• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN OPERASIONAL DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA DI MASJID AL-IRSYAD PAREPARE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MANAJEMEN OPERASIONAL DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA DI MASJID AL-IRSYAD PAREPARE "

Copied!
105
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana pengelolaan operasional dengan pengembangan program kerja di Masjid Al-Irsyad Ujung Baru Kota Parepare. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengurus masjid dalam mengembangkan program kerja di Masjid Ujung Baru Kota Parepare?

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teoritis

  • Teori Manajemen Operasional
  • Teori Analisis SWOT

16 Pangestu Subagyo, Manajemen Operasional Edisi Pertama, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2000), hal.1. jasa.18 Manajemen operasi diperlukan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan mengubah atau menginovasi produk agar menjadi lebih baik. Manajemen operasi mempunyai kedudukan yang sama dengan tiga fungsi manajemen fungsional lainnya, yaitu manajemen pemasaran, manajemen keuangan, dan manajemen sumber daya manusia.20 Misalnya, fungsi organisasi bertanggung jawab atas produksi barang atau jasa, fungsi keuangan bertanggung jawab atas alokasi keuangan. , sedangkan fungsi pemasaran bertanggung jawab untuk menghasilkan permintaan dan menghasilkan penjualan. Spesialisasi Teknik Manajemen Operasi menampilkan teknik manajemen operasi dan penerapan yang ditunjukkan dalam lingkungan operasional, termasuk: 22.

26 Rusdiana, Manajemen Operasional, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), hal.20. manajemen operasional.27 Setiap manajer tentunya akan menjalankan fungsi dasar proses manajemen.

Tinjauan Konseptual

Masjid Al-Irsyad mempunyai daya tampung sekitar 500 jamaah, dengan jumlah muazin sebanyak 3 orang, jumlah tahfid Al-Quran sebanyak 50 orang, jumlah remaja masjid sebanyak 10 orang dan jumlah Khotib sebanyak 2 orang. dan dengan pengurus sekitar 45 orang. Dagong (ketua pengurus DDI Mangkoso) sehingga Gurutta Ambo Dalle diangkat menjadi Qadhi Mallusetasi di Parepare pada Tauhun tahun 1950, sehingga Gurutta resmi pindah ke Parepare pada tahun 1950, dan sekaligus pengurus pusat DDI ke kantor di selatan Parepare. Masjid Groot Parepare yang kini menjadi pusat perbelanjaan. Dan kediaman Gurutta di Ujung Baru dibangun pertama kali oleh Petta Sullaluang Mallusetasi (H.A. Tjambolang) di atas tanah pemberian Petta TJalo tempat tinggal Gurutta sejak tahun 1950.

Setelah Gurutta pindah ke rumahnya di Ujung Baru pada tahun 1950, Petta Sullaluang Mallusetasi (H.A. Tjambolang) dengan bantuan donatur DDI pada saat itu membangun asrama mahasiswa, gedung belajar mahasiswa dan. Kemudian pada tahun 1964, masjid berukuran 15x15 m dibongkar dan dibangun pondasi masjid berukuran 25x35 m, dilanjutkan dengan pembangunan atap seng, dinding (batu merah) diperkuat dengan 24 tiang, atap seng dan lantai semen. Dilanjutkan Pada tahun 1972, dibangun lantai dua yang ditopang oleh 24 tiang, termasuk lantai mini di ruang tengah masjid berbentuk persegi panjang dan berlantai papan (kayu besi).

Pada tahun 1982, kanopi aluminium komposit dibangun di atas masjid dan pada saat itu ubin dipasang oleh Muhammadong (imam masjid) dan tiang-tiangnya dilapisi keramik di bagian bawah dan kayu lapis di bagian atas. Pada tahun 2003, keramik ditempatkan pada lantai masjid, dan pada dinding masjid bagian dalam dan luar, termasuk pelapisnya, serta ditempatkan 24 tiang keramik seperti sekarang, dan pada tahun 2004, dibangun pagar masjid. apa adanya. seperti sekarang, kemudian pada tahun 2010 diganti atap alumunium, atap baja dan lembaran logam diganti dengan super deck dari Australia, kemudian pada tahun 2011 dibangun kantor masjid di atas tempat wudhu seperti sekarang, dan pada tahun 2012 semuanya jendela dan jendela serta pintu telah diganti dengan alumunium dan kaca. Di kiri dan kanan serta depan masjid masing-masing terdapat 2 buah pintu, hal ini melambangkan bahwa di masjid ini diadakan 2 kali salat setiap tahunnya yang jamaahnya berasal dari seluruh sisi masjid.

