• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASYARAKAT INDONESIA - Jurnal Masyarakat Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MASYARAKAT INDONESIA - Jurnal Masyarakat Indonesia"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

This paper seeks to gain an understanding on the issue of the vulnerability of fishing communities with climate change context. Vulnerability caused by climate change is an important component of any attempt to assess the extent of the threat posed by its natural phenomenon.

MENIMBANG ULANG KONSEP GOOD GOVERNANCE

DISKURSUS TEORETIS

Demikianlah gambaran singkat mengenai ide dasar konsep manajemen yang digagas oleh para akademisi di kawasan Afrika pada saat itu. Definisi ini secara implisit mengimplikasikan bahwa tata kelola memiliki cakupan yang jauh lebih luas daripada pemerintah.

Tabel 1. Existing Parameter Good Governance
Tabel 1. Existing Parameter Good Governance

UPAYA KOMUNITAS SAMIN DI KUDUS JAWA TENGAH DALAM MEMPERTAHANKAN JATI DIRI DI TENGAH

PROBLEMATIKA KEHIDUPANNYA

Padahal, keberadaan agama Adam (agama lokal) yang dianut masyarakat Samin tidak diakui oleh negara seperti agama resmi lainnya. Kedua, anak-anak warga Samin yang bersekolah di sekolah formal berharap tidak diharapkan menerima pelajaran agama “Pancasila”.

KETAHANAN SOSIAL NELAYAN

UPAYA MERUMUSKAN INDIKATOR KERENTANAN (VULNERABILITY) TERKAIT DENGAN BENCANA

PERUBAHAN IKLIM

Indikator merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kerentanan terhadap dampak perubahan iklim. Model ketiga berikut dipilih oleh penulis untuk menjelaskan kerentanan masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim untuk membantu merumuskan indikator sosial. Di antara ancaman bencana yang dihadapi masyarakat pesisir, perubahan cuaca merupakan salah satu fenomena yang dekat dengan perubahan iklim.

Sebaliknya, gejala perubahan iklim seperti perubahan cuaca hampir pasti namun tidak dianggap sebagai masalah yang serius. Sebaliknya, gejala perubahan iklim, seperti perubahan cuaca, hampir pasti tetapi tidak dianggap sebagai masalah serius, seperti kelaparan. Berikut rumusan beberapa contoh indikator kunci yang dapat digunakan untuk memahami kerentanan sosial nelayan akibat perubahan iklim.

Pola hubungan sosial patron-subscriber pada masyarakat nelayan tidak membantu nelayan (buruh) dari penurunan perubahan iklim. Laporan Penelitian Kajian Penyusunan Indikator Kerentanan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Akibat Perubahan Iklim: Identifikasi Kerentanan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir. Indikator Kerentanan Sosial Budaya Masyarakat Pesisir Terhadap Perubahan Iklim: Sintesis Empat Kabupaten Probolinggo, Minahasa Utara, Kabupaten Banyuwangi dan Pacitan.

Grafik 1. Persepsi Terhadap Bencana Berdasarkan Desa
Grafik 1. Persepsi Terhadap Bencana Berdasarkan Desa

TEKNIKALISASI PEMETAAN WILAYAH ADAT

KETAHANAN SOSIAL BUDAYA ORANG SUMURI

DI KABUPATEN TELUK BINTUNI, PROVINSI PAPUA BARAT

Suku Sumuri sering disebut suku Simuri karena merujuk pada nama tanah Imuri di Kelapa Dua (sekarang Tofoi). Masyarakat Sumuri yang masih berada di Sungai Manggosa juga dipindahkan ke Tanah Merah Lama, lokasi kampung yang juga menjadi tempat awal bagi masyarakat Sumuri yang berada di Sungai Sirito. Pada tahun 1975, masyarakat Sumuri membuka berbagai tempat yang akan dijadikan desa.

Pada saat perusahaan masuk, orang Sumuri bekerja di perusahaan kelapa sawit dan kayu yang berlokasi di kawasan Agoda dan Tofoi. Pada masa inilah mobilisasi masyarakat Sumuri sangat tinggi untuk mengakses pekerjaan di perusahaan. Interkoneksi masyarakat Sumuri di Kecamatan Sumuri dimungkinkan karena hadirnya aparatus kekuatan global yang bermain indah, namun pelan tapi pasti mematikan urat nadi masyarakat setempat.

