• Tidak ada hasil yang ditemukan

memahami dan monitoring reklamasi dan pasca tambang mineral dan batubara compress

N/A
N/A
Indra cahyono

Academic year: 2024

Membagikan "memahami dan monitoring reklamasi dan pasca tambang mineral dan batubara compress"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Modul Panduan Memahami Reklamasi dan Pasca Tambang Mineral

dan Batubara

Publish What You Pay Indonesia

(4)

Memahami: Reklamasi dan Pascatambang - Mineral dan Batubara Modul Panduan

ISBN: 978-602-50032-9-5

Tim Penyusun:

Meliana Lumbantoruan Agung Budiono

Infografis & Tabel:

Rizky Ananda WSR Liza Masita Ramadhania Rico Gunawan Lia Wahyu Hartanto Andri Prasetiyo

Peninjau & Edit Maryati Abdullah

Desain & Layout Abdun Syakuur

Buku Panduan Memahami Reklamasi dan Pascatambang ini disusun oleh Tim dari kantor sekretariat nasional Publish What You Pay Indonesia. Disusun untuk keperluan training dan dapat digunakan sebagai bahan referensi secara umum, terutama oleh pemerintah daerah dan pegiat lingkungan di organisasi masyarakat sipil/non- pemerintahan. Dicetak atas dukungan hibah tidak mengikat dari kantor The Asia Foundation di Jakarta melalui program SETAPAK, yang didukung UK Climate Change Unit (UKCCU). Isi merupakan tanggung jawab Publish What You Pay Indonesia dan tidak mencerminkan pendapat dan sikap dari The Asia Foundation maupun UKCCU.

Cetakan ke-1 @2017 Cetakan ke-2 @2019

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Publish What You Pay Indonesia - [Yayasan Transparansi Sumber Daya Ekstraktif]

Jl. Tebet Timur Dalam VIII K No.12, Jakarta Selatan 12820, Indonesia

(5)

Kata Pengantar

Reklamasi dan pascatambang merupakan dua jenis kegiatan yang tidak boleh ditinggalkan dan diabaikan dalam pelaksanaan operasi pertambangan, baik pada tahap eksplorasi maupun tahap operasi produksi. Karna sedikit saja kegiatan tersebut diabaikan, maka akibatnya akan berdampak baik secara langsung kepada lingkungan dan masyarakat di sekitarnya, maupun secara tidak langsung bahkan sistemik bagi kelangsungan ekosistem, biota, hingga iklim yang lebih luas. Abai dalam penanganan reklamasi dan pascatambang merupakan bentuk kesalahan yang tidak boleh ditolerir, baik oleh pembuat kebijakan, pengawas kegiatan pertambangan, terlebih oleh perusahaan, dan tentunya peran serta masyarakat dalam melakukan monitoring sangat krusial dan harus diberi ruang.

Dalam kerja-kerja Publish What You Pay Indonesia selama mengamati, melakukan analisis dan evaluasi kebijakan, hingga berinteraksi dengan berbagai pemangku kepentingan, sangat banyak dimensi yang menjadi permasalahan dan menjadi keprihatinan banyak pihak, baik pada tataran kebijakan maupun pada pelaksanaannya di lapangan. Jumlah Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang mencapai ribuan, bahkan lebih dari 10 ribu di tahun 2014, merupakan momok tersendiri, karna faktanya hanya kurang dari 50% dari pemegang izin itu menempatkan jaminan reklamasi dan pasca-tambang (Korsup Minerba KPK, 2014).

Bahkan, temuan korban anak-anak meninggal di lubang bekas tambang, hingga per bulan ini (Oktober 2018) di Kalimantan Timur saja sudah mencapai 30 anak. Ini adalah fakta dan potret nyata di depan mata bahwa lubang-lubang tambang masih dibiarkan menganga, baik karna tidak adanya dana untuk melakukan reklamasi dan pascatambang, ditinggal oleh perusahaannya, maupun karna memang tidak pernah memiliki rencana reklamasi dan pascatambang tersebut. Meski, fakta korban anak di bekas lubang tambang itu telah sampai ke telinga pembuat kebijakan di tingkat pusat, daerah, bahkan Presiden sekalipun.

Buku panduan ini hanyalah sebentuk kontribusi kecil kami, untuk menghadirkan sebuah panduan sederhana dalam memahami reklamasi dan pascatambang, terutama dari segi regulasi dan panduan praktis di lapangan, yang harapannya kemudian dapat mendorong masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan untuk melakukan monitoring. Melalui buku ini, pembaca dapat mempelajari dan memahami definisi, mekanisme, dan tahapan2 dalam reklamasi dan pascatambang, sejak dalam proses perencanaan, persetujuan, perhitungan dana jaminan, penempatan, pencairan dana, pelaksanaan, hingga monitoring dan evaluasinya – baik pada tahapan eksplorasi maupun tahapan operasi produksi. Buku ini juga dilengkapi dengan indikator-indikator keberhasilan, tabel panduan serta alur singkat dalam bentuk gambar infografis agar mudah difahami. Demikian halnya, panduan ini

(6)

juga dilengkapi oleh contoh-contoh perhitungan biaya, serta contoh kasus dari partisipasi masyarakat yang dikutip dari testimoni dan bahan pelatihan yang diselenggarakan oleh PWYP Indonesia.

Buku panduan yang terdiri atas 4 (empat) bab ini merupakan edisi kedua (revisi) di tahun 2018 dari edisi pertama di tahun 2017. Revisi utama dari buku ini terutama dilakukan untuk menyesuaikan dengan regulasi terbaru (2018) yang dikeluarkan oleh Pemerintah, dalam hal ini oleh Kementerian ESDM, misalnya Permen ESDM Nomor 26 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan. Penambahan studi kasus dan contoh-contoh juga memperkaya buku panduan ini. Buku ini sengaja lebih banyak berisi panduan, baik berasal dari regulasi maupun hal-hal teknis dan praktis mengenai reklamasi dan pascatambang. Sedangkan pandangan kritis kami mengenai kebijakan, implementasi, hingga temuan-temuan dan rekomendasi terkait reklamasi dan pascatambang dapat ditemui pada seri catatan kebijakan (policy brief) lainnya yang diterbitkan oleh PWYP Indonesia.

Buku panduan ini tidak akan lengkap dan bisa terbit tanpa kerja bersama dari teman- teman tim Seknas PWYP Indonesia. Terima kasih kepada meliana, agung, andri, ary, kiky, liza, abdun, asri dan kawan-kawan lainnya. Begitu juga dengan berbagai narasumber dalam FGD maupun pelatihan-pelatihan yang pernah diselenggarakan oleh PWYP Indonesia, kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Jajat Sudrajat dari Kementerian ESDM, Ibu Tri Sulistyowati dari KLHK, Bapak Hendra Sinadia dari APBI dan Bapak Djoko dari IMA, Bapak Barlian Dwi Nagara dan Bapak Nurkholis dari UPN, narasumber dari perusahaan, pemda, serta segenap pihak yang tidak dapat kami sebutkan namanya satu per satu. Buku ini tentunya jauh dari sempurna, masukan, saran, dan perbaikan kami nantikan selalu dengan senang hati.

Jakarta, 30 November 2018 Maryati Abdullah Koordinator Nasional

Publish What You Pay Indonesia

(7)

Daftar Isi

Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Singkatan Bab I. Pendahuluan

1.1. Kebijakan Umum Reklamasi dan Pascatambang 1.2. Definisi dan Cakupan Reklamasi dan Pascatambang

1.3. Pembagian Kewenangan dalam Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang 1.4. Klasifikasi Permasalahan dalam Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang

Bab II. Reklamasi: Mekanisme Perencanaan, Pembiayaan dan Pelaksanaan 2.1. Penyusunan dan Pengajuan Dokumen Rencana

2.2 Perhitungan, Penempatan dan Pencairan Dana 2.3. Pelaksanaan, Monitoring & Evaluasi

Bab III. Pascatambang: Mekanisme Perencanaan, Pembiayaan dan Pascatambang 3.1. Penyusunan Dokumen Pascatambang

3.2. Perhitungan, Penempatan dan Pencairan Dana 2.3. Pelaksanaan, Monitoring & Evaluasi Pascatambang

Bab IV. Partisipasi Masyarakat dalam Monitoring Reklamasi dan Pascatambang 4.1. Cakupan dan ruang lingkup partisipasi masyarakat

4.2. Tantangan dalam pelaksanaan peran dan partisipasi masyarakat 4.3. Langkah-Langkah melakukan monitoring reklamasi dan pascatambang

(8)

Daftar Tabel

Tabel 1: Form Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi Tabel 2: Form Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi Tabel 3: Form Rencana Biaya Reklamasi Tahap Eksplorasi Tabel 4: Form Rencana Biaya Reklamasi Tahap Operasi Produksi Tabel 5: Contoh Rencana Biaya Reklamasi

Tabel 6: Syarat Administrasi Pengajuan IPPKH

Tabel 7: Kewajiban Pemegang IPPKH Operasi Produksi Tabel 8: Monitoring dan Evaluasi IPPKH

Tabel 9: Kerangka Penyusunan Dokumen Rencana Pascatambang Tabel 10: Tata Cara Penempatan Jaminan Pascatambang

Daftar Gambar

Gambar 1: Bagan Peraturan Perundangan Terkait Reklamasi dan Pascatambang

Gambar 2: Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat – Daerah dalam Persetujuan Dokumen Reklamasi dan Pascatambang

Gambar 3: Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat – Daerah dalam Pengawasan Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang

Gambar 4: Alur Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi

Gambar 5: Alur Pengajuan dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi Gambar 6: Ketentuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Gambar 7: Alur Pengajuan dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi Gambar 8: Program Reklamasi

Gambar 9: Komponen Rencana dan Biaya Reklamasi

Gambar 10: Ketentuan Penempatan Dana Jaminan Reklamasi

(9)

Gambar 11; Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi Tahap Eksplorasi Gambar 12: Penempatan Dana Jaminan Reklamasi Tahap Operasi Produksi Gambar 13: Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi Tahap Operasi Produksi Gambar 14: Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi

Gambar 15: Penetapan Pihak ketiga Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi Gambar 16: Peninjauan Lapangan Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi Gambar 17: Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Eksplorasi

Gambar 18: Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Gambar 19: Peninjauan Lapangan Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi Gambar 20: Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Gambar 21: Penyerahan Lahan Reklamasi Tahap Operasi Produksi Gambar 22: Skema Permohonan IPPKH

Gambar 23: Skema Ketentuan IPPKH dalam Penggunaan Kawasan Hutan Gambar 24: Ilustrasi Luas Reklamasi Areal IPPKH dan Luas Rehabilitasi DAS Gambar 25: Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pertambangan Gambar 26: Alur penyusunan dan tata laksana rencana pascatambang Gambar 27: Proses Persetujuan Rencana Pascatambang

Gambar 28: Penempatan Jaminan Pascatambang

Gambar 29: Mekanisme Pencairan Jaminan Pascatambang Gambar 30: Pelaksanaan Pascatambang

Gambar 31: Penyerahan Lahan Pascatambang

(10)

Daftar Singkatan

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan BPDAS : Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai

BP2HP : Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi BUMN : Badan Usaha Milik Negara

CNC : Clean and Clear DAS : Daerah Aliran Sungai DR : Dana Reboisasi Dirjen : Direktur Jenderal

IUP : Izin Usaha Pertambangan IUPK : Izin Usaha Pertambangan Khusus IPPKH : Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan

KLHK : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan KK : Kontrak Karya

KPC : Kaltim Prima Coal Kepmen : Keputusan Menteri Minerba : Mineral dan Batubara OP : Operasi Produksi PP : Peraturan Pemerintah

PPLH : Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup PBNP : Pendapatan Negara Bukan Pajak

PSDH : Provisi Sumber Daya Hutan PWYP : Publish What You Pay PMA : Penanaman Modal Asing

PKP2B : Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara RPT : Rencana Pascatambang

(11)

RR : Rencana Reklamasi

RKAB : Rencana Kerja Anggaran Biaya

UU : Undang Undang

UKL-UPL : Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup

WIUP : Wilayah Izin Usaha Pertambangan WIUPK : Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus

(12)
(13)

R

eklamasi dan pascatambang merupakan bagian dari kegiatan yang tidak bisa dilepaskan dari rangkaian proses kegiatan pengambilan (ekstraksi) sumberdaya mineral dan pertambangan. Reklamasi dan pascatambang harus direncanakan dan dipersiapkan jauh-jauh hari sejak sebelum sebuah kegiatan pertambangan

Pemerintah sebagai pemegang hak kuasa atas pemanfaatan mineral (economic right) yang sekaligus kepanjangan tangan dari negara sebagai pemegang hak atas mineral (mineral right).

Pemanfaatan sumberdaya pertambangan harus dikelola dengan prinsip prinsip utama seperti yang tertuang dalam UU No.4/2009

Pendahuluan

(14)

(b) keberpihakan kepada kepentingan bangsa; (c) partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas; serta (d) berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Reklamasi dan pascatambang merupakan wujud tanggungjawab lingkungan dan teknis dari pelaksanaan praktek pertambangan yang baik (good mining practices). Untuk itu, menjadi kewajiban semua pihak untuk memastikan tanggungjawab tersebut terpenuhi dengan baik.

Perusahan berkewajiban untuk melaksanaan praktek pengelolaan dan penanggulangan dampak lingkungan dari kegiatan operasi–baik saat kegiatan eksplorasi dan operasi produksi sedang berlangsung, maupun setelah memasuki

fase pasca-tambang. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kewajiban penyampaian rencana program, pengalokasian dana, serta mengontrol dan memastikan pelaksanaannya. Tak kalah penting adalah peran partisipasi masyarakat dalam melakukan monitoring dan kontrol di lapangan, terlebih kegiatan pertambangan kerap kali bersinggungan langsung dengan masyarakat. Tidak jarang masyarakat justru dirugikan dan merasakan dampaknya, baik dampak secara langsung maupun dampak secara sistemik, misalnya dari penurunan fungsi lingkungan dan kualitas kesehatan, maupun hilangnya akses-akses sumber penghidupan yang layak, bahkan dalam kurun waktu yang cukup lama.

(15)

1.1. Kebijakan Umum Reklamasi dan Pascatambang

Secara umum, kebijakan reklamasi dan pascatambang merupakan tanggungjawab dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Aturan yang mengatur tentang itu telah tertuang dalam Undang-Undang (UU) No 4/2009 tentang mineral dan batubara yang mewajibkan pemegang IUP dan IUPK menjaga kelestarian fungsi dan daya dukung sumber daya air dan wajib menyerahkan rencana reklamasi dan rencana pascatambang pada saat mengajukan permohonan IUP atau IUPK Operasi Produksi.

Berdasarkan aturan turunan dari UU Minerba di Peraturan Pemerintah (PP) 78/2010 bahwa secara prinsip pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) eksplorasi dan operasi produksi wajib melaksanakan reklamasi dan pascatambang terhadap lahan terganggu pada kegiatan eksplorasi pada kegiatan pertambangan, baik dengan sistem dan metode penambangan terbuka () maupun penambangan bawah tanah (underground). Kegiatan reklamasi dan pascatambang disesuaikan dengan peruntukan lahan pascatambang yang dicantumkan dalam perjanjian penggunaan tanah antara pemegang IUP atau IUPK dan pemegang hak atas tanah.

Selain undang-undang tentang pertambangan, persoalan reklamasi dan pascatambang juga diatur dalam UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dan UU 41/1999 tentang Kehutanan. Gambar 1 menyajikan bagan peraturan perundangan terkait yang mengatur tentang reklamasi dan pascatambang.

Apabila dikaitkan dengan industri tambang, secara umum UU 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) mewajibkan setiap kegiatan industri dan pertambangan wajib memiliki izin lingkungan yang dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat 35, yang berbunyi: “Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL- UPL) dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat untuk memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.”

UU PPLH juga mengatur mengenai sanksi apabila industri tidak menjalankan kewajibannya dan kewenangan pengawasan diatur pada Pasal 72 yang berbunyi: “Menteri/gubernur sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap izin lingkungan”.

Sedangkan UU 41/1999 Tentang kehutanan secara umum mengatur tentang ketentuan penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan, khususnya tentang pedoman pinjam pakai kawasan hutan; serta aspek rehabilitasi dan reklamasi hutan, yang meliputi pedoman

(16)

Gambar 1.

Bagan Peraturan Perundangan Terkait Reklamasi dan Pascatambang

Sumber : Disarikan dari UU 32/2009, UU 4/2009, UU 41/1999 dan peraturan terkait.

(17)

1.2 Definisi dan Cakupan Reklamasi dan Pascatambang

Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah terjadinya perubahan rona lingkungan, baik perubahan kimiawi yang berdampak terhadap air tanah dan air permukaan maupun perubahan secara fisik dan topografi lahan. Selain itu, wilayah bekas tambang juga berimplikasi terhadap perubahan iklim, gangguan terhadap habitat biologi berupa flora dan fauna, serta penurunan produktivitas tanah dengan akibat menjadi tandus atau gundul. Sehingga berkaitan dengan perubahan tersebut diperlukan upaya reklamasi.

Reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan, agar dapat berfungsi dan

(18)

Tujuan dilakukannya reklamasi selain untuk mencegah erosi atau mengurangi kecepatan aliran air limpasan, reklamasi dilakukan untuk menjaga lahan agar tidak labil dan lebih produktif. Pada dasarnya reklamasi diharapkan menghasilkan nilai tambah bagi lingkungan dan menciptakan keadaan yang jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.

Prinsip Wajib IUP/IUPK Eksplorasi dalam pelaksanaan reklamasi adalah:

a. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, b. Keselamatan dan kesehatan kerja.

Prinsip Wajib IUP/IUPK Operasi Produksi dalam pelaksanaan reklamasi dan pascatambang adalah :

a. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, b. Keselamatan dan kesehatan kerja,

c. Konservasi mineral dan batubara.

Prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup pertambangan, meliputi:

a. perlindungan terhadap kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara berdasarkan standar baku mutu atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. perlindungan dan pemulihan keanekaragaman hayati;

c. penjaminan terhadap stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan bekas tambang, dan struktur buatan lainnya;

d. pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya;

e. memperhatikan nilai-nilai sosial dan budaya setempat;

f. perlindungan terhadap kuantitas air tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Prinsip keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana meliputi:

a. perlindungan keselamatan terhadap setiap pekerja/ buruh, b. perlindungan setiap pekerja/buruh dari penyakit akibat kerja.

Prinsip konservasi mineral dan batubara meliputi:

a. penambangan yang optimum;

b. penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan pemurnian yang efektif dan efisien;

c. pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marjinal, mineral kadar rendah, dan mineral ikutan serta batubara kualitas rendah;

d. pendataan sumber daya serta cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang serta sisa pengolahan dan pemurnian.

(19)

1.3. Pembagian Kewenangan Antar Pemerintah

Sebelum diterapkannya UU No 23/2014 tentang Pemerintah Daerah, apabila wilayah IUP/

IUPK dalam wilayah izin usaha pertambangan (WIUP) berada di dalam satu wilayah kabupaten/kota maka kewenangan dalam pengawasan pelaksanaan reklamasi dan pascatambang masih dipegang oleh bupati/walikota, namun setelah diterapkanya UU tersebut seluruh kewenangan pengawasan pelaksanaan reklamasi dan pascatambang yang ada di WIUP kabupaten/kota serta lintas wilayah kabupaten/kota beralih ke Pemerintah Pusat. Secara umum kewenangan tentang reklamasi dan pascatambang terletak pada aspek persetujuan teknis dan pengawasan atas pelaksanaan reklamasi dan pascatambang.]

Gambar 2.

Pembagian Kewenangan Pemerintah Pusat – Daerah dalam Persetujuan Dokumen Reklamasi dan Pascatambang

Sumber : Disarikan dari UU 23/2014 tentang Pemerintah Daerah

Gambar 3

Pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat – Daerah dalam Pengawasan Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang

(20)

1.4. Klasifikasi Pola Permasalahan dalam Pelaksanaan Reklamasi dan Pascatambang

Pola permasalahan dalam pelaksanaan reklamasi dan pascatambang secara umum dapat dikelompokkan menjadi empat kategori.

Pertama, belum menyampaikan baik rencana reklamasi (RR) maupun rencana pascatambang (RPT). Permasalahan ini merupakan yang paling kritikal, karena banyak ditemukan pada perusahaan yang sudah melakukan penambangan. Akibatnya, penambangan dilakukan dengan tidak beraturan, dan reklamasi tidak dilakukan. Di samping itu, permasalahan ini juga ditemukan pada perusahaan yang sudah berhenti beroperasi. Permasalahan ini mengindikasikan proses due dilligence penerbitan izin tidak dilakukan dengan optimal di awal, mengingat dokumen RR dan RPT adalah prasyarat dalam pengajuan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi.

Kedua, sudah menyampaikan RR, namun belum menyampaikan RPT. Seringkali perusahaan sudah melakukan operasi penambangan padahal RR belum disetujui atau baru disampaikan dan dana jaminan belum ditetapkan, terlebih RPT juga belum disampaikan.

Namun jarang sekali ada RPT sudah disampaikan namun RR belum disampaikan.

Ketiga, RR sudah disetujui, jaminan sudah ditetapkan namun belum ditempatkan, namun seringkali operasi penambangan sudah berlangsung meskipun dana jaminan yang disetujui belum ditempatkan.

Keempat, masalah yang ditemui meski RR sudah disetujui, jaminan sudah ditetapkan dan ditempatkan. Diantara masalah tersebut adalah 1) Tidak sesuai dengan dokumen studi kelayakan dan AMDAL, 2) Sesuai dengan dokumen studi kelayakan dan AMDAL, namun tidak sesuai dengan kondisi aktual di lapangan, 3) Jaminan tidak ditempatkan sekaligus untuk periode lima tahun pertama, 4) Jaminan tidak dihitung dengan benar dan wajar sesuai ketentuan, 5) Penetapan dan penempatanan jaminan tidak sesuai ketentuan, 6) Masa berlaku jaminan yang ditempatkan dalam bentuk bank garansi sudah habis, 7) Reklamasi tidak sesuai dengan RR, kriteria keberhasilan tidak terpenuhi, 8) Tidak melaporkan pelaksanaan reklamasi sehingga tidak pernah dievaluasi dan dicairkan.

Kelima, sudah menyampaikan RR dan RPT, namun belum disetujui, dan dana jaminan belum ditempatkan. Meski kedua dokumen tersebut telah disampaikan, operasi penambangan bisa dimulai jika keduanya telah disetujui oleh instansi yang berwenang.

Sementara yang ditemukan di lapangan adalah operasi penambangan sudah berlangsung padahal RR dan RPT belum disetujui dan jaminan belum ditetapkan. Setelah dokumen RR dan RPT sudah disetujui, pelaku usaha diwajibkan menetapkan dan menempatkan jaminan. Namun banyak diantaranya yang sudah melakukan operasi penambangan meski RR dan RPT sudah disetujui, jaminan telah ditetapkan namun belum ditempatkan.

(21)

Keenam, masalah yang ditemui meski RR dan RPT sudah disetujui dan jaminan sudah ditetapkan dan ditempatkan. Permasalahan tersebut antara lain 1) Tidak sesuai dengan dokumen studi kelayakan dan AMDAL, 2) Sesuai dengan dokumen studi kelayakan dan AMDAL, namun tidak sesuai dengan kondisi aktual di lapangan, 3) Jainan tidak ditempatkan sekaligus untuk periode lima tahun pertama, 4) Jaminan tidak dihitung dengan benar dan wajar sesuai ketentuan, 5) Penetapan dan penempatanan jaminan tidak sesuai ketentuan, 6) Masa berlaku jaminan yang ditempatkan dalam bentuk bank garansi sudah habis, 7) Reklamasi dan pascatambang tidak sesuai dengan dokumen RR dan RPT, 8) Lahan reklamasi dimanfaatkan kembali tidak sesuai dengan ketentuan, 9) Tidak melaporkan pelaksanaan reklamasi atau pascatambang sehingga tidak pernah dievaluasi dan dicairkan, 10) Jaminan reklamasi dan jaminan pascatambang tumpang tindih, 11) Pascatambang mulai namun IPPKH telah habis masa berlakunya, 12) Kriteria keberhasilan reklamasi dan pascatambang tidak dipenuhi, 13) Penyerahan lahan reklamasi dan lahan pascatambang tidak sesuai ketentuan.

(22)
(23)

Reklamasi: Mekanisme Perencanaan, Pembiayaan dan Pelaksanaan

2.1. Penyusunan dan Pengajuan Dokumen Rencana Reklamasi

Pemegang IUP/IUPK Eksplorasi sebelum melakukan kegiatan eksplorasi wajib menyusun rencana reklamasi berdasarkan dokumen lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dimuat dalam rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) eksplorasi.

Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi yang telah menyelesaikan kegiatan studi kelayakan harus mengajukan permohonan persetujuan rencana reklamasi dan rencana pascatambang kepada Menteri/Gubernur, sesuai dengan kewenangannya, bersamaan dengan pengajuan permohonan IUP/IUPK Operasi Produksi. Rencana reklamasi dan rencana pascatambang disusun berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

(24)

Rencana reklamasi disusun untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Dalam rencana reklamasi harus memuat rencana reklamasi per tahun yang memuat:

1. Tata guna lahan sebelum dan sesudah ditambang;

2. Rencana pembukaan lahan;

3. Program reklamasi terhadap lahan terganggu yang meliputi lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang yang bersifat sementara dan/atau permanen termasuk di dalamnya:

a. Tempat penimbunan tanah penutup; tempat penimbunan sementara b. Tempat penimbunan bahan tambang

(25)

c. Jalan;

d. Pabrik/instalasi pengolahan dan pemurnian;

e. Bangunan/ instalasi sarana penunjang;

f. Kantor dan perumahan;

g. Pelabuhan khusus; dan/atau

h. Lahan penimbunan dan/atau pengendapan tailing.

4. Kriteria keberhasilan meliputi standar keberhasilan penataan lahan, revegetasi, pekerjaan sipil, dan penyelesaian akhir;

5. rencana biaya reklamasi terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak langsung.

2.1.1. Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi

Rencana reklamasi tahap eksplorasi diajukan minimal 45 (empat puluh lima) hari sebelum kegiatan eksplorasi akan dilakukan. Rencana reklamasi diajukan kepada Menteri melalui Dirjen atau Gubernur-sesuai dengan kewenangannya. Gambar 4 merupakan alur pembuatan rencana reklamasi pada tahap eksplorasi.

Gambar 4.

