Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan kegiatan yang dilakukan agar sumber daya manusia dalam suatu organisasi dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk mencapai berbagai tujuan. Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni mengelola hubungan dan peran tenaga kerja agar efisien dan efektif dalam membantu mewujudkan tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.” Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan bagian dari manajemen umum yang berfokus pada sumber daya manusia.
Menurut Stephen P Robbins dan Mary Coulter (2005:9), fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia seperti fungsi umum. Aspek lain dari Manajemen Sumber Daya Manusia adalah perannya dalam mencapai tujuan perusahaan secara terpadu. Manajemen Sumber Daya Manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan perusahaan saja, namun juga memperhatikan kebutuhan karyawan, pemilik dan tuntutan masyarakat luas.
Peran manajemen sumber daya manusia adalah mempertemukan atau memadukan ketiga kepentingan tersebut yaitu kepemilikan saham, karyawan dan masyarakat luas. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana disebutkan di atas, jika dilakukan secara menyeluruh akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan. Transmisi nilai budaya lebih efektif dilakukan dengan melakukan orientasi tugas dan apresiasi terhadap hasil kerja yang dicapai sumber daya manusia.
Singkatnya, sosialisasi nilai-nilai budaya dimaksudkan agar seluruh sumber daya manusia di perusahaan mengetahui dengan jelas nilai-nilai yang terkandung dalam budaya organisasi.
Fungsi Budaya Organisasi
Jika organisasi sering menghadapi gejolak, apalagi jika disebabkan oleh faktor internal seperti persaingan tidak sehat dan mengutamakan kepentingan pribadi. Asumsi dasar dalam hal ini adalah budaya organisasi diinternalisasi dan diterapkan oleh karyawan. Budaya ini juga berperan sebagai instrumen pengendalian, sehingga pengendalian sebagai fungsi manajemen tidak lagi memegang peranan yang dominan.
Batasan pembedaan ini disebabkan adanya identitas tertentu yang dimiliki suatu organisasi atau kelompok dan tidak dimiliki oleh orang lain. Hal ini diilustrasikan ketika lingkungan kerja dianggap positif dan mendukung serta konflik dan perubahan dapat dikelola. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh perusahaan besar yang setiap unitnya mempunyai subkultur baru.
Membentuk perilaku pegawai/anggota Fungsi seperti ini dimaksudkan untuk membantu pegawai memahami bagaimana mereka dapat mencapai tujuan organisasi. Permasalahan utama yang sering dihadapi organisasi adalah masalah adaptasi terhadap lingkungan eksternal dan masalah integrasi internal. Fungsi budaya organisasi adalah sebagai acuan dalam menyusun rencana pemasaran, segmentasi pasar dan menentukan positioning yang akan dikuasai organisasi.
Budaya organisasi dapat berfungsi sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya.Budaya sebagai alat komunikasi tercermin dalam aspek komunikasi yang meliputi perkataan, segala sesuatu yang bersifat materi dan perilaku. Jelas sekali bahwa budaya organisasi yang berfungsi akan memberikan dampak positif yang sangat kuat terhadap perilaku karyawan, termasuk kemauan mereka untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Proses Pembentukan Budaya Organisasi
Pengukuran Budaya Organisasi
Dukungan manajerial adalah tingkat di mana manajer memberikan komunikasi, bantuan, dan dukungan yang jelas kepada bawahannya. Identitas adalah sejauh mana anggota mengidentifikasi diri mereka dengan organisasi secara keseluruhan, bukan dengan kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional. Sistem penghargaan adalah suatu tingkat di mana pemberian imbalan, kenaikan gaji, atau promosi didasarkan pada kriteria kinerja karyawan dan bukan berdasarkan senioritas atau favoritisme.
Kepuasan Kerja
- Pengertian Kepuasan Kerja
- Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kepuasan Kerja
- Variabel – Variabel Dalam Kepuasan Kerja
- Pengukuran Kepuasan Kerja
- Fungsi Kepuasan Kerja
- Dampak Dari Kepuasan Kerja
- Teori- Teori Tentang Kepuasan Kerja
Kinicki dan Kreitner (2005) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai respon sikap atau emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan seseorang. Rivai membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan menjadi dua kelompok, yaitu faktor internal dan eksternal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hal tersebut tidak selalu benar, melainkan perubahan tingkat pekerjaan yang mempengaruhi kepuasan kerja.
Ini adalah sikap yang sulit untuk dijelaskan, namun dipandang sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kepuasan atau ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, sebagaimana disebutkan oleh beberapa ahli, antara lain masalah-masalah yang berhubungan langsung dengan pekerjaan dan masalah-masalah lain yang mempengaruhi evaluasi karyawan terhadap pekerjaannya. Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara, kepuasan kerja berkaitan dengan variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan dan ukuran organisasi perusahaan.
Pengukuran kepuasan kerja dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, yaitu kepuasan kerja dipandang sebagai konsep global, kepuasan kerja dipandang sebagai konsep yang dangkal. As'cd menyatakan bahwa untuk mengetahui kepuasan kerja karyawan dapat diukur melalui faktor-faktor seperti berikut ini yaitu. Faktor psikologis merupakan faktor yang berkaitan dengan psikologi karyawan antara lain: minat, bakat, keterampilan, ketenangan pikiran dan sikap kerja.
Faktor sosial merupakan faktor yang berkaitan dengan interaksi sosial antara pegawai lain dengan atasan, maupun antar pegawai yang berbeda jenis dan unit kerja. Faktor finansial merupakan faktor yang berkaitan dengan jaminan dan kesejahteraan pekerja, yang meliputi sistem dan skala pengupahan, jaminan sosial, berbagai tunjangan, fasilitas promosi, dan lain-lain. Menurut Handoko, sudah menjadi tugas setiap pimpinan perusahaan untuk menciptakan kepuasan kerja bagi karyawannya karena kepuasan kerja merupakan salah satu faktor yang diyakini dapat mendorong dan mempengaruhi semangat kerja karyawan sehingga karyawan dapat bekerja dengan baik dan akan berdampak langsung pada kinerja karyawan.
Banyak ahli yang mengemukakan teori berbeda mengenai kepuasan kerja karyawan, kecuali A.A Prabu Mangkunegara. Porter, ahli pertama yang mengemukakan teori ini, berpendapat bahwa untuk mengukur kepuasan kerja seseorang dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dialami karyawan. Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja pegawai tidak hanya bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi juga sangat bergantung pada pandangan dan pendapat kelompok yang dianggap pegawai sebagai kelompok rujukan, yang dijadikan tolak ukur dalam menilai diri sendiri dan lingkungannya.
Perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor tersebut agar kepuasan kerja karyawan dalam bekerja dapat meningkat. Teori-teori mengenai kepuasan kerja di atas dapat memberikan gambaran dan penjelasan mengenai motif dan motivasi serta faktor-faktor yang mendorong seseorang merasa puas atau tidak puas dalam bekerja.
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan S.P Robins(2002:33) mengemukakan bahwa keterkaitan antara Budaya
Kepuasan kerja ditandai dengan sikap karyawan itu sendiri terhadap pekerjaan, yang bisa bersifat negatif atau positif. Menurut Cushway dan Lodge (GE: 2000), budaya organisasi adalah sistem nilai suatu organisasi dan akan mempengaruhi cara kerja dilakukan dan cara karyawan berperilaku. Beberapa penelitian terdahulu telah membahas topik Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Maclntosh, Alison Doherty (2008) dalam jurnal berjudul The Influence of Organizational Culture and Job Satisfaction. MacIntosh mengatakan bahwa budaya organisasi mempunyai hubungan yang sangat penting dengan tekad dan sikap individu dalam pekerjaannya. Siti Hamidah, Eka Afnan Troena dan Agus Suman (2001) menyatakan dalam jurnal berjudul Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Pegawai bahwa budaya organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai.
Sikap umum tersebut berupa sikap positif yang ditunjukkan karyawan terhadap pekerjaannya sehingga menghasilkan tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Miharty (2013), dalam jurnal bertajuk Dampak budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap peningkatan mutu pendidikan di Universitas Riau, temuan menunjukkan bahwa budaya organisasi dan kepuasan kerja pegawai berada pada tingkat cukup dan memberikan dampak positif. budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja karyawan dapat ditingkatkan melalui budaya organisasi yang baik.
Dilihat dari penelitian-penelitian sebelumnya di atas, sebaiknya perusahaan menyadari bahwa budaya organisasi akan mempengaruhi karyawannya. Sebab jika budaya organisasi tidak dapat diterapkan dengan baik di perusahaan maka kepuasan kerja karyawan akan menurun. Pengelolaan budaya organisasi yang baik dapat membantu suatu organisasi atau perusahaan mencapai tujuannya untuk mendapatkan, mempertahankan, mempertahankan pekerja yang produktif dan membangun komitmen karyawan.
Dari segi organisasi, budaya organisasi juga menjadi faktor penting dalam meningkatkan kepuasan kerja karyawan terhadap organisasi.
Uji Hipotesis