• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER 2020 NAWAWI NIM: 0841917025 Oleh: DISERTASI KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER 2020 NAWAWI NIM: 0841917025 Oleh: DISERTASI KEPEMIMPINAN KIAI DALAM MEMBANGUN KOMITMEN ORGANISASI"

Copied!
464
0
0

Teks penuh

(1)

Dan Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Doktor Manajemen Pendidikan Islam

Oleh:

NAWAWI NIM: 0841917025

PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) JEMBER

2020

(2)

Organisasi: Studi Multi Kasus Pesantren Rakyat Al Amin Malang dan Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan yang disusun oleh Nawawi, NIM 0841917025, telah direvisi sesuai dengan saran-saran dewan penguji dalam Ujian Terbuka pada hari Senin tanggal 23 Nopember 2020

DEWAN PENGUJI 1. Ketua

Sidang

: Prof. Dr. H. Abd Halim Soebahar, MA.

NIP NIP 19610104 198703 1 006

1.

2. Penguji Utama

: Prof.Dr.H. Ibrahim Siregar, MCL NIP 19680704 200003 1 003

2.

3. Penguji : Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM NIP. 19660322 199303 1 002

3.

4. Penguji : Prof.Dr.H. Miftah Arifin, M.Ag NIP 19750103 199903 1 001

4.

5. Penguji : Dr. H. Ubaidillah, M.Ag NIP 19681226 199603 1 001

5.

6. Penguji : Dr. H. Sukarno, M.Si.

NIP. 19591218 198703 1 004

6.

7 Promotor : Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag.

NIP 197406062000031003

7 8 Co-

Promotor

: Dr. Hj. ST. RODLIYAH, M.Pd.

NIP 196809111999032001

8 Jember, 2 Pebruari 2021 Mengesahkan,

Pascasarjana IAIN Jember Direktur,

Prof. Dr. H. Abd. Halim Soebahar, M.A.

(3)

Studi Multikasus Peantren Rakyat Al Amin Sumberpucung Malang dan Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan. Disertasi. Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam. Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Jember. Promotor: Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag. dan Co-Promotor: Dr. Hj.

ST. Rodliyah, M.Pd.

Kata kunci: Kepemimpinan Kiai dan Komitmen Organisasi

Kepemimpinan kiai merupakan sentral ketahanan pesantren, karena sosok kiai adalah elemen esensial dalam sistem pendidikan di pesantren. Perkembangan kualitas dan kuantitas pesantren tidak dapat dilepaskan dari kiai sebagai pemegang otoritas tertinggi di pesantren. Kapasitas kiai dan cara kiai dalam mengkomunikasikan ide kepada masyarakat menentukan penerimaan masyarakat terhadap kepemimpinannya. Hal itu dijalankan dengan model kepemimpinan profetik yang menekankan pada beberapa sumber kekuasaan personal dan komunikasi berdasarkan tujuan profetik

Penelitian ini memfokuskan pada bagaimana kekuasaan kiai dan bagaimana komunikasi kiai dalam membangun komitmen organisasi. Adapun teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian adalah Teori Reinhart, Hersey, tentang peran kepemimpinan. Teori kekuasaan Franch dan Raven tentang kekuasaan dan Berlo tentang komunikasi. Teori Blau dan Scott, Carzo dan Yanouzas tentang organisasi, dan Teori Etzioni, Mayer dan Allen, dan Steers tentang komitmen organisasi.

Adapun metodologi penelitian yang dipergunakan adalah kualitatif deskriptif dengan kerangka studi multikasus yang mengacu pada Teori Robert K.

Yin dengan menggunakan analisis teori Milles, Huberman dan Saldana dengan tiga langkah yaitu kondensasi data (data condensation), penyajian data (data display), dan menarik simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification)

Hasil penelitian ini adalah: Pertama sumber-sumber kekuasaan kiai yang memiliki potensi untuk memengaruhi pengikut adalah: kekuasaan karismatik, kekuasaan keahlian, kekuasaan imbalan, kkuasaan identitas, kekuasaan genealogi, Kedua, komunikasi kiai yang efektif adalah komunikasi profetik yang mengembangkan model komunikasi teori Berlo yang dikembangkan dengan elemen tujuan profetik dan konteks komunikasi interapersonal dan interpersonal.

(4)

NAWAWI. 2020. Kiai Leadership in Building Organizational Commitment:

Multi-case Study at Pesantren Rakyat Al Amin Sumberpucung Malang and Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.

Dissertation, Doctor Program of Islamic Education Management.

Postgraduate the State Institute for Islamic Studies Jember.

Supervisor Dissertation: Prof. Dr. Ahidul Asror, M.Ag. and Supervisor Dissertation: Dr. Hj. ST. Rodliyah, M.Pd.

Keywords: Kiai Leadership and Organizational Commitment

The kiai leadership is the center of endurance at Islamic boarding school, because the figure of kiai is an essential element in education system in Islamic boarding school. The quality and quantity of islamic boarding school growth cannot be separated from the kiai as the highest authority in Islamic boarding school. Kiai ability and how to communicate ideas to the community determines the community's acceptance of his leadership. This is carried out with a leadership communication model that emphasizes several sources of personal power and is based on prophetic goals

.

This research focuses on how the kiai's power and how the kiai's communication builds organizational commitment. The theories used as the basic for this research proposed by Reinhart and Hersey`s Theory of leadership role.

Theories of power by Franch and Raven and Berlo`s communication model.

Theories of Blau and Scott, Carzo and Yanouzas about organizations, and Theories of Etzioni, Mayer and Allen, and Steers about organizational commitment.

The research methodology is descriptive qualitative with multi-cases study by Robert K. Yin's Theory. And the data analysis by Milles, Huberman and Saldana theory using three steps, are: data condensation, data presentation, and drawing conclusions or verification.

The results of this study are: First, the sources of power from kiai that have the potential to influence followers are: charismatic power, expertise power, reward power, identity power, genealogy power. Second, effective kiai communication is a prophetic communication model. The prophetic communication model develops by Berlo's communication model with elements of prophetic goals and the context of interpersonal and interpersonal communication.

(5)

يوون . ٠٢٠٢ ةمظنلما مازتلا ءانب في يهايك ةدايق

: تايكر دهعم في تلاالحا ةدع ةسارد يملاسلإا ينملأ

ناوروساف يراساوروف هلاعدهعمو جنلام جنوجوف برموس .

ةلاسر ةروتكدلا . ةرادا ةبعشةيلك

برجم ةيموكلحا ةيملاسلااةعمالجابايلعلا تاساردلا ةيلك في يملاسلاا ميلعتلا .

فرشلما

رارسلاادهاع روتكدلا ذاتسلاا لولاا

ترسجالما ةيضار تيس ةجاح روتكدلا ةيناثلا ةفرشمو .

ةيسيئرلا تاملكلا :

يهايك ةدايق ,

ةمظنلما مازتلا

مع يه ايك ةدايق تناك ، ايسنودناب ةيملاسلاا دهاعلما نم يرثك في ةيملعتلا تاسسؤمللادا

اهيف ميلعتلا ماظن في مهم ءزج هتيصخش نلأ .

ايك نع ةيملاسلاا دهاعلما ةونم ينب لصفلا نكيم لا كلذلو

يه . هتردقو يهايكلاةوقذا

لاصيا يلع

هتدايقل ملهوبق بابسا نم ناببس يه عمتجملل راكفلاا متي .

لذ ذيفنت لىإ دنتسيو ةيصخشلا ةوقلل رداصم ةدع ىلع دكؤي يذلا يدايقلا لاصتلاا جذونم للاخ نم ك

ةيوبنلا فادهلأا هراكفا لاصيا يلع هتيفيكو يه ايك ةوق يرثأت يهو ثحبلا اذه زيكرت

ةمظنلما مازتلا يلع .

ثحبلا اذه ساسلأ ةمدختسلما تايرظنلا يه

تيلاا تاهنيبر هحترقا (

Reinhart )

يسيرهو )

( yesreH سيبو

) ةدايقلا رود ةيرظنل .

شنارف نم ةطلسلا تايرظن و (

hsnarF )

ينفارو ( sneear )

تايرظنو ،

ولرب ( (Berlo تلااصتلاا لوح

. ولب تايرظن و (

uanB ) توكسو (

troSS ) وزرك و

( onsao )

ساسونويو (

snaoBanr )

نيويزتإ تايرظنو ، تامظنلما لوح (

iSaEoaE ).

برمو

( rnHes )

لا عم ين ( naaea )

يرتسو ( tSeesr )

ةمظنلما مازتلا لوح

في تانايببلا جارختسلاو

ك تربور ةيرظن ةطساوب ثحابلما هذه .

