BAHAN MATERI PERKULIAHAN LANDASAN ILMU PENDIDIKAN
(TATAP MUKA KE-11)
PERANAN PENGELOLAAN KURIKULUM DAN PENGADAAN SARANA PRASARANA
SEBAGAI DASAR KEPENDIDIKAN
DOSEN: DR.HJ.CONNIE CHAIRUNNISA, MM
PENGELOLAAN KURIKULUM
MANAJEMEN KURIKULUM BERKENAAN DENGAN PENGATURAN ATAU PENGELOLAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM (PENYUSUNAN DESAIN, IMPLEMENTASI, EVALUASI DAN PENYEMPURNAAN)
MANAJEMEN KURIKULUM BISA MENCAKUP LINGKUP NASIONAL, DAERAH, DAN SEKOLAH).
MANAJEMEN KURIKULUM ADALAH SEBAGAI SUATU SISTEM PENGELOLAAN KURIKULUM YANG KOOPERATIF, KOMPREHENSIF, SISTEMATIK DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KETERCAPAIAN TUJUAN KURIKULUM
DALAM PELAKSANAAN MANAJEMEN KURIKULUM HARUS DIKEMBANGKAN SE SUAI DENGAN KONTEKS MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN KTSP, OLEH KARENA ITU OTONOMI YANG DIBERIKAN PADA SEKOLAH DALAM MENGE LOLA KURIKULUM SECARA MANDIRI DENGAN MEMPRIORITASKAN KEBUTUHAN DAN KETERCAPAIAN SASARAN DALAM VISI DAN MISI LEMBAGA PENDIDIKAN ATAU SEKOLAH TIDAK MENGABAIKAN KEBIJAKAN NASIONAL YANG ADA.
HUBUNGAN SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT PERLU DIKELOLA SECARA PRODUKTIF AGAR MASYARAKAT MERASA MEMILIKI SEKOLAH. SEHINGGA TER BENTUK SINERJIK ANTARA SEKOLAH DENGAN MASYARAKAT UNTUK MEWUJUDKAN PROGRAM-PROGRAM SEKOLAH.
KETERLIBATAN MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN KURIKULUM ADALAH UNTUK MENGONTROL IMPLEMENTASI KURIKULUM.
1
KURIKULUM DAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN
RUANG LINGKUP MANAJEMEN KURIKULUM MELIPUTI: PERENCANAAN, PELAK SANAAN, DAN PENILAIAN KEGIATAN KURIKULUM
KURIKULUM PENDIDIKAN PADA TINGKAT SEKOLAH (DESENTRALISASI) LEBIH MENGUTAMAKAN UNTUK MEREALISASIKAN DAN MERELEVANSIKAN ANTARA KURIKULUM NASIONAL (STANDAR KOMPETENSI/KOMPETENSI DASAR) DENGAN KEBUTUHAN DAERAH DAN KONDISI SEKOLAH YANG BERSANGKUTAN, SEHINGGA KURIKULUM TERSEBUT MERUPAKAN KURIKULUM YANG INTEGRITASNYA DENGAN PESERTA DIDIK MAUPUN DENGAN LINGKUNGAN
PRINSIP DAN FUNSI MANAJEMEN KURIKULUM : PRODUKTIVITAS, DEMOKRATI SASI, KOOPERATIF, EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ; SERTA MENGARAH KEPADA VISI, MISI DAN TUJUAN YANG DITETAPKAN DALAM KURIKULUM TERSEBUT.
SELAIN PRINSIP TERSEBUT DI ATAS PERLU MEMPERTIMBANGKAN KEBIJAKAN PEMERINTAH (UUSPN NO.20 TAHUN 2003, KURIKULUM POLA NASIONAL, PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM, KEBIJAKSANAAN PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP), KEPUTUSAN DAN PERATU RAN PEMERINTAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN ATAU JENJANG / JENIS SEKOLAH YANG BERSANGKUTAN.
2
KURIKULUM DAN STANDAR NASIONAL
PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA MENGIKUTI KEBIJAKAN YANG DI UNDANGKAN DALAM UU NOMOR 20 TAHUN 2003, PP NOMOR 19 TAHUN 2005 DAN PERMENDIKBUD NO.22,23, DAN 24 TAHUN 2006
BERDASARKAN KETETAPAN TERSEBUT MAKA PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA MENGIKUTI DUA LANGKAH BESAR, YAITU:
1. PROSES YANG DILAKUKAN DI PEMERINTAH PUSAT, DAN
2. PENGEMBANGAN YANG DILAKUKAN OLEH DI SETIAP SATUAN PENDIDIKAN.
KEWENANGAN PENGEMBANGAN PADA TINGKAT NASIONAL ADALAH:
1. PENGEMBANGAN STANDAR ISI 2. KOMPETENSI DASAR
3. STANDAR KOMPETENSI
4. STANDAR KOMPETENSI LULUSAN 5. STRUKTUR KURIKULUM
6. KALENDER DAN TUJUAN MATA PELAJARAN.
KEWENANGAN PENGEMBANGAN PADA TINGKAT SEKOLAH:
1. PENGEMBANGAN DOKUMEN KURIKULUM 2. SILABUS
3. RPP
3
LANDASAN FILOSOFIS DAN TEORITIS PENGEMBANGAN KURIKULUM
4
1. KURIKULUM HARUS DIMULAI DARI LINGKUNGAN TERDEKAT. SEBUAH KURIKULUM TIDAK BOLEH MEMISAHKAN ANAK DIDIK DARI LINGKUNGAN SOSIAL, BUDAYA, FISIK, EKONOMI, AGAMA DAN MASYARAKAT YANG DILAYANI KURIKULUM.
2.KURIKULUM HARUS SERBA MAMPU MELAYANI PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDI KAN NASIONAL DAN SATUAN PENDIDIKAN.
3.MODEL KURIKULUM HARUS MAMPU MELAYANI PENCAPAIAN TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL, DAN TUJUAN SATUAN PENDIDIKAN
4.PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM HARUS SESUAI DENGAN IDE KURIKULUM. LITERATUR KURIKULUM MENGENAL ADANYA BERBAGAI MODEL KURIKULUM SEPERTI KNOWLEDGE-BASE MODEL (DISCIPLINARY-BASED MODEL), SOCIETY- ORIENTED, CHILD-CENTERED, TECHNOLOGY-BASED, COMPETENCY-BASED, SKILLS-BASED, DAN VALUE-BASED. MODEL-MODEL INI HARUS SESUAI DENGAN DESAIN KURIKULUM
5.PROSES PENGEMBANGAN KURIKULUM HARUS BERSIFAT FLEKSIBEL DAN KOMPREHENSIF.
6.KURIKULUM SEKOLAH HARUS SELALU TERBUKA UNTUK PENYEMPURNAAN.
7.IMPLEMENTASI KURIKULUM PADA TAHUN PERTAMA SANGAT MENENTUKAN APAKAH KURIKULUM SEKOLAH YANG ADA MEMELURKAN REVISI DAN BERAPA BESAR DIMENSI REVISI YANG HARUS DILAKUKAN.
.
PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
1. BERPUSAT PADA POTENSI, PERKEMBANGAN, KEBUTUHAN DAN KEPENTINGAN PESERTA DIDIK DAN LINGKUNGANNYA.
2. BERAGAM DAN TERPADU: KURIKULUM DIKEMBANGAKAN MEMPERHATIKAN KERAGAMAN, KAREKTERISTIK PESERTA DIDIK, KONDISI DAERAH DAN JENJANG SERTA JENIS PENDIDIKAN. TANPA MEMBEDAKAN AGAMA, SUKU, BUDAYA DAN ADAT ISTIADAT.
3. TANGGAP TERHADAP PERKEMBANGAN IPTEK: KURIKULUM INI DIKEMBANGKAN ATAS DASAR KESADARAN BAHWA ILMU PENGETAHUAN,TEKNOLOGI DAN SENI BERKEMBANG SECARADINAMIS, OLEH KARENA ITU SEMANGAT DAN ISI KURIKU LUM MENDORONG SISWA UNTUK MENGIKUTI SECARA TEPAT IPTEK.
4. RELEVAN DENGAN KEBUTUHAN KEHIDUPAN: UNTUK MENJAMIN RELEVANSI PENDIDIKAN DENGAN KEBUTUHAN KEHIDUPAN, TERMASUK DI DALAMNYA KEHIDUPAN KEMASYARAKATAN, DUNIA USAHA, DAN DUNIA KERJA.
5. MENYELURUH DAN BERKESINAMBUNGAN: SUBSTANSI KURIKULUM MENYANG KUT KESELURAHAN DIMENSI KOMPETENSI, BIDANG KAJIAN KEILMUAN DAN MATA PELAJARAN YANG DIRENCANAKAN DAN DISAJIKAN SECARA BERKESINAM BUNGA ANTAR SEMUA JENJANG PENDIDIKAN
6. BELAJAR SEPANJANG HAYAT: KURIKULUM DI ARAHKAN KEPADA PROSES PENGEMBANGAN, PEMBUDAYAAN, DAN PEMBERDAYAAN PESERTA DIDIK YANG BERLANGSUNG SEPANJANG HAYAT.
7. SEIMBANG ANTARA KEPENTINGAN NASIONAL DAN KEPENTINGAN DAERAH.
KEPENTINGAN NASIONAL DENGAN KEPENTINGAN DAERAH.
5
PENGERTIAN SARANA DAN PRASARAN PENDIDIKAN
SARANA PRASARANA PENDIDIKAN DISEBUT JUGA EDUCATIONAL FACILITIES ATAU FASILITAS PENDIDIKAN.
FASILITAS PENDIDIKAN ADALAH SEGALA SESUATU (ALAT DAN BARANG) YANG MEMFASILITASI (MEMBERIKAN KEMUDAHAN) DALAM MENYELENGGARAKAN KEGIATAN PENDIDIKAN. (TANGIBLE).
SARANA PENDIDIKAN ADALAH SEGALA MACAM ALAT YANG DIGUNAKAN SECARA LANGSUNG DALAM PROSES PENDIDIKAN, SEPERTI: ALAT PELAJARAN, ALAT PERAGA, MEDIA PENDIDIKAN
PRASARANA PENDIDIKAN ADALAH SEGALA MACAM ALAT YANG TIDAK SECARA LANGSUNG DI GUNAKAN DALAM PROSES PENDIDIKAN, YANG DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MEMUDAHKAN TERLAKSANANYA PROSES PEMBELAJARAN, SEPERTI VISI.MISI TUJUAN, PERIZNAN DAN KEBIJAKAN. (INTEGIBLE)
PPRI NO 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN BAB VII PASAL 42 (1)SETIAP SATUAN PENDIDIKAN WAJIB MEMILIKI SARANA YANG MELIPUTI PERABOT,
PERALATAN PENDIDIKAN, MEDIA PENDIDIKAN, BUKU DAN SUMBER BALAJAR LAINNYA, BAHAN HABIS PAKAI, SERTA PERLENGKAPAN LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN YANG TERATUR DAN BERKELANJUTAN.
(2) SETIAP SATUAN PENDIDIKAN WAJIB MEMILIKI PRASARANA YANG MELIPUTI LAHAN, RUANG KELAS, RUANG PIMPINAN SATUAN PENDIDIKAN, RUAN PENDIDIK (GURU), RUANG TATA USAHA, RUANG PERPUSTAKAAN, RUANG LABORATORIUM, RUANG BENGKEL KERJA, RUANG UNIT PRODUKSI, RUANG KANTIN, INSTALASI DAYA DAN JASA, TEMPAT BEROLAH RAGA, TEMPAT BERIBADAH, TEMPAT BERMAIN, TEMPAT BERKREASI, DAN RUANG /TEMPAT LAIN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN YANG TERATUR DAN BERKELANJUTAN.
6
SUMBER DAYA ORGANISASI PENDIDIKAN
SUMBER DAYA ORGANISASI BUKAN HANYA MANUSIA SAJA, MANUSIA ADALAH BAGIAN DARI SUMBER DAYA YANG ADA DI DALAM ORGANISASI.
FUNGSI SUMBER DAYA ADALAH UNTUK MEMFASILITASI KEPENTINGAN PENCAPAIAN TUJUAN ORGANISASI.
