MANAJEMEN FISIOTERAPI NEUROMUSKULAR PSIKIATRI
“VERTIGO”
Kelompok 2
Bagus Gede Rama Asta Bhasita (201031001) I Dewa Ayu Agung Dyah Dharmesti (201031004)
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2023
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puja dan puji syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas laporan status klinis tepat pada waktunya.
Laporan status klinis dengan kasus “Vertigo” ini disusun dalam rangka melengkapi tugas akademik mata kuliah Manajemen Fisioterapi Neuromuskular dan Psikiatri pada semester genap tahun akademik 2022/2023. Laporan status klinis ini dapat dijadikan referensi guna mengetahui serta menambah wawasan tentang Vertigo.
Dalam menyelesaikan tugas ini, kami mengalami hambatan dan berbagai kesulitan sebagai akibat kurangnya pengalaman dan pengetahuan dalam menyusun laporan status klinis ini. Berkat semangat dan kerja keras hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terutama kepada Ibu Ida Ayu Astiti Suadnyana, S.Ft., M.Fis., Ftr selaku pengampu mata kuliah Manajemen Fisioterapi neuromuskular dan Psikiatri.
Kami menyadari bahwa laporan status klinis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala tanggapan, kritikan dan saran perbaikan akan diterima dengan rendah hati, untuk menyempurnakan laporan status klinis berikutnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Om Santih, Santih, Santih Om
Denpasar, 11 Maret 2023
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...iii
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Definisi Vertigo...1
1.2. Etiologi...1
1.3. Tanda dan Gejala...2
1.4. Patofisiologi...3
BAB II PROSES ASUHAN FISIOTERAPI...5
1.1. Assesment Fisioterapi...5
1.2. Pemeriksaan Khusus...10
1.3. Diagnosis...12
1.4. Problematika Fisioterapi...13
1.4. Prognosis...13
1.5. Planning...13
1.6. Intervensi...14
1.7. Evaluasi...17
1.8. Clinical Reasoning...19
BAB III HOME PROGRAM...20
BAB IV DOKUMENTASI...22
DAFTAR PUSTAKA...24
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Definisi Vertigo
Vertigo adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa latin “vertere” yang berarti memutar. Secara umum, vertigo dikenal sebagai ilusi bergerak atau halusinasi gerakan yang dimana adanya sensasi gerakan dari tubuh atau lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit dengan demikian vertigo bukan suatu gejala pusing berputar saja, tetapi merupakan suatu kumpulan gejala atau satu sindrom yang terdiri dari gejala somatic (nistagmus, untoble), otonomik (pucat, keringat dingin, mual, muntah, dizziness lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum tidak spesifik, rasa goyah, kepala ringan dan perasaan yang sulit dilukiskan sendiri oleh penderitanya (Setiawati and Susianti 2016).
1.2. Etiologi
Menurut (Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019), ada beberapa penyebab dari vertigo antara lain yaitu, gangguan pada telinga bagian dalam pusing yang terjadi pada pasien vertigo akan hilang dengan sendirinya, vertigo jenis ini diklasifikasikan menjadi akibat dari masalah telinga bagian dalam yang dikenal sebagai Benign Paroxymal Positional Vertigo (BPPV). Selain itu menurut (Sutarni, Rusdi & Abdul, 2019), terdapat beberapa penyebab vertigo, yaitu :
1. Vascular
Penyebab vertigo dari gangguan vascular terdiri atas insufisiensi vertebrobasiler, stroke, migrain, hipotensi, anemia, hipoglikemia, dan penyakit meniere.
2. Receiving any treatment a. Tumor
Adanya tumor seperti neuroma, glikoma, dan tumor intraventrikular dapat menyebabkan gangguan vertigo.
b. Trauma
Adanya trauma pada daerah tulang temporal dan trauma servikal dapat menyebabkan gejala vertigo.
c. Tiroid
Adanya penurunan fungsi tiroid dapat menyebabkan gejala vertigo.
