Volume 1 No 1 ( 2023), Desember P-ISSN: ... - ...., E-ISSN: .... - ...
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License
1
Membangun Kemandirian Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Melalui Metode Take And Give PTK Kelas IV Sdn 11 Seluma
Yeni Susanti, S.Pd.I1
1 Universitas Islam Fatmawati Soekarno, Bengkulu. E-mail: [email protected]
Abstrak: Membangun kemandirian belajar siswa pada pelajaran Pendidikan agama Islam melalui metode Take and give pada siswa kelas IV SDN 11 Seluma. Diajukan untuk Memenuhi Tugas Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendidikan Profesi Guru (PPG) Pendidikan Agama Islam (PAI).
Program Studi Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Fakultas Tarbiyah dan Tadris Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Tahun 2023/1445 H. Kata Kunci Mandiri Belajar dan Metode Take and Give. Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Pada kenyataannya, dalam belajar guru menggunakan metode klasik yaitu ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Siswa terkesan pasif dan tidak mandiri dalam belajar. Oleh karena itu penggunaan metode take and give ini membantu siswa dalam membangun kemandirian dalam belajar. Dengan mengeksplorasi sumber-sumber informasi secara mandiri, siswa akan belajar untuk melatih kemampuan analisis dan sintesis. Mereka juga akan mengembangkan kepercayaan diri mereka dalam memilih dan mengevaluasi informasi yang mereka temukan, sehingga mereka tidak hanya menjadi “pengurup informasi”, tetapi juga menjadi “produsen informasi” yang kredibel. Adapun penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan pada kelas IV SDN 11 Seluma kecamatan semidang Alas Kabupaten Seluma. Yang berjumlah 11 peserta didik, terdiri dari 2 orang siswa perempuan dan 9 orang siswa laki-laki. Teknik dan alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan angket dan observasi. Yang dilakukan dalam 2 siklus. Temuan penelitian metode Take and Give ini membuat peserta didik lebih mandiri dan berfikir kritis dalam belajar khusunya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Kata kunci: mandiri belajar, take and give
1. Pendahuluan
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya yang sangat mendasar dalam pengembangan sumber daya manusia. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan diharapkan melahirkan sumber daya manusia unggul sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Proses
2
pembelajaran di dalam kelas merupakan bagian yang sangat penting dari pendidikan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan di selenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis perta didik, (pp no 9 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan).
Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksudkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 dinyatakan bahwa Guru dan Dosen pada pasal 4 tertulis guru berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru yang profesional tentu memiliki kompetensi dalam bidangnya. Disamping memiliki kompetensi profesional yang berarti menguasai bidang yang diampunya, guru harus memiliki kompetensi pedagogik yaitu menguasai metodik pembelajaran baik penguasaan kurikulum, merancang proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengadakan evaluasi dan analisa pembelajaran serta melaksanakan program tindak lanjut.
Disamping itu guru dituntut memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Tentunya guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik terhadap lingkungannya.
Guru mencapai kualitas peserta didik dilihat dari potensi seperti yang dinyatakan di atas titik tolaknya tidak lain adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru beserta para siswanya sebagai subyek belajar.
Sebagaimana yang dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No.20 tahun 2003 yaitu bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Karenanya proses pembelajaran yang dimotori oleh guru haruslah direncanakan dan dilaksanakan secara mantap sehingga dapat mencapai tujuan dan hasil belajar secara maksimal.
Kenyataan dilapangan pembelajaran masih besifat pasif. Peserta didik tidak aktif dan mandiri dalam belajar. Pembelajaran masih berpusat kepada guru.
Metode Take and Give ini memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk lebih aktif, berfikir kritis dan mandiri dalam belajar. Sehingga nantinya pembelajaran yang mandiri, aktif dan menyenangkan bisa terwujud.
Siswa saling bekerja sama dan saling membantu untuk menyelesaikan pertanyaan dan melemparkan pertanyaan kepada pasangan lain. Kegiatan belajar bersama ini dapat membantu memacu belajar aktif dan kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasama kelompok kecil yang memungkinkan untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi.