Sejarah dan budaya inilah yang harus ditentukan untuk memperkenalkan budaya dan masyarakat Sumuri ke dunia luar. Masyarakat Sumuri yang tinggal di Kecamatan Sumuri telah menjadi “korban” dari praktek teknik pemetaan dan kekuasaan yang diterapkan oleh perusahaan yang bekerjasama dengan negara. Saat ini yang setuju adalah anak-anak muda yang belum mengenal adat dan melestarikan budaya masyarakat Sumuri.

Gambar 1. Struktur Pemerintahan Kampung Forada Sentra Pemukiman 2
Gambar 1. Struktur Pemerintahan Kampung Forada Sentra Pemukiman 2

MAMPUKAH SUBAK BERTAHAN? *

STUDI KASUS KETAHANAN SOSIAL KOMUNITAS SUBAK PULAGAN, GIANYAR, BALI

Peta Krisis Air Bali

Secara administratif sumber Tirta Empul terletak di Desa Manukaya Kecamatan Tampaksiring, sedangkan masyarakat adat Subak Pulagan terletak di Desa Tampaksiring. Luasnya status simbolik dan budaya yang dimiliki Subak Pulagan tidak lepas dari sumur suci di Pura Tirta Empul. Aliran irigasi yang mengairi persawahan di kawasan Subak Pulagan berasal dari mata air Tirta Empul.

Berdasarkan aturan adat, Subak Pulagan berhak menggunakan mata air Tirta Empul untuk ritual adat. Sedangkan masyarakat Subak Pulagan diwajibkan untuk memberikan sejumlah hasil panennya kepada Pura Tirta Empul yang disebut dengan swinih (wawancara dengan Nyoman Astika, 16 Mei 2016). Pasalnya, aliran air menuju Subak Pulagan dari Tirta Empul tidak pernah tergenang hingga sawah mengalami kekeringan.

Misalnya, pengelola Subak Pulagan menuding PDAM melakukan sedikitnya dua kecurangan, yakni (1) memperbanyak pengambilan air Tirta Empul secara sepihak dan (2) menyalurkan air Empul ke luar Desa Tampaksiring. Bahkan PDAM mempertanyakan penilaian bahwa Subak Pulagan berhak memonopoli air Tirta Empul karena bertentangan dengan undang-undang (Wawancara dengan Direktur Teknis PDAM Gianyar, 17 Mei 2016). Komunitas Subak Pulagan semakin mengukuhkan statusnya sebagai warisan budaya dunia yang begitu penting bagi kemajuan industri pariwisata.

Gambar 2. Subak Pulagan
Gambar 2. Subak Pulagan

KETAHANAN SOSIAL DI PERBATASAN

STUDI KASUS PULAU SEBATIK

Gambaran potensi yang ada dan strategi pengelolaannya diharapkan menjadi langkah awal dalam meningkatkan ketahanan sosial kawasan Sebatik. Selain itu, minimnya infrastruktur perikanan dan pengelolaan juga menjadi kendala dalam meningkatkan potensi sumber daya perikanan di kawasan Sebatik. Sementara itu, sektor sumber daya alam nonhayati berupa minyak dan gas bumi di wilayah Sebatik Indonesia belum tergarap secara optimal.

Kandungan pasir di kawasan Sebatik Indonesia juga sangat potensial, diperkirakan mencapai lima ratus juta ton dan potensi lainnya sangat besar. Penelitian dan peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menggali sumber daya mineral yang belum ditemukan di kawasan Sebatik. Jumlah penduduk di kawasan Sebatik Indonesia tidak banyak dibandingkan dengan daerah perbatasan lainnya.

Peran pemerintah dan kelembagaan daerah sangat penting, terutama dalam mengelola pembangunan dan mengembangkan berbagai peluang di kawasan Sebatik. Berdasarkan data BPS Kabupaten Nunukan (2015), jumlah perangkat desa/kelurahan/kelurahan di wilayah Sebatik masih kurang dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Selain itu, banyaknya “jalur tikus” memicu semakin maraknya aktivitas ilegal lintas batas di kawasan Sebatik.