3. Tumour or Trauma of Tyroid
4. Keadaan lingkungan : Mabuk darat dan Mabuk laut 5. Endapan kalsium dalam kanalis semisirkularis
6. Infeksi telinga luar dan tengah : Otitis media dan tumor 7. Infeksi telinga dalam, labirintis, neuritis saraf otak 1.3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada pasien dengan kasus vertigo yaitu pasien vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan berpindah tempat seperti ke tempat tidur, berguling ke satu sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik. Menurut (Jusuf, Muhammad Isman & Wahidji 2016), keluhan vertigo dibagi menjadi 3 kategori yang berbeda, yaitu Vertigo, disequilibrium, dan dizziness.
a. Vertigo adalah suatu sensasi pasien merasakan lingkungan sekitarnya bergerak. Sensasi tersebut sering dirasakan berputar, bisa juga pasien merasakan mau jatuh.
b. Disequilibrium adalah perasaan mau jatuh dan ditandai oleh ketidakstabilan atau ketidakseimbangan yang terjadi saat berdiri, dan terutama mengenai badan dan anggota gerak bawah.
c. Dizziness adalah sensasi yang samar-samar seperti kepala terasa ringan dan meliputi gejala-gejala yang tidak dapat diidentifikasi sebagai vertigo atau disequilibrium.
Seringkali selain dengan sensasi berputar dan ketidakseimbangan, vertigo juga biasanya diiringi dengan tanda dan gejala seperti mual, muntah, kulit pucat, dan keringat dingin (Jusuf, Muhammad Isman & Wahidji 2016).
a. Mual
Mual didefinisikan sebagai pengalaman psikis berupa rasa tidak enak di lambung yang menuntun timbulnya gejala muntah. Mual adalah penghayatan terhadap kegiatan tidak wajar dari pusat muntah. Gejala mual disertai inhibisi tonus intestinum serta gerak peristaltik usus dan lambung.
b. Muntah
Muntah didefisinikan sebagai pengeluaran isi gastrointestinum melalui mulut.
c. Kulit pucat
Kulit pucat ini paling jelas terlihat pada kulit muka, disekitar mulut dan hidung terutama pada orang berkulit putih. Munculnya gejala pucat selalui mendahului mual, sedang mual, dan mendahului muntah. Kulit pucat diduga akibat kegiatan susunan saraf parasimpatik lewat pengaruhnya terhadap vasokontriksi pembuluh darah kulit.
d. Keringat dingin
Keringat keluar tanpa ada ransangan suhu yang memadai, terutama daerah dorsum tangan, lengan, dan dahi. Oleh karena kelenjar keringat yang terlibat dari kelompok kelenjar pengatur suhu tubuh, maka suhu sekitar mempengaruhi timbulnya. Peningkatan keringat akibat kegiatan berlebihan dari susunan saraf otonom.
1.4. Patofisiologi
Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Jika ada kelainan pada lintasan informasi dari indera keseimbangan yang dikirim ke sistem saraf pusat atau kelainan pada pusat keseimbangan, maka proses adaptasi yang normal tidak akan terjadi tetapi akan menimbulkan reaksi alarm. Keadaan ini berhubungan dengan serat-serat formasio retikularis batang otak yang berhubungan dengan aktivitas sistem kolinergik dan adrenergik (Kembuan, 2009).
Vertigo dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu vertigo vestibular dan vertigo nonvestibular. Vertigo vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan sistem vestibular, sedangkan vertigo non vestibular adalah vertigo yang disebabkan oleh gangguan sistem visual dan somatosensori. Vertigo vestibular selanjutnya dapat dibedakan menjadi vertigo vestibular perifer dan vertigo vestibular sentral. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Vertigo Vestibular Perifer
Vertigo yang terjadi akibat gangguan alat keseimbangan tubuh di labirin (telinga dalam) atau di saraf kranial VIII (saraf vestibulokoklear) divisi vestibular.
b. Vertigo Vestibular Sentral
Vertigo yang terjadi akibat gangguan keseimbangan tubuh di sistem saraf pusat, baik di pusat integrasi (cerebelum dan batang otak) maupun di area persepsi (korteks). Penyebab vertigo sentral antara lain adalah pendarahan atau iskemik di cerebelum, nukleus vestibular, dan di batang otak, tumor di sistem saraf pusat, infeksi, trauma, dan sklerosis multiple.
Dalam kondisi fisiologis atau normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibular, visual, dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncu gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri atau berjalan dengan gejala lainnya.