Alur Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi

Sumber:Disarikan dari Kepmen ESDM No 1827/K/30/MEM/2018

(26)

Dokumen rencana reklamasi tahap eksplorasi disusun berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui, dan sesuai dengan jangka waktu kegiatan eksplorasi dengan rincian tahunan. Rencana reklamasi disusun sesuai dengan pedoman penyusunan rencana reklamasi tahap eksplorasi yang terdiri atas tata guna lahan, rencana pembukaan lahan, program reklamasi, rencana biaya, kriteria keberhasilan serta memperhitungkan nilai uang masa depan yang mengacu pada suku bunga obligasi pemerintah (apabila mata uang dalam rupiah atau suku bunga obligasi Dollar Amerika apabila mata uang dalam Dollar Amerika Serikat pada saat eksplorasi dilaksanakan). Form rencana reklamasi dipaparkan pada Tabel.

1.

Tabel 1.

Form Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi

Format Keterangan

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Status pemegang IUP atau IUPK

Berisikan tentang:

a. Identitas pemegang IUP atau IUPK (Nama badan usaha/ koperasi/

perseorangan, alamat lengkap, penanggung jawab rencana atau kegiatan); dan

b. Uraian singkat mengenai status Perizinan (nomor, tanggal

diterbitkannya, masa berlaku, status PMA/PMDN, IUP atau IUPK).

1.2. Luas wilayah IUP atau IUPK

Berisikan tentang Uraian luas wilayah dalam IUP atau IUPK yang direncanakan untuk kegiatan Eksplorasi.

1.3. Persetujuan Dokumen Lingkungan Hidup

Berisikan tentang Uraian persetujuan Dokumen Lingkungan Hidup dari instansi yang berwenang (nomor, tanggal, nama instansi).

(27)

1.4. Lokasi dan kesampaian wilayah

Berisikan tentang:

3. Uraian singkat mengenai lokasi Kegiatan Eksplorasi (desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, posisi geografis) dilengkapi dengan peta situasi lokasi dengan ketelitian peta skala minimal 1 : 25.000 (satu banding dua puluh lima ribu); dan

4. Uraian singkat mengenai sarana transportasi dari dan ke lokasi kegiatan Eksplorasi.

1.5. Tata guna lahan sebelum dan sesudah kegiatan Ekplorasi

Berisikan tentang uraian mengenai tata guna lahan sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan Eksplorasi.

BAB II RENCANA PEMBUKAAN LAHAN

2.1. Kegiatan Eksplorasi

Berisikan tentang:

a. Uraian mengenai kegiatan lapangan Yang dilakukan, terdiri atas pemetaan geologi, pemetaan topografi,

penyelidikan geofisika, penyelidikan geokimia, pembuatan sumur uji, parit uji, pengeboran, pembuatan terowongan, dan lain sebagainya;

b. Uraian mengenai metode yang akan digunakan (geologi, geofisika seperti polarisasi terimbas, potensial diri, seismik, gaya berat, geomagnet, sounding, side scan sonar dan lain sebagainya; geokimia endapan sungai, tanah, dan batuan, parit uji, sumur uji, pengeboran) dan peralatan yang akan digunakan dalam kegiatan Eksplorasi; dan

c. Uraian mengenai lokasi dan luas lahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pada setiap metode.

(28)

2.2. Jalan

Berisikan tentang Uraian mengenai lokasi dan luas lahan yang dibuka untuk pembuatan jalan akses.

2.3. Fasilitas Penunjang

Berisikan tentang Uraian mengenai luas lahan dan lokasi yang dibuka untuk digunakan sebagai perumahan (camp atau flying camp), bengkel, dan fasilitas penunjang lainnya.

BAB III PROGRAM REKLAMASI

3.1 Lahan yang akan direklamasi

Berisikan tentang Uraian mengenai tahapan kegiatan Reklamasi pada lokasi dan luas lahan terganggu yang akan direklamasi yang meliputi:

a. Penataan permukaan tanah (bekas kegiatan Eksplorasi dan bekas fasilitas penunjang Eksplorasi);

b. Penimbunan kembali lahan bekas kegiatan Eksplorasi (bekas lubang bor, kolam pengeboran, sumur uji, dan parit uji); dan

c. Pengendalian erosi.

3.2 Teknik dan peralatan yang akan digunakan dalam Reklamasi

Berisikan tentang Uraian mengenai teknik dan peralatan yang digunakan untuk Reklamasi lahan.

3.3 Revegetasi

Berisikan tentang Uraian mengenai jenis tanaman dan jumlah tanaman, jarak tanam, lokasi, dan luas lahan yang akan direvegetasi.

3.4 Pemeliharaan

Berisikan tentang Uraian mengenai pemeliharaan lahan yang telah direklamasi, pemupukan, serta pemberantasan hama dan penyakit tanaman.

(29)

BAB IV KRITERIA KEBERHASILAN

Berisikan tentang Uraian mengenai kriteria keberhasilan yang akan dicapai meliputi standar keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi, dan penyelesaian akhir.

BAB V RENCANA BIAYA REKLAMASI

5.1. Biaya langsung

5.1.1. Biaya penatagunaan lahan

Berisikan tentang biaya:

a. Penataan permukaan tanah;

b. Penimbunan lahan bekas kegiatan Ekplorasi; dan

c. Pengendalian erosi dan pengelolaan air

5.1.2. Biaya revegetasi

Berisikan tentang biaya:

a. Analisis kualitas tanah;

b. pemupukan;

c. Pengadaan bibit;

d. Penanaman;

e. Dan pemeliharaan tanaman.

(30)

5.2. Biaya tidak langsung

Berisikan tentang Uraian mengenai biaya yang harus dimasukkan dalam perhitungan Reklamasi dan sedapat mungkin ditetapkan dengan menggunakan standar acuan yang ditentukan sebagai berikut:

a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% (dua koma lima persen) dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan;

b. Biaya perencanaan Reklamasi sebesar 2% (dua persen) sampai dengan 10%

(sepuluh persen) dari biaya langsung;

c. Biaya administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Eksplorasi sebesar 3% (tiga persen) sampai dengan 14% (empat belas persen) dari biaya langsung; dan

d. Biaya supervisi sebesar 2% (dua persen) sampai dengan 7% (tujuh persen) dari biaya langsung.

5.3. Total Biaya

Berisikan tentang Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung dan biaya tersebut sudah harus memeprhitungkan nilai uang masa depan dalam mata uang Rupiah atau Dolar Amerika Serikat.

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta situasi rencana pembukaan lahan dengan ketelitian peta skala minimal 1 : 10.000 (satu banding sepuluh ribu) beserta data spasial dalam bentuk shape file (.shp) 2. Peta situasi rencana Reklamasi dengan ketelitian peta skala minimal 1 : 10.000 (satu banding sepuluh ribu) beserta data spasial dalam bentuk shape file (.shp)

(31)

Catatan:

Jika wilayahnya sangat luas dan/atau terdiri dari beberapa blok Eksplorasi, sehingga tidak dapat digambarkan dalam 1 (satu) peta untuk setiap tahun, maka dapat digambarkan dalam beberapa lembar peta dan dilengkapi dengan peta indeks.

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Rencana Reklamasi Tahap

Eksplorasi format disusun dengan Matrik 1.1

2. Tabel 2 Rencana Biaya Reklamasi Tahap

Eksplorasi format disusun dengan Matrik 1.2

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

(32)

Pengajuan dan Persetujuan Rencana Reklamasi

Rencana reklamasi diajukan oleh IUP Eksplorasi kepada Menteri/Gubernur pada saat akan memulai kegiatan eksplorasi. Dokumen lalu akan dievaluasi, dan akan dikembalikan ke pemegang IUP Eksplorasi jika dibutuhkan penyempurnaan. Jika diperlukan perubahan dalam hal rencana reklamasi dan dokumen lingkungan, maka diberi waktu kurang dari sama dengan 180 hari. Jika dokumen dan persyaratan telah sesuai maka diberikan persetujuan.

Dimana persetujuan tersebut termasuk di dalamnya penetapan besaran jaminan reklamasi tahap eksplorasi sesuai jangka waktu eksplorasi dan rincian tahunan.

Gambar 5.

Alur Pengajuan dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Eksplorasi

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/201

2.3.1. Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi (OP)

Rencana reklamasi tahap OP diajukan bersamaan dengan pengajuan IUP/IUPK Operasi Produksi kepada Menteri melalui Dirjen atau Gubernur-sesuai dengan kewenangannya, disusun berdasarkan dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui. Rencana reklamasi disusun untuk jangka waktu tiap 5 tahun disertai rincian tahunan, dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip reklamasi, sistem dan metode penambangan, kondisi spesifik wilayah, dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rencana reklamasi disusun sesuai dengan pedoman penyusunan rencana reklamasi tahap OP yang terdiri atas tata guna lahan, rencana pembukaan lahan, program reklamasi, rencana biaya, dan kriteria keberhasilan (Lampiran-2, Lampiran Permen ESDM no 7/2014). Gambar 6 merupakan alur

(33)

Gambar 6.

Ketentuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

• Program reklamasi dapat dilaksanakan dalam bentuk revegetasi (penanaman kembali) dan/atau peruntukan lainnya berupa area pemukiman, pariwisata, sumber air, dan budidaya.