Gambar 1. Peta Sebatik
Gambar 1. Peta Sebatik

RINGKASAN DISERTASI

INTERGROUP CONTACT AVOIDANCE IN INDONESIA

We also describe how Muslim and Christian respondents in both cities express ethno-religious identification and avoidance of intergroup contact in everyday life. To what extent is there ethno-religious identification between Muslims and Christians in Ambon and Yogyakarta?” (Question 1a). In what way is ethno-religious identification between Muslims and Christians noticeable in their daily lives?” (Question 1c).

Question 1a: "To what extent is ethno-religious identification present among Muslims and Christians in Ambon and Yogyakarta?". Question 1c: "In what ways can ethno-religious identification among Muslims and Christians be observed in their daily lives?". Question 2a: "To what extent is there a relationship between ethno-religious identification among Muslims and Christians in Ambon and Yogyakarta and avoidance of intergroup contact?".

Question 2b: To what extent is there a relationship between ethno-religious identification and avoidance of intergroup contact among Muslims and Christians in Ambon, taking into account individual determinants such as gender. In line with our hypothesis, the stronger people's ethno-religious identification (the more they participate in religious practices and the more friends they have of the same religion), the higher the level of avoidance of intergroup contact. As we described earlier, the avoidance of intergroup contact may be the result of a long-standing conflict between ethno-religious groups.

Figure 1. Intergroup contact avoidance in Indonesia from conflict studies that only use a qualitative  approach, this empirical study collected  informa-tion from a wide group of student respondents  through the application of large-scale sampling  of indi
Figure 1. Intergroup contact avoidance in Indonesia from conflict studies that only use a qualitative approach, this empirical study collected informa-tion from a wide group of student respondents through the application of large-scale sampling of indi

KEBERTAHANAN NILAI RELIGI DAN KEBERLANJUTAN KEPEMIMPINAN PEREMPUAN DALAM PERGELARAN

MAENGKET MAKAMBERU

Tradisi lisan primer memiliki ciri-ciri seperti (1) additive yaitu gaya penuturan yang sesuai dengan pendengarnya, (2) aggregative yaitu penggunaan ungkapan yang mempersatukan kelompok tertentu, (3) redundant atau pleonasm yaitu , penggunaan ungkapan yang diulang-ulang dan terasa mubazir, (4) konservatif yaitu menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, (5). Pada bagian ini ditelaah lebih dalam tentang nilai-nilai religi berdasarkan konsep-konsep yang tersirat dalam pertunjukan tradisi lisan masyarakat etnis Minahasa hingga saat ini. Analisis mendeskripsikan keberlangsungan nilai-nilai religi terkait dengan fungsi dan makna yang terkandung dalam pertunjukan tradisi lisan Maengket Makamberu.

Berdasarkan uraian dalam pementasan tradisi lisan Maengket Makamberu, baik yang bersifat religi maupun seni, terdapat nilai religi yang paling dominan dalam penelitian ini. Makna estetis berkaitan erat dengan makna sosial dan sejarah yang mendukung makna umum yang terkandung dalam pertunjukan tradisi lisan etnis Minahasa. Secara lebih spesifik, konsep dalam pementasan tradisi lisan etnis Minahasa merupakan mentalitas yang menjadi identitas daerah Sulawesi Utara.

Dimensi kebaruan aspek metodologi pementasan tradisi lisan Maengket Makamberu ditandai dengan penggunaan pendekatan etnografi dialogis dan perspektif emik. Secara empiris, dalam pementasan tradisi lisan Maengket Makamberu ditemukan fenomena yang sangat menarik sebagai kekhasan budaya masyarakat etnis Minahasa. Konsep yang bertahan dalam pementasan tradisi lisan Maengket Makamberu, baik agama maupun seni, adalah Opo wana natas (Tuhan di atas) dan Opo wailan (Tuhan Maha Besar).