BAB II
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI 1.1. ASSESMENT FISIOTERAPI
I. Identitas Pasien
a. Nama : Ny. D
b. Usia : 50 Tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat : Jl. Melati No. 1, Dangin Puri Kangin, Denpasar Utara e. Pekerjaan : Penjual Catering
f. Agama : Hindu
g. Hobi : Memasak
II. Pemeriksaan Subjektif a. Keluhan Utama (KU)
Kepala terasa pusing seperti berputar-putar seperti ingin jatuh b. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Ny.B merupakan seorang penjual catering berusia 50 tahun yang mengeluh berjalan tidak seimbang yang telah dirasakan sejak 1 tahun lalu. Keluhan yang dirasakan seakan-akan merasa akan jatuh saat berdiri, dan keluhan makin memberat 3 bulan terakhir dimana pusing berputar tersebut dirasakan saat perubahan posisi dan pergerakan kepala yang disertai dengan telinga berdengung. Karena sakit yang dirasakannya progresif, pasien kemudian memeriksakan diri ke dokter dan dikatakan mengalami vertigo. Setelah beberapa kali pengobatan keluhan pusing berputar membaik, namun karena akhir-akhir ini ia sering begadang membuat pesanan sehingga keluhan kembali dirasakan dan memberat yang diikuti dengan gangguan keseimbangan sehingga pasien sulit berjalan. Kemudian pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan pencitraan MRI dan diresepkan obat anti vertigo serta dokter menyarankan untuk melakukan fisioterapi.
c. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) & Riwayat Penyakit Penyerta (RPP)
RPD : Pasien pernah mengalami kecelakaan lalu lintas 2 tahun yang lalu sehingga menyebabkan trauma khususnya pada tulang temporal
RPP : Hipertensi
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien merupakan penjual catering, tidak merokok, dan tidak mengkonsumsi alkohol.
III. Pemeriksaan Objektif a. Vital Sign
Absolut Tambahan*
TD : 150/90 mmHg Saturasi Oksigen : 97%
HR : 64x/menit Kesadaran : Compos Mentis RR : 18x/menit Tinggi Badan : 162 cm
Suhu : 36,4C Berat Badan : 59 kg
b. Pemeriksaan Perkompetensi Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil Statis
Inspeksi Statis - Wajah pasien terlihat pucat dan lemas - Pasien merasakan mual
Inspeksi Dinamis - Pasien merasakan pusing berputar-putar saat menunduk dan memiringkan kepala
Palpasi Adanya spasme pada otot scalenus Perkusi Tidak dilakukan
Auskultasi Tidak dilakukan
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
Pemeriksaan Hasil Aktif Cervical joint
Gerakan ROM Nyeri
Fleksi Terbatas +
Ekstensi Terbatas +
Lateral Fleksi Dekstra
Terbatas +
Lateral Fleksi Sinistra
Terbatas +
Rotasi Dekstra Terbatas +
Rotasi Sinistra Terbatas +
Interpretasi :
Adanya keterbatasan ROM dan nyeri diseluruh gerakan sendi cervical.
Pasif Cervical joint
Gerakan ROM Nyeri Endfeel
Fleksi Terbatas + Firm
Ekstensi Terbatas + Hard
Lateral Fleksi Dekstra
Terbatas + Firm
Lateral Fleksi Sinistra
Terbatas + Firm
Rotasi Dekstra Terbatas + Firm
Rotasi Sinistra Terbatas + Firm
Interpretasi :
Adanya keterbatasan ROM dan nyeri diseluruh gerakan sendi cervical yang disertai patologic endfeel.
Isometrik Gerakan ROM Nyeri Tahanan
Fleksi Terbatas + minimal
Ekstensi Terbatas + minimal
Lateral Fleksi Dekstra
Terbatas + minimal
Lateral Fleksi Sinistra
Terbatas + minimal
Rotasi Dekstra Terbatas + minimal
Rotasi Sinistra Terbatas + minimal Interpretasi :
Adanya keterbatasan ROM dan nyeri diseluruh gerakan sendi cervical dengan pasien hanya mampu melawan tahanan minimal.
Pengukuran
Pengukuran Alat Ukur Hasil
Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai
Nyeri diam 4/10
Nyeri tekan 0/10
Nyeri gerak 5/10
Keterangan :
Skala nyeri 0 : tidak ada nyeri
Skala nyeri 1-3 : nyeri ringan
Skala nyeri 4-7 : nyeri sedang
Skala nyeri 8-10 : nyeri berat
ROM Goniometer Aktif ROM
- Ekstensi fleksi cervical joint (terbatas)
S : 20 - 0 - 20
- Lateral fleksi dekstra dan lateral fleksi sinistra
F : 30 - 0 - 30
- Rotasi dekstra dan rotasi sinistra R : 30 - 0 - 30
Pasif ROM
- Ekstensi fleksi cervical joint (terbatas)
S : 30 - 0 - 30
- Lateral fleksi dekstra dan lateral fleksi sinistra
F : 35 - 0 - 35
- Rotasi dekstra dan rotasi sinistra R : 35 - 0 - 35
Interprestasi :
Adanya penurunan ROM diseluruh gerakan aktif maupun pasif pada regio cervical.