Pada proses pembelajaran masih banyak permasalahan yang terjadi, misalkan seperti siswa kurang termotivasi untuk belajar, merasa malu
3
untuk bertanya dan kurang memperhatikan pelajaran, kurang terlibat dalam proses pembelajaran. Kemungkinan hal ini terjadi karena siswa merasa jenuh dengan metode ceramah yang diterapkan guru, suasana belajar yang kurang serius, dan pembelajaran yang bersifat hanya satu arah saja. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tentang
“MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI MELALUI METODE TAKE AND GIVE PTK KELAS IV SDN 11 SELUMA
2. Metode
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelas IV SDN 11 Seluma Kabupaten Seluma Tahun pelajaran 2023/2024. Dalam penelitian ini yang penulis jadikan subyek penelitian adalah 11 orang siswa, terdiri dari 9 orang siswa laki-laki dan 2 orang siswa perempuan, penelitian dilakukan secara klasikal. Penelitian ini dilakukan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam khusus kelas IV. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini nantinya akan dilaksanakan dengan cara mengikuti skinario tindakan.
Dalam perjalanannya ternyata terdapat kelemahan, akan diperbaiki sesuai ketentuan yang ada di lapangan.
Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut:
1. Merekapitulasi hasil angket. Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masing siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian.
2. Menganalisis hasil observasi yang dilakukan oleh teman sejawat pada aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3. Hasil
3.1. Siklus I
Kegiatan pembelajaran siklus I diselesaikan selama 1 kali pertemuan. 4 x 35 menit dialokasikan untuk setiap pertemuan. Materi siklus pertama berfokus pada tanda-tanda balig menurut ilmu fikih dan ilmu biologi. Selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peneliti berperan sebagai guru dan dibantu oleh seorang pengamat yang bertanggung jawab untuk membuat catatan observasi. Kegiatan siswa berpusat pada soal-soal pada LembarKerja Peserta Didik (LKPD) yang disediakan guru. Siswa bekerja secara berkelompok dengan ketentuan kelompok heterogen, dimana masing-masing anggota kelompok
4
dibagi peran, yaitu menjadi ketua, sekretaris, dan 2 orang sebagai pencari sumber belajar. Pemeriksaan lembar observasi kemandirian belajar siswa siklus I menghasilkan temuan sebagai berikut:
Tabel 1 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa Siklus I
Persentase rata-rata kemandirian belajar di siklus I berdasarkan tabel tersebut yaitu sebesar 64,11% yang menunjukkan kategori baik, tetapi indikator keberhasilan yang diharapkan belum tercapai, sehingga untuk mencapai indikator keberhasilan peneliti melanjutkan siklus II.
Instrumen kedua yang digunakan yaitu angket. Di akhir siklus I, siswa mengisi angket kemandirian belajar, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2 Hasil Analisis Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus I
Indikator Siklus 1
Skor Persentasi Kategori
Mempunyai inisiatif 17 67,5 % Baik 67,5 %
Bertanggung jawab 15 62,5 % Baik
Percaya diri 17 67,5% Baik
Memanfaatkan sumber belajar 7 56 % Cukup
Melaksanakan evaluasi 3 65% Baik
Indikator Siklus I
Persentasi Kategori
Mempunyai inisiatif 70,22 % Baik
Bertanggung jawab 69 % Baik
5
Menurut temuan survei yang diberikan kepada 11 siswa, kemandirian belajar siswa sudah baik. Persentase masing-masing indikator kemandirian berada pada kisaran kategori baik, meskipun masih di bawah 75%. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada siklus II untuk mencapai metrik keberhasilan tersebut.
Tahapan setelah pelaksanaan yaitu refleksi. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meninjau kembali kegiatan sebelumnya sebelum dijadikan sebagai pedoman untuk pelaksanaan siklus berikutnya. Berikut ini adalah beberapa masalah dengan siklus I: 1) Siswa tidak menghadiri pembelajaran tepat waktu, 2) Pembagian tugas saat berdiskusi kelompok belum merata, yakni terdapat siswa yang mendominasi dan yang lain cenderung diam, 3) Siswa cenderung bergantung kepada orang lain/guru dan tidak memiliki inisiatif untuk belajar mandiri, 4) Sebagian siswa tidak bertanggung jawab terhadap kinerja kelompoknya dan membuