• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASYARAKAT INDONESIA - Jurnal Masyarakat Indonesia

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "MASYARAKAT INDONESIA - Jurnal Masyarakat Indonesia"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

The spirit of Islamic values ​​and culture respects human dignity as the locomotive of the development of the noble character of the Madurese. A more in-depth understanding of the characteristics of this generation needs attention so that classroom learning practices can fully meet their learning needs. This article aims to provide conceptual ideas about classroom learning practices based on the characteristics of the postmillennial generation.

MEMAHAMI KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA ORANG ASLI PAPUA (OAP) BERDASARKAN PENDEKATAN

PEOPLE-CENTERED

Sampai saat ini belum ada pemahaman tentang OAP yang disepakati oleh pemerintah dan masyarakat adat. Saat ini jumlah anak OAP yang bersekolah semakin meningkat, apalagi dengan tersedianya sekolah menengah di Sausapor. Saat ini di kecamatan Tambrauw terdapat sekolah dasar di setiap desa, SMP hampir di setiap kecamatan dengan kondisi yang berbeda-beda.

KARAKTER ORANG MADURA, NASIONALISME, DAN GLOBALISASI

Oleh karena itu, keterlibatan pemerintah kolonial dalam mengatur situasi di Madura dianggap membawa berkah dan manfaat bagi masa depan masyarakat Madura. Keluhuran nilai-nilai Madura sering dikenal dengan istilah tèngka (perilaku yang bermoral dan beradab). Tidak semua orang Madura memiliki karakter yang keras atau buruk, sama seperti tidak semua orang asing memiliki karakter yang lembut.

Tabel 1. Referensi Utama Hasil Penelitian Studi  Madura
Tabel 1. Referensi Utama Hasil Penelitian Studi Madura

DARURAT LITERASI MEMBACA DI KELAS AWAL

TANTANGAN MEMBANGUN SDM BERKUALITAS

Kompetensi pedagogik dan profesional guru yang rendah berdampak langsung pada kualitas pengajaran keaksaraan di kelas satu. Pertama, guru belum memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mengelola pembelajaran di kelas awal yang menarik dan kreatif. Penekanan pada pembelajaran literasi dasar di kelas awal merupakan upaya membekali anak dengan keterampilan membaca pada tahap yang paling dasar.

Sayangnya, tidak banyak guru yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mengajarkan materi membaca permulaan kepada siswa kelas awal ini. INOVASI kemudian mempersempit lokus penelitian ke Kabupaten Bulungan dengan fokus mengungkap ketersediaan buku bacaan untuk siswa kelas awal. Dari segi tampilan, terdapat perbedaan yang signifikan antara buku bacaan siswa SD kelas awal dan SMA.

Data jumlah siswa yang mengulang kelas di tingkat sekolah dasar dapat menjadi gambaran rendahnya kualitas pembelajaran di kelas awal. Data dari Dapodik menunjukkan bahwa pengulangan kelas tertinggi di tingkat sekolah dasar ada di kelas awal. Artinya, tidak ada perubahan yang signifikan terhadap kualitas pembelajaran di kelas awal selama kurun waktu tiga tahun.

Dengan melakukan berbagai langkah tersebut, diharapkan kualitas pembelajaran literasi dasar di kelas awal dapat lebih ditingkatkan.

Gambar 2. Tahapan pelajaran membaca pada buku tematik: Diriku.
Gambar 2. Tahapan pelajaran membaca pada buku tematik: Diriku.

MEMAHAMI GENERASI PASCAMILENIAL

SEBUAH TINJAUAN PRAKTIK PEMBELAJARAN SISWA

  • FOMO (Fear Out Missing Out)
  • Dialoguer
  • Hiperkustomisasi
  • Terpacu

Keterkaitan antara generasi post-milenium dengan dunia yang semakin luas dan terbuka dibangun melalui interaksi sosial. Jika fenomena ini terus berlanjut, beberapa tahun ke depan generasi pasca-milenial akan menjadi generasi yang paling stres sepanjang sejarah. McKinsey, misalnya, mengklasifikasikan karakteristik generasi pasca-milenial menjadi empat hal, yaitu: (1) kepribadian yang tidak dapat didefinisikan (undefined ID); 2) terobsesi dengan komunal/kelompok (Communalholic); (3) terbiasa berdialog dan berinteraksi (Dialogue); dan (4) realistis (McKinsey, 2018).

Sementara itu, dalam penelitian lainnya, Stillman mengkategorikan karakteristik generasi pasca-milenial secara lebih luas ke dalam tujuh persona, yaitu: (1) digital, (2) hiper-adaptif, (3) realistis, (4) FOMO (Fear of Missing Out). ), (5) ) ekonom, (6) DIY (Do it yourself) dan (7) motivasi (Stillman, 2017). Karakteristik ini terbentuk sebagai implikasi dari kebiasaan generasi post-milenial yang selalu berhubungan dengan orang lain. Generasi pasca-milenial sangat takut ketinggalan (fear of missing out/FOMO), mengingat mereka lebih melihat ke sekelilingnya yang berbagi informasi.

Dalam karakter komunal, generasi pasca-milenial umumnya terobsesi untuk hidup berkelompok dan terhubung dengan komunitasnya. Banyaknya informasi yang dimiliki oleh generasi pasca-milenial memungkinkan mereka membuat keputusan yang lebih pragmatis dan analitis dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Generasi pasca milenial memiliki pola pikir yang realistis dalam merencanakan dan mempersiapkan masa depannya.

Sebagian besar mahasiswa saat ini termasuk dalam kategori generasi post-milenial (generasi z dan alpha) yang memiliki karakteristik berbeda dengan generasi sebelumnya.

Tabel 2. Karakteristik Generasi Pascamilenial Undefined ID Communalholic Realistis
Tabel 2. Karakteristik Generasi Pascamilenial Undefined ID Communalholic Realistis

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA MINAT WIRAUSAHA: STUDI KASUS KNPI KOTA SEMARANG

Sistem ekonomi Indonesia adalah ekonomi Pancasila yang berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan ideologi bangsa Indonesia (Mubyarto, 2004). Paparan di atas mengantarkan penelitian ini pada sebuah benang merah bahwa penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan ekonomi, lebih khusus lagi dalam kewirausahaan, harus dilakukan untuk menyelamatkan perekonomian nasional yang tidak sesuai dengan budaya Indonesia sehingga menimbulkan krisis. Penelitian serupa tentang nilai-nilai Pancasila terkait perilaku ekonomi telah dilakukan oleh Puspasari (2012), Sutiany et al (2013) dan Wibowo (2015).

Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman nilai-nilai Pancasila dapat mempengaruhi minat berwirausaha di kalangan pemuda yang diwakili KNPI. Hal tersebut lebih sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia yang memiliki perkembangan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat Indonesia. Persepsi implementasi Pancasila adalah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan sikap adalah sikap individu dalam berwirausaha.

Artinya sikap individu terhadap kewirausahaan dipengaruhi oleh penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kaitannya dengan nilai-nilai pancasila adalah seseorang yang meyakini nilai-nilai pancasila tentu tidak akan lepas dari sikap individu dalam hal ini berwirausaha. Artinya penerapan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari dapat mempengaruhi persepsi diri dalam berwirausaha.

Tidak terbukti bahwa variabel perceived behavioral control berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwirausaha.

Gambar 1. Kewirausahaan dan Tahapan Pembangunan  Ekonomi
Gambar 1. Kewirausahaan dan Tahapan Pembangunan Ekonomi

PENGEMBANGAN MATA PELAJARAN UNTUK MEMPERKUAT LITERASI BUDAYA DAN KEWARGAAN

  • Religius
  • Nasionalis
  • Mandiri
  • Gotong Royong
  • Integritas
  • Budaya sebagai Alam Pikir Melalui Bahasa dan Perilaku
  • Kesenian sebagai Produk Budaya Kesenian merupakan salah satu bentuk kebu-
  • Kewargaan Multikultural dan Partisipatif
  • Nasionalisme
  • Inklusivitas
  • Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Aspek apa yang dapat berkontribusi pada mata kuliah yang dapat meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya literasi budaya dan kewarganegaraan. Dalam hal ini, diperlukan berbagai sumber literatur, terutama definisi para ahli materi pelajaran yang memuat makna dan penerapan literasi dan kewarganegaraan budaya. Namun, konsep budaya dan kewarganegaraan sebenarnya termasuk dalam mata pelajaran lain.