Di sisi kiri dan kanan masjid masing-masing terdapat (5) jendela, melambangkan lima waktu yang harus digunakan sebelum lima waktu lainnya datang. Di dalam masjid terdapat 28 baris jajar dari depan hingga belakang yang merupakan simbol bahwa salat tarwih yang dilaksanakan di Masjid Al-Irsyad berjumlah 20 rakaat dan 8 rakaat.

Bagan Kerangka Pikir

Jenis Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Fokus Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Survei dilakukan pada akhir salat subuh dan salat Azhar di Masjid Al-Irsyad Ujung Baru Kota Parepare. Sumber data dalam penelitian ini merupakan faktor yang sangat penting karena sumber data akan menyangkut kualitas hasil penelitian. Oleh karena itu, sumber data diperhitungkan dalam menentukan metode pengumpulan data.48 Sumber data ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek, dalam hal ini peneliti memperoleh data atau informasi secara langsung dengan menggunakan instrumen yang telah ditentukan. Pengumpulan data primer merupakan bagian internal dari proses penelitian dan sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam penelitian ini respon data primer diperoleh dari wawancara kepada pimpinan masjid, imam masjid, penasehat dan beberapa jemaah Masjid Al-Irsyad Ujung Baru Kota Parepare.

Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan sejarah yang dikumpulkan dalam arsip terbitan maupun tidak terbitan (data dokumenter). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari lembaga dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis akan mewawancarai Ketua Pengurus Masjid Al-Irsyad Ujung Baru Parepare, Bapak Dr. Dokumentasi mencari informasi tentang suatu hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, risalah rapat, catatan, agenda, dan lain-lain. 51 Dokumentasi terdiri dari dokumen-dokumen yang membuktikan atau merupakan catatan tentang sesuatu hal. Dalam penelitian ini penulis menggunakan dokumen-dokumen pengurus Masjid Al-Irsyad seperti program kerja dan dokumen-dokumen lain yang relevan dengan permasalahan peneliti.

Uji Keabsahan

Agar suatu penelitian memenuhi syarat reliabilitas, maka perlu memadukan antara reliabilitas dengan konfirmabilitas, agar temuan dalam penelitian ini dapat dipertahankan dan dibuktikan secara ilmiah pada saat menguji keabsahan data dalam penelitian ini, maka dalam hal ini, peran supervisor sangatlah penting. Pengujian (Confirmability) dalam penelitian kualitatif disebut dengan uji objektivitas penelitian dan dilakukan sedemikian rupa sehingga terdapat kesepakatan bahwa hasil penelitian ada kaitannya dengan proses penelitian. Teknik validasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi yaitu.

Moelong mengatakan triangulasi adalah suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu selain data tersebut dengan tujuan untuk memeriksa atau membandingkan data. data atau data dokumentasi, membandingkan dan menggabungkan hasil dua teknik pengumpulan data.

Teknik Analisis Data

Reduksi data adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mentransformasikan data kasar yang muncul dari catatan lapangan tertulis. Proses ini terus berlangsung sepanjang penelitian, bahkan sebelum data benar-benar dikumpulkan yang terlihat dari kerangka konseptual penelitian, masalah penelitian, dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Caranya adalah: pemilihan data secara ketat, rangkuman atau uraian singkat dan pengklasifikasiannya ke dalam pola yang lebih luas. 55 Oleh karena itu, sebaiknya dilakukan reduksi data agar data tidak teragregasi sehingga tidak mempersulit analisis lebih lanjut.

Penyajian data merupakan kegiatan menyusun kumpulan informasi sehingga anggota dapat menarik kesimpulan dan mengambil tindakan. Bentuk penyajian data kualitatif dapat diubah menjadi teks naratif berupa catatan lapangan, matriks, grafik, grid, dan bagan. Bentuk-bentuk ini menyatukan informasi yang diorganisasikan dalam format yang koheren dan mudah diakses, sehingga memudahkan untuk melihat apa yang terjadi, apakah kesimpulannya benar, atau sebaliknya untuk melakukan analisis ulang.

