Almamater tercinta Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berbagi ilmu dan motivasi selama menempuh studi di Program Studi Ilmu Kesejahteraan Sosial. Pegawai Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang membantu administrasi perkuliahan dan penelitian tugas akhir.
Teman-teman IPS Angkatan 2016 yang telah memberikan atau berbagi ilmu, pengalaman, dukungan, motivasi, dan cerita dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan. Para pengurus, pengasuh dan anak asuh Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Dzikro memberikan izin dan dukungan dalam melaksanakan tugas akhir penelitian, serta memberikan data informasi dari awal untuk digunakan sebagai tugas akhir. penyidikan hingga penyidikan berakhir. Ibu Rizki selaku Managing Partner Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) Al-Dzikro, yang telah meluangkan waktu untuk berkomunikasi dalam melakukan penelitian di LKSA Al-Dzikro, dan bantuan lainnya demi kelancaran penyelesaian tugas akhir ini.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu permasalahan anak asuh yang tinggal di panti asuhan adalah adaptasi terhadap lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat permasalahan yang dihadapi anak panti asuhan dalam beradaptasi dengan lingkungannya, yaitu lingkungan teman sebaya, lingkungan wali, lingkungan masyarakat sekitar panti asuhan, dan lingkungan sekolah.4 Permasalahan anak panti asuhan adalah ditunjukkan pada grafik di bawah ini. 4 Silfia Rahmah, dkk., “Kesulitan yang dihadapi anak-anak panti asuhan dalam beradaptasi dengan lingkungannya”, Jurnal Konselor, vol.
Namun terjadi disfungsi keluarga dalam pembentukan remaja yang mempunyai kondisi berbeda seperti yatim piatu, yatim piatu, dan terlantar sehingga ditampung oleh lembaga yang bernama Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak atau Panti Asuhan. 8 Syifajauhar Nafisah, “Makna Hidup Anak Asuhan: Makna Hidup di Panti Asuhan”, Jurnal Penelitian Pendidikan, hal. Wuon, dkk, bahwa remaja di panti asuhan lebih mungkin mengalami depresi sedang dimana mereka tidak menerima kebutuhan fisik dan emosional yang seharusnya mereka terima dari orang tuanya.
Salah satu panti asuhan tersebut adalah Panti Asuhan Al-Dzikro dan Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) Al-Dzikro. Wuon, Hendro Bidjuni dan Vandry Kallo, “Perbedaan Tingkat Depresi pada Remaja yang Tinggal di Rumah dan yang Tinggal di Panti Asuhan Bakti Mulia Karombasan Kabupaten Wanea Manado”, Jurnal Keperawatan, hal. 11 jasa.bantonlkab.go.id, “Daftar Nama Panti Asuhan di Kabupaten Bantul”, diakses pada 23 Januari 2020 pukul 21.50 WIB.
Berdasarkan informasi dari Ketua Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Dzikro, remaja yatim piatu cenderung memiliki kelemahan terutama dalam hal perasaan karena kehilangan orang tua. Hal ini terkait dengan mekanisme pertahanan diri khususnya dalam menghadapi kecemasan yang menjadi latar belakang psikologis remaja di Lembaga Kesejahteraan Anak (LKSA) Al-Dzikro.
Rumusan Masalah
Berdasarkan berbagai hal yang telah peneliti kemukakan di atas, maka peneliti tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul “Mekanisme Bela Diri Remaja di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Dzikro, Manggung, Wukirsari, Imogiri, Bantul”.
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi akademis mengenai mekanisme bela diri remaja di lembaga kesejahteraan anak (LKSA). Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan teoritis kepada akademisi dan program Ilmu Sosial. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai mekanisme pertahanan diri remaja, khususnya yang tinggal di lembaga kesejahteraan anak.
Mekanisme pertahanan diri ini dilakukan sehubungan dengan permasalahan remaja yaitu pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.
Kajian Pustaka
Kedua, jurnal Nadhila Safitri dan Marsilia Arianti, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia dengan judul “Bentuk Strategi Pembelaan Diri dan Coping pada Pelajar Korban Kekerasan Dalam Pacaran”. Hasil penelitian ini membahas tentang pembelaan diri siswi korban kekerasan dalam pacaran yaitu dalam bentuk fisik dan verbal. Hasil penelitian ini membahas tentang jenis mekanisme pertahanan diri dan mekanisme coping yang digunakan siswa.