ني ( soKesS b.

sEa .) سسلم ةيرظن ةطساوب اهليلتحو (

rEaaer )

ينمبرباه و (

yBKesbna )

انادلاسو

( tnadnan )

يهو ، تاوطخ ثلاثب :

صلاختساو ، تانايبلا ضرعو ، تانايبلا فيثكت و جئاتنلا

ققحتلا . ثحابلما هذه جئاتنو يه

( : ١ ) نم ةوقلا رداصم ، ليولااأ :يه ةساردلا هذه جئاتن يهايك

، ةيولها ةوقو ، ةأفاكلما ةوقو ، ةيوبرلخا ةوق و، ةيلهلاا ةوقلا :يه ينعباتلما ىلع يرثأتلا ىلع ةردقلا ابه تيلا تلااصتا دعي ،نياثلا .باسنلأا ةوقو يهايك

يه للاخ نم يوبنلا لاصتلاا جذونم روطتي .ةيوبن تلااصتا

.تايصخشلاو دارفلأا ينب لصاوتلا قايسو ةيوبنلا فادهلأا نم رصانع عم وليربل لاصتلاا جذونم

(6)

ta'ala atas karunia dan limpahan rahmat-Nya, sehingga disertasi dengan judul

Kepemimpinan Kiai Dalam Membangun Komitmen Organisasi: Studi Multikasus Pesantren Rakyat Al Amin dan Pondok Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan"

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Saw. yang telah menuntun umatnya menuju agama Allah, subhanahu wa ta`ala, sehingga memberikan pencerahan dalam kehidupan saat ini

Dalam penyusunan disertasi ini banyak pihak yang terlibat dalam membantu penyelesaiannya. Oleh karena itu patut penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya teriring doa, “jazakumullah ahsanal jaza” kepada mereka yang telah memberikan banyak kontribusi kepada penulis, utamanya pembimbing dalam melaksanakan bimbingan kepada penulis dan dukungan demi terselesaikannya penulisan disertasi ini

1. Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa melalui Program 500 Doktor, dimana peneliti mengikuti seleksi, perkuliahan, dan sampai dengan tugas akhir dengan lancar, salah satunya karena bantuan beasiswa tersebut

2. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM, selaku Rektor IAIN Jember yang telah memberikan izin dan bimbingan

3. Prof. Dr. KH Abdul Halim Soebahar MA, selaku Direktur Pascasarjana IAIN Jember yang telah memberikan ijin dan bimbingan dalam penelitian disertasi 4. Prof. Dr. KH. Muhammad Khusnuridlo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Doktor Manajemen Pendidikan Islam Pascasarjana IAIN Jember yang telah memberikan izin dan bimbingan administratif dalam penelitian disertasi ini 5. Prof. Dr. Doktor Abdul Asror M.Ag., selaku promotor yang telah

memberikan motivasi sekaligus memberikan banyak ilmu dan bimbingan dengan penuh kesabaran, petunjuk dan arahan dalam penyusunan disertasi ini

(7)

yang diharapkan, sampai selesainya disertasi ini.

7. Seluruh Dosen Pascasarjana IAIN Jember yang telah banyak memberikan ilmu mendidik dan membimbing selama penulis menempuh pendidikan di almamater tercinta

8. Kiai Abdullah Sam, selaku pendiri dan pengasuh Pesantren Rakyat Al Amin, Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang yang telah memberikan izin dilaksanakannya penelitian ini

9. KH Sholeh Bahruddin, selaku pendiri, pengasuh Pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan, sekaligus motivator, guru, dan pembimbing penulis, tidak saja dalam penelitian dan penulisan disertasi ini tetapi juga pembimbing thariqah yang penulis jalani, yang juga telah berkenan untuk memberikan izin terlaksananya penelitian ini

10. Teman-teman seperjuangan di Pascasarjana IAIN Jember yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan hingga terselesaikannya disertasi ini.

Semoga disertasi ini ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada seluruh pembaca pada umumnya

Jember, 1 Pebruari 2021

Nawawi Promovendus

(8)

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiv

BAB l PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 19

C. Tujuan Penelitian ... 20

D. Manfaat Penelitian ... 20

E. Definisi Istilah ... 21

F. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB ll KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Terdahulu ... 24

B. Kajian Teori ... 47

1. Kepemimpinan Kiai ... 47

a. Konsep Kepemimpinan Kiai ... 47

b. Pendekatan Kepemimpinan Kiai ... 53

c. Peran Kepemimpinan Kiai ... 88

1) Kekuasaan ... 93

a) Penegrtian ... 93

b) Jenis Kekuasaan ... 99

c) Sumber Kekuasaan ... 102

(9)

b) Bentuk dan Jenis Komunikasi ... 119

c) Tujuan Komunikasi ... 123

d) Konteks Komunikasi ... 129

2. Komitmen Organisasi ... 136

a. Pengertian Komitmen Organisasi ... 136

b. Konsep Organisasi ... 139

c. Bentuk Komitmen Organisasi ... 146

3. Kepemimpinan Kiai dalam membangun Komitmen Organisasi 155 a. Kekuasaan Kiai dalam Membngun Komitmen Organisasi .... 155

b. Komunikasi Kiai dalam Membangun Komitmen Organisasi164 BAB III METODE PENELITIAN ... 174

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 174

B. Lokasi Penelitian ... 180

C. Kehadiran Peneliti ... 187

D. Subjek Penelitian ... 190

E. Sumber Data ... 194

F. Teknik Pengumpulan Data ... 194

G. Analisis Data ... 201

H. Keabsahan Data ... 207

I. Tahapan Penelitian ... 214

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS ... 216

A. Paparan Data dan Analisis ... 217

1. Kasus Kepemimpinan Kiai Abdullah Sam (Pesantren Rakyat Al Amin) ... 217

a. Kekuasaan Kiai dalam Membngun Komitmen Organisasi ... 217

b. Komunikasi Kiai dalam Membangun Komitmen Organisasi ... 236 c. Temuan penelitian Kasus Satu257

(10)

a. Kekuasaan Kiai dalam Membangun Komitmen

Organisasi ... 266

b. Komunikasi Kiai dalam Membangun Komitmen Organisasi ... 292

c. Temuan Penelitian Kasus Dua ... 315

B. Temuan Penelitian Multikasus ... 326

C. Proposisi ... 341

BAB V PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN ... 342

A. Kekuasaan Kiai dalam Membngun Komitmen Organisasi ... 342

B. Komunikasi Kiai dalam Membangun Komitmen Organisasi ... 370

BAB VI PENUTUP ... 415

A. KESIMPULAN ... 415

1. Kekuasaan Kiai dalam Membngun Komitmen Organisasi ... 415

2. Komunikasi Kiai dalam Membangun Komitmen Organisasi .. 416

B. IMPLIKASI ... 417

1. Teoritis ... 417

2. Praktis ... 418

C. REKOMENDASI ... 419

DAFTAR PUSTAKA ... 421 Lampiran-lampiran

Pernyataan Keaslian Tulisan Riwayat Hidup

(11)

2.1 Orsinilitas Penelitian ... 35

2.2 Definisi Kepemimpin Menurut Beberapa Ahli ... 49

2.3 Sifat dan Ciri Kepemimpinan dengan Pendekatan Sifat Menurut Beberpa Ahli ... 59

2.4 Definisi Kekuasaan Menurut Beberapa Ahli... 93

2.5 Perbedaan Hard Power dan Soft Power: Joseph S. Nye ... 101

2.6 Perbedaan Sumber dalam Hard Power dan Soft Power:Joseph S. Nye ... 101

2.7 Komitmen Menurut Etzioni ... 149

2.8 Bentuk Komitmen Menurut R.M. Kanter ... 150

4.1 Program Posdaya Pesantren Rakyat Al Amin ... 251

4.2 Temuan Penelitian Kasus Kepemimpinan Kiai Abdullah Sam ... 265

4.3 Temuan Penelitian Kasus Kepemimpinan KH Sholeh Bahruddin .. 325

4.4 Temuan Penelitian Multi Kasus ... 331

5.1 Perbandingan Sumber Kekuasaan ... 368

5.2 Perbandingan model komunikasi ... 405

(12)