• Apabila kegiatan tambang yang meninggalkan lubang bekas tambang, maka IUP dan IUPK diwajibkan untuk membuat perencanaan pemanfaatan lubang bekas tambang yang meliputi:

a. Penataan permukaan lahan b. Penebaran tanah zona pengakaran c. Pengendalian erosi dan pengelolaan air

• Apabila kegiatan tambang berada di laut maka rencana reklamasi tahap operasi produksi wajib disampaikan dengan memuat kegiatan yang meliputi:

a. Pengelolaan kualitas air laut

b. Penanggulangan terhadap abrasi dan/atau pendangkalan pantai c. Perlindungan keanekaragaman hayati.

• Apabila kegiatan tambang berada di sungai maka rencana reklamasi tahap operasi produksi wajib disampaikan dengan memuat kegiatan yang meliputi:

a. Pengelolaan kualias air sungai

b. Pencegahan dan penanggulangan terhadap erosi dan/atau pendangkalan sungai c. Kestabilan sempadan sungai

(34)

Tabel 2.

Form Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi

RENCANA REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI PERIODE TAHUN: … s.d … *)

NO. URAIAN TAHUN

2014*) 2015*) 2016*) 2017*) 2018*) 1. Lahan yang dibuka (ha)

a. Area penambangan b. Area di luar penambangan:

1. Timbunan tanah zona pengakaran

2. Timbunan batuan samping dan/

atau tanah/batuan penutup 3. Timbunan komoditas tambang 4. Timbunan/penyimpanan

limbah fasilitas penunjang 5. Jalan tambang dan/atau jalan

angkut

6. Kolam sedimen 7. Instalasi dan fasilitas

pengolahan dan/atau pemurnian

8. Kantor dan perumahan (camp atau flying camp)

9. Bengkel

10. Fasilitas penunjang lainnya 2. Penambangan

a. Lahan selesai ditambang (ha) b. Lahan/front aktif ditambang (ha) c. Volume batuan samping dan/atau

tanah/batuan penutup yang digali (BCM atau m3)

3. Penimbunan

a. Di bekas tambang (ha)

(35)

b. Di luar bekas tambang (ha) c. Volume yang ditimbun di bekas

tambang (m3) 4. Reklamasi

a. Penatagunaan lahan:

1. Penataan permukaan tanah (ha) 2. Penebaran tanah zona

pengakaran (ha) 3. Pengendalian erosi dan

pengelolaan air a. Revegetasi (ha):

1. Analisis kualitas tanah (conto) 2. pemupukan (ha)

3. Pengadaan bibit (batang dan/

atau kg)

4. Penanaman (batang) 5. Pemeliharaan tanaman (ha) 5. Pencegahan dan penanggulangan air

asam tambang (conto)

6. Pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan pascatambang (satuan luas) 7. Rencana pemanfaatan lubang bekas

tambang (void):

a. Stabilisasi lereng (ha) b. Pengamanan lubang bekas

tambang (void) (ha)

c. Pemulihan dan pemantauan kualitas air dan serta pengelolaan air dalam lubang bekas

tambang (void) sesuai dengan peruntukannya

d. Pemeliharaan lubang bekas

(36)

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018 Pengajuan dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap OP

Rencana reklamasi bagi IUP/IUPK Operasi Produksi disampaikan bersamaan dengan pengajuan IUP/IUPK OP. Dalam kurun waktu paling lama 30 hari sejak IUP OP dan IUPK OP diterbitkan, maka pihak yang berwenang (Direktorat Jenderal atas nama Menteri, dan Gubernur harus memberikan penilaian dan atau persetujuan atas rencana reklamasi yang telah diajukan oleh pemegang IUP/IUPK OP). Persetujuan rencana reklamasi tahap OP juga memuat penetapan besaran jaminan reklamasi tahap OP untuk jangka waktu 5 tahun dengan membuat rincian tahunan.

Jika rencana reklamasi yang diajukan belum memenuhi ketentuan, maka pemegang IUP/

IUPK OP wajib menyampaikan kembali rencana reklamasi yang telah disempurnakan sesuai dengan ketentuan paling lambat 30 hari setelah pengembalian rencana reklamasi yang perlu disempurnakan diterima. Apabila dalam 30 hari setelah dokumen reklamasi yang telah disempurnakan disampaikan kepada pihak yang berwenang memberikan penilaian tidak mendapat respon (persetujuan ataupun saran penyempurnaan) maka dianggap menyetujui revisi rencana reklamasi yang diajukan.

Rencana reklamasi tahap OP harus diubah jika terjadi perubahan atas: sistem dan metode penambangan, kapasitas produksi, umur tambang, tata guna lahan dan atau dokumen lingkungan hidup yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang. Dalam hal tersebut, maka pemegang IUP/IUPK tahap OP paling lama dalam 180 hari sebelum pelaksanaan reklamasi tahap OP tahun berikutnya kepada pihak yang berwenang. Pihak yang berwenang dalam kurun waktu paling lama 30 hari harus sudah menentukan apakah rencana reklamasi disetujui atau harus disempurnakan. Dalam hal rencana reklamasi tahap OP tersebut harus disempurnakan, maka pemegang IUP/IUPK tahap OP wajib menyempurnakan rencana reklamasi tersebut paling lambat 30 hari untuk diserahkan kepada pihat yang berwenang.

Apabila dalam 30 hari pihak yang berwenang tidak memberikan persetujuan dan atau masukan untuk penyempurnaan, maka revisi rencana reklamasi dianggap disetujui.

Berikut adalah alur pengajuan dan persetujuan rencana reklamasi tahap OP:

(37)

Gambar 7.

Alur Pengajuan dan Persetujuan Rencana Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Rencana biaya Reklamasi tahap OP memperhitungkan nilai uang masa depan pada saat pelaksanaan Operasi Produksi. Sedangkan untuk penentuan rencana luasan Reklamasi tahap OP pada periode 5 (lima) tahun pertama disesuaikan dengan ketersediaan lahan reklamasi. Sementara itu, biaya Reklamasinya dihitung seluas lahan yang dibuka pada periode 5 (lima) tahun pertama dengan mempertimbangkan nilai uang masa depan mengacu pada suku bunga obligasi Pemerintah apabila mata uang dalam Rupiah atau suku bunga obligasi Dolar Amerika Serikat apabila mata uang dalam Dolar Amerika Serikat.

(38)

Gambar 8.

Program Reklamasi

Sumber : Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

2.2. Perhitungan, Penempatan, dan Pencairan Dana Reklamasi

Dalam dokumen rencana reklamasi, IUP/IUPK tidak hanya memaparkan rencana kegiatan namun juga memaparkan rincian biaya kegiatan reklamasi yang harus menutup seluruh biaya pelaksanaan reklamasi tahap Eksplorasi dan Operasi Produksi, termasuk pelaksanaan reklamasi yang dilakukan oleh pihak ketiga.

(39)
(40)

2.2.1. Perhitungan Rincian Biaya Reklamasi Rincian biaya reklamasi terdiri atas : a. Tahap Eksplorasi

Biaya Langsung, meliputi : 1. penatagunaan lahan 2. revegetasi

Biaya tidak langsung, meliputi : 1. Mobilisasi dan demobilisasi alat;

2. Perencanaan reklamasi;

3. Administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Eksplorasi; dan

4. Supervisi.

b. Tahap Operasi Produksi Biaya Langsung, meliputi : 1. Penatagunaan lahan;

2. Revegetasi;

3. Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang

4. Pekerjaan sipil sesua1 peruntukan lahan pascatambang; atau 5. Pemanfaatan lubang bekas tambang (void).

Biaya tidak langsung, meliputi : 1. Mobilisasi dan demobilisasi alat;

2. Perencanaan reklamasi;

3. Administrasi dan keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Eksplorasi; dan

4. Supervisi.

(41)

Tabel 4.

Form Rencana Biaya Reklamasi Tahap Operasi Produksi

RENCANA BIAYA REKLAMASI TAHAP OPERASI PRODUKSI PERIODE TAHUN … s.d …*)

NO. DESKRIPSI BIAYA TAHUN

2014*) 2015*) 2016*) 2017*) 2018*) 1. Biaya langsung (Rp/US$)

a. Biaya penatagunaan lahan terdiri atas biaya:

1. Penataan permukaan tanah 2. Penebaran tanah pucuk 3. Pengendalian erosi dan

pengelolaan air

b. Biaya revegetasi terdiri atas biaya:

1. Analisis kualitas tanah 2. Pemupukan

3. Pengadaan bibit 4. Penanaman

5. Pemeliharaan tanaman c. Biaya pencegahan dan

penanggulangan air asam tambang

d. Biaya untuk pekerjaan sipil sesuai peruntukan lahan Pascatambang e. Biaya pemanfaatan lubang bekas

tambang (void) terdiri atas biaya:

1. Stabilitas lereng

2. Pengamanan lubang bekas tambang (void)

3. Pemulihan dan pemantauan kualitas air serta pengelolaan air dalam lubang bekas tambang (void) sesuai dengan peruntukannya

4. Pemeliharaan lubang bekas

(42)

SUBTOTAL 1 (Rp/US$)

2. Biaya tidak langsung (Rp/US$) a. biaya mobilisasi dan demobilisasi

alat **1)

b. biaya perencanaan Reklamasi **2) c. biaya administrasi dan

keuntungan pihak ketiga sebagai pelaksana Reklamasi tahap Operasi Produksi **3) d. biaya supervisi **4) SUBTOTAL 2 (RP/US$) TOTAL (RP/US$)

Keterangan:

*) Contoh

**1) besarnya 2,5% dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan

**2) besarnya 2% - 10% dari biaya langsung

**3) besarnya 3% - 14% dari biaya langsung

**4) besarnya 2% - 7% dari biaya langsung

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827/K/30/MEM/2018

(43)

Gambar 9

Komponen Rencana dan Biaya Reklamasi

Sumber : Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM 2018

(44)

Tabel 5.