13 Wulan Permata Sari, Mendeskripsikan perbedaan mekanisme pertahanan diri pada remaja dilihat dari sekolah negeri, pesantren dan panti asuhan, Skripsi (Medan: Fakultas Psikologi Universitas Medan Area, 2019), hal. 14 Nadhila Safitri dan Marsilia Arianti, Bentuk Strategi Bela Diri dan Coping Pelajar Korban Kekerasan Dalam Pacaran, Jurnal (Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia, 2019), hal. Keempat, makalah penelitian Reno Hartoyo, Program Studi Keperawatan Bogor, Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung dengan judul “Sekilas Tingkat Kecerdasan Emosional dan Mekanisme Bela Diri Terhadap Pekerjaan Rumah Pada Siswa SMA Bina Bangsa Sejahtera”.
Hasil penelitian ini membahas tentang kecerdasan emosional siswa yang terbagi dalam tingkat tinggi dan sedang, sedangkan mekanisme pertahanan diri yang digunakan siswa adalah tipe respon konvensional.16. Tinjauan literatur di atas menunjukkan bahwa penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan mekanisme pertahanan diri. Namun, tidak satu pun dari penelitian tersebut yang secara spesifik membahas mekanisme pertahanan diri yang terfokus pada satu tempat pada masa remaja.
15 Sriwahyuni, dkk., Identifikasi Mekanisme Bela Diri dan Coping Siswa Kelas VII dan VII SMP 8 Tanah Putih T.P. 16 Reno Hartoyo, Mendeskripsikan tingkat kecerdasan emosional dan mekanisme pertahanan diri terhadap pekerjaan rumah pada siswa SMA Bina Bangsa Sejahtera, Penulisan Ilmiah (Prodi Keperawatan Bogor, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Bandung, 2017), hal.
Kerangka Teori
- Tinjauan Tentang Psikoanalisis
- Tinjauan Tentang Mekanisme Pertahanan Diri
- Tinjauan Tentang Remaja
Selain itu, kecemasan ini juga dapat muncul karena adanya ketidakkonsistenan terhadap apa yang mereka yakini benar secara moral.25 Kecemasan moral merupakan keadaan yang tidak menyenangkan akibat ketidakkonsistenan perilaku sesuai dengan moralitas. Kecemasan ini diartikan sebagai perasaan tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri. Kecemasan realistis ini berbeda dengan rasa takut karena tidak melibatkan objek spesifik yang ditakuti.26 Kecemasan realistis ini merupakan akibat dari situasi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan perasaan takut, namun tidak ada objek spesifik yang ditakuti.
Fungsi mekanisme pertahanan diri ini dilakukan oleh ego untuk menghadapi impuls-impuls id yang tidak dapat diterima secara sosial.27 Jenis mekanisme pertahanan diri yaitu. Pada dasarnya, proyeksi diartikan sebagai memandang impuls atau perasaan orang lain sebagai hal yang tidak dapat diterima, padahal sebenarnya perasaan atau impuls tersebut ada dalam alam bawah sadar seseorang.31 Pada masa remaja, laju perubahan sikap dan perilaku pada masa remaja sejajar dengan laju perubahan fisik. .
Stereotip budaya remaja adalah anak-anak yang ceroboh, tidak dapat diandalkan, rentan terhadap kehancuran dan perilaku destruktif, sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa pada seluruh bagiannya.50. Kedua, ciri-ciri seksual sekunder pada masa remaja laki-laki ditandai dengan tumbuhnya rambut di sekitar kemaluan dan ketiak, perubahan suara, tumbuhnya kumis dan tumbuhnya jakun.
Dilihat dari perkembangan kognitif menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (aktivitas mental mengenai berbagai gagasan). Masa remaja mengembangkan “kognisi sosial”, kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu unik berdasarkan karakteristik pribadi, minat, nilai, dan perasaan mereka. Pada masa remaja ini timbul keinginan untuk melakukan tindakan yang dianggap baik oleh orang lain.