Alasan bahwa mata pelajaran IPS, seni budaya, dan kewarganegaraan memiliki hubungan langsung dengan peningkatan literasi budaya dan kewarganegaraan dapat dijelaskan sebagai berikut. Tema Seni dan Budaya menyajikan kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, dengan latar belakang budaya dan seni yang beragam. Dengan demikian, upaya peningkatan capaian literasi budaya dan kewarganegaraan dapat dilakukan melalui ketiga mata pelajaran tersebut, sehingga penguasaan enam literasi dasar secara utuh bergerak secara seimbang.

Dalam hal ini, mata pelajaran yang dianggap dapat meningkatkan kesadaran literasi budaya dan kewarganegaraan di kalangan siswa pada jenjang SMP atau sederajat antara lain adalah IPS, Seni Budaya, dan PKn. Mata pelajaran Seni Budaya pada hakekatnya adalah pendidikan seni yang berbasis budaya Indonesia. PPKn adalah mata kuliah yang menitikberatkan pada upaya pendidikan bagi peserta didik untuk menjadi warga negara yang.

Tanpa ketiga mata pelajaran tersebut, upaya peningkatan pencapaian literasi budaya dan kewarganegaraan tidak akan terwujud.

Tabel 1. Mata Pelajaran Jenjang SMP/ Sederajat Ber- Ber-dasarkan Kurikulum 2013
Tabel 1. Mata Pelajaran Jenjang SMP/ Sederajat Ber- Ber-dasarkan Kurikulum 2013

DANCING WITH LEGITIMACY: GLOBALIZATION, EDUCATIONAL DECENTRALIZATION, AND

THE STATE IN INDONESIA

There are hundreds of ministerial regulations and trillions of rupees allocated from the central government budget to support the implementation of standards. How global and local contexts provided institutional legitimacy for the implementation of education decentralization policies in Indonesia. How the institutional legitimacy of the policy of decentralization of education was challenged at the local level.

It examines the process of institutionalization from national-level adoption by central government to local-level policy implementation. On the other hand, Surabaya is a large city that generates its own funds to support most of its educational needs, which tends to make it unresponsive to the adoption of central government regulations. Not only that – the inclusion of internal legitimacy in institutional analysis is also important in the context of distinguishing between institutional and technical environments.

In the Indonesian case, the central government realizes that the continued implementation of decentralization would conflict with the effective delivery of education because of the assumptions of technical incompetence of local officials. In this sense, the central government's role is to help those who struggle. However, little attention is paid to the global aspect in favor of the national and local.

The New Ambiguity: The Crisis of the Welfare State and the Exhaustion of Utopian Energies.

Table 2. Embedded Multiple CSR Design: the Local  Government Responses to Decentralisation
Table 2. Embedded Multiple CSR Design: the Local Government Responses to Decentralisation

MEMBANGUN KESETARAAN, MENGIKIS KESENJANGAN DAN MEMBUKA PELUANGH: MENGUBAH CARA

BERASAL DARI KELUARGA MISKIN

Buku ini ditulis oleh Gorski (2018) untuk membedah ketidakadilan pendidikan yang dialami siswa dari keluarga miskin. Pendidik juga diyakini memiliki kemampuan untuk memposisikan diri sebagai inisiator dan advokat bagi anak-anak dari keluarga miskin. Kenyataannya, anak-anak yang berasal dari keluarga miskin harus berjuang keras untuk mencapai cita-cita dan memperbaiki kehidupannya.

