Askep Jiwa Pada Pengguna Napza
Fakta dan Data
Diperkirakan sekitar 50%
Penduduk berusia diatas 12 Tahun pernah mencoba menggunakan obat-obat terlarang setidaknya 1 kali selama hidup
Kematian akibat overdosis obat di AS sejak tahun 2019 mendekati satu (1) juta orang
Alokasi anggaran dunia untuk pengendalian narkoba pada tahun 2020 mencapai 35 miliar.
Kecanduan alkohol dan narkoba merugikan perekonomian dunia lebih dari 600 miliar setiap tahunnya.
NAPZA
1. Dunia kesehatan dan NAPZA berhubungan sangat erat
2. NAPZA merupakan salah satu dalam kategori obat apabila digunakan atas indikasi yang tepat
3. Penyalahgunaan NAPZA berarti ia digunakan tanpa ada indikasi tepat & unutk keperluan yang tidak berkaitan dengan kesehatan.
Perbedaan Psikotropik dan Narkotika
Psikotropik adalah obat yang bekerja selektif pada susunan syaraf pusat (SSP) yang memiliki efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku digunakan untuk terapi gangguan psikiatri.
Narkotika obat yang bekerja selektif pada susunan syaraf pusat (SSP) yang memiliki efek utama terhadap penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa dan mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri
digunakan untuk
analgesic,antispasmodic, pramedikasi anastesi dalam praktik kedokteran.
DEFINISI PENYALAHGUNAAN NAPZA
- PENYALAHGUNAAN NAPZA adalah sesuatu penyimpangan perilaku yang disebabkan oleh penggunaan yang terus menerus sampai terjadi masalah.
- NAPZA tersebut bekerja didalam tubuh yang mempengaruhi terjadinya perubahan: perilaku, alam perasaan, memori, proses pikirm kondisi fisik individu yang menggunakannya,
Faktor Penyebab terjadinya Penyalahgunaan NPAZA
a) Faktor Biologi : Penyakit kronis:
kanker, penyakit lain dengan masa sakit yang menahun.
b) Faktor Psikologis :
❑Harga diri yg rendah
❑Faktor keluarga : kondisi keluarga yg tidak stabil, rolemodel yg negative, penganiayaan masa kanak2
❑Individu dg krisis identitas:
menggunakan obat untuk menunjukkan kejantanan
❑Cara pemecahan masalah yg menyimpang
c) Faktor Sosial
Norma kebudayaan: suku bangsa tertentu menggunakan alkohol untuk upacara adat dan keagamaan.
Lingkungan: tempat yang rentan untuk transaksi napza:
diskotik,tempat hiburan malam,mall,lokalisasi
pelacuran,lingkungan rumah yg kumuh dan padat.
Kriteria Diagnistik Penyalahgunaan NAPZA - Pola penggunaan yang patologis - Penggunaan sepanjang hari
(rutin) minimal 1 bulan
- Ketidakmampuan menghentikan penggunaan zat
- Tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa zat
- Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan
- Penyalahgunaan Napza Dapat Mengalami
- Kondisi Lanjut Yaitu : KETERGANTUNGAN NAPZA.
Kondisi Ini Juga Ditandai Dengan Adanya KETERGANTUNGAN FISIK Yaitu SINDROMA PUTUS OBAT Dan TOLERANSI.
JENIS KETERGANTUNGAN NAPZA 1) Ketergantungan
mental/psikologik, Kebutuhan untuk memakai zat scr berulang
tanpa memperdulikan
akibatnya. Bila dihentikan menyebabkan kebingungan, gelisah, rasa kehilangan sesuatu, mudah marah, imsomnia, depresi, anoreksia dll.
2) Ketergantungan fisik, Keadaan dimana timbul gejala fisik bila
pemakaian zat dihentikan :berkeringat dingin, keluar air mata, keluar lendir hidung, linu, kram, mencret. Ketergantungan fisik ditandai dengan 3 gejala utama
1. Kompuksifitas, kehilangan
kemampuan untuk menghentikan NAPZA mesipun dia tahu hal itu tidak benar
2. Meneruskan
penggunaan NAPZAH 3. Obsesif, tidak dapat
menghindar dari berpikir tentang aktifitas tersebut.
PERUBAHAN AKIBAT MEMAKAI OBAT GOLONGAN NAPZA
1) Perubahan kesadaran : Apatis, samnolen, Hiperaktif/hipoaktif, Gangguan koordinasi motoric 2) Perubahan perasaan: Emosi
labil, Mudah tersinggung, mudah marah, tampak gembira 3) Perubahan pikiran: Proses pikir
lambat, adanya waham, halusinasi.
BAHAYA NAPZA
a) Intoksikasi akut
Suatu kondisi yang timbul akibat menggunakan zat psikoaktif sehingga terjadi gangguan kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, afek, perilaku
atau fungsi dan respons psikologis lainnya
b) Penggunaan yang merugikan c) Sindroma ketergantungan
Suatu kondisi fenomena fisiologis, perilaku dan kognitif akibat penggunaan zat psikoaktif yg
menyebabkan keinginan kuat untuk menggunakan zat psikoaktif, kesulitan mengendalikan perilaku, timbulnya toleransi
d) Keadaan putus zat
Sindroma putus zat adalah : suatu kondisi dimana individu yg menggunakan napza,
menurunkan atau
menghentikan penggunaan
napza yg biasanya
digunakannya, akan
menimbulkan gejala kebutuhan biologik terhadap napza.
e) TOLERANSI adalah suatu kondisi pengguna napza memerlukan peningkatan jumlah napza yg dikonsumsi untuk mencapai tujuan yg dikehendaki
PERILAKU KLIEN PENGGUNAN GANJA - Perilaku sangat gembira.
- Mondar-mandir tampak cemas.
- Gerakan tidak terkoordinir.
- Mengantuk.
- Tampak lebih bodoh; karena terganggu proses kognitif.
- Perilaku tampak kecemasan.
PERILAKU KLIEN PENGGUNA ALKOHOL - Sikap bermusuhan.
- Kadang2 bersikap murung, berdiam diri (depresi).
- Suara keras, bicara cadel, dan kacau.
- Agresif.
- Minum alkohol tanpa kenal waktu.
- Koordinasi motorik
terganggu,akibatnya cenderung mendapat kecelakaan.
PERILAKU PENGUNNA KOKAIN/AMFETAMIN o Hiperaktif.
o Euphoria,elasi sampai agitasi.
o Irritabilitas.
o Perilaku curiga.
o Kewaspadaan yg berlebihan.
o Semangat kerja meningkat.
o Perilaku tampak gembira.
LANGKAH TERAPI
• Penerimaan awal:wawancara khusus, pemeriksaan fisik klinik, pemeriksaan Labdan penunjang lain
• Detoksifikasi dan pengobatan komplikasi medik
• Stabilisasi dan pemantapan ASUHAN KEPERAWATAN
1. FAKTOR PREDISPOSISI
- BIOLOGIS, penyakit kronis, kanker penyakit lain dengan masa sakit yang menahun.
- PSIKOLOGIS, tipe kepribadian, harga diri rendah, depresi, rasa bersalah, perasaan tidak aman, penurunan prestasi, disfungsi keluarga, gangguan identitas diri
- SOSIOKULTURAL, masyarakat ambivalen tentang penggunaan zat tembakau, ganja, dan alcohol. Norma/budaya masyarakat, lingkungan tempat tinggal, dan sekolah, serta persepsi masyarakat terhadap zat (NAPZA).
2. FAKTOR PERSIPITASI
- Kehilangan orang atau objek yang berarti
- Diasingkan
- Prinsip kesenangan
- Kompleksitas kehidupan modern - Tersedianya zat dengan mudah - Peer pressure
- Mudah dan murah
- Persepsi zat dpt menyelesaikan - Masalah
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Overdosis – Intensive Care
Diagnosa keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif 2. Penurunan output jantung
3. Gangguan termogulasi suhu 4. Intoleransi aktivitas
5. Resiko cidera
Prinsip tindakan keperawatan :life saving
Putus Zat (Withdrawl) – Detoksifikasi
Diagnosa keperawatan
• Nyeri akut
• Diare
• Gangguan pola tidur
• Ansietas
• Resiko perilaku kekerasan
Prinsip tindakan keperawatan: Basic Human neds
Rehabilitasi
Diagnosa keperawatan:
• Koping individu tidak efektif:ketidakmampuan menolak keinginan menngunakan zat kembali
• Distress spiritual
• Gangguan konsep diri: HDR
• Koping keluarga tidak efektif
• ketidakberdayaan
Diagnosa Lainnya, Halusinasi, Gangguan proses pikir (waham), Isolasi sosial
PERENCANAAN
Tujuan yg ingin dicapai dalam memberikan tindakan keperawatan pd pasien dg gangguan penggunaan zat adiktif adalah :
- Agar tidak terjadi ancaman terhadap kehidupan.
- Tidak memburuknya keadaan kesadaran pasien
- Aman dari kecelakaan terutama pd kondisi intoksikasi.
Setelah masa detoksifikasi
➢Termotivasi untuk mengikuti program terapi jangka panjang.
➢Mengenal hal2 positif pada dirinya.
➢Menggunakan koping yg sehat dalam mengatasi masalahnya.
➢Keluarga bekerjasama dalam program terapi pasien.
➢Mempunyai pengetahuan untuk merawat pasien dirumah.
TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Pendidikan kesehatan jiwa untuk pencegahan penggunaan zat adiktif.
2. Mengganti koping respon yg sehat, pengganti tingkah laku menyalahgunaan zat.
3. Membahas dg pasien tingkah laku menyalahgunakan zat dan resiko penggunaan.
4. Membantu pasien untuk mengidentifikasi masalah menyalahgunakan zat.
5. Memotivasi pasien agar mau mengikuti /berpartisipasi dalam program terapi.
6. Konsisten memberikan dukungan dan pengalaman bahwa pasien mempunyai kekuatan untuk menghadapi masalah yg akan datang.
7. Memberikan perawatan fisik;observasi tanda vital,makanan,keseimbangan cairan dan kejang.
8. Memberikan pengobatan ssi dgn terapi detoks.
EVALUASI
a. Klien mengalami/mencapai keutuhan fisik dan harga diri secara alamiah.
b. Tingkah laku klien
merefleksikan meningkatnya pengertian ttg adanya hubungan antara stres dg kebutuhan untuk menggunakan napza.
c. Sumber koping klien adekuat untuk membantu klien berubah.
d. Klien mengenal kecemasannya dan sadar akan perasaannya.
e. Klien menggunakan koping yg adaptif.
f. Klien mempunyai alternatif atau belajar pendekatan alternatif untuk mengatasi stres dan ansietasnya.
g. Klien mampu secara periodik tetap tidak menggunakan napza.
Pelayanan Keperawatan Jiwa Profesional Klinik Komunitas
PELAYANAN PROFESIONAL
Menurut Psychiatric-Mental health Nursing: Scope and standars of practice (2007) dalam Stuart (2013) American Nurses Association mendefinisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai bidang spesialisasi praktik keperawatan yang komit untuk meningkatkan kesehatan jiwa melalui pengkajian, diagnosis, dan tritmen respon manusia terhadap masalah kesehatan jiwa dan gangguan kesehatan jiwa menggunakan diri sebagai kiatnya dan teori keperawatan psikososial dan neurobiologist serta bukti riset sebagai ilmunya.
RUANG LINGKUP
- Ruang lingkup keperawatan kesehatan jiwa masyarakat terdiri atas berbagai rentang masalah kesehatan jiwa antara kondisi sehat dan sakit, pada usia anak sampai usia lanjut, perawatan di rumah sakit atau masyarakat, serta kondisi kesehatan jiwa di rumah ataupun di tempat khusus (industri atau penjara).
- Upaya kesehatan jiwa masyarakat meliputi seluruh level dan tindakan keperawatan kesehatan jiwa.
Merupakan pelayanan paripurna, mulai dari pelayanan kesehatan jiwa spesialistik, integratif, dan
pelayanan yang berfokus masyarakat. Selain itu, memberdayakan seluruh potensi dan sumber daya di masyarakat sehingga terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya.
- Pelayanan kesehatan jiwa spesialistik dilaksanakan di rumah sakit jiwa dengan berbagai penerapan model praktik keperawatan profesional (MPKP) yang telah dikembangkan.
- Pelayanan kesehatan jiwa integratif merupakan pelayanan kesehatan jiwa yang dilaksanakan di rumah sakit umum. Pelayanan ini berbentuk unit perawatan intensif kejiwaan (psychiatric intensive care unit—PICU) dan konsultan penghubung keperawatan kesehatan mental (consultant liaison
mental health
nursing—CLMHN). Unit psikiatri di rumah sakit umum merupakan sarana pelayanan keperawatan kesehatan jiwa jangka pendek ॔॔short term hospitalization), sedangkan CLMHN merupakan sarana merawat pasien gangguan fisik umum yang mengalami masalah psikososial.
- Pelayanan kesehatan jiwa berfokus pada masyarakat dimulai dari pelayanan tingkat kabupaten/kota, puskesmas, kelompok khusus sampai keluarga. Pelayanan ini dikenal dengan keperawatan kesehatan jiwa masyarakat (community
mental health
nursing—CMHN). Pelayanan kesehatan jiwa di CMHN ini dimulai dari level lanjut 谀 advance), menengah (intermediate), dan dasar (basic).
- Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup tiga tingkat pencegahan yaitu sebagai berikut.
Pencegahan Primer
Fokus pelayanan
keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa.
Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, serta mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah sebagai berikut.
- Program pendidikan kesehatan, program stimulasi perkembangan, program sosialisasi, manajemen stres, dan persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Pendidikan
kesehatan pada orang tua.
a) Pendidikan menjadi orang tua.
b) Perkembangan anak sesuai dengan usia.
c) Memantau dan menstimulasi
perkembangan.
d) Menyosialisasikan
anak dengan
lingkungan.
2) Cara mengatasi stres.
a) Stres pekerjaan.
b) Stres perkawinan.
c) Stres sekolah.
d) Stres
pascabencana.
- Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, kehilangan pasangan, kehilangan pkerjaan, serta kehilangan rumah/tempat tinggal, yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Memberikan
informasi cara mengatasi
kehilangan.
2) Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi anak yatim piatu.
3) Melatih
keterampilan sesuai keahlian masing-
masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
4) Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat tinggal.
- Program pencegahan penyalahgunaan obat.
Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah.
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.
1) Pendidikan
kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stres.
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan
keinginan dan
perasaan tanpa menyakiti orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri seseorang.
- Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan program berikut.
1) Memberikan
informasi untuk meningkatkan
kesadaran
masyarakat tentang tanda-tanda bunuh diri.
2) Menyediakan lingkungan yang
aman untuk
mencegah bunuh diri.
3) Melatih
keterampilan koping yang adaptif
Pencegahan Sekunder
1. Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini masalah
psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera.
2. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa.
3. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan
tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa.
Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah sebagai berikut.
a) Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan langsung.
b) Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah- langkah sebagai berikut.
1) Melakukan
pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus (format terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan).
2) Jika ditemukan tanda-tanda berkaitan dengan kecemasan dan depresi, maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian
keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di tempat-tempat
umum).
4) Memberikan
pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan
sesuai dengan
standar
pendelegasian
program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) serta
memonitor efek samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan
pasien untuk
mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan
keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan
segera kepada
perawat jika
ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut.
7) Penanganan kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien di tempat yang aman, melakukan
pengawasan ketat, menguatkan koping
dan melakukan
rujukan jika mengancam
keselamatan jiwa.
8) Menempatkan pasien di tempat yang aman sebelum dirujuk dengan menciptakan lingkungan yang tenang, dan stimulus yang minimal
c) Program sosialisasi
1) Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi.
2) Mengembangkan keterampilan hidup, seperti aktivitas sehari-hari, mengelola rumah tangga, dan mengembangkan hobi.
3) Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi.
4) Kegiatan sosial dan keagamaan, seperi arisan bersama, pengajian, majelis taklim, dan kegiatan adat.
d) Program mencegah stigma Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap gangguan jiwa.
Oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk menghindari isolasi dan diskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu sebagai berikut.
1) Melakukan
pendidikan kesehatan
kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta sikap dan tindakan menghargai pasien gangguan jiwa.
2) Pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang yang berpengaruh dalam rangka
menyosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan keluhan pasien.
Setelah ditemukan tanda-tanda menonjol yang mendukung adanya gangguan jiwa, maka pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian kesehatan jiwa.
Data yang dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan jiwa, pengkajian psikososial, dan pengkajian status mental (format dilampirkan pada modul pencatatan dan pelaporan). Teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan langsung terhadap kondisi pasien, serta melalui pemeriksaan.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dapat dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian, baik masalah yang bersifat aktual (gangguan kesehatan jiwa) maupun yang berisiko mengalami gangguan jiwa.
Jika perawat menemukan anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa, maka perawat
harus berhati-hati dalam penyampaiannya kepada pasien dan keluarga agar tidak menyebutkan gangguan jiwa karena hal tersebut merupakan stigma dalam masyarakat.
Aapun diagnosis keperawatan yang diidentifikasi penting untuk pascabencana adalah sebagai berikut.
- Masalah kesehatan jiwa pada anak/remaja.
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
- Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa.
a. Harga diri rendah b. Perilaku kekerasan c. Risiko bunuh diri d. Isolasi sosial
e. Gangguan persepsi sensori: halusinasi
f. Gangguan proses pikir:
waham
g. Defisit perawatan diri - Masalah kesehatan jiwa pada
lansia.
a. Demensia/Depresi Perencanaan Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoterapeutik yaitu:
1. penggunaan berbagai teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien;
2. pendidikan kesehatan tentang prinsip-prinsip kesehatan jiwa dan gangguan jiwa;
3. perawatan mandiri (aktivitas kehidupan sehari- hari) meliputi kebersihan diri
(misal, mandi, kebersihan rambut, gigi, perineum), makan dan minum, buang air besar dan buang air kecil;
4. terapi modalitas seperti terapi aktivitas kelompok, terapi lingkungan dan terapi keluarga;
5. tindakan kolaborasi (pemberian obat-obatan dan monitor efek samping).
Dalam menyusun rencana tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi satu diagnosis keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga tercapai kemampuan yang diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan ditujukan pada individu, keluarga, kelompok, dan komunitas.
1. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam kegiatan sehari-hari dan keterampilan koping adaptif dalam mengatasi masalah.
2. Pada tingkat keluarga
difokuskan pada
pemberdayaan keluarga dalam merawat pasien dan menyosialisasikan pasien dengan lingkungan.
3. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan.
4. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, serta menggerakkan sumber-
sumber yang ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat. Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan keterampilan koping dalam menyelesaikan masalah.
Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi
kebutuhan mereka dan
memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi dan rujukan.
Evaluasi Asuhan Keperawatan
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah.
1. Evaluasi pasien
a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya.
b. Membina hubungan dengan orang lain di lingkungannya secara bertahap.
c. Melakukan cara-cara meyelesaikan masalah yang dialami.
2. Evaluasi keluarga - Membantu
memenuhi
kebutuhan sehari- hari pasien hingga pasien mandiri.
- Mengenal tanda dan
gejala dini
terjadinya gangguan jiwa.
- Melakukan
perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa atau kekambuhan.
- Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera.
- Menggunakan sumber-sumber yang tersedia di masyarakat seperti tetangga, teman dekat, pelayanan kesehatan terdekat.
Terapi Somatik
DEFINISI
Terapi somatik adalah terapi yg diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku adaptif dengan melakukan Tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien JENIS TERAPI SOMATIK GANGGUAN JIWA
- Pengikatan
Pengikatan dilakukan dengan rantai, diikat di pohon atau dipasung.
Tujuan pengikatan adalah mengamankan likungan dari perilakupasien yang tidak terkontrol.
Alat pengikat berupa kamisol, jaket, ikatan pada pergelangan kaki atau tangan dan berupa selimut yang dililitkan
Pada saat akan diikat, perawat mengatakan alasan pengikatan walaupun pasien belum tentu dalam keadaan siap mendengar.
Alasan Pengikatan
Menghindari risiko menciderai diri sendiri atau orang lain.
Pengobatan yang untuk menurunkan perilaku agresif sudah tidak mempan lagi
Mencegah jatuh pada pasien yang sedang bingung
Agar pasien bisa istirahat
Pasien minta sendiri agar
perilakunya bisa
terkontrol.
Indikasi Pengikatan
Bingung dan beresiko mengalami cedera
Perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan dengan pengobatan
Ancaman terhadap infegritas fisik
Permintaan pasien utk pengendalian perilaku eksternal
- Isolasi
Terapi deprivasi tidur dianjurkan untuk klien depresi.
TERAPI PSIKOFARMAKA
- PENGGOLONGAN OBAT
PSIKOTROPIK
Anti psikosis, Anti depresi, Anti mania, Anti ansietas, Anti insomnia, Anti obsesi kompulsif, Anti panik
- ANTIPSIKOSIS
Chlorpromazine (Largatil) Levomepromazine (Nozinan) Perphenazine (Trilafon)
Trifluoperazine (Stelazine) Thioridazine (Melleril)
Haloperidol (Haldol, Serenase)
Sulpiride (Dogmatil) Clozapine (Clozaril) Quetiapine (Serequel) Risperidone (Risperidal)
- MEKANISME KERJA
ANTIPSIKOSIS
Memblokade dopamine – serotonin pada reseptor pasca sinaptik neuron otak khususnya di limbik dan system ekstrapiramidal
EFEK SAMPING ANTI PSIKOSIS
- Sedasi dan Inhibisi Psikomotor : penurunan psikomotor, kogniitif, kewaspadaan
- Gangguan otonomik : hipotensi, mulut kering, gangguan irama jantung - Gangguan ekstrapiramidal :
Parkinson/EPS, akhatisia/gelisah
- Gangguan endocrine : amenorrhea
OBAT ANTI DEPRESI
Amitriptyline
Imapramine (Tofranil)
Maptrotiline (ludiomil)
Amoxapine (asendin)
Moclobemide (aurorox)
Sertraline (zololt)
Fluvoxamine (luvox)
Fluoxetine (Prozac, nopres)
Citalopram (cipram)
Trazodone (trazone)
MEKANISME KERJA ANTIDEPRESI - Menghambat re-uptake
aminergic neurotransmitter - Menghambat penghancuran
oleh enzim monoamine oxidase
EFEK SAMPING ANTI DEPRESI
- Sedasi : ngantuk, penurunan kewaspadaan, penurunan kognitif, penurunan psikomotor
- Efek Kolinergik : Mulut kering, penglihatan kabur,
- Efek Anti-adrenergik alfa : Perubahan EKG, Hipotensi - Efek neurotaksis : tremor,
gelisah, insomnia, agitasi OBAT ANTI MANIA
mania adalah jenis tekanan emosional serius ketika seseorang menjadi terlalu gembira dan hiperaktif dalam berbicara dan berperilaku. Episode mania disertai indikasi seperti insomnia parah, berbicara terus-menerus, kepercayaan diri yang ekstrem, dan peningkatan nafsu makan.
Obat anti mania merupakan obat- obatan yang digunakan untuk membantu mengendalikan suasana hati dengan mengurangi tanda-
tanda mania, yaitu suatu kondisi psikologis abnormal dari kegembiraan yang menunjukkan euforia berlebihan.
JENIS OBAT ANTI MANIA
- Haloperidol : Haldol, serenase, govotil
- Carbamazepine : Tegretol - Valproic : depakene
- Lithium carbonate
MEKANISME KERJA: Mengurangi dopamine reseptor supersensitivity EFEK SAMPING ANTI MANIA
- Mulut kering
- Haus
- Gastrointestinal distress - Tremor dan kelemahan otot - Peningkatan berat badan OBAT ANTI ANSIETAS
Diazepam : valium, metalium, lovium
Alprazolam: Xanax, alganax, calmet
Clhordiazepoxide : arsitran, cetabrium
Clobazam : frisium
Lorazepam : Ativan, merlopan, renaqui
MEKANISME OBAT ANTI ANXIETAS
Menurunkan hyper aktif GABA – ergic neutron
Hiperaktif system limbik Sistem saraf pusat mereda EFEK SAMPING ANTI ANXIETAS
- Sedasi
- Relaksasi otot
PENDEKATAN PADA SAAT
PEMBERIAN OBAT
- Klien curiga
- Yakinkan obat bermanfaat bagi klien
- Hindari sikap ragu-ragu di depan klien
- Komunikasikan dengan jelas dan singkat
- Berikan obat dalam bentuk dan kemasan yang sama - Yakinkan obat benar-benar
diminum
PENDEKATAN PADA SAAT
PEMBERIAN OBAT
- Klien berperilaku mencederai diri
- Lakukan pengawasan dengan ketat
- Beri perhatian dan dukungan agar Kembali memiliki semangat hidup
- Tingkatkan harga diri klien - Kerahkan dukungan social
yang dimiliki oleh klien
Terapi Aktifitas Kelompok
Merupakan kegiatan yang melibatkan terapis yaitu
psikoterapis atau perawat dengan sekelompok pasien pada suatu waktu yang sama. Dalam pelaksanaannya,
TAK melibatkan kelompok yang terdiri dari sejumlah anggota kelompok yang memiliki masalah yang sama
Fokus pada terapi aktifitas kelompok adalah meningkatkan hubungan interpersonal/anggota kelompok membuat suatu perubahan, dan memiliki self awareness (kesadaran diri).
TUJUAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Tujuan Umum : meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain, serta berbagi pengalaman dan memberikan umpan balik saat berinteraksi
TUJUAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Tujuan Khusus : Terapetik
1. dapat meningkatkan hubungan terapetik dan interaksi antar
kelompok dengan
terapis, serta
hubungan antara
sesame anggota
kelompok
2. Dapat memfasilitasi proses interaksi antar anggota dan terapis dengan melakukan aktifitas yang dapat
membantu dalam
meningkatkan proses interaksi
3. Membantu
meningkatkan motivasi dalam kemampuan fungsi afektif serta kognitif
4. Dapat membantu pasien memahami cara
baru dalam
bersosialisasi /interaksi serta melakukan pemecahan terhadap masalah yang dimiliki TUJUAN TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Tujuan khusus : Rehabilitatif
1. Meningkatkan
kemampuan pasien
dalam
mengekspresikan diri 2. Dapat meningkatkan
kemampuan
berempati, dimana dalam proses terapi ini pasien dapat berbagi pengalaman dengan anggota kelompoknya 3. Meningkatkan
kemampuan dalam bersosialisasi pada lingkungan serta komunitas
4. Dapat meningkatkan tanggung jawab dalam hubungan
interpersonal dari pengalaman yang diperoleh setelah melakukan kegiatan terapi
MANFAAT TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Meningkatkan kemampuan komunikasi
Mampu berinteraksi dengan orang lain
Meningkatkan motivasi diri
Membangkitkan kepercayaan diri
Meningkatkan pengetahuan dalam menyelesaikan masalah
Meningkatkan identitas diri
Mampu memiliki sikap empati
Mampu menyalurkan emosi dengan cara yang positif
Meningkatkan keterampilan diri yang dimiliki
Mampu bertanggung jawab
dalam hubungan
interpersonal
JENIS TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK 1. Jenis terapi aktifitas
kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
2. Jenis terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori 3. Jenis terapi aktifitas
kelompok orientasi realitas 4. Jenis terapi aktifitas
kelompok sosialisasi
5. Jenis terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi harga diri rendah
KOMPONEN KELOMPOK
Besar Kelompok antara 5-12 orang
Lama kegiatan dalam 1 sesi adalah 20-40 menit, dimulai dari orientasi, tahap kerja dan terminasi.
Komunikasi. Yang harus diperhatikan dalam observasi komunikasi verbal dan non verbal antara lain :
Komunikasi setiap anggota kelompok
Rancangan tempat dan duduk (setting)
Tema umum yang
diekspresikan
Frekuensi komunikasi dan orang yang dituju selama komunikasi
Kemampuan anggota
kelompok sebagai
pandangan terhadap kelompok
Proses penyelesaian masalah terjadi
Peran kelompok diantaranya Maintenance roles yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi kelompok. Task roles, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual role yaitu self-centered dan distraksi pada kelompok
Kekuatan kelompok
bervariasi diperlukan kajian siapa yang paling banyak mendengar, dan siapa yang membuat keputusan dalam kelompok
Norma kelompok. Kesesuaian perilaku anggota kelompok dengan norma kelompok, penting dalam menerima anggota kelompok
Kekohefisian. Pemimpin kelompok (terapis) perlu melakukan upaya agar kekohefisian kelompok terwujud satu sama lain, diskusi dengan katakata
“kita”, menyampaikan
kesamaan anggota
kelompok, membantu anggota kelompok untuk mendengarkan ketika yang lain bicara. Kekohefisian perlu diukur melalui seberapa sering antar anggota memberi pujian dan mengungkapkan kekaguman satu sama lain
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
Tujuan
Setting
Alat
Metode
Langkah kegiatan o Persiapan o Orientasi o Tahap Kerja o Tahap Terminasi o Evaluasi
o Tindaklanjut
o Kontrak yang akan datang
Terapi Okupasi, Rehabilitasi &
Terapi Keluarga
PENDAHULUAN
merupakan suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang dalam melaksanakan suatu tugas terpilih yang telah ditemukan, dengan maksud mempermudah belajar fungsi dan keahlihan yang dibutuhkan dalam proses penyesuaian diri dengan lingkungan
terapi okupasi adalah bahwa pekerjaan atau kegiatan yang dilaksanakan oleh klien bukan sekedar memberi kesibukan pada klien saja, akan tetapi kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan dapat menyalurkan bakat dan emosi klien, mengarahkan ke suatu pekerjaan yang berguna sesuai kemampuan dan bakat, serta meningkatkan prokdutivitas
Tujuan terapi okupasi
Tujuan utama terapi okupasi adalah membentuk seseorang agar mampu berdiri sendiri tanpa menggantungkan diri pada pertolongan orang lain
Adapun tujuan terapi okupasi yang dilakukan untuk pasien mental dan jiwa :
1. Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan
kemampuannya untuk dapat berhubungan
Tanggalan orang lain
dan masyarakat
sekitarnya
2. Membantu dalam melampiaskan
gerakan-gerakan emosi secara wajar dan produktif
3. Membantu menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya
4. Membantu dalam pengumpulan data guna menegakkan
diagnosis dan
penetapan terapi lainnya
Aktivitas dalam terapi okupasi
Aktivitas dalam terapi okupasi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis, terapi, maupun rehabilitasi, dengan mengamati dan mengevaluasi pasien saat mengerjakan suatu aktivitas dan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi selanjutnya dari pasien tersebut
Aktivitas yang dilakukan pasien diharapkan dapat menjadi tempat untuk berkomunikasi lebih baik dalam mengekspresikan dirinya Aktivitas dalam kelompok akan dapat merangsang terjadinya
interaksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi dan menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensinya untuk berhubungan dengan orang lain
HAL YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS TERAPI OKUPASI : JENIS TERAPI OKUPASI
Latihan gerak badan.
Olahraga.
Permainan.
Menjahit.
Kerajinan tangan.
Kesehatan, kebersihan, dan kerapihan pribadi
Pekerjaan sehari-hari (aktivitas kehidupan sehari- hari)
Pekerjaan pre-vokasional
Seni (tari, musik, lukis, drama, dan lain-lain)
Rekreasi (tamasya, nonton bioskop/drama, pesta ulang tahun, dan lain-lain).
Diskusi dengan topik tertentu (berita surat kabar, majalah, televisi, radio atau keadaan lingkungan).
HAL YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS TERAPI OKUPASI : KARAKTERISTIK AKTIFITAS
a. Setiap gerakan harus mempunyai alasan dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan hanya sekedar menyibukkan pasien
b. Mempunyai arti tertentu bagi pasien, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya dengan pasien
c. Pasien harus mengerti tujuan mengerjakan kegiatan
tersebut, dan apa
kegunaannya terhadap
upaya penyembuhan
penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan pasien secara aktif walaupun minimal
e. Dapat mencegah lebih beratnya kecacatan atau kondisi pasien bahkan harus dapat meningkatkan atau setidak-tidaknya memelihara kondisinya
f. Harus dapat memberi dorongan agar si pasien mau berlatih lebih giat sehingga dapat Mandiri
g. Harus sesuai dengan minat, atau setidaknya tidak dibenci olehnya.
h. Harus dapat dimodifikasi untuk tujuan peningkatan atau Penyesuaian dengan kemampuan pasien
HAL YANG MEMPENGARUHI AKTIFITAS TERAPI OKUPASI : ANALISA AKTIFITAS
Jenis aktivitas
Maksud dan tujuan
penggunaan aktivitas tersebut (sesuai dengan tujuan terapi).
Bahan yang digunakan
Bagian-bagian aktifitas
Persiapan pelaksanaan
Pelaksanaan
Rangsangan timbulnya interaksi
Kebutuhan saat aktifitas : konsentrasi, ketangkasan, inisiatif, peniaian, ingatan, komprehensi, dan lain-lain
Melibatkan imajinasi, kreativitas dan emosi
Pertimbangan kontraindikasi Indikasi terapi okupasi
Seseorang yang kurang berfungsi dalam kehidupannya karena kesulitan-kesulitan yang dihadapi
dalam pengintegrasian
perkembangan psikososialnya.
Kelainan tingkah laku yang terlihat dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang primitif.
Tingkah laku tidak wajar dalam mengekpresikan perasaan atau kebutuhan yang primitif.
Ketidakmampuan
menginterpresikan rangsangan sehingga reaksinya terhadap rangsangan tersebut tidak wajar pula.
Mereka yang lebih mudah mengekspresikan perasaannya melalui suatu aktivitas dari pada dengan percakapan.
Mereka yang merasa lebih mudah mempelajari sesuatu dengan cara mempraktikkannya dari pada dengan membayangkan
PROSES TERAPI OKUPASI
Mengumpulkan data. Dapat dilakukan dalam bentuk anamnesa pada pasien dan keluarga
Analisa data dan identifikasi masalah.
Penentuan tujuan.
Penentuan aktifitas
evaluasi
HAL YANG PERLU DIEVALUASI DALAM PELAKSANAAN TERAPI OKUPASI
Kemampuan membuat
keputusan
Tingkah laku selama bekerja.
Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai kebutuhan sendiri.
Kerja sama
Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)
Inisiatif dan tanggung jawab.
Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding.
Menyatakan perasaan tanpa agresi.
Kompetisi tanpa pemusuhan
Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja.
Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab atas pendapatnya tersebut.
Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya.
Wajar dalam penampilan
Orientasi tempat, waktu, situasi, dan orang lain
Kemampuan menerima instruksi dan mengingatnya.
Kemampuan bekerja tanpa terus-menerus diawasi.
Kerapian bekerja
Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan
Toleransi terhadap frustasi. t.
Lambat atau cepat.
PELAKSANAAN Metode
1. Metode individu dilakukan untuk :
Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih
banyak informasi dan sekaligus untuk evaluasi pasien.
Pasien yang belum dapat
atau mampu untuk
berinteraksi dengan cukup baik di dalam suatu kelompok sehingga dianggap
akan mengganggu
kelancaran suatu kelompok bila dia dimasukkan dalam kelompok tersebut.
Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih efektif pelaksanaan 2. Metode Kelompok
Metode kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hampir bersamaan, atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi beberapa pasien sekaligus
Pasien juga perlu
dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif.
Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan dilakukan, dan
kemampuan terapis
mengawasi pelaksanaan Waktu. Okupasi terapi dilakukan antar 1-2 jam setiap sesi baik yang individu maupun kelompok setiap hari, dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi
Terminasi. Akhir dari terapi dilakukan apabila pasien :
1. Dianggap telah mampu mengatasi
persoalannya
2. Dianggap tidak akan berkembang lagi
3. Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasi terapi
Terapi
Keluarga
PENDAHULUAN
terapi keluarga merupakan suatu proses interaktif yang
berupaya membantu
keluarga memperoleh keseimbangan homeositas, sehingga setiap anggota keluarga dapat merasa nyaman (comfortable).
Tujuan konseling keluarga terutama adalah untuk mengerti keluarga penderita gangguan skizofrenia, konseling keluarga dianggap cara baru untuk mengerti, dan menangani penderita gangguan mental.
konseling keluarga tidak hanya berguna untuk menangani individu dalam konteks keluarga, tetapi juga keluarga yang tidak berfungsi baik
MANFAAT TERAPI KELUARGA
Membuat semua anggota
keluarga dapat
mentoleransikan cara atau perilaku yang unik dari setiap anggota keluarga.
Menambah toleransi setiap anggota keluarga terhadap frustasi, ketika terjadi konflik dan kekecewaan, baik yang dialami bersama keluarga atau tidak bersama keluarga.
Meningkatkan motivasi setiap anggota keluarga agar mendukung, membesarkan hati dan mengembangkan anggota lainnya.
Membantu mencapai
persepsi parental yang realistis dan sesuai dengan persepsi anggota keluarga.
TUJUAN TERAPI KELUARGA
diharapkan mampu
meningkatkan kualitas hidup dari pasien yang mengalami gangguan jiwa
mampu menjadikan individu dengan gangguan mental, menjadi individu yang kembali siap menghadapi
hidupnya dalam
bermasyarakat maupun didunia kerja.
mengurangi kekambuhan klien gangguan jiwa,
meningkatkan fungsi klien dan keluarga sehingga mempermudah klien kembali ke lingkungan keluarga dan
masyarakat dengan
memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi klien gangguan jiwa.
PELAKSANAAN TERAPI KELUARGA
Mengikutsertakan keluarga, pertemuan dilakukan di rumah, sehingga terapis mendapat informasi nyata tentang kehidupan keluarga dan dapat merancang strategi yang cocok untuk membantu pemecahan problem keluarga.
menilai masalah, mencakup
pemahaman tentang
kebutuhan, harapan, kekuatan keluarga dan riwayatnya.
Strategi-strategi khusus, berfungsi untuk pemberian bantuan denganmenentukan intervensi yang sesuai dengan tujuan.
Follow up, memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap berhubungan dengan terapis atau konselor secara periodik untuk melihat perkembangan keluarga dan memberikan support.