2.1 Stakeholder Kepemimpinan Kiai ...52

2.2 Peran kepemimpinan Efektif Paul Hersey ...67

2.3 Hubungan dalam Kepemimpinan Kiai ...87

2.4 Bentuk Komitmen Menurut Meyer dan Allen ...153

2.5 Bentuk Komitmen Etzioni ...159

2.6 Proses Societal Decision Making ...160

2.7 Proses Social Exchange ...163

2.8 Pesan Persuasi, dalam Membangun Komitmen Organisasi ...173

2.9 Kerangka Konseptual Penelitian ...173

3.1 Komponen analisis data model Miles Huberman ...206

4.1 Unjuk ketangkasan dalam ilmu beladiri Pencak Silat K Abdullah Sam dengan seorang tamu ...224

4.2 Tradisi jagong maton dengan menghadirkan seni tradisional dalam kurikulum pesantren ...232

4.3 Pengajian K Abdullah Sam yang selalu diirngi musik tradisional ....235

4.4 Komunikasi K Abdullah Sam untuk menunjukkan dan meneguhkan semangat dan misi pesantren rakyat ...239

4.5 Kegiatan Manaqib dan Dzikrul Ghofilin. Yang diikuti oleh ribuan anggota sebagai bentuk komitmen masyarakat ...284

4.6 Kegiatan Malam Lailtul Qodar yang dilaksanakan setiap malam pada Bulan Ramadlan ...285

4.7 Teras Rumah Tempat KH Sholeh Bahruddin Yang Tidak Pernah Sepi Dari Tamu Dari Berbagai Kalangan ...286

4.8 Masjid H M Ruslan yang dibangun oleh HM Ruslan, sebagai wujud dari komitmen yang tinggi dari jamaah KH Sholeh bahruddin ...288

4.9 Observasii Pengajian Seninan Di PP Ngalah ...294

4.10 Kegiatan manaqib bersama masyarakat sebagai media Komunikasi KH Sholeh Bahruddin dengan Masyarakat ...295

4.11 Maklumat, sebagai cara komunikasi kiai ...300

(13)

humanisme dan pluralisme yang dikembangkan...304 4.14 KH Abdurrahman Wahid memberikan mandat kepada KH Sholeh

Bahruddin untuk Mengembangkan Sikap Pluralisme terhadap Santri dan Jamaah ...314 5.1 Sumber Kekuasaan Kiai ...367 5.2 Kepemimpinan Kiai dalam membangun Komitmen Organisasi ... 414

(14)

pedoman berikut ini.1

No Arab Indonesia Keterangan Arab Indonesia Keterangan

1

ا

, koma di atas

ط

te dengan

titik di bawah

2

ب

b be

ظ

zed dengan

titik di bawah

3

ت

t te

ع

koma di atas

terbalik

4

ث

th te ha

غ

gh ge ha

5

ج

j je

ف

f ef

6

ح

ha dengan

titik di bawah

ق

q qi

7

خ

kh ka ha

ك

k ka

8

د

d de

ل

l el

9

ذ

dh de ha

م

m em

10

ر

r er

ن

n en

11

ز

z zed

و

w we

12

س

s es

ه

h ha

13

ش

sy es ye

ء

koma di atas

14

ص

es dengan

titik di bawah

ي

y ye

15

ض

de dengan

titik di bawah

1 IAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jember: Pascasarjana IAIN Jember, 2018 ), 145.

(15)

Sementara untuk bunyi hidup dobel (diftong) Arab ditransliterasikan dengan menggabung dua huruf ay dan aw. Misal, maymūn, al-qāri’ah, ma’a al-mu’minīn,

‘alayhim, rawḍah.

Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan (consonant letter) akhir tersebut. Sedangkan bunyi (hidup) huruf akhir tersebut tidak boleh ditransliterasikan. Dengan demikian, maka kaidah gramatika Arab tidak berlaku untuk kata, ungkapan atau kalimat yang dinyatakan dalam bentuk transliterasi latin.2 Misal, tārīkh al-Islām bukan tārīkhu al-Islāmiy, inna al-dīn ‘inda Allāhi al- Islām bukan inna al-dīna ‘inda Allāhi al-Islāmu.

Untuk kata berakhiran ta’ marbūṭah dan berfungsi sebagai mudāf, maka ta’ marbūṭah diteransliterasikan dengan “at”. Misal, I’ānat al-Ṭālibīn, Ghāyat al- Wuṣūl. Sedangkan ta’ marbūṭah pada kata yang berfungsi sebagai muḍāf ilayh atau berfungsi sebagai ṣifah dan mauṣūf ditransliterasikan dengan“ah’.3 Misal, maṭba’at al-Istiqāmah, sunnah sayyi’ah, al-aḥādīth al-mawḍū’ah.

Penulisan huruf besar dan kecil pada kata, phrase (ungkapan) atau kalimat yang ditulis dengan transliterasi Arab-Indonesia mengikuti ketentuan penulisan yang berlaku dalam tulisan. Huruf awal (initial letter) untuk nama diri, tempat, judul buku, lembaga dan yang lainditulis dengan huruf besar.4 Misal:Rābiṭat al-

lam al-Islāmī, Jam’iyat al-Rifq bi al-ayawān, Hay’at Kibar ‘Ulamā’ Miṣr, Munaẓẓamat al-Umam al-Muttaḥidah, Majmū’ al-Lughah al-‘Arabiyah.

2 IAIN Jember, Pedoman Penulisan …, 146.

3 IAIN Jember, Pedoman Penulisan …, 147.

4 IAIN Jember, Pedoman Penulisan …, 147.

(16)

dan kata Ibn berfungsi sebagai ‘aṭf al-bayān atau badal, maka ditulis bin atau b.

Dalam kasus nomor dua, kata Ibn tidak berfungsi sebagai predicative (khabar) sebuah kalimat, tetapi sebagai ‘aṭf al-bayān atau badal.5 Misal, Ibn Taymiyah, Ibn Kathīr, Muhammad bin/b.‘Abd Allāh, ‘Umar bin/b. Al-Khaṭṭāb.

5 IAIN Jember, Pedoman Penulisan …, 148.

(17)

A. Konteks Penelitian

Fenomena kepemimpinan kiai sebagai tokoh dan pemimpim masyarakat tetap menarik untuk dikaji dengan berbagai pendekatan. Banyak pendapat yang memprediksikan, bahwa kepemimpinan kiai akan segera pudar, nampaknya tidak tepat. Figur kepemimpinan kiai eksis dari kultur masyarakat Indonesia tradisional hingga kini. Hal ini berdasarkan fakta bahwa meningkatnya jumlah pesantren di Indonesia dengan berbagai variannya.

Sebab meningkatnya jumlah pesantren berarti meningkatnya jumlah kiai, karena suatu hal yang mustahil pesantren berdiri tanpa figur seorang kiai.dengan kata lain semakin banyak pesantren yang diterima oleh masyarakat berarti semakin banyak pula kiai yang diterima dikalangan masyarakat tersebut. Dan semakin eksis suatu pesantren, menunjukkan bahwa komitmen masyarakat terhadap pesantren sangat kuat.

Azyumardi Azra6 menilai ketahanan pesantren, disebabkan karena kultur Jawa yang menekankan harmoni, sehingga mampu menyerap kebudayaan luar tanpa kehilangan identitasnya. Hasan Langgulung7 menduga bahwa ketahanan pesantren sebagai akibat dari pribadi kiai yang menonjol dengan ilmu dan visinya. Siradj8 berpendapat bahwa ketahanan pesantren

6 Azyumardi Azra, Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan dalam Nurkholis Majid, Bilik Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalan (Jakarta: Paramadina, 1997),ix.

7 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21 (Jakarta: Pustaka Al Husna,1986), 75.

8 Said Aqil Siradj, Pesantren, Pendidikan Karakter dan Keutuhan NKRI dalam Lanny Octavia dkk, Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren (Jakarta: Renebook:2014),xvii.

(18)

disebabkan karena keberhasilan kiai membentuk peserta didik yang bermoral, berkarakter, mandiri sehingga tetap dibutuhkan oleh masyarakat.

Sedangkan Geertz,9 ketahanan pesantren karena kemampuannya mempertahankan identitas sebagai sistem pendidikan yang didominasi oleh kiai dan pada saat yang sama memperjelas perannya sebagai bentuk komplementer sistem pendidikian Nasioal. Geertz juga berpendapat bahwa kiai akan tetap eksis sepanjang ia mendirikan madrasah dan memuaskan secara religius bagi penduduk desa dan sekolah yang berfungsi membantu pertumbuhan Indonesia baru. Ali Anwar10 menyimpulkan bahwa ketahanan pesantren Lirboyo Kediri dikarenakan kecenderungan sosio-kultural komunitas lingkungannya, kemampuannya menghantar para santri menguasai kitab kuning, dan lestarinya karisma kiai

Dari beberapa penelitian tentang pesantren tersebut, dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor penting ketahanan pesantren adalah kepemimpinan kiai. Senada dengan kesimpulan tersebut Soebahar

11menyatakan, bahwa kajian tentang pesantren tidak bisa dilepaskan dari sosok kiai yang memimpin pesantren. Kepemimpinan kiai menjadi sentral ketahanan pesantren dan keberadaannya merupakan elemen esensial dalam

9 Clifford Geertz, The Javanese Kijaji; The Changing Role of Cultural Broker, Comparative Studies in Society and History, 2 (2), 1960, 228-249.

10 Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan di Pesantren Lirboyo Kediri (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011), 165

11 Abd Halim Soebahar, Moderinasisi Pesantren: Studi Transformasi Kepemimpinan Kiai dan Sistem Pendidikan Pesantren (Yogyakarta: LKiS,2013),2.

(19)

pesantren. Sedangkan Dhofir12 menilai pertumbuhan pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan pribadi kiainya.

Menurut Horikhosi dalam Sukamto13, kiai adalah figur yang berperan dalam memacu perubahan di dalam pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya. Kedudukan kiai adalah pemegang pesantren yang menawarkan perubahan sosial keagamaan baik melalui interprestasi agama dalam kehidupan sosial maupun prilaku keagamaan santri . Menguatkan pendapat tersebut, Mardliyah,14 memandang bahwa kiai didudukkan sebagai tokoh sentral dalam pesantren, oleh karenanya maju atau mundurya institusi pesantren bergantung pada bagaimana kiai dalam mengelola pesantren, kedudukan kiai menjadi unsur terpenting dalam pesantren dalam kapasitasnya sebagai perancang (arsitektur), pendiri dan pengembang (developer), sekaligus sebagai seorang pemimpin dan pengelola (leader dan manager) pesantren.

Menurut Ouchi,15 bahwa kepemimpinan terlalu banyak seninya dan terlalu seidikit ilmunya . Tesis Ouchi tersebut menguatkan kepemimpinan kiai, dimana beberapa fakta yag telah diuraikan menunjukkan bahwa eksistensi pesantren lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan kiai, yaitu bagaimana penerimaan dan kepercayaan masyarakat terhadap kiai.

Sebab dengan penerimaan dan kepercayaan masyarakat maka, pesantren akan

12 Zamakhzary Dhofir, Tradisi pesantren, Studi Pandangasn Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, (Jakarta; LP3ES,2015),93.

13 Sukamto, Kepemimpinan Kiai dalam Pesantren. (Jakarta: Pustaka LP3ES 1999), 6

14 Mardiyah, Kepemimmpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi, (Yogyakarta:

Aditya Media Publising, 2013),55.

15 William Ouchi, Teori Z: Bagaimana Perusahaan Amerika Menghadap Jepang dalam Dunia Bisnis (Jakarta: Aksara Persada,1985), 94

(20)

bertahan dan berkembang karena didukung oleh masyarakat yang berkomitmen terhadap nilai-nilai perjuangan kiai dan pesantren

Dari kesimpulan beberapa penelitian yang telah diuraikan tersebut, dapat dijelaskan bahwa, pertama kiai merupakan faktor terpenting eksistensi pesantren. Kedua, kekuasaan kiai sangat menentukan dalam melaksanakan peran kepemimpinannya, Ketiga kemampuan kiai dalam mengkomunikasikan ide dan memotivasi para pengikut adalah seni yang harus dikuasai.

Sebagaimana pendapat Hersey16 .yang menyatakan bahwa peran utama seorang pemimpin adalah memotivasi anggota melalui komunikasi.

Menurutnya, untuk menjalankan peran tersebut secara efektif seorang pemimpimpin harus memenuhi kriteria minimal yaitu KSAs (Knowledge, Skill, Abilities), Knowledge adalah pengetahuan kepemimpinan, pemimpin sendiri dan pengetahuan terhadap pengikut. Skill adalah keahlian dalam menajalankan kepemimpinan, salah satunya adalah bagaimana mengkomunikasikan ide dalan bentuk visi kepemimpinan. Sedang abilty adalah kemampuan yang dimiliki, yang dengan kemampuan tersebut pemimpin dapat memengaruhi orang lain. Sedangkan ability tersebut bersumber dari kekuasaan

Menurut Yukl17, kekuasaan merupakan potensi yang dimiliki seorang pemimpin, yang dapat diimplementasikan melalui sistem komunikasi.

sehingga ketika sumber kekuasaan yang dimiliki oleh seorang kiai semakin luas, maka perannya sebagai seorang komunikator dan motivator kepada para pengikut akan menjadi efektif. Kekuasaan akan memberikan pengaruh positif

16 Hersey, The Situasional Leader ( New York: Warmer Books, 1985),77.

17 Gery Yukl, Leadership in Organization (New York: Pearson Education,2013),174-175

(21)

terhadap pengikut. Kekuasaan akan mendapatkan kepatuhan, atau lebih jauh akan menciptakan komitmen para pengikut. Akan tetapi penerapan kekuasaan yang tidak tepat, atau bahkan tidak memiliki kekuasaan, atau komunikasi yang tidak efektif untuk mengimplementasikan kekuasaa. Maka alih-alih mendapatkan pengaruh komtimen, sebaliknya, justru akan menimbulkan penolakan baik secara langsung atau tidak..

Komitmen adalah suatu keadaan dimana individu membuat perjanjian (keterikatan), baik kepada diri sendiri maupun kepada orang lain yang tercermin dalam tindakan atau perilaku tertentu yang dilakukan secara sukarela maupun terpaksa18. jika dikaitkan dengan organisasi pesantren, maka komitmen adalah bentuk dimana masyarakat dan pesantren berusaha untuk mengikatkan diri menjadi bagian integral untuk mewujudkan tujuan pesantren.

Komitmen tersebut umumnya berupa dukungan masyarakat terhadap pesantren, dan dukungan kiai untuk melayani kebutuhan spritual masyarakat.

Hubungan dalam bentuk simbiosis mutualisme inilah yang kemudian menciptakan komitmen.

Kepemimpinan kiai yang demikiam ditunjukkan oleh Kiai Abdullah Sam di Pesantren Rakyat Al Amin, Desa Sumberpucung, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. dan KH Sholeh Bahruddin di Pondok Pesantren Ngalah Desa Sengonagung Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan.

18 http://kamusbahasaindonesia.org/komitmen, diakses tanggal 30/10/2019, 6:46.

(22)

Pesantren Rakyat Al Amin berada di sebelah barat Ibukota Kabupaten Malang, tepatnya Desa Sumberpucung Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang Jawa Timur. Pendiri dan pemimpin pesantren ini adalah Kiai Abdullah Sam yang akrab dipangggil Cak Dul. Kiai Abdullah Sam ingin mengubah kondisi lingkungannya melalui pendekatan sosio kultural, natural dan partisipatif. Menurutnya, ia mencari metode praktis dalam pengembangan dakwah Islamiyah bagi kaum abangan yang sangat sulit didekati melalui dakwah konvensional yang selama ini dilakukan oleh pada umumnya para dai maupun kiai pesantren di lingkungan ini .

Menurut Kiai Abdullah Sam19, kondisi masyarakat Sumberpucung sangat plural atau heterogen baik agama, pekerjaan, budaya dan kebiasaan.

Secara geografis, Desa Sumberpucung terletak di antara Stasiun Kereta Api Sumberpucung, Pasar Sumberpucung, Tempat Wisata Karangkates, dan dengan Penginapan-penginapan gelap dan berdekatan dengan lokalisasi prostitusi Suko. Sebuah lokalisasi yang menurut media adalah lokalisasi terbesar di Kabupaten Malang. Dalam data kependudukan agama yang dianut masyarakat Sumberpucung adalah Islam, tetapi menurut Kiai Abdullah Sam sebagaian dari pemeluk agama Islam adalah Islam Abangan, dan sebagian yang lain adalah santri. Islam abangan yang dimaksudkan oleh Kiai Abdullah Sam adalah mereka yang secara administratif kependudukan beragama Islam (masyarakat biasanya menyebut Islam KTP), tetapi dalam keyakinan mereka ada yang beragam. Seperti mereka yang ber KTP Islam tetapi menganut aliran

19 Kiai Abdullah Sam, Wawancara (Malang, 11 Maret 2020)

(23)

kepercayaan tertentu yang diterimanya secara turun temurun, ada yang mengenal Islam sebatas sebagai sebuah agama yang mereka anut, tetapi tidak pernah menajalankan berbagai ritus keagamaan. Adapula, yang punya status Islam, tetapi sikap dan prilakunya tidak menunjukkan tanda-tanda sebagai orang yang beragama.

Menurut Kiai Abdullah Sam, 20 berdasarkan pengakuan sebagian masyarakat, tidak ada kiai yang representatif dan disegani oleh mayoritas masyarakat, setidaknya yang mampu menaklukan kegersangan religius masyarakat Sumberpucung. Menurutnya, sebelumnya pernah dirintis sebuah pesantren salaf, akan tetapi tidak bisa berkembang. Dalam pandangannya, kegagalan pesantren ini, karena penolakan masyarakat terhadap keberadaan pesantren karena berbagai hal, salah satunya karena komunikasi yang tidak harmonis disertai hubungan yang tidak berjalan dengan baik dengan lingkungan sekitar, sehingga nilai-nilai dakwah Islam tidak mampu dijabarkan dalam bentuk yang harmonis dengan budaya lokal akibatnya sebagian masyarakat menjadi phobia terhadap pesantren, karena dianggapnya pesantren dapat membatasi ruang gerak dalam berbagai tradisi sosial yang selama ini mereka jalankan, seperti molimo, sebuah istilah jawa yang merupakan singkatan dari mabuk (miras), maen (perjudian), madon (hubungan diluar nikah) madat (narkoba), maling (pencuri).

Logis jika sebagian diantara mereka menjadi pobia terhadap pesantren, karena sebagai penyedia atau pelaku molimo akan merasa terancam secara

20 Kiai Abdullah Sam, Wawancara (Malang, 11 Maret 2020)

(24)

ekonomi karena mempunyai pendapatan dari sektor tersebut. Biasanya mereka ingin berusaha untuk membenarkan prilaku mereka dengan alasan sudah menjadi tradisi.

Di Desa Sumberpucung terdapat dusun yang bernama Dusun Suko, sebuah dusun yang menjadi lokalisasi prostitusi terbesar di Malang Raya yang berdiri sejak tahun 1955. Berbagai upaya untuk menutup lokalisasi ini tapi selalu gagal, karena kuatnya solidaritas dan dukungan masyarakat sekitar yang menggantungkan mata pencahariannya melalui bisnis langsung maupun tidak dengan kegiatan lokalisasi. Eksistensi lokalisasi yang lebih dari setengah abad ini telah memperkokoh tradisi “dunia hitam” dan sejenisnya, sedemikian kuat sehingga dakwah Islam sulit berkembang.

Menurut Kiai Abdullah Sam,21 keperihatinan bertambah ketika ia melihat sebuah kenyataan dilingkungannya tentang banyaknya anak-anak putus sekolah, atau tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena orang tua mereka tidak mampu lagi membiayai pendidikan anak-anaknya atau tidak ada kepedulian tentang pendidikan. Hal ini disebabkan oleh masyarakat tidak memiliki cukup motivasi pendidikan. Menurutnya, di lingkungan masyarakat Desa Sumberpucung terdapat beberapa anak yang potensial untuk dididik dan diberdayakan agar kelak dapat memberikan nuansa baru di lingkungannya yang dikenal dengan masyarakat “hitam” ini.

21 Kiai Abdullah Sam, Wawancara (Malang, 11 Maret 2020)

(25)

Menyadari akan kondisi masyarakat yang sedemikian, Kiai Abdullah Sam memutuskan untuk mendirikan pesantren yang harmonis dengan kultur sosial. Melalui pesantren ia berharap dapat mendidik generasi penerus sebagai generasi dengan tradisi yang baru melalui pendidikan moral dan mampu melakukan perubahan secara bertahap terhadap budaya yang belangsung.

Pilihannya adalah mendirikan pesantren yang berbasis kebutuhan masyarakat, dan ramah terhadap budaya lokal sebagaimana pesantren rakyat, yang semua aktifitasnya ala rakyat, kemudian dielaborasi dengan nilai-nilai ke-Islaman, ke-Indonesiaan dan kemanusiaan.

Maka pada hari Rabu, 25 Juni 2008, Kiai Abdullah Sam mendeklarasikan berdirinya Pesantren Rakyat Al Amin. Sebuah pesantren yang mengakomodir budaya masyarakat abangan disekitarnya yang sebelumnya mempunyai persepsi negatif terhadap pesantren, pesantren yang dapat diterima dikalangan masyarakat yang phobia pesantren. Ia meletakkan nama rakyat menjadi nama pesantren, untuk menunjukkan bahwa pesantren Al Amin adalah milik rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Ia membuat kurikulum ala rakyat, ngaji kebutuhan rakyat, perekonomian ala rakyat, pertemuan atau diskusi ala rakyat, pendidikan ala rakyat, menejemen ala rakyat, pakaian ala rakyat, pergaulan ala rakyat dan dalam berbagai aspek bidang kehidupan konsepnya selalu ala rakyat.

Dalam wawancara dengan Kiai Abdullah Sam,22 saat ini Pesantren Rakyat Al Amin . tidak hanya punya orientasi pendidikan keagamaan semata

22 Kiai Abdullah Sam, Wawancara (Malang, 11 Maret 2020)

(26)

atau tafaqquh fiddi>n, akan tetapi punya orientasi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat baik pertanian, perkebunan, perdagangan dan industri.

Pesantren Rakyat Al Amin berusaha menjawab kebutuhan masyarakat sekitarnya, menjadi solusi problematika pendidikan, ekonomi dan budaya masyarakat. Pendidikan keagamaan di Pesantren Rakyat Al Amin dibagi dua sesuai dengan golongannya yaitu santri khusus dan santri umum.

Santri khusus adalah kelompok santri yang dapat mengikuti kegiatan pendidikan kegamaan secara rutin didalam pesantren atau diluar pesantren, Kegiatan tafaqquh fiddi>n dilaksanakan di pesantren dengan cara moving class, dimana para santri mendatangi para tokoh masyarakat sekitar untuk secara rutin mengaji kitab kuning disamping pada pengasuh atau ustad di pesantren.

Begitupula pendidikan pendidikan formal yang diselenggaran berpindah pindah tidak hanya dibatasi dalam gedung sekolah sebagaimana umumnya sekolah formal. Tempat pembelajaran baik formal maupun nonformal dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan antara pendidik dan peserta didik. Bahkan misalnya, tempat kegiatan belajar yang ada hubungan dengan pertanian juga dilaksanakan di sawah. Bagi santri yang dekat dengan pesantren dipersilahkan bermukim atau tidak, untuk santri yang jauh dipersilahkan untuk mukim di pesantren atau dirumah penduduk sekitar.

Ciri khas ini yang menjadi perbedaan antara Pesantren Rakyat Al Amin dengan pesantren pada umumnya.23

23 Kiai Abdullah Sam, Wawancara (Malang, 11 Maret 2020)

(27)

Sedangkan santri umum adalah mereka yang terdiri dari berbagai latar belakang, baik latar belakang yang normal maupun dengan latar belakang yang bermasalah, mulai dari anak-anak yang terlantar, pecandu narkoba, pencopet, pencuri, bodyguard lokalisasi dan kelompok budaya sering dikonotasikan tidak Islami. Mereka tidak mengikuti pendidikan formal maupun nonformal sebagaimana santri inti. Dalam melaksanakan kegiatan pendidikan untuk santri umum K. Abdullah Sam menggunakan pendekatan yang beragam dengan tujuan menghilangkan persepsi apriori untuk lingkungan yang phobia pesantren, seperti seperti membangun komunikasi dan hubungan antarpersonal dengan masing-masing kelompok yang telah ia lakukan mapping sebelumnya. Sedangkan strategi yang dilakukan menurutnya adalah partisipasi dalam setiap aktivitas group yang disebut cangkru’an24 dan jagong maton.

Dari komunikasi melalui kegiatan jagong maton ia mengupayakan terjadinya harmonisasi budaya abangan dan budaya santri yang ditandai dengan; Pertama, hilangnya jarak antara kaum abangan dan kaum santri.

Kedua, terciptanya soliditas, gotong royong, kebersamaan, empati antara satu sama lain, sebab mereka merasa memiliki kesamaan sebagai kaum marginal.

Ketiga, gerakan sosial melalui strategi yang tepat, dengan menggunakan

24 Cangkruaan adalah tradisi kumpul bersama masyarakat, pada momen tertentu atau tidak ada momen, pada momen tertentu biasanya dilakukan ketika ada tetangga yang mendapatkan musibah, maka para tetangga ikut berkumpul disekitar rumah yang bersangkutan untuk sewaktu- waktu melakukan gotong royong membantu kebutuhan yang diperlukan, ketika ada tetangga yang melahirkan masyarakat ikut juga berkumpul sebagai tanda ikut berbahagia. Kumpul-kumpul masyarakat biasanya dilakukan hingga larut malam. Dan juga dilakukan jika tidak ada momen seperti dirumah tetangga, di Poskamling, atau ditempat dimana masyarakat menginginkan.

(28)

pendekatan persuasif bukan konfrontatif, bottom up dan partisipatif, sehingga tanpa disadari mereka telah berubah tanpa paksaan.

Sampai dengan rencana penelitian ini dilakukan, Kiai Abdullah Sam terlihat cukup berhasil dalam membangun komitmen organisasi dari yang sebelumnya sebagai komunitas yang phobia pesantren, tetapi secara berangsur berhasil mendapat dukungan dari masyarakat, mereka tidak lagi takut dengan keberadaan pesantren, bahkan baik dari sekitar masyarakat Desa Sumberpucung atau dari luar Desa Sumberpucung komitmen terhadap program pesantren semakin meningkat, yang ditandai dengan makin berkembangnya Pesantren Rakyat Al Amin dan perubahan yang signifikan terhadap budaya masyarakat sekitar

Dilihat dari uraian tersebut, kepemimpinan Kiai Abdullah Sam menunjukkan perannya sebagai seorang komunikator dan motivator yang melayani masyarakatnya, Greenleaf25 menyimpulkan bahwa pemimpin yang hebat harus terlebih menjalankan peran sebagai pelayan bagi rakyatnya.

Kepemimpinan sejati muncul dari mereka yang memiliki motivasi yang kuat untuk membantu orang lain. melayani orang lain dalam hal ini adalah memosisikan karyawan, pelanggan, dan masyarakat sebagai prioritas nomor satu, karena servant leadership menekankan peningkatan pelayanan kepada orang lain.

Sedangkan, KH Sholeh Bahruddin di Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan. Desa Sengonagung Purwosari Pasuruan.

25 Larry C Spears (ed) Reflections on Leadership: How Robert K. Greenleaf's theory of Servant-Leadership Influenced Today's Top Management Thinkers (New York: J. Wiley,1995),3.

(29)

KH Sholeh Bahruddin dikenal karena keterbukaan dan luasnya pergulan dengan dengan semua kalangan, santri, abangan, pelaku bisnis, bahkan kalangan nonmuslim. Kegiatan KH Sholeh Bahruddin tidak hanya untuk para santri baik mukim maupun santri nonmukim, akan tetapi juga kegiatan tatap muka dengan masyarakat luar pesantren. Kegiatan tersebut misalnya pengajian malam tiap malam senin yang diikuti oleh berbagai kalangan masyarakat dengan beragam profesi . Pengajian hari Selasa dan pengajian malam Rabo dengan agenda yang berbeda dengan sebelumnya. Kegiatan Manaqib Dzikrul Ghofilin setiap bulan sekali dengan tempat yang selalu berpindah-pindah sesuai dengan kesepakatan atau permintaan masyarakat, dan kegiatan malam Ramadlan .

Secara Geografis Desa Sengonagung Kecamatan Purwosari Kabupaten Pasuruan termasuk desa agraris, dan berdekatan dengan Kecamatan Sukorejo, Pandaan, dan Prigen yang merupakan daerah industri dan pariwisata. Di sebelah selatan, merupakan Kecamatan Purwodadi yang berdekatan dengan Kecamatan Lawang yang merupakan daerah pariwisata dan sebelah utara Kecamatan Wonorejo yang merupakan daerah santri.

Desa Sengonagung Kecamatan Purwosari adalah daerah transisi dari agraris menuju industrialis. Daerah dengan tipologi demikian biasanya sulit untuk ditundukkan hanya dengan pendekatan kegamaan an-sih karena Cenderung materialistik. Hal tersebut dapat dilihat jumlah pesantren menurut website Kementerian Agama Kabuapten Pasuruan ditahun 2016 tercatat 321 di

(30)

seluruh Kabupaten Pasuruan dan Hanya 8 Pesantren yang ada di Kecamatan Purwosari.

Sampai dengan penelitian ini dilakukan, pesantren Ngalah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejak didirikan tahun 1986 saat ini tercatat lebih dari 4000 santri yang mukim, dari 7000 santri jumlah keseluruhan dan berbagai kegiatan kiai pada malam Senin, hari Selasa, malam Rabo, dzikrul gho<fili<n dan kegiatan Ramadlan yang melibatkan masyarakat luar pesantren selalu penuh diikuti ribuan pengikut. Pesantren ini dikenal sangat harmonis dengan budaya lokal, seperti kesenian tradisional ludruk, wayang, dan keseneian modern. Bahkan dalam kegiatan akhir tahun pelajaran biasanya para santri disuguhi kegiatan ludruk dan wayang.

KH Sholeh Bahruddin, dan pondok pesantren Ngalah juga dikenal tidak hanya dalam skala nasional. Bahkan KH Sholeh Bahruddin dikenal dunia, karena sikap pluralisme yang dikembangkan. Bahkan mempersilahkan orang nonmuslim untuk nyanti di Pesantren Ngalah, untuk memahami Islam yang rahmatan lilalaim. Suatu konsep keagaman yang toleran dan inklusif yang jauh dari nilai-nilai kekerasan sebagaimana stigma yang diberikan dunia pada kelompok Islam selama ini.

Dengan kultur, tipologi dan letak geografis tersebut, Pondok Pesantren Ngalah mempunyai beberapa karakteristik, pertama, Pondok Pesantren Ngalah merupakan satu-satunya pondok pesantren yang pluralistik. Kedua, KH Sholeh Bahruddin dikenal kontroversial karena pandangan agamanya yang pluralis berbeda dengan mainstream kiai daerah tapal kuda, khususnya, di

(31)

Pasuruan. Ketiga, paradigma multikultural Universitas Yudarta menciptakan hubungan antar umat beragama yang kokoh yang diwujudkan dalam berbagai kegiatan seminar, dialog antar umat beragama, kerjasama antar pemuda umat beragama, dan penerimaan pesantren terhadap keadatangan komunitas non muslim untuk mengadakan kegiatan live in (nyantri)

Keempat, konsitensi puralisme KH Sholeh Bahruddin menciptakan keharmonisan antar umat beragama yang diwujudkan dengan seringnya KH Sholeh Bahruddin hadir pada ritus keagamaan non muslim. Kelima, kontroversi pandangan, sikap dan prilaku KH Sholeh Bahruddin tidak mengurangi pengaruh KH Sholeh Bahruddin di Masyarakat walaupn pandangan, sikap, dan prilakunya bertentangan dengan arus mainstream khususnya para kiai di Kabupaten Pasuruan. Bahkan mempunyai pengaruh pada komunitas sufi dalam dan luar Negeri, yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan selalu dihadiri jamaah yang mencapai ribuan setiap kegiatan malaman yang diselenggarakan26 .

Sikap KH Sholeh Bahruddin yang dianggap kontroversial karena bertentangan dengan arus mainstream di Kabupaten Pasuruan dapat dilihat dari jejak digital, salah satunya, karena di Kabupten Pasuruan beberapa kali terjadi insiden konflik sara, seperti pembakaran gerjea yang berada satu desa dengan penulis sendiri yaitu pembakaran gereja di depan Pasar Ngopak Desa Arjosari Rejoso Pasuruan sekitar tahun 90 an. Alih-alih Pesantren Ngalah ditinggal oleh masyarakat. Tetapi justru semakin berkembang sebagai

26 Ubaidillah dkk, Pengembangan Model Dakwah Multikultural Pondok Pesantren Darut Taqwa Ngalah dalam Upaya Membangun Kerukunan Sosial Umat Beragama di Kabupaten Pasuruan (Pasuruan, Univsitas Yudarta, 2009),14.

(32)

pesantren multikultural, bahkan dalam dokumen pesantren Ngalah disebutkan KH Abdurrahman Wahid, Presiden Republik Indonesia yang sekaligus Ketua Umum PBNU, dan juga KH Habib Lutfi sebagai pimpinan tertinggi pengurus tarekat yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama mengamanati KH Sholeh Bahruddin untuk mengembangkan prinsip-prinsip pluralisme. Dalam dokumen yang telah dibukukan dalam buku Jawabul Masail. Disebutkan bahwa prinsip pluralisme tersebut bukanlah keluar dari ajaran Islam, akan tetapi mencontoh dari perilaku Nabi ketika mendirikan Negara Madinah yang dikenal dengan prinsip Piagam Madinah.

Kekuatan KH Sholeh Bahruddin dalam mengembangkan prinsip pluralisme juga didukung oleh otoritasnya sebagai guru tarekat yaitu thariqoh Qodariyah wal Naqsyabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah . Sebagai guru tarekat KH Soleh Bahruddin menanmkan nilai-nilai transedensi dalam setiap keyakinan sikap dan perilakunya baik terhadap internal pesantren maupun terhadap masyarakat luas. Ketegasan genelogi keilmuan ini menjadi kekuasaan yang sangat efektif dalam mendudkung pengembangan Pesantren Ngalah dan ketahananya untuk mengembangkan prinsip multukulturalisme dan pluralismenya.

Menurut Fairholm27 kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang dilandasi sumber makna pribadi yang mendefinisikan manusia, kehidupan manusia, dan untuk apa kita sebagai manusia . Dengan kata lain, kepemimpinan spiritual berusaha untuk menginternalisasi nilai nilai

27 Gilbert Fairlhom W, Real Leadership: How Spiritual Values Give Leadership Meaning (Santa Barbara, Calif. : Praeger, 2011), 194.

(33)

transedensi dalam proses kepemimpinan. Kepemimpinan spiritual mengupayakan nilai-nilai dari hakekat manusia dan tujuan sejati penciptaan manusia secara transedensi sebagai manusia sejati yaitu menjadi khalifah di bumi dan beribadah kepada Allah. Sehingga kontrol pemimpin dan pengikut didominasi oleh control trancedence.

