kelompok otot dengan jalur neuronal
pendek seperti otot
Terhambatnya jalan napas, dan penumpukan
saliva
BAB III HOME PROGRAM 3.1. Home Program
Home Program Evidence Based
Pursed Lip Breathing
 Pasien dalam posusu yang baik seperti duduk atau berdiri
 Rilekskan otot-otot shoulder dan leher
 Tutup mulut kemudian tarik nafas melalui hidung kemudian tahan selama 2 detik
Kemudian perlahan hembuskan udara dalam paru melalui bibir dengan mengerucutkan bibir atau seperti meniup lilin selama 4 detik
F: setiap hari
T: 2 detik inspirasi 4 detik ekspirasi T : 8-10 kali
Untuk mengontrol
masuknya oksigen serta bernapas lebih efektif.
Vatwani, Archana. 2019.
“Pursed Lip Breathing Exercise to Reduce Shortness of Breath.”
Archives of Physical
Medicine and Rehabilitation 100(1):189–90. doi:
10.1016/j.apmr.2018.05.005.
Mirror Exercise Pasien diajarkan untuk melatih gerakan-gerakan di depan kaca :
F: Setiap hari I: 5-6x repetisi T: 15 detik per 1 kali gerakan
Melatih otot-otot pada wajah, merangsang saraf- saraf facialis dan melatih otot-otot wajah (Besserer et al.
2016).
Laryngospasm atau laring mengalami kejang Infrared Massage Mirror exercise
Pursed Lip Breathing Exercise
Tersenyum Bersiul
Menutup dan
membuka mulut
Mengangkat sudut bibir ke atas dan memperlihatkan gigi-gigi Mengucapkan kata-kata A,I,U,E,O
Besserer, Daniel, Johannes Bäurle, Alexander Nikic, Frank Honold, Felix Schüssel, and Michael Weber. 2016. “Fitmirror : : A Smart Mirror For Positive Affect in Everyday User Morning Routines.” ACM Journal 48–55. doi:
10.1145/3011263.3011265.
Massage
1. Stroking : elusan
lembut terhadap
permukaan lain dengan arah gerakan yang tidak ditentukan, dilakukan di kedua sisi wajah selama 2 menit.
2. Efflurage:
menggunakan jari ke dua, tiga, dan empat dari gerak pusat ke arah luar wajah selama 2 menit.
3. Finger kneeding:
Jempol bergerak di bagian dalam pipi yang terkena dari wajah dengan tiga jari untuk menari ke arah mulut selama 3 menit
4. Tapotement:
Dilakukan dengan
Dilaksanakan setiap hari dengan frekuensi 1 kali sehari selama 10 menit.
Memberikan efek relaksasi ke otot-otot wajah.
Anggait, L. 2022. Terapi Masase Dalam Intervensi Fisioterapi. Vol. 15
tepukan ringan untuk mendistribusikan secara merata eritema selama 3 menit.
BAB IV DOKUMENTASI
Deep Breathing Exercise
Mirror Exercise
DAFTAR PUSTAKA
Anggait, L. 2022. Terapi Masase Dalam Intervensi Fisioterapi. Vol. 15
Besserer, Daniel, Johannes Bäurle, Alexander Nikic, Frank Honold, Felix Schüssel, and Michael Weber. 2016. “Fitmirror : : A Smart Mirror For Positive Affect in Everyday User Morning Routines.” ACM Journal 48–55. doi: 10.1145/3011263.3011265.
Laksmi, Ni Komang Saraswita. 2014. “Penatalaksanaan Tetanus.” Kalbe Medical Portal 41(11):823–26.
Gautam, M.P., Adhikari, p., Koinka, S.R. 2009. A Case of Cephalic Tetanus Refer as Rabies- Case Report. Post Graduate Medical Journal of NAMS Volume 9 Number 2 pp 69-72.
Nepal,
Vatwani, Archana. 2019. “Pursed Lip Breathing Exercise to Reduce Shortness of Breath.”
Archives of Physical Medicine and Rehabilitation 100(1):189–90. doi:
10.1016/j.apmr.2018.05.005.
Wahyuningsih, Ni Wayan, Nila Wahyuni, and Luh Made Indah Sri Handari Adipura. 2020.
“Efektivitas Mulligan Mobilization Dan Infrared Technique Dan Infrared Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Nyeri Leher Non Spesifik Pada Penjahit Di Kecamatan Kuta.” Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia 5(1):27–31.