Pada masa remaja ini, remaja diharapkan menunjukkan pola pikir, sikap, perasaan, dan perilaku yang akan mengarah pada masa dewasa di kemudian hari.
Kerangka Berfikir
- Subjek dan Objek a. Subjek
- Teknik Pengumpulan Data
- Analisis Data
- Keabsahan Data
- Sistematika Pembahasan
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang dialami subjek penelitian, seperti perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara komprehensif dan melalui uraian berupa kata-kata dan bahasa dalam konteks tertentu. dan menggunakan berbagai cara alami.57. Penelitian kualitatif deskriptif Djunaidi Ghony dan Fauzan Almanshur menghasilkan data deskriptif berupa tuturan, tulisan dan perilaku orang yang diamati. Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip Basrowi dan Suwandi, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan teknik kondisi alam, sumber data primer, dan lebih lanjut pada teknik observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.66. Observasi merupakan kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. Dalam metode pengumpulan data menggunakan observasi, peneliti melakukan observasi langsung di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Dzikro.
Observasi ini memberikan data tidak langsung berupa perilaku atau kenyataan yang diamati di lapangan. Persepsi tersebut akan menghasilkan penilaian yang menyeluruh dan subjektif dari masing-masing pihak.69 Pengumpulan data dengan teknik tersebut, peneliti melakukan wawancara terhadap empat remaja anak asuh yang tinggal di LKSA Al-Dzikra. Teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman sebagaimana dikemukakan oleh Basrowi dan Suwandi melibatkan tiga kegiatan yang dilakukan secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan inferensi.72.
Kemudian menurut Denzim yang dikutip oleh Muhammad Idrus, triangulasi meliputi: menggunakan lebih dari satu/beberapa sumber, menggunakan lebih dari satu/beberapa metode, dan menggunakan lebih dari satu/beberapa teori.77 Dalam teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini, satu diantaranya menggunakan lebih dari satu sumber yaitu tiga orang pengurus sekaligus pengasuh dan seorang mitra pengelola di Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKSA) Al-Dzikro karena bertanggung jawab terhadap aktivitas sehari-hari dan mengetahui keseharian anak-anak di Al-Dzikro. -Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Dzikro. Tujuannya untuk mengetahui dan mendeskripsikan mekanisme pertahanan diri dan bentuk mekanisme pertahanan diri pada generasi muda di LKSA Al-Dzikro.
PENUTUP PENUTUP
Saran
Setelah melakukan penelitian di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Al-Dzikro dengan fokus pada Mekanisme Bela Diri yang dilakukan oleh remaja, penulis mempunyai saran untuk penelitian selanjutnya terkait fokus tersebut. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih mendalami subjek remaja di lingkungan penelitian khususnya di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Selain itu, diharapkan juga dilakukan penelitian yang membandingkan dua atau lebih lembaga kesejahteraan anak.
Hal ini memperluas hasil pembahasan penelitian terkait mekanisme pertahanan diri yang dilakukan remaja yang tinggal di fasilitas penitipan anak. Hartoyo, Reno, “Deskripsi Tingkat Kecerdasan Emosional dan Mekanisme Pertahanan Diri Sebelum Pekerjaan Rumah Pada Siswa SMA Bina Bangsa Sejahtera”, Penulisan Ilmiah Program Studi Keperawatan Bogor, Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan, Bandung, 2017. Nafisah, Syifajauhar “Makna Hidup Anak di Panti Asuhan: Makna Hidup di Panti Asuhan”, Jurnal Penelitian Pendidikan.
Rahmah, Silfia, dkk, “Permasalahan yang Dialami Anak Panti Asuhan dalam Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan”, Jurnal Konselor, vol.Safitri, Nadhila dan Marsilia Arianti, “Bentuk Pembelaan Diri dan Strategi Coping Siswa Korban Kekerasan Dalam Pacaran”, Jurnal (Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, 2019. Sari, Wulan Permata, Deskripsi Perbedaan Mekanisme Bela Diri Remaja Dilihat dari Sekolah Negeri, Pesantren dan Panti Asuhan, Disertasi, Medan: Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Psikologi, Universitas Medan Area, 2019.
Sriwahyuni, et. Karombasan, okrožje Wanea Manado”, Nursing Journal, 4, 2016.