• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen laba merupakan tindakan manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi keuangan dalam laporan keuangan dengan tujuan mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja atau kondisi keuangan perusahaan (Sulistyanto, 2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Manajemen laba merupakan tindakan manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi keuangan dalam laporan keuangan dengan tujuan mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja atau kondisi keuangan perusahaan (Sulistyanto, 2008)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan yang memiliki kepentingan terhadap suatu perusahaan.

Menurut IAI, Standar Akuntansi Keuangan Revisi (Jakarta: Salemba Empat, 2009) mengatakan bahwa laporan keuangan bertujuan sebagai wadah informasi yang menyangkut mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan yang mana akan bermanfaat untuk pengguna laporan keuangan serta untuk mengambil keputusan. Para pengguna laporan keuangan biasanya menggunakan laporan keuangan untuk mengakses informasi mengenai kinerja perusahaan secara komprehensif dan mendalam. Menurut Bestivano (2013) untuk menaksir kinerja dan melihat bagaimana pertanggungjawaban manajemen dapat dilihat pada informasi laba pada laporan keuangan perusahaan. Laporan laba rugi merupakan bagian yang menjadi sasaran kegiatan manipulasi yang dilakukan manajemen dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan sepihak dan disisi lain akan memberikan dampak kerugian kepada pihak lain seperti investor maupun kreditor (Yatulhusna, 2015).

Manajemen akan memilih kebijakan akuntansi tertentu yang nantinya laba perusahaan dapat diatur sehingga mencapai suatu target laba (Lestari dan Wulandari, 2019). Kebijakan akuntansi ditujukkan agar perusahaan dapat menaikkan atau menurunkan laba sesuai dengan keinginan manajemen yang mana

(2)

bertujuan agar laporan keuangan perusahaan terlihat baik dimata para pengguna laporan keuangan khususnya pihak berkepentingan.Tindakan manajemen seperti itu disebut dengan istilah manajemen laba (Lestari dan Wulandari, 2019).

Manajemen laba merupakan tindakan manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi keuangan dalam laporan keuangan dengan tujuan mengelabui stakeholder yang ingin mengetahui kinerja atau kondisi keuangan perusahaan (Sulistyanto, 2008). Sedangkan menurut Irham Fahmi, (2014) manajemen laba adalah suatu tindakan yang mengatur laba perusahaan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pihak tertentu terutama oleh manajemen perusahaan.

Menurut Yatulhusna (2015) terdapat beberapa pihak memandang tindakan manajemen laba dari dua sudut yang berbeda, yang pertama salah satu pihak mengatakan bahwa manajemen laba adalah salah satu tindakan kecurangan (fraud).

Manajemen laba dikatakan kecurangan karena tindakan manajer dalam mempermainkan angka angka yang ada pada laporan keuangan sesuai tujuan yang diingikannya. Sedangkan di lain pihak mengatakan manajemen laba bukan merupakan kecurangan (fraud) karena hal itu adalah dampak dari kebebasan manajer dalam menentukan metode akuntansi yang digunakan dalam melakukan penyusunan informasi keuangan terutama laporan laba rugi yang dianggap sesuai untuk perusahaan.

Terdapat beberapa perusahaan yang terlibat dalam kasus penerapan manajemen laba, salah satunya terjadi pada PT Garuda Indonesa Tbk yang melakukan praktik manipulasi laporan keuangan di tahun 2018. Pada tahun 2018 PT Garuda Indonesia Tbk mengalami keuntungan laba bersih sebesar US$ 809,84

(3)

ribu atau setara dengan Rp 11,33 miliar angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang merugi US$ 216,58 juta setara Rp 3,03 triliun. Lonjakan perolehan laba PT Garuda Indonesia diperoleh dari kerjasama dan hasil pendapatan yang belum dibayarkan oleh PT Mahata Aero (perusahaan penyedia layanan konektivitas dan hiburan), namun PT Garuda sudah mengakuinya sebagai pendapatan pada laporan keuangan tahun 2018. Sehingga secara akuntansi Garuda Indonesia menorehkan laba bersih dari sebelumnya yang rugi sebesar US$216,58 juta. Pemasangan peralatan layanan itu dipasang dalam penerbangan untuk 50 pesawat Garuda Indonesia tipe A320, 20 pesawat A330, 73 pesawat Boeing 737-800 NG, dan 10 pesawat Boeing 777 dengan nilai US$131,94 juta. Bila merujuk pada surat yang dibuat oleh Chairal dan Dony (komisaris PT Garuda Indonesia), pihak Mahata sebenarnya belum membayar sama sekali dari total kompensasi yang disepakati sebesar US$239,94 juta kepada Garuda Indonesia hingga akhir 2018 (Pratiwi, 2019). Kejadian ini menggambarkan bahwa PT Garuda Indonesia Tbk sudah melakukan manajemen laba agar laporan keuangan perusahaan terlihat baik di mata pengguna laporan keuangan.