Kekuatan Otot
MMT
Regio Pergerakan Score
Otot
Cervical Fleksi 4
Ekstensi 4
Lateral Fleksi Dekstra
4 Lateral Fleksi
Sinistra
4 Rotasi
Dekstra
4 Rotasi
Sinistra
4 Interpretasi :
Seluruh gerakan mendapat skor 4 yang dimana mampu bergerak dengan lingkup gerak sendi secara penuh dan melawan gravitasi dan bisa melawan tahanan minimal Aktivitas
daily living
Berg Balance Scale
Pengukuran aktivitas daily living dengan Berg Balance Scale terdiri dari 14 pertanyaan, yang dimana setiap pertanyaan terdiri dari 4 poin. Hasil dari pengukuran pengaruh vertigo terhadap aktivitas sehari- hari mendapatkan 40 poin dengan keterangan :
- 1-56 = low fall risk - 21-40 = medium fall risk - 0 –20 = high fall risk IV. Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan Foto Kesan
MRI Pada kanalis akustikus internus kiri meluas hingga ke sudut serebelopontin, menekan pons kiri, mesensefalon, medulla oblongata dan ventrikel ke empat, menyebabkan dilatasi ringan pada ventrikel ke tiga dan ventrikel lateral bilateral.
1.2. PEMERIKSAAN KHUSUS
Jenis Pemeriksaan Instruksi Hasil pemeriksaan
Gait Test
Heel to toe walking test Instruksikan pasien untuk berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki kanan/kiri secara bergantian. Test dikatakan positif apabila pasien berjalan menyimpang.
Positif
Romberg’s Sign Instruksikan pasien untuk berdiri tegak dengan kedua kaki dirapatkan dengan kedua tangan , minta pasien menutup kedua mata dan tahan pada posisi tersebut selama 20-30 detik. Tes dikatakan positif apabila tubuh pasien bergoyang menjauhi garis tengah tubuh saat menutup mata.
Positif
Pemeriksaan Tes Fungsi Vestibular Dix-Hallpike
Manouver
Instruksikan pasien untuk duduk di bed kemudian putar kepala pasien 45 derajat ke satu sisi dan
Hasil tes yang didapatkan adalah positif dimana pasien
selanjutnya baringkan pasien ke belakang dengan cepat dari posisi duduk di atas bed sehingga kepalanya akan menggantung pada ujung bed. Selanjutnya ekstensikan kepala pasien 20 sampai 30 derajat dan perhatikan mata pasien apakah terdapat nystagmus selama 30 detik sampai 1 menit yang menunjukkan bahwa pasien menderita vertigo sentral.
mengalami nystagmus dan vertigo yang berlangsung lebih dari 1 menit.
1.3. DIAGNOSIS ICF Coding
I. Impairment (Body Structure & Body Function Impairment) Body structure :
- Structure of head and neck region, other specified (s7108) - Lens of eyeball (s2204)
Body function :
- Vestibular function of determination of movement (b235) - Pain in head and neck (b28010)
II. Activity Limitation
- Maintaining a standing position (d4154) III. Participation of Restriction
- Carrying out multiple task (d2200) IV. Contextual Factor
a. Personal Factor
Pasien memahami instruksi yang diberikan oleh fisioterapis, selain itu pasien
memiliki motivasi yang tinggi untuk bisa melakukan aktifitasnya dengan normal kembali.
b. Enviromental Factor Fasilitator :
1. Health profesionals (e355)
Mendapatkan penanganan medis yang baik dari dokter maupun fisioterapis.
2. Support and relationship of immediate family (e310)
Adanya dukungan dari keluarga yang selalu menghubungi, menyemangati, dan menanyakan kabar untuk melakukan terapi.
Barrier :
1. Services, system and policies for the production of consumer goods (e510)
Pekerjaan pasien yang terkadang menumpul membuat pasien lupa untuk melakukan latihan-latihan yang sudah diberikan oleh fisioterapis sebagai home program.
1.4. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
Pasien mengalami keterbatasan aktivitas fungsional dikarenakan adanya penurunan kekuatan otot, ROM terbatas, dan gangguan keseimbangan yang disebabkan oleh vertigo.
1.4. PROGNOSIS I. Quo ad vitam
Bonam
II. Quo ad sanam Bonam
III. Quo ad cosmetican Bonam
IV. Quo ad functionam Dubia ad bonam
1.5. PLANNING
I. Jangka Pendek
- Mengurangi sakit kepala
- Meningkatkan kekuatan otot dan lingkup gerak sendi - Meningkatkan keseimbangan tubuh
II. Jangka Panjang
- Mencegah vertigo semakin parah
- Dapat kembali berjalan normal dengan seimbang
- Dapat kembali melakukan aktivitas daily living dengan normal 1.6. INTERVENSI
Intervensi Metode pelaksanaan Dosis Evidence Based
Infrared Instruksikan pasien posisi duduk lalu posisikan infrared tegak lurus dengan area cervical.
F : 3 kali dalam 1 minggu
I : Sesuai toleransi pasien
T : 10-15 menit/sesi T : 30-45 cm
Meningkatkan
metabolisme jaringan dan memberikan efek
vasodilatasi.
Wahyuningsih, Ni Wayan, Nila Wahyuni, and Luh Made Indah Sri Handari Adipura. 2020.
“Efektivitas Mulligan Mobilization Dan Infrared Technique Dan Infrared Terhadap
Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Nyeri Leher Non Spesifik Pada Penjahit Di Kecamatan Kuta.” Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia 5(1):27–31.
Mobilization exercise
- Fleksi : Instruksikan pasien untuk mencoba menyentuh dadanya menggunakan dagunya.
- Ekstensi : Instruksikan pasien untuk mengadahkan kepalanya ke belakang.
- Rotasi : Instruksikan pasien
untuk merotasikan
kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
- Lateral Fleksi : Instruksikan pasien untuk melateral fleksikan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
F : 10 repetisi 2-3 set I : Sesuai toleransi pasien
T : 2 kali dalam sehari
T : active exercise
Meningkatkan lingkup gerak sendi.
Minguez-Zuazo, A., Grande-Alonso, M., Saiz, B. M., La Touche, R., &
Lara, S. L. (2016).
Therapeutic patient education and exercise therapy in patients with cervicogenic dizziness: a prospective case series clinical study. Journal of exercise
rehabilitation, 12(3), 216–225.
https://doi.org/10.12965/j er.1632564.282
Strengthening exercise
- Fleksi : Pasien meletakkan satu tangan didepan kepala kemudian pasien mencoba melawan tahanan tangan.
- Ekstensi : Pasien
meletakkan satu tangannya di belakang kepalanya kemudian pasien mencoba melawan tahanan tangan.
- Rotasi : Pasien meletakkan
F : 10 repetisi 2-3 set I : Tahanan selama 5 detik
T : 2 kali dalam sehari
T : Isometric exercise
Meningkatkan kekuatan otot cervical (Minguez- Zuazo et al. 2016).
Minguez-Zuazo, A., Grande-Alonso, M., Saiz, B. M., La Touche, R., &
Lara, S. L. (2016).
Therapeutic patient education and exercise therapy in patients with
salah satu tangan di dahinya kemudian instruksikan pasien untuk merotasikan kepalanya ke satu sisi dengan melawan tahanan tangan.
- Lateral Fleksi : Pasien meletakkan tangannya di otot temporalis atau samping kepala kemudian pasien mencoba melawan tahanan tangan.
cervicogenic dizziness: a prospective case series clinical study. Journal of exercise
rehabilitation, 12(3), 216–225.
https://doi.org/10.12965/j er.1632564.282
Latihan Brand- Darrof
Instruksikan pasien untuk duduk tegak di tepi bed dengan kedua tungkai tergantung, selanjutnya arahkan kepala pasien ke satu sisi, lalu jatuhkan badan ke posisi lainnya dan tetap dalam posisi berbaring selama 30 detik atau sampai pusing mereda, selanjutnya baringkan tubuh dengan cepat ke sisi lain.
Dilakukan 2 set perhari (pagi dan
sore) yang
dilaksanakan 3 kali dalam seminggu.