Sejak semula, arena pendidikan menjadi wahana ketimpangan bagi anak-anak yang berasal dari keluarga miskin. Medan perang yang ditempati oleh anak-anak dari keluarga miskin jauh lebih besar daripada anak-anak dari keluarga kaya. Anak-anak yang berasal dari keluarga miskin menghadapi situasi di mana kompetensi dan imajinasi guru rendah, fasilitas pendidikan buruk, dan informasi pendidikan terkini sangat minim.

Anak-anak dari keluarga miskin tidak mendapatkan guru yang berkualitas, sekolah yang bagus dan potensinya tidak maksimal. Hal ini juga dijelaskan oleh Gorski yang menyebutkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dengan berbagai disabilitas bersekolah di sekolah dasar. Dalam konteks ini, guru ditantang untuk memenuhi kebutuhan siswa yang berasal dari keluarga miskin.

Oleh karena itu, pemahaman tentang kemiskinan di pihak guru sangat penting agar mereka dapat berperan aktif dalam mencerdaskan anak-anak dari keluarga miskin agar dapat bangkit.

DESENTRALISASI RADIKAL

IKHTIAR PENGEMBANGAN WILAYAH IMEKKO SORONG SELATAN

Buku ini hadir untuk memberikan gambaran yang jauh lebih komprehensif tentang tuntutan pemekaran wilayah yang muncul dari kelompok etnis masyarakat Sorong Selatan yang berada di Kecamatan Inanwatan, Matemani, Kais, Kokoda dan Kokoda Utara (Imekko), yang masih terisolasi dan memiliki potensi konflik terkait politik identitas, pengelolaan sumber daya, dan pemerintahan daerah. Dari segi isi, struktur kajian dan pembahasan dalam buku ini tidak dibangun secara eksklusif pada struktur kajian pemekaran wilayah. Dengan konstruksi ini, pemekaran wilayah tidak harus menjadi pilihan utama dari berbagai alternatif pilihan yang ada.

Tuntutan pemekaran daerah itu wajar dan memiliki rasionalisasi tersendiri, terutama bagi masyarakat Imekko yang tinggal di daerah terpencil dan sangat membutuhkan sentuhan pembangunan. Dari pemahaman tersebut timbul kesadaran dan gagasan akan pentingnya pemekaran wilayah Imekko menjadi kabupaten baru yang terpisah dari kabupaten induknya yaitu Kabupaten Sorong Selatan. Strategi pembangunan yang direkomendasikan melalui pemekaran wilayah di wilayah Imekko adalah pembangunan infrastruktur dasar, peningkatan produktivitas ekonomi dan pemberdayaan masyarakat dan aparatur pemerintah daerah, peningkatan pelayanan dasar publik, dan penegasan batas wilayah baru. daerah otonom.

Hal ini terjadi karena proses desentralisasi yang radikal menyebabkan tuntutan pemekaran daerah yang besar, banyak pemda baru yang ternyata tidak mampu menghidupi keluarganya menuju daerah yang maju dan mandiri. Persoalannya, apakah pemekaran wilayah merupakan satu-satunya solusi terbaik bagi masyarakat di daerah tertinggal dan terpencil. Buku tersebut menawarkan alternatif solusi dalam memprediksi kegagalan pembentukan DOB melalui Moratorium Pemekaran Daerah, Pembentukan Kawasan Persiapan, Penyeimbangan Faktor Kelayakan dan Kebutuhan, Peran Daerah Kunci dalam Pemekaran Daerah.

Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Sorong Selatan harus merumuskan skenario manajemen peralihan untuk mengendalikan proses pembentukan DOB melalui mekanisme daerah persiapan, sehingga pemekaran daerah dapat dilakukan secara optimal tanpa berbagai komplikasi bagi daerah induk.

Gambar

Tabel 1. Referensi Utama Hasil Penelitian Studi  Madura
Gambar 1. Pemberitaan Menyimpang Tentang Carok (Foto: Ara)
Gambar 2. Tank Belanda memborbardir daerah jan- jan-tung kota Pamekasan (Foto: Ara)
Gambar 3. Konser  “Touching Your Heart” Band  Asienk (Foto: Ara)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Muhamad haris ahmad 22..