SUMBER DAYA ORGANISASI DAPAT DIKELOMPOKKAN KE DALAM SUMBER DAYA BERWUJUD (TANGIBLE RESOURCES) SEPERTI: AKTIVA YANG DAPAT DI LIHAT, DISENTUH, DI RABA SERTA DAPAT DI HITUNG, DAN SUMBER DAYA TIDAK BERWUJUD ( INTAGIBLE RESOURCES) MELIPUTI DARI MULAI HAK PROPERTI INTELEKTUAL ,SEPERTI HAK PATEN, HAK MERK/DAGANG, HAK CIPTA, JARINGAN KERJA, BUDAYA ORGANISASI, KEBIJAKAN PEMERINTAH, PERATURAN.
SETIAP SUMBER DAYA ORGANISASI TERSEBUT MEMILIKI NILAI TERSENDIRI BAGI ORGANISASI YANG BERFUNGSI SEBAGI PENDUKUNG TERCIPTANYA KONDISI YANG KONDUSIF BAGI ORGANISASI UNTUK MELAKSANAKAN SELURUH PERENCANAAN ORGANISASI SEKOLAH.
SUMBER DAYA MANUSIA DALAM ORGANISASI MERUPAKAN SUMBER DAYA YANG BERFUNGSI DAN BERPERAN SEBAGAI PENGGERAK ORGANISASI.
SETIAP ORGANISASI SEKOLAH MEMBUTUHKAN SUMBER DAYA MANUSIA YANG MEMILIKI KUALIFIKASI UNTUK DAPAT MELAKSANAKAN PROGRAM-PROGRAM SEKOLAH, OLEH KARENA ITU PROGRAM-PROGRAM YANG TELAH DITETAPKAN, DISOSIALISASIKAN DENGAN BERBAGAI PENDEKATAN KEPADA SUMBER DAYA MANUSIA YANG TERSEDIA, AGAR MEREKA DAPAT MELAKSANAKAN PROGRAM SESUAI DENGAN TANGGUNG JAWABNYA MASING-MASING.
SETIAP SEKOLAH MEMILIKI KEWENANGAN UNTUK MENENTUKAN DAN MEMANFAATKAN SUMBER DAYA YANG DIMILIKI, BAIK SUMBER DAYA FASILITAS, MAUPUN SUMBER DAYA MANUSIA YANG TERSEDIA DI SETIAP SEKOLAH.
7
PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN GURU
KETERSEDIAAN GURU YANG MEMADAI ADALAH MERUPAKAN SALAH SATU FAKTOR PENTING DALAM UPAYA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN.
KETERSEDIAAN GURU YANG MEMADAI DIHADAPKAN PADA DUA PERMASALAHAN, YAKNI PEMENUHAN KEBUTUHAN TENAGA GURU YANG BELUM SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DAERAH DAN PENINGKATAN KUALITAS YANG PROFESIONAL YANG BELUM MEMENUHI STANDAR MINIMAL. KEDUA PERMASALAHAN INILAH YANG PADA AKHIRNYA MENIMBULKAN TERJADINYA DISPARITAS KUALITAS GURU DI BER BAGAI DAERAH DI TANAH AIR .
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN YANG ADA SAMPAI SAAT INI SERING KALI TIDAK SEIMBANG UNTUK MENJAWAB KEDUA PERMASALAHAN TERSEBUT.
KEBIJAKAN ITU LEBIH CONDONG PADA UPAYA PENINGKATAN KUANTITAS DAN BUKAN KUALITAS.
PERMASALAHAN LAIN BERKENAAN DENGAN PEMBINAAN GURU ADALAH PENYE BARAN GURU TIDAK MERATA,
BEGITU JUGA JIKA DILIHAT DARI TINGKAT PENDIDIKAN GURU, MASIH TERDAPAT SEJUMLAH GURU SD YANG MEMILIKI KUALIFIKASI IJAZAH YANG KURANG SESUAI DENGAN PERSYARATAN UNTUK MENGAJAR DI SD/MI
DALAM DIMENSI PENDIDIKAN, BANYAK TERDAPAT VARIABEL YANG MEMBERIKAN PENGARUH TERHADAP PENCAPAIAN MUTU PENDIDIKAN; YAITU VARIABEL: GURU, SARANA, DAN PRASARANA PENDIDIKAN.
8
PROFESIONALISME GURU
DEWASA INI BENTUK-BENTUK PENYELENGGARAAN SISTEM PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN, SEMAKIN VARIATIF PASCA DIKELUARKANNYA KEPUTUSAN DIRJEN DIKDASMEN DEPDIKBUD. BANYAK BENTUK PENDIDIKAN KEPROFESIAN DIHENTI KAN, TERMASUK SEKOLAH PENDIDIKAN KEGURUAN BAIK YANG ADA DILINGKUNG AN DEPDIKBUD MAUPUN DEPARTEMEN AGAMA (SPG, SGO, PGA )
HINGGA DEKADE TAHUN 1980-AN HINGGA SEKARANG DINAMIKA PENDIDIKAN GURU TERUS BERLANJUT, MULAI DARI PERUBAHAN NAMA, PERAN, MODEL DAN BENTUK PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN PROFESI KEGURUAN. SEBAGAIMANA PENDIDIKAN PROFESI GURU YANG DILAKSANAKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN ( LPTK ) , ADALAH ANTARA LAIN:
1. PENDIDIKAN REGULER AKADEMIK MENCAKUP: PROGRAM PGSD, DAN PROGRAM PENDIDIKAN BIDANG STUDI PADA TIAP FAKULTAS.
2. PENDIDIKAN NON GELAR ATAU PENYETARAAN KUALIFIKASI S-1 BAGI GURU SD,SMP, SMA TERDIRI DARI: PGSD, PGSD BERASRAMA, PGSD PJJ, PGSD DUAL MODE, PGSMP, DAN PGSMA.
3. PROGRAM AKTA, YANG MENCAKUP: AKTA IV BIDANG STUDI, AKTA IV DIKLAT, DAN AKTA IV KERJA SAMA PUSDIKLAT.
4. PROGRAM BARU YANG AKAN DIKEMBANGKAN YAITU: PROGRAM PROFESI GURU, MENCAKUP: PPG(PENDIDIKAN PROFESI GURU) DAN PLPG ( PENDIDIK AN LATIHAN PROFESI GURU), SAAT INI MENJADI PPG(PENDIDIKAN PROFESI GURU)
9
PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPENDIDIKAN
KOMPETENSI GURU MENURUT UU NO 14/2005 TENTANG GURU DAN DOSEN ADALAH : KOMPETENSI PEDAGOGIK, KEPRIBADIAN, SOSIAL, DAN PROFESIONAL
GURU YANG PROFESIONAL MENURUT UU NO.14/2005 ADALAH MEREKA YANG SUDAH BERKUALIFIKASI AKADEMIK S-1 / D-1V ( BACHELOR DEGREE) DAN LULUS PENDIDIKAN PROFESI. YANG BERMUARA PADA PENGANUGRAHAN SERTIFIKAT PENDIDIKAN PROFESI ( SERGUR).
PENDIDIKAN PROFESI DILAKSANAKAN PASKA S-1/ D-IV SELAMA SATU TAHUN TANPA MEMBEDAKAN LATAR BELAKANG, BAIK BERLATAR BELAKANG KEPENDIDI KAN MAUPUN NON PENDIDIKAN.
DILIHAT DARI ESENSI PROFESIONALISASI, MAKNA PENDIDIKAN PROFESI, KHUSUSNYA PPG DALAM RANGKA PROFESIONALISASI GURU, ADALAH: PEMBEN TUKAN DAN PENGASAHAN KIAT PROFESIONAL SECARA BERKELANJUTAN, BERUPA LATIHAN MENERAPKAN PERANGKAT UTUH KOMPETENSI AKADEMIK YANG DIPERSYARATKAN BAGI GURU SECARA KONTEKSTUAL ATAU NON RUTIN, DALAM PRAKTEK NYATA YANG BERLANGSUNG DALAM SETTING AUTENTIK.
DENGAN DEMIKIAN KEUTUHAN PENDIDIKAN GURU TERDIRI DARI PENDIDIKAN AKADEMIK DAN PENDIDIKAN PROFESI GURU/TENAGA KEPENDIDIKAN, BAIK ME LALUI : (a) PENDIDIKAN GURU TERINTEGRASI, MAUPUN (b) PENDIDIKAN GURU KONSEKUTIF, DENGAN SUPERVISI YANG EFEKTIF OLEH PENDIDIK GURU, IDEAL NYA YANG SUDAH MEMILIKI SERTIFIKASI SEBAGAI SUPERVISOR PPG.