Perusahaan yang bergerak di bidang transportasi tidak hanya PT Garuda Indonesia saja yang melakukan tindakan manajemen laba. PT Kereta Api Indonesia (KAI) juga terdeteksi melakukan tindakan kecurangan dalam penyajian laporan keuangan. PT Kerata Api Indonesia memanipulasi laporan keuangan pada tahun 2005 sehingga perusahaan memperoleh keuntungan sebesar Rp 6,9 Miliar, dimana seharusnya perusahaan Kereta Api Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp 63 Miliar. Kerugian yang dialami PT Kereta Api Indonesia karena perusahaan telah

(4)

tiga tahun tidak dapat menagih pajak pihak ketiga. Namun, pada laporan keuangan tahun 2005 pajak pihak ketiga telah ditulis dan dinyatakan sebagai pendapatan.

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) tidak boleh dikelompokkan dalam bentuk aset atau pendapatan. Kejadian ini membuat Drs. Salam Mannan, pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) S. Mannan, Sofwan dan Adnan terkena pembekuan izin Akuntan Publik oleh Menteri Keuangan berdasarkan keputusan Menkeu nomor 500/KM.1/2007. Pembekuan izin dilakukan kerena Akuntan Publik telah melakukan pelanggaran Standar Profesional Akuntan Publik dan kode etik atas kasus audit dalam laporan keuangan Perusahaan Kereta Api Indonesia tahun 2005 (Arthawan dan Wirasedana, 2018).

Berdasarkan fenomena yang terjadi mengenai praktik manajemen laba, terdapat banyak faktor yang memicu terjadinya manajemen laba di dalam sebuah perusahaan, diantaranya ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan leverage.

Menurut Hartono (2008) ukuran perusahaan adalah besar kecilnya perusahaan dapat diukur dengan total aset/besar harta perusahaan dengan menggunakan perhitungan nilai lg total aset. Menurut Agustia dan Suryani, (2018) ukuran perusahaan dapat dinilai atau ditunjukkan oleh total aset, jumlah penjualan dan kapitalisasi pasar. Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik, sehingga perusahaan akan menyajikan laporan keuangan dengan lebih hati-hati, informatif dan transparan (Nasution dan Setiawan, 2007).

Sedangkan, perusahaan yang memiliki ukuran lebih kecil cenderung akan melakukan tindakan manajemen laba, karena perusahaan kecil ingin memperlihatkan kondisi perusahaan yang selalu berkinerja baik dengan melakukan

(5)

tindakan manajemen laba agar investor menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut (Amelia dan Hernawati, 2016). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amelia dan Hernawati, (2016) dan Nalarreason et al., (2019) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi dan Wardani, (2018) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Agustia dan Suryani, (2018) menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paramitha dan Idayati, (2020) bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Faktor kedua yang mempengaruhi manajemen laba ada profitabilitas.

Profitabilitas adalah sebuah tindakan yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh keuntungan selama periode tertentu (Kasmir, 2014). Nilai profitabilitas suatu perusahaan dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Dalam kaitannya dengan manajemen laba (earning management), semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan maka kinerja dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga meningkat (Agustia dan Suryani, 2018). Sebaliknya jika profitabilitas yang diperoleh perusahaan rendah akan memicu perusahaan untuk melakukan tindakan manajemen laba dengan cara meningkatkan pendapatan yang diperoleh, sehingga akan memperlihatkan saham dan mempertahankan investor yang ada. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Paramitha dan Idayati, (2020) dan Yatulhusna, (2015) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan

(6)

penelitian yang dilakukan oleh Gunawan et al., (2015) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Agustia dan Suryani, (2018) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Faktor ketiga yang mempengaruhi tindakan manajemen laba adalah likuiditas. Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban dalam melunasi hutang jangka pendek. Jika nilai rasio likuiditas yang diperoleh perusahaan rendah maka perusahaan sedang mengalami kendala dalam membayar hutangnya, dan ini akan berdampak pada hilangnya kepercayaan kepada supplier dan creditor. Maka dalam mengatasi hal ini tidak terjadi, perusahaan akan melakukan tindakan manajemen laba agar supplier dan creditor tidak hilang kepercayaan pada perusahaan tersebut. Penelitian yang dilakukan Ani dan Hardiyanti, (2022) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Diana dan Ulfa (2012) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan terhadap tindakan manajemen laba . Penelitian yang dilakukan Paramitha dan Idayati, (2020) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosalita, (2021) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Faktor terakhir yang mempengaruhi manajemen laba adalah leverage.

Leverage adalah mengukur seberapa besar aset/modal perusahaan dibiayai dengan hutang. Perusahaan yang mimiliki rasio leverage yang tinggi memiliki arti bahwa

(7)

adanya proporsi utang yang lebih besar dibandingkan dengan proporsi aset yang dimiliki sehingga akan cenderung melakukan tindakan manipulasi dalam bentuk manajemen laba dengan cara menaikkan laba, agar terlihat orang pengguna laporan keuangan terkhusus (stakeholder) bahwa perusahaan dapat memenuhi kewajibannya dalam melunasi hutang (Hapsoro dan Annisa, 2017). Dalam penelitian yang dilakukan Priharta et al., (2018) menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba, hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ruwanti et al., (2019) yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Namun, hasil penelitian ini berbanding terbalik yang dilakukan oleh Gunawan et al., (2015) dan Chandra dan Djashan, (2019) menyatakan bahwa leverage tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

Penelitian ini adalah replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rere et al., (2020) mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan terhadap manajemen laba. Adapun perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya, dimana penelitian ini menggunakan sampel perusahaan sektor transportasi dan logistik yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2018-2021. Pada penelitian yang dilakukan Rere et al., (2020) menggunakan sampel perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2018.

Perbedaan selanjutnya terletak pada variabel independen, pada penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan leverage. Sedangkan penelitian Rere et al., (2020) variabel yang digunakan adalah profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan.

(8)

Peneliti memilih perusahaan manufaktur sektor transportasi dan logistik sebagai objek penelitian, karena adanya fenomena yang terjadi mengenai praktik manajemen laba pada PT Garuda Indonesia . Selain itu, penelitian yang hanya berfokus pada satu sektor saja seperti sektor transportasi dan logistik masih sedikit dilakukan, hal ini dapat dilihat pada tabel penelitian terdahulu. Perusahaan sektor transportasi dan logistik di Indonesia memiliki prospek yang cerah dan berperan penting dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh menteri perhubungan Bapak Budi Karya Sumadi bahwa sektor transportasi dan logistik berperan sebagai roda perekonomian nasional, menyediakan prasarana dan sarana agar terlaksananya kegiatan perekonomian dan kegiatan logistik produktivitas meningkat, karena sektor ini berfungsi menunjang pemenuhan kebutuhan masyarakat di Indonesia (Pangesti, 2022).

Berdasarkan penjelasan dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Transportasi dan Logistik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba?

2. Apakah profitabilitas berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba?

(9)

3. Apakah likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba?

4. Apakah leverage berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba?

5. Apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

2. Untuk menguji dan mengetahui apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

3. Untuk menguji dan mengetahui apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4. Untuk menguji dan mengetahui apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

5. Untuk menguji dan mengetahui apakah ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi penulis, menambah ilmu pengetahuan mengenai teori pengelolaan manajemen keuangan terutama tentang pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas. likuiditas dan leverage terhadap manajemen laba.

b. Bagi pembaca, memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai praktik manajemen laba pada perusahaan transportasi dan logistik.

(10)

c. Bagi akademisi, memberikan kontribusi pada literatur terdahulu mengenai pratik manajemen laba di Indonesia.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam mempermudah dan mengetahui pembahasan yang ada pada skripsi ini, maka dibuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori, tinjauan pustaka, pengembangan hipotesis dan kerangka pemikiran.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini menjelasakan mengenai desain penelitian, definisi operasional variabel, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian: Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Dan