Dari konteks penelitian tersebut maka problem penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: Pertama, Temuan Steenbrink dan Geertz, bahwa pesantren tradisional akan punah ketika berhadapan dengan model pendidikan yang lebih moderen terbukti tidak tepat, dan dibantah oleh oleh penelitian Ali Anwar di Pesantren Lirboyo Kediri, Ali anwar menyimpulkan bahwa ketahanan pesantren karena kemampuan kiai dalam memelihara sosio- kulturalnya. Bahkan Pesantren rakyat Al Amin dan Pondok Pesantren Ngalah membuktikan keduanya bukan saja eksis tetapi mampu berdiri, bertahan, dan berkembang ditengah berbagai tantangan dunia pesantren saat ini.

Kedua, Ekesitensi pesantren bergantung pada kemampuan kiai dalam memengaruhi sebagaian kelompok masyarakat atau pengikut untuk membangun komitmen terhadap masyarakatnya. Sehingga masyarakat merasa bahwa eksistensi pesantren tidak hanya menjadi tanggungjawab kiai tetapi juga menjadi tanggungjawab mereka

Ketiga, dalam membangun komitmen organisasi terhadap stakeholder pesantren diperlukan kekuasaan dan komunikasi. Kekuasaan merujuk pada kapasitas yang dimiliki oleh seorang kiai untuk memberikan pengaruh kepada pengikut.

(34)

Keempat, Kiai Abdullah Sam dan KH Sholeh Bahruddin mempunyai sumber-sumber kekuasaan dan mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan masyarakat, sehingga keberadaanya mendapatkan dukungan masyarakat bahkan dunia internasional

. Kelima, kemampuan Kiai Abdullah Sam sebagai pimpinan pesantren Rakyat Al Amin mampu membangun komitmen masyarakat phobia pesantren.

Pesantren Rakyat Al Amin mendapat kepercayaan yang luar biasa dari masyarakat sekitar bahkan dari luar Kabupaten Malang, hal ini dibuktikan dengan banyaknya cabang pesantren rakyat yang saat ini tercatat menjadi 138 cabang, dan terakhir wakaf di kota batu yang di lounching oleh wali kota Batu.

Hal tersebut juga terjadi di Pesantren Ngalah. Kepemimpinan yang mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang luar biasa. Pesantren Ngalah di Desa Sengonagung Purwosari Pasuruan kini memliki semua jenis pendidikan baik MTs, SMP, MA, SMA, dan Perguruan tinggi yaitu Universitas Yudarta, untuk ukuran pesantren yang diasuh oleh pendiri, pesantren ini tergolong sangat pesat perkembangannya untuk santri mukim saja mencapai lebih dari 4000 santri mukim, belum lagi yang tidak mukim yang hanya mengikuti pendidikan formal saja baik di Mts, SMP, MA, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Keenam, terciptanya hubungan saling membantu antara masyarakat dan pesantren tidak saja dalam pendidikan, akan tetapi dalam bidang pengembangan ekonomi rakyat sehingga tercipta hubungan simbiosis mutualisme antara masyarakat dengan pesantren. Kepiawaian kepemimpinan

(35)

Kiai Abdullah Sam dalam melakukan komunikasi sehingga dianggap mampu menciptakan harmonisasi budaya Islami dengan budaya lokal, menciptakan perhelatan kolaboratif antara budaya santri dan budaya abangan dan menarik simpati dari komunitas phobia pesantren. Begitu pula kepemimpinan K Sholeh Bahruddin di Pesantren Ngalah. Kepemimpinannya diakui sebagai salah satu Kiai yang disegani bahkan untuk kalangan masyarakat abangan, pelaku molimo, bahkan lintas agama.

Berangkat dari konteks penelitian tersebut, penelitian ini akan mengkaji tentang kepemimpinan Kiai Abdullah Sam dan Kiai Sholeh Bahruddin dalam membangun komitmen organisasi. Berangkat dari konteks penelitian tersebut, penelitian ini akan mengkaji tentang kepemimpinan Kiai Abdullah Sam dan Kiai Sholeh Bahruddin dalam membangun komitmen organisasi.

B. Fokus Penelitian

Masalah utama penelitian ini adalah bagaiama kepemimpinan Kiai Abdullah Sam dan KH Sholeh Bahruddin dalam membangun komitmen organisasi. Dengan fokus :

1. Bagaimana kekuasaan kiai dalam membangun komitmen organisasi di Pesantren Rakyat Al Amin Sumberpucung Malang dan Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan?

2. Bagaimana komunikasi kiai dalam membangun komitmen organisasi Pesantren Rakyat Al Amin Sumberpucung Malang dan Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan?

(36)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah menemukan daya tahan tradisi pesantren di era modem dengan tiga prespektif dalam kepemimpinan kiai, yakni:

1. Mendeskripsikan kekuasaan kiai dalam membangun komitmen organisasi Pesantren Rakyat Al Amin Sumberpucung Malang dan Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan

2. Mendeskripsikan komunikasi kiai dalam membangun komitmen organisasi Pesantren Rakyat Al Amin Sumberpucung Malang dan Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menjadi model kepemimpinan yang efektif yang tidak saja dapat dipergunakan sebagai salah satu model untuk mengembangkan kepemimpinan efektif dalam pesantren tetapi juga untuk pendidikan diluar pesantren bahkan kepemimpinan dalam kontek yang lebih luas.

2. Secara Praktis a. Bagi Peneliti

Diharapkan penelitiaan ini dapat mengembangkan keilmuan dalam kajian manajemen pendidikan Islam. Khususnya pesantren sebagai implementasi kajian teoritis selama menempuh studi di Pascasarjana IAIN Jember

(37)

b. Bagi Lembaga yang di Teliti

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan evaluasi terhadap kemajuan pendidikan pendidikan di Pesantren rakyat Al Amin Sumberpucung Malang dan pesantren Ngalah Purwosari Pasuruan.

c. Bagi masyarakat

Diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarakat luas untuk mengembangkan kekuasaaan dan strategi komunikasi yang demokratis dan efektif dalam kehidupan kepemimpinan

E. Definisi Istilah

1. Kepemimpinan Kiai

Kiai merupakan elemen terpenting dalam sistem pendidikan pesantren, karena keberadaan kiai merupakan pendiri, pengasuh bahkan pemilik institusi pesantren. Istilah kiai dipakai untuk tiga gelar yang berbeda. Pertama gelar terhadap objek berharga. Kedua gelar kehormatan untuk orang yang sudah atau dianggap tua dan ketiga gelar yang yang diberikan masyarakat kepada orang yang mempunyai keahlian dalam ilmu agama Islam atau yang memiliki pesantren dan mengajarkan pendidikan agama Islam. Dan pengertian yang ketiga inilah yang dimaksud dengan terminologi kepemimpinan kiai dalam penelitian ini.

Sedangkan Kiai yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Kiai Abdullah Sam sebagai pengasuh Pesantren Rakyat Al Amin dan Kiai Sholeh Bahruddin pengasuh Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung Purwosari Pasuruan.

(38)

Dengan mengacu pada pandangan tersebut maka yang dimaksud dengan kepemimpinan kiai dalam penelitian ini adalah seni atau proses memengaruhi yang dilakukan oleh kiai sebagai pimpinan pesantren terhadap masyarakat agar masyarakat terpengaruh untuk menerima, memtahui dan berkomitmen terhadap ide dan gagasan pesantren.

2. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi adalah tingkat dimana sesorang mengidentifikasi diri pada sebuah organisasi, tujuan dan harapannya untuk tetap menjadi bagian dari organisasi, yang dilakukan secara sukarela maupun terpaksa atau suatu sikap setia dan tanggungjawab seseorang terhadap organisasi. Dengan komitmen tersebut masyarakat merasa ikut memikul tanggung jawab sosial terhadap keberadaan pesantren, mendukung ide dan gagasan kiai untuk ikut serta menjadi bagian untuk mendorong perkembangan pesantren dan mensosialisasikan agenda- agenda pesantren.

F. Sistematika Pembahasan

Sebagaimana pedoman dalam penulisan karya ilmiah di lingkungan IAIN Jember untuk penulisan Disertasi penelitian kualitatif adalah terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Hal-hal yang termasuk dalam bagian awal. Adalah: Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Halaman Pengesahan, Abstrak, Kata Pengantar,

(39)

Daftar Isi, Daftar Tabel. Daftar Gambar /Bagan, Daftar Pedoman Transliterasi Arab – Latin

2. Bagian Inti

Bagian inti berisi seluruh bab yang ada dalam disertasi yang terdiri dari. Bab Satu Pendahuluan, melipti Konteks Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Istilah, Sistematika Penulisan. Bab Dua meliputi Kajian Pustaka, Penelitian Terdahulu, Kajian Teori, Kerangka Konseptual. Bab Tiga meliputi Metode Penelitian, Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi Penelitian, Kehadiran Peneliti, Subjek Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data, Keabsahan Data, Tahapan-tahapan penelitian. Bab Empat meliputi Paparan Data dan Analisis, Paparan Data dan analisis, Temuan Penelitian.

Bab Lima meliputi Pembahasan (Disesuaikan dengan fokus penelitian).

Bab Enam, Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran 3. Bagian Akhir

Bagian akhir ini mendeskripsikan Daftar Rujukan, Pernyataan Keaslian Tulisan, Lampiran-lampiran, Riwayat Hidup

(40)

A. Penelitian Penelitian Terdahulu 1. Kepemimpinan Kiai

a. Disertasi Mardiyah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (2010) dengan judul Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi: Studi Multi Kasus Pondok Modern Gontor Ponorogo, Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, dan Pesantren Tebuireng Jombang. Fokus kajian dalam penelitian ini (1) bangunan budaya organisasi yang sudah dibangun kiai sebagai pimpinan pesantren, kepemimpinan kiai dalam menjaga budaya organisasi, perbedaan dan persamaan dari ketiga pesantren. (2) penelitian Mardiyah mengkaji kepemimpinan kiai dalam memelihara budaya organisasi persamaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan adalah sama-sama kepemimpinan kiai, hanya fokusnya berbeda28.

b. Disertasi Nur Ifadah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim, (2016), Manajemen Pembelajaran Berbasis Kepemimpinan Spiritual di Pondok Pesantren Darul Falah Jepara.

Jawa Tengan dan Pondok Pesantren Hidayatutulab Kediri Jawa Timur. Penelitian ini mengkaji manajemen pembelajaran berbasi nilai kepemimpinan spritual dengan metodi kualitatif dengan jenis

28 Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Memelihara Budaya Organisasi ( Malang:

UIN Maulana Malik Ibrahim,2010)

(41)

fenomenologi, kajiannya terfokus pada (1) manajemen pembelajaran berbasis nilai kepemimpinan spiritual di Pesantren,, meliputi: konsep nilai kepemimpinan spiritual di pesantren, (2) strategi pembelajran berbasis nilai kepemimpinan spiritual, (3) kepemimpinan kiai dalam pembelajaran, (4) budaya pesantren dalam mendukung pembelajaran. Fokus pada penelitian ini juga berbeda karena kajian utamanya pada manajemen pembelajarannya.29

c. Disertasi Abdul Karim, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (2017), Kepemimpinan dan Manajemen Kiai dalam Pendidikan, Studi Pesantren Bandakerep, Gedongan dan Buntet Cirebon. Fokus dalam penelitin Karim adalah (1) bagaimana figur leluhur dalam proses kepemimpinan di pesantren, (2) fungsi dan peran manajemen yang diperankan dalam kepemimpinan kiai dan (3) bagaimana spritualisme dalam kepemimpinan kiai. Dari sisni nampak sekali perbedaan yang sedang dilakukan penulis dengan penilitian Karim dari segi fokusnya.

d. Penelitian Mujammil Qomar, berjudul, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisi Institusi, Dalam penelitian yang telah dibukukan ini menemukan pola kepemimpinan individual menuju kepemimpinan kolektif.

Pergeseran pola kepemimpinan individual Kiai menuju

29 Nur Ifadah, Manajemen Pembelajaran Berbasis Kepemimpinan Spiritual di Pondok Pesantren Darul Falah Jepara. Jawa Tengan dan Pondok Pesantren Hidayatutulab Kediri Jawa Timur (Malang, Uin Malik Ibrahim,2016)

(42)

kepemimpinan kolektif membawa perubahan pada aspek demokrasi pendidikan di pesantren. Akan tetapi hal ini juga berimplikasi pada makin lemahnya kewenangan Kiai dan menguatnya partisipasi ustdaz dan santri di sebuah pondok pesantren.30

e. Disertasi Abd Halim Soebahar berjudul, Pondok Pesantren di Madura, Studi Tentantang Transformasi Kepemimpinan Akhir Abad XX). Hasil penelitian terhadap 5 (lima) pondok pesantren di Madura, yakni Pesantren Syaikhona Kholil, Pesantren At-Taroqi, Pesantren Banyu Anyar, Pesantren Annuqoyah dan Pesantren Al- Amien. Dalam penelitiannya. Halim Soebahar menyatakan bahwa ada beberapa aspek kompetensi dalam transformasi kepemimpinan, kompetensi seorang pemimpin dalam pesantren meliputi, Karisma, kualitas keilmuan, keperibadian, kemampuan manajerial, dan keikhlasan menerima amanah31

f. Penelitian Zamakhsyari Dhofir berjudul, Tradisi Pesantren, Studi Kasus Pandangan Hidup Kiai, yang dilakukan di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, dan Pondok Pesantren Tegalsari Salatiga, menemukan bahwa tradisi pesantren adalah continuity and chnage, atau kesinambungan ditengah perubahan. Oleh karenanya menurut Dhofir, pesantren dalam mengembangkan masa depannya harus berdiri teguh diatas tradisi masa lampaunya, artinya membuang

30 Mujammil Qomar, Pesantren dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisi Institusi (Jakarta: Erlangga,1996),42-52

31 Abd Halim Soebahar, Pondok Pesantren di Madura, Studi Tentantang Transformasi Kepemimpinan Akhir Abad XX, (Yogjakarta: UIN Sunan Kalijaga,2008),231- 235.

(43)

beberapa elemen-elemen lama jika menemukan pengganti elemen- elemen baru yang lebih baik. Ia menitik beratkan penelitiannya pada pola kesinambungan dan perubahan-perubahan yang dialami oleh pesantren.32

g. Penelitian Imron Arifin berjudul, Kepemimpinan Kiai dalam Perubahan Manajemen Pondok Pesantren, di pondok Pesanten Tebuireng Jombang. Hasil penelitian adalah (l) peran kepemimpinan kiai dalam perubahan manajemen Pondok Pesantren Tebuireng berfungsi sebagai inspirator, motivator, komunikator dan dinamisator,(2) perubahan manajemen bidang pendidikan dilakukan perombakan kurikulum, pembelajaran, penataan manajemen sekolah, mendirikan lembaga penjamin mutu, dan mengembangkan ma'had aly dan (3) faktor penghambat terjadinya perubahan di Pesantren Tebuireng adalah faktor kemampuan SDM yang belum mampu mengimbangi pembangunan fisik, terutama pada sektor pendidikan, sedangkan faktor pendukung perubahan di Pesantren Tebuireng adalah penciptaan iklim kerja yang kondusif, dukungan keluarga Bani Hasyim, dan peran serta pihak luar sebagai agen eksternal33

h. Penelitian Mastuhu, berjudul, Dinamika Sistem pendidikan Pesantren: suatu kajian tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan

32 Zamakhsary Dhofir, Tradisi Pesantren. Studi Pandangasn Hidup Kiai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia (Jakarta; LP3ES 2015),15.

33 Imron Arifin, Kepemimpinan Kiai dalam perubahan manajemen Pondok Pesantren (Yogyakarta:Teras, 2014) 131-133

(44)

pesantren. Hasil penelitian Mastuhu menyebutkan bahwa pola kepemimpinan kiai dibedakan (1) pola kepempinan di Pondok Pesantren Gulu-Guluk Sumenep Madura bersifat paternalistik-free rein leadership (laissez faire), (2) Pondok Pesantren Sukorejo, ditemukan pola kepemimpinan kiai dalam pondok pesantren adalah kharismatik, otoriter-paternalistik. (3) Pondok Pesantren Blok Agung Banyuwangi, ditemukan pola kepemimpinan dalam pondok pesantren paternalistik otoriter, dan laissez faire. (4) Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, ditemukan pola kepemimpinan kyai dalam pondok pessantren otokratis-partisipatif (5) Pondok Pesantren Paciran Tuban, ditemukan pola kepemimpinan kiai dalam pondok pesantren adalah kombinasi antara otoriter, paternalistik dan birokratif (6) Pondok Pesantren Gontor Ponorogo, ditemukan pola kepemimpinan kiai dalam pondok pesantren adalah kharismatik dan rasional.34

i. Penelitian Nur Efendi, berjudul, Manajemen Perubahan Pondok Pesantren, yang dilakukan di Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien, Pondok Pesantren Panggung dan pondok pesantren Ma'dinul Ulum di Kabupaten Tulungagung pada tahun 2014. Hasil penelitian adalah (1) proses perubahan di tiga pondok pesantren tersebut bertujuan untuk memenuhi social needs of islamic formal education dimotori oleh vis

Gambar

Tabel 2.1  Orsinilitas Penelitian  No  Nama, Judul,
Tabel 2.3.  Sifat dan Ciri Kepemimpinan dengan  Pendekatan Sifat Menurut Beberpa Ahli
Gambar 2.2. Pendekatan Kepemimpinan  Situational Contingency Hersey
Gambar 2.3  Hubungan dalam Kepemimpinan Kiai
+7

Referensi

Dokumen terkait