Meningkatkan darah ke otak sehingga dapat memperbaiki fungsi alat keseimbangan tubuh dan memaksimalkan kerja dari sistem sensori (Herlina, Ibrahim, and Vino 2018).
Herlina, Andika, Ibrahim, and Rika Nofia Vino.
2018. “Efektifitas Latihan Brandt Daroff Terhadap Kejadian Vertigo Pada Subjek Penderita Vertigo.”
Medika Saintika 8(2):11–
16.
Tandem Gait Instruksikan pasien untuk berjalan dengan kaki satu berada didepan kaki lainnya.
Kaki yang di depan menyentuh
3 kali dalam 1 minggu
Meningkatkan keseimbangan (Kusumawati,
Ratmawati, and Surakarta
jari-jari kaki dibelakangnya pada garis lurus dengan panjang 3-6 meter.
2022).
Kusumawati, Yoni Rustiana, Yuliana Ratmawati, and Poltekkes Kemenkes Surakarta. 2022.
“Pengaruh Tandem Gait Exercise Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia.”
PROSIDING SEMINAR NASIONAL ILMU KEOLAHRAGAAN 2:33–
40.
1.7. EVALUASI
Pengukuran Alat Ukur Hasil
Nyeri VAS Jenis Nyeri Nilai
Nyeri diam 1/10
Nyeri tekan 0/10
Nyeri gerak 2/10
Keterangan :
Skala nyeri 0 : tidak ada nyeri
Skala nyeri 1-3 : nyeri ringan
Skala nyeri 4-7 : nyeri sedang
Skala nyeri 8-10 : nyeri berat
ROM Goniometer Aktif ROM
- Ekstensi fleksi cervical joint (terbatas) S : 45 - 0 - 40
- Lateral fleksi dekstra dan lateral fleksi sinistra
F : 45 - 0 - 45
- Rotasi dekstra dan rotasi sinistra
R : 50 - 0 - 50
Interprestasi :
Terjadi peningkatan ROM diseluruh gerakan cervical.
Kekuatan Otot MMT
Regio Pergerakan Otot
Score
Cervical Fleksi 5
Ekstensi 5
Lateral Fleksi Dekstra
5 Lateral Fleksi
Sinistra
5 Rotasi
Dekstra
5 Rotasi
Sinistra
5 Interpretasi :
Terjadi peningkatan kekuatan otot diseluruh gerakan cervical.
Aktivitas daily living Berg Balance Scale Pengukuran aktivitas daily living dengan Berg Balance Scale terdiri dari 14 pertanyaan, yang dimana setiap pertanyaan terdiri dari 4 poin. Hasil dari pengukuran pengaruh vertigo terhadap aktivitas sehari- hari mendapatkan 47 poin dengan keterangan :
- 1-56 = low fall risk - 21-40 = medium fall risk - 0 –20 = high fall risk
1.8. CLINICAL REASONING
Terdapat trauma pada daerah tulang temporal
Adanya faktor kelelahan dalam bekerja
Fungsi alat keseimbangan tubuh menurun
Nystagmus Pusing berputar/dizziness Gangguan Pendengaran
Vertigo
Penurunan Kekuatan Otot
Keterbatasan Aktivitas Fungsional
Keterbatasan ROM
Gangguan Keseimbangan
Strengthening exercise
Mobilization exercise Infrared
Latihan Brand- darrof
Tandem Gait
Peningkatan Aktivitas Fungsional
Spasme pada otot scalenus
BAB III HOME PROGRAM 3.1. HOME PROGRAM
Home Program Dosis Evidence Based
Mobilization exercise - Fleksi : Instruksikan pasien
untuk mencoba menyentuh
dadanya menggunakan
dagunya.
- Ekstensi : Instruksikan pasien untuk mengadahkan kepalanya ke belakang.
- Rotasi : Instruksikan pasien untuk merotasikan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
- Lateral Fleksi : Instruksikan pasien untuk melateral fleksikan kepalanya ke kanan dan ke kiri secara bergantian.
F : 2 kali dalam sehari
I : Sedang
T : 10 repetisi 2-3 set
T : active exercise
Meningkatkan lingkup gerak sendi.
Minguez-Zuazo, A., Grande-Alonso, M., Saiz, B. M., La Touche, R., & Lara, S. L.