Kami juga memverifikasi kesimpulan ini selama penelitian dengan: (1) memikirkan kembali saat menulis, (2) meninjau catatan lapangan, (3) meninjau dan bertukar pikiran di antara rekan-rekan untuk mengembangkan kesepakatan intersubjektif, (4) melakukan upaya ekstensif untuk menempatkan salinan makalah tersebut. menemukan pada kumpulan data yang lain.56 Pada tahap penarikan kesimpulan ini, harus ditarik kesimpulan tentang kegiatan analisis/interpretasi dan evaluasi data, yang meliputi pencarian makna dan pemberian interpretasi terhadap data yang diperoleh.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Faktor Pendukung dan Penghambat Pengurus Masjid dalam Mengembangkan

Dalam menjalankan program kerja di Masjid Al-Irsyad tentunya terdapat faktor-faktor yang mendukung dan menghambat kelancaran kegiatan yang dilakukan oleh pengurus. 77 Sudirman, Ketua Pengurus Masjid Raya Al-Irsyad, wawancara di Masjid Al-Irsyad Parepare, 20 Juni 2021. faktor internal dan eksternal. Dana amal harian ini biasanya dibuka sebulan sekali, dana ini diperoleh dari kotak amal yang ada di area parkir sepeda motor di halaman Masjid Al-Irsyad.

Terselenggaranya kegiatan pengelolaan masjid didukung dengan fasilitas yang memadai, fasilitas tersebut berupa tempat baca, rumah santri tahfid Quran, taman kanak-kanak, TPA, dengan adanya fasilitas tersebut dapat membantu untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan masjid. Jamiah Al-Irsyad. Dengan adanya hubungan yang baik ini maka akan ada dukungan yang baik dari masyarakat luar jika pengurus masjid mengadakan suatu acara, tidak hanya memberikan dukungan tetapi juga masyarakat luar ikut berpartisipasi seperti mereka berpartisipasi dalam pengabdian masyarakat dan membantu pelajar Al-Qur'an. santri pengajian di masjid Al-Quran. Irsyad. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam pengembangan program kerja di masjid Al-Irsyad adalah adanya peran serta dari jamaah serta sumbangan pemerintah atau dana tidak wajib lainnya.

79 Sudirman, Ketua Pengurus Masjid Agung Al-Irsyad, Wawancara di Masjid Al-Irsyad Parepare, 20 Juni 2021. Operasional Manajemen Masjid Raya Al-Irsyad Ujung Baru Kota Parepare dalam menyusun program kerja dengan menggunakan metode manajemen operasional , yaitu; (a) Perencanaan operasional pada masjid ini sangat baik dengan terlebih dahulu mengadakan rapat dan membentuk panitia pelaksana. (b) Fasilitas yang diberikan sesuai dengan harapan jamaah sehingga jamaah merasa nyaman dan khusyuk dalam menjalankan ibadahnya (c) Administrasi pengelolaan yang diterapkan sama dengan sistem pengelolaan Bank sehingga pendapatan dan pengeluaran tercatat dengan rapi. dan jelas (d) Pengendalian mutu terpadu sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah kota (e) Pemeliharaan fasilitas di masjid ini, pihak pengelola membolehkan santri Tahfid membantu pemeliharaan fasilitas tersebut. (f) Teknik perancangan jaringan kerja yang dilaksanakan. Manajemen mendatangkan pendakwah dari luar. Faktor pendukung berkembangnya program kerja pengelolaan Masjid Al-Irsyad Ujung Baru Kota Parepare adalah adanya dana yang bersumber dari kotak amal masjid dan dana zakat dari pemerintah kota, fasilitas yang memadai, keharmonisan antara pengelola dengan pemerintah kota dan masyarakat. . lokasi masjid yang strategis.

Pengelola Masjid Al-Irsyad harus lebih meningkatkan penyediaan fasilitas dan meningkatkan pemeliharaan fasilitas masjid. Bagaimana mengelola program kerja yang ada di Masjid Al-Irsyad agar dapat berkembang dan menjadi program kerja tahunan.

PENUTUP

Saran

Gambar

Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Program kerja berkembang

Referensi

Dokumen terkait

The results of this data analysis are a comparison of the level of aggressive behavior of groups of students who reduced the intervention self-regulation of emotion modules and groups