Contoh Rencana Biaya Reklamasi

Sumber: Barlian Dwinagara, UPN (2017)

2.2.2. Penempatan Dana Jaminan Reklamasi a. Tahap Eksplorasi

• Penempatan dana jaminan reklamasi hanya dapat ditempatkan dalam Deposito Berjangka pada bank pemerintah di Indonesia atas nama Dirjen/Gubernur pemegang IUP/IUPK eksplorasi yang bersangkutan dengan jangka waktu penjaminan sesuai dengan jadwal reklamasi tahap eksplorasi

• Dana jaminan yang ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka ini ditempatkan setiap tahun dalam bentuk mata uang rupiah atau dolar Amerika Serikat.

• Selain itu, besaran dana jaminan juga dimuat dalam rencana kerja dan anggaran biaya eksplorasi tahunan pemegang IUP/IUPK eksplorasi.

• Penempatan jaminan reklamasi tahap eksplorasi dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tigapuluh) hari kalender sejak rencana kerja dan anggaran biaya tahap eksplorasi disetujui.

• Jaminan Reklamasi tidak menghilangkan kewajiban untuk melaksanakan Reklamasi

(45)

Gambar 10.

Ketentuan Penempatan Dana Jaminan Reklamasi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/33/MEM/2018 Gambar 11.

Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi Tahap Eksplorasi

(46)

b. Tahap Operasi Produksi

• Dana reklamasi tahap OP dapat ditempatkan melalui 4 (empat) bentuk, yaitu: (1) Rekening bersama pada bank Pemerintah; (2) Deposito Berjangka; (3) Bank Garansi yang diterbitkan oleh bank Pemerintah di Indonesia; (4) Cadangan Akuntansi (Accounting Reserve).

• Ditempatkan setiap tahun dalam bentuk mata uang rupiah atau dolar Amerika Serikat.

• Jaminan reklamasi tahap operasi produksi untuk periode 5 tahun pertama wajib ditempatkan untuk jangka waktu 5 tahun sekaligus sesuai jangka waktu reklamasi.

• Jaminan reklamasi tahap operasi produksi untuk periode 5 tahun berikutnya dapat ditempatkan seluruhnya untuk jangka waktu 5 tahun atau setiap tahun berdasarkan hasil evaluasi kinerja pengelolaan lingkungan.

• Jaminan reklamasi tahap operasi produksi IUP dan IUPK operasi produksi pertambangan bukan logam dan batuan dengan umur tambang kurang atau sama dengan 5 tahun dapat ditempatkan seluruhnya sebagai bagian dari jaminan pascatambang.

• Jaminan Reklamasi tidak menghilangkan kewajiban untuk melaksanakan Reklamasi

Gambar 12.

Penempatan Dana Jaminan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

(47)

2.2.3. Pencairan Dana Jaminan Reklamasi

Direktur Jenderal/gubernur sesuai dengan kewenangannya sebelum memberikan persetujuan pencairan atau pelepasan jaminan reklamasi tahap operasi produksi, selain melakukan evaluasi melakukan penilaian untuk pencairan atau pelepasan jaminan reklamasi tahap operasi produksi.

Penentuan besaran pencairan dan pelepasan jaminan reklamasi meliputi:

a. Paling banyak 60% (enam puluh perseratus) dari besaran jaminan reklamasi tahap operasi produksi apabila telah selesai melaksanakan penatagunaan lahan.

b. Paling banyak 80% (delapan puluh perseratus) dari besaran jaminan reklamasi tahap operasi produksi apabila telah selesai melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan pekerjaan revegetasi yang terdiri atas penanaman tanaman penutup (cover crop), penanaman tanaman cepat tumbuh, penanaman tanaman jenis local, dan/atau pengendalian air asam tambang

c. 00% (seratus persen) dari besaran jaminan reklamasi tahap operasi produksi setelah kegiatan reklamasi memenuhi penyelesaian akhir sesuai dengan pedoman penilaian reklamasi tahap operasi produksi.

Gambar 13.

Pelaporan dan Pencairan Jaminan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

(48)

2.3. Pelaksanaan, Pelaporan dan Kriteria Keberhasilan Reklamasi Eksplorasi

• Pelaksanaan reklamasi wajib dipimpin oleh Kepala Teknik Tambang yang dibantu oleh Tenaga Teknis Pertambangan yang berkompeten dalam perencanaan dan pelaksanaan reklamasi.

• Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi tahap eksplorasi yang telah disetujui pada lahan terganggu akibat kegiatan eksplorasi yang tidak digunakan lagi, antara lain: (a) lahan bekas eksplorasi (lubang pengeboran, sumur uji, dan parit uji), (b) lahan bekas sarana penunjang eksplorasi (akses jalan eksplorasi, base camp, helipad, dan/atau workshop yang tidak digunakan lagi).

• Pelaksanaan reklamasi wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah tidak ada kegiatan eksplorasi pada lahan terganggu.

• Pemegang IUP/IUP Eksplorasi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan reklamasi tahap eksplorasi disertai dengan permohonan pencairan jaminan reklamasi tahap eksplorasi setiap 1 (satu) tahun kepada Menteri melalui Direktur Jenderal atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya paling lambat tanggal 31 Januari pada tahun berjalan.

Gambar 14.

Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi

Sumber: Disarikan Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

(49)

Gambar 15.

Penetapan Pihak ketiga Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Gambar 16.

Peninjauan Lapangan Pelaksanaan Reklamasi Tahap Eksplorasi

• Direktur Jenderal atas nama Menteri atau gubernur dengan kewenangannya sebelum memberikan persetujuan pencairan Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi wajib melakukan evaluasi terhadap laporan pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi setelah dokumen Studi Kelayakan disetujui.

• Evaluasi terhadap laporan pelaksanaan Reklamasi tahap Eksplorasi dilaksanakan dengan berpedoman pada Kriteria Keberhasilan Reklamasi

• Direktur Jenderal atas nama Menteri atau gubernur sesuai dengan

kewenangannya dalam melakukan penilaian pencairan Jaminan Reklamasi tahap Eksplorasi dapat melakukan peninjauan lapangan setelah dokumen Studi Kelayakan disetujui.

• Evaluasi terhadap laporan pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi dalam bentuk revegetasi dilaksanakan dengan berpedoman pada Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

• Hasil peninjauan lapangan harus dibuat dalam berita acara yang memuat penilaian keberhasilan Reklamasi tahap eksplorasi sesuai Format Berita Acara Penilaian Keberhasilan Reklamasi Tahap eksplorasi.

(50)

Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Eksplorasi

Gambar 17.

Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Eksplorasi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No 1827/30/MEM/2018

Operasi Produksi

Untuk aspek pelaksanaan dan pelaporan reklamasi tahap Operasi Produksi yang perlu diperhatikan adalah:

• Pelaksanaan reklamasi wajib dipimpin oleh Kepala Teknik Tambang yang dibantu Tenaga Teknis Pertambangan yang berkompeten dalam perencanaan dan

pelaksanaan reklamasi dan pascatambang.

• Pemegang IUP/ IUPK Operasi Produksi wajib melaksanakan reklamasi tahap operasi produksi pada lahan terganggu akibat kegiatan operasi produksi meliputi lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang yang tidak digunakan lagi.

(51)

Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Gambar 18.

Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Disarikan dari Lampiran VI Kepmen ESDM No. 1827 K/30/MEM/2018

(52)

Gambar 19.

Peninjauan Lapangan Pelaksanaan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

• Direktur Jenderal atas nama Menteri atau gubernur sesuai dengan

kewenangannya memberikan persetujuan pencairan atau pelepasan Jaminan Reklamasi tahap Operasi Produksi setelah dilakukan penilaian pencairan.

• Direktur Jenderal atas nama Menteri atau gubernur sesuai dengan

kewenangannya dalam melakukan penilaian pencairan atau pelepasan Jaminan Reklamasi tahap Operasi Produksi wajib melakukan evaluasi terhadap laporan pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi dan peninjauan lapangan.

• Evaluasi terhadap laporan pelaksanaan Reklamasi tahap Operasi Produksi dalam bentuk revegetasi dilaksanakan dengan berpedoman pada Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

• Hasil peninjauan lapangan harus dibuat dalam berita acara yang memuat penilaian keberhasilan Reklamasi tahap Operasi Produksi sesuai Format Berita Acara Penilaian Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi.

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 187 K/30/MEM/2018

Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi Gambar 20.

Kriteria Keberhasilan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 187 K/30/MEM/2018

(53)

Penyerahan Lahan Reklamasi

Pemegang IUP/IUPK Operasi Produksi menyerahkan lahan yang telah direklamasi kepada pihak yang berhak sesuai dengan peraturan perundang-undangan melalui Dirjen atas nama Menteri, atau gubernur sesuai dengan kewenangannya setelah memenuhi:

a. prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja dan atau konservasi mineral dan batubara;

b. 100% (seratus persen) kriteria keberhasilan reklamasi.

Selain itu, pemegang IUP/IUPK Operasi produksi harus mengajukan permohonan persetujuan kepada Menteri melalui Dirjen atau Gubernur sesuai dengan kewenangannya sebelum menyerahkan lahan reklamasi. Penyerahan lahan reklamasi tersebut merupakan bagian dari rencana pascatambang atas WIUP/WIUPK operasi produksi. Apabila ada penyerahan lahan yang belum menjadi bagian dalam rencana pascatambang maka pemegang IUP/IUPK operasi produksi wajib melakukan perubahan rencana pascatambang.

Gambar 21.

Penyerahan Lahan Reklamasi Tahap Operasi Produksi

Sumber: Lampiran VI Kepmen ESDM No 187 K/30/MEM/2018

(54)
(55)

2. 4. Mekanisme Reklamasi di Kawasan Hutan dan Rehabilitasi DAS Kewajiban reklamasi dalam kegiatan tambang di kawasan hutan dilaksanakan

berdasarkan perencanaan IPPKH. Sesuai dengan Pasal 5 Peraturan Menteri LHK No. P.50/

Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016, bahwa penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan wajib memiliki IPPKH, yang di dalamnya mengatur ketentuan kompensasi ataupun rehabilitasi. Dalam mengajukan permohonan IPPKH Pertambangan, pemegang izin wajib memenuhi sejumlah persyaratan, baik persyaratan secara administrasi maupun secara teknis. Selain itu, di dalam IPPKH mengatur persentasi luas kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan oleh pemegang izin, yaitu di antara kurang dari 30%

ataupun lebih dari 30% dari luas DAS, pulau, dan/atau provinsi.

Tabel 6.

Syarat Administrasi Pengajuan IPPKH Syarat Administrasi

1. Surat Permohonan

2. Izin atau perjanjian di sektor non kehutanan (IUP/KK/PKP2B) 3. Rekomendasi gubernur

4. Akta pendirian dan perubahannya

5. Company profile, laporan keuangan terakhir, NPWP 6. Pernyataan dalam bentuk akta notarial yang memuat:

• kesanggupan memenuhi semua kewajiban;

• keabsahan dokumen; dan

• tidak melakukan kegiatan di lapangan sebelum ada izin dari Menteri Syarat Tekni Eksplorasi Syarat Tekni Operasi Produksi 1. Rencana kerja penggunaan Kawasan

hutan

2. Peta lokasi skala minimal 1:50.000 3. Izin lingkungan dan dokumen AMDAL/

UKL-UPL

4. Pertimbangan teknis Dirjen Minerba, Kementerian ESDM

5. Peraturan Teknis Perhutani (dalam hal berada di wilayah Perhutani)

1. Rencana kerja penggunaan Kawasan hutan

2. Peta lokasi skala minimal 1:50.000 3. Izin lingkungan dan dokumen AMDAL/

UKL-UPL

4. Pertimbangan teknis Dirjen Minerba, Kementerian ESDM

5. Peraturan Teknis Dirut Perhutani (dalam hal berada di wilayah Perhutani) 6. Citra satelit resolusi minimal 5 meter,

liputan 1 tahun terakhir

7. Surat pernyataan memiliki tenaga teknis kehutanan

(56)

Kerusakan Lingkungan KLHK (2017) dan Pasal 14 Permen LHK No P.50/2016 Gambar 22.

Skema Permohonan IPPKH

Sumber: Permen LHK No P.50/2016 (diolah)

Dalam pelaksanaan penggunaan kawasa hutan, pemegang IPPKH Eksplorasi Pertambangan dan IPPKH Operasi Produksi Pertambangan berkewajiban dalam hal sebagai berikut:

1. Eksplorasi

a. Melaksanakan reklamasi;

b. Melakukan inventarisasi tegakan;

c. Membayar ganti rugi nilai tegakan kepada pemerintah apabila areal yang dimohon merupakan hutan tanaman hasil rehabilitasi;

d. Melaksanakan perlindungan hutan;

e. Memberikan kemudahan bagi aparat melakukan monitoring dan evaluasi di lapangan;

f. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar areal IPPKHL;

g. Membuat laporan secara berkala setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Menteri.

(57)

2. Operasi Produksi

Tabel 7.

Kewajiban Pemegang IPPKH Operasi Produksi

Luas Kawasan ≤ 30% Luas Kawasan ≥ 30% Keterangan

• Melaksanakan tata batas areal IPPKH

• Menyediakan dan menyerahkan calon lahan kompensasi ratio 1:2

• Melaksanakan tata batas areal IPPKH

• Menyampaikan peta rencana penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS dan menyampaikan baseline penggunaan Kawasan hutan

Wajib dipenuhi dalam jangka 1 tahun, apabila tidak tercapai IPPKH dicabut

• Melaksanakan tata batas dan reboisasi pada lahan kompensasi

• Melaksanakan reklamasi dan revegetasi pada Kawasan hutan yang sudah tidak dipergunakan

• Membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR)

• Mengganti biaya investasi kepada pengelola hutan (Perum Perhutani) atau pemegang izin pengusahaan/

pemanfaatan hutan

• Melakukan inventarisasi tegakan

• Melaksanakan perlindungan hutan

• Membayar penggantian nilai tegakan, PSDH, DR

• Melakukan pemeliharaan batas areal IPPKH

• dsb

• Membayar PNBP

• Melaksanakan penanaman dalam rangka rehabilitasi DAS

• Melaksanakan reklamasi dan revegetasi pada Kawasan hutan yang sudah tidak dipergunakan

• Membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), Dana Reboisasi (DR)

• Mengganti biaya investasi kepada pengelola hutan (Perum Perhutani) atau pemegang izin pengusahaan/

pemanfaatan hutan

• Melakukan inventarisasi tegakan

• Melaksanakan perlindungan hutan

• Membayar penggantian nilai tegakan, PSDH, DR

• Melakukan pemeliharaan batas areal IPPKH

• dsb

(58)

Dalam penggunaan kawasan hutan, pemegang IPPKH wajib melakukan reklamasi melalui mekanisme reboisasi atau rehabilitasi Daerah Aliran Sungai. Reboisasi dilakukan untuk penggunaan kawasan hutan provinsi dengan luas kurang dari 30%, dengan ratio 1:2 (untuk kawasan hutan komersial) dan ratio 1:1 (untuk kawasan hutan non komersial). Sedangkan rehabilitasi dapat dilakukan dengan ratio 1:1 di luar area IPPKH. Lokasi rehabilitas DAS ditambah 10% untuk mengantisipasi adanya areal yang tidak dapat ditanami.

Gambar 23.

Skema Ketentuan IPPKH dalam Penggunaan Kawasan Hutan

Sumber: Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK (2017)

(59)

Gambar 24.

Ilustrasi Luas Reklamasi Areal IPPKH dan Luas Rehabilitasi DAS

Sumber: Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK (2017)

Terdapat beberapa batasan kegiatan pertambangan dalam rangka pengendalian penggunaan kawasan hutan untuk pertambangan, yang mencakup penerbitan izin, penentuan kawasan hutan, dan jangka waktu IPPKH.

(60)

Gambar 25.

Pengendalian Penggunaan Kawasan Hutan Untuk Pertambangan

Sumber: Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK (2017) (diolah)

(61)

Selain itu, menurut Peraturan Menteri Kehutanan No P.84/Menhut-II/2014, pelaksanaan reklamasi dilakukan sesuai dengan rencana reklamasi yang tertuang dalam rencana kerja tahunan teknis dan lingkungan. Penilaian tingkat keberhasilan reklamasi dilakukan setelah 3 tahun penanaman dengan ketentuan teknis, dan apabila reklamasi area tersebut berhasil tidak dikenakan kewajiban PNBP Penggunaan Kawasan Hutan.

Berdasarkan Pasal 39 Permen LHK No P.50/2016 pelaksanaan IPPKH dimonitor dan di evaluasi oleh Menteri yang dilimpahkan kepada Gubernur. Tujuan dari pelaksanaan mon- itoring adalah pembinaan agar pemegang IPPKH memenuhi kewajibannya, sedangkan evaluasi dilakukan untuk menilai pemenuhan kewajiban IPPKH tersebut beserta pelaksanaan penggunaan kawasan hutan.

Tabel 8.