(2016). Therapeutic patient education and exercise therapy in patients with cervicogenic dizziness: a prospective case series clinical study. Journal of exercise rehabilitation, 12(3), 216–225.
https://doi.org/10.12965/jer.1632564.282
Strengthening exercise - Fleksi : Pasien meletakkan satu
tangan didepan kepala kemudian pasien mencoba melawan tahanan tangan.
- Ekstensi : Pasien meletakkan satu tangannya di belakang kepalanya kemudian pasien mencoba melawan tahanan tangan.
F : 2 kali dalam sehari
10 repetisi 2-3 set I : Tahanan selama 5 detik T : 10 repetisi 2-3 set
T : Isometric exercise
Meningkatkan kekuatan otot cervical (Minguez-Zuazo et al. 2016).
Minguez-Zuazo, A., Grande-Alonso, M., Saiz, B. M., La Touche, R., & Lara, S. L.
(2016). Therapeutic patient education and exercise therapy in patients with cervicogenic dizziness: a prospective case series clinical study. Journal of exercise rehabilitation, 12(3), 216–225.
- Rotasi : Pasien meletakkan salah satu tangan di dahinya kemudian instruksikan pasien untuk merotasikan kepalanya ke satu sisi dengan melawan tahanan tangan.
- Lateral Fleksi : Pasien meletakkan tangannya di otot temporalis atau samping kepala kemudian pasien mencoba melawan tahanan tangan.
https://doi.org/10.12965/jer.1632564.282
Tandem Gait
Instruksikan pasien untuk berjalan dengan kaki satu berada didepan kaki lainnya. Kaki yang di depan menyentuh jari-jari kaki dibelakangnya pada garis lurus dengan panjang 3-6 meter.
3 kali dalam 1 minggu
Meningkatkan keseimbangan
(Kusumawati, Ratmawati, and Surakarta 2022).
Kusumawati, Yoni Rustiana, Yuliana Ratmawati, and Poltekkes Kemenkes Surakarta. 2022. “Pengaruh Tandem Gait Exercise Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia.” PROSIDING SEMINAR NASIONAL ILMU KEOLAHRAGAAN 2:33–40.
BAB IV DOKUMENTASI Strengthening exercise
Mobilization exercise
Latihan Brand-Darrof
Tandem Gait
DAFTAR PUSTAKA
Herlina, Andika, Ibrahim, and Rika Nofia Vino. 2018. “Efektifitas Latihan Brandt Daroff Terhadap Kejadian Vertigo Pada Subjek Penderita Vertigo.” Medika Saintika 8(2):11–
16.
Jusuf, Muhammad Isman & Wahidji, Vickri H. (IDI CABANG GORONTALO). 2016.
“Vertigo. Bunga Rampai Kedokteran.” P. 21824 in Pengurus IDI Cabang Kota Gorontalo.
Kembuan, Mieke A. H. N. 2009. “Jurnal Kedokteran & Kesehatan FK Unsrat Manado.”
Tomou Tou 1(1):31–35.
Kusumawati, Yoni Rustiana, Yuliana Ratmawati, and Poltekkes Kemenkes Surakarta. 2022.
“Pengaruh Tandem Gait Exercise Terhadap Risiko Jatuh Pada Lansia.” PROSIDING SEMINAR NASIONAL ILMU KEOLAHRAGAAN 2:33–40.
Minguez-Zuazo, Ana, Mónica Grande-Alonso, Beatriz Moral Saiz, Roy La Touche, and Sergio Lerma Lara. 2016. “Therapeutic Patient Education and Exercise Therapy in Patients with Cervicogenic Dizziness: A Prospective Case Series Clinical Study.”
Journal of Exercise Rehabilitation 12(3):216–25. doi: 10.12965/jer.1632564.282.
Setiawati, Melly, and Susianti. 2016. “Benign Paraksimal Position Vertigo.” Majority 5(4):91–95.
Wahyuningsih, Ni Wayan, Nila Wahyuni, and Luh Made Indah Sri Handari Adipura. 2020.
“Efektivitas Mulligan Mobilization Dan Infrared Technique Dan Infrared Terhadap Peningkatan Lingkup Gerak Sendi Nyeri Leher Non Spesifik Pada Penjahit Di Kecamatan Kuta.” Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia 5(1):27–31.
Sri Sutarni,R.G. (2019). “Bunga Rampai Vertigo.” Yogyakarta: Gadjah Mada University Press