Gambar 1. Bagan Kebertahanan Nilai Religi dalam Maengket Makamberu Religi dan Seni
Gambar 1. Bagan Kebertahanan Nilai Religi dalam Maengket Makamberu Religi dan Seni

TINJAUAN BUKU

MENEROPONG NUSA TENGGARA TIMUR MENAKAR MASALAH, MENAWAR SOLUSI

Ganewati Wuryandari, salah satu penulis buku ini, membuka diskusi tentang upaya membangun wilayah NTT dari perspektif politik. Selain dari sisi politik, Bayu Setiawan dalam tulisannya di buku ini juga memaparkan upaya pembangunan wilayah NTT dari perspektif kependudukan. Yani Septia adalah penulis berikutnya yang memfokuskan pada upaya pengembangan wilayah NTT dari segi ekonomi.

Sisi budaya merupakan bagian terakhir dari pembahasan upaya pengembangan wilayah NTT yang ditulis oleh Abdul Rachman Patji. Sesuai dengan tujuan penulisan, buku ini hadir untuk membahas secara tuntas upaya pembangunan wilayah NTT dari berbagai perspektif. Buku ini juga menampilkan sisi evaluatif dari implementasi kebijakan pembangunan untuk wilayah NTT, namun apakah buku ini berhasil menggali berbagai permasalahan pembangunan dan mengevaluasi berbagai kebijakan pembangunan untuk wilayah NTT.

Misalnya, tulisan Bayu Setiawan di jilid kelima buku ini membahas upaya pembangunan daerah dari perspektif kependudukan. Penulis yang membahas tentang upaya pengembangan wilayah NTT dari segi ekonomi juga lebih mengelaborasi permasalahan dalam perekonomian daerah. Saran dan masukan tersebut merupakan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan kebijakan pembangunan daerah di NTT.

JATUH BANGUN SINGAPURA MEMBANGUN BANGSA

SUATU PERBANDINGAN

Mengingat sejarah panjang Singapura, negara ini, seperti wilayah lain di bawah kekuasaan kolonial, sangat bergantung pada kemurahan hati pemerintah kolonial. Saat itu, kebijakan pendidikan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah kolonial dan Singapura hanya dianggap sebagai koloni perdagangan, sehingga pemerintah kolonial tidak berkepentingan dengan perkembangan Singapura sebagai negara-bangsa secara keseluruhan. Setidaknya selepas sekolah, warga ini mampu beradaptasi dengan aturan pemerintah kolonial.

Hal ini tentu saja karena kebutuhan pemerintah kolonial Inggris untuk menjaga stabilitas sosial di masyarakat. Menurut Bokhorst-Heng, kesempatan belajar bahasa Inggris bagi masyarakat pada akhirnya lebih terbuka (namun masih terbatas) karena kebutuhan tenaga kerja pemerintah kolonial Inggris. Kondisi yang muncul di Singapura ketika berada di bawah naungan pemerintah kolonial Inggris tidak jauh berbeda dengan kondisi di Hindia Belanda di bawah pemerintahan kolonial Belanda.

Seperti yang terjadi di Singapura, kepentingan ekonomi dan keinginan untuk mempertahankan perbedaan status menjadi beberapa penyebab kurangnya minat pemerintah kolonial dalam mendidik kaum pribumi. Pemerintah kolonial khawatir pengajaran bahasa Belanda hanya akan melahirkan kelas proletar yang terdiri dari suku-suku. Pemerintah kolonial kemudian menerapkan kebijakan etis terkait dengan kebijakan pendidikan, irigasi, dan transmigrasi.

Gambar

Tabel 1. Existing Parameter Good Governance
Tabel 3. Perbandingan antara Konsep Good Governance dan Proper Governance
Grafik 1. Persepsi Terhadap Bencana Berdasarkan Desa
Gambar 1. Skema Kerentanan Masyarakat Nelayan Dilihat dari Indikator Exposure, Sensitivitas, dan Kapasitas  Adaptasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

From: Global Journal of Environmental Science and Management editorial@e-mail.sinaweb.net Subject: Manuscript Needs Major Revision (#GJESM-2209-4103 (R1)).. Date: 2 October 2022