Monitoring dan Evaluasi IPPKH

Monitoring Evaluasi

Dilaksanakan 1 kali dalam 1 tahun

Dilaksanakan 2 kali dalam 5 tahun dan dapat dilakukan sewaktu-waktu dalam hal terdapat indikasi pelanggaran, pemrohonan perpanjangan, pengakhiran dan pengembalian IPPKH.

Tim Pelaksana terdiri dari:

• Unsur Dinas Kehutanan Provinsi

• BPKH

• BPDAS

• Badan/Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Lingkungan Hidup

• Perum Perhutani (jika dalam wilayah kerja Perum Perhutani)

• Unsur terkait lainnya

Tim Pelaksana terdiri dari:

• BPKH

• BPDAS

• BP2HP

• Badan/Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi Lingkungan Hidup

• Perum Perhutani (jika dalam wilayah kerja Perum Perhutani)

• Unsur terkait lainnya

Sumber: Direktorat Jenderal Pengendalian Perencamaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK (2017)

(62)
(63)

Pascatambang:

Mekanisme Perencanaan,

Pembiayaan dan Pelaksanaan

3.1. Penyusunan Dokumen Pascatambang

Pemegang IUP dan IUPK Operasi Produksi, selain reklamasi juga diwajibkan untuk melakukan pascatambang pada lahan terganggu pada kegiatan pertambangan. Kewajiban ini menyangkut baik kegiatan penambangan terbuka (open pit) maupun penambangan bawah tanah (underground).

Kegiatan pascatambang adalah kegiatan yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah pertambangan.

Rencana Pascatambang disusun berdasarkan Studi Kelayakan (Feasibility Study/FS) dan Dokumen Lingkungan Hidup (AMDAL) yang telah disetujui oleh instansi yang berwenang.

(64)

Rencana pascatambang wajib memuat hal berikut:

1. Profil wilayah, meliputi:

a. Lokasi dan kesampaian wilayah;

b. b. Kepemilikan dan peruntukan lahan;

c. c. Rona lingkungan awal, meliputi peruntukan lahan, morfologi, air permukaan, air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan ekonomi sesuai dengan Dokumen Lingkungan Hidup yang telah disetujui;

d. Kegiatan lain di sekitar tambang.

2. Deskripsi kegiatan pertambangan, meliputi keadaan cadangan awal, sistem dan metode penambangan, pengolahan dan/atau pemurnian, serta fasilitas penunjang;

3. Rona lingkungan akhir lahan Pascatambang, meliputi keadaan cadangan tersisa, peruntukan lahan, morfologi, air permukaan dan air tanah, biologi akuatik dan terestrial, serta sosial, budaya, dan ekonomi;

4. Program Pascatambang, meliputi:

a. Reklamasi pada lahan bekas tambang dan lahan di luar bekas tambang;

b. Pengembangan sosial, budaya, dan ekonomi;

c. Pemeliharaan hasil Reklamasi; dan d. Pemantauan.

5. Organisasi, termasuk jadwal pelaksanaan Pascatambang;

6. Kriteria keberhasilan Pascatambang, meliputi standar keberhasilan pada tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan dan/ atau pemurnian, fasilitas penunjang, dan pemantauan; dan

7. Rencana biaya Pascatambang.

Dalam penyusunan dokumen pascatambang, pemegang IUP/IUPK wajib melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan yaitu Kementerian ESDM, dinas teknis pemerintah provinsi yang membidangi pertambangan mineral dan batubara, instansi terkait dan masyarakat yang akan terkena dampak langsung akibat kegiatan usaha pertambangan. Hasil konsultasi tersebut dituangkan dalam bentuk berita acara yang ditandatangani oleh para pemangku kepentingan.

(65)

Gambar 26.

Alur Penyusunan dan Tata Laksana Rencana Pascatambang

Sumber: Disarikan dari Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

(66)

Tabel 9.

Kerangka Penyusunan Dokumen Rencana Pascatmbang

Kerangka Penyusunan Dokumen Rencana Pascatambang : - KATA PENGANTAR

- INTISARI - DAFTAR ISI

- DAFTAR LAMPIRAN - BATANG TUBUH:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

1.3 Pendekatan dan Ruang Lingkup

BAB II . PROFIL WILAYAH

2.1 Lokasi dan Kesampaian Wilayah 2.2 Kepemilikan dan Peruntukan Lahan 2.3 Rona Lingkungan Awal

2.4 Kegiatan lain di sekitar tambang

BAB III. DESKRIPSI KEGIATAN PERTAMBANGAN 3.1 Keadaan Cadangan

3.2 Sistem dan Metode Penambangan 3.3 Pengolahan dan Pemurnian 3.4 Fasilitas Penunjang

(67)

BAB IV. RONA LINGKUNGAN AKHIR PASCATAMBANG 4.1 Keadaan Cadangan

4.2 Peruntukan Lahan berdasarkan RTRW 4.3 Morfologi

4.4 Air Permukaan dan Air Tanah 4.5 Biologi Akuatik dan Teresterial 4.6. Sosial , budaya, dan ekonomi

BAB V. HASIL KONSULTASI DENGAN PEMANGKU KEPENTINGAN

Uraian rinci mengenai konsultasi (tanggapan, saran, pendapat, pandangan) dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap rencana pascatambang, termasuk rencana alih pengelolaan fasilitas tambang kepada Pemangku Kepentingan dan perubahan rencana peruntukan lahan. Berita Acara hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan, dilampirkan.

BAB VI PROGRAM PASCATAMBANG 6.1 Reklamasi

a. Tapak Bekas Tambang

Berisi uraian rinci mengenai rencana lokasi dan luas lahan tapak bekas tambang yang akan ditutup

b. Fasilitas Pengolahan dan Pemurnian

Berisi uraian rinci mengenai rencana lokasi dan luas lahan pada fasilitas pengolahan dan pemurnian

c. Fasilitas Penunjang yang berisi uraian rinci mengenai rencana lokasi dan luas lahan serta kegiatan

6.2 Pengembangan Sosial, budaya dan Ekonomi 6.3 Pemeliharaan

(68)

BAB VII PEMANTAUAN

Dalam bab ini berisi uraian rinci mengenai program, dan prosedur pemantauan, termasuk lokasi, metode dan frekuensi pemantauan, pencatatan hasil pemantauan serta pelaporannya.

7.1 Kestabilan Fisik

7.2 Air Permukaan dan Air Tanah 7.3 Biologi akuatik dan terestrial 7.4 Sosial, budaya dan ekonomi

BAB VIII ORGANISASI 8.1 Organisasi

Uraian mengenai struktur organisasi dan tanggung jawab personel dalam melaksanakan pascatambang.

8.2 Jadwal Pelaksanaan Pascatambang

Uraian mengenai jadwal pelaksanaan pascatambang sesuai dengan program- program pascatambang

BAB IX KRITERIA KEBERHASILAN PASCATAMBANG

Bab ini berisi uraian mengenai kriteria keberhasilan yang akan dicapai pada akhir kegiatan pascatambang, standar keberhasilan dan parameter pemantauan.

BAB X RENCANA BIAYA PASCATAMBANG 10.1 Biaya Langsung

a. Biaya pada tapak bekas tambang;

b. Biaya pada tapak bekas fasilitas pengolahan dan pemurnian;

c. Biaya pada fasilitas penunjang;

d. Pengembangan sosial, budaya, dan ekonomi e. pemeliharaan; dan

f. Pemantauan.

(69)

10.2 Biaya tidak langsung.

a. Biaya mobilisasi dan demobilisasi alat sebesar 2,5% dari biaya langsung atau berdasarkan perhitungan.

b. Biaya perencanaan penutupan tambang sebesar 2% - 10% dari biaya langsung.

c. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor sebesar 3% - 14% dari biaya langsung.

d. Biaya supervisi sebesar 2% - 7% dari biaya langsung 10.3 Total Biaya

Uraian mengenai total biaya langsung ditambah dengan biaya tidak langsung dan biaya-biaya tersebut sudah harus memperhitungkan pajak-pajak yang berlaku dan dibuat dalam mata uang rupiah atau dollar Amerika Serikat.

LAMPIRAN

1. Peta Situasi Rona Awal, ketelitian peta skala 1 : 25.000.

2. Peta Situasi Lokasi Pertambangan, ketelitian peta skala 1 : 25.000.

3. Peta Situasi Rona Awal Pascatambang (Akhir Tambang), ketelitian peta skala 1 : 25.000.

4. Peta Situasi Rencana Rona Akhir Pascatambang, ketelitian peta skala 1 : 25.000 5. Peta Lokasi Pemantauan, ketelitian peta skala 1 : 10.000.

Sumber : Ditjen Minerba

(70)

Gambar 27.

Proses Persetujuan Rencana Pascatambang

Sumber: Disarikan dari Kepmen ESDM No 1827 K/30/MEM/2018

Gambar

1. Tabel 1 Rencana Reklamasi Tahap
Ilustrasi Luas Reklamasi Areal IPPKH dan Luas Rehabilitasi DAS

Referensi

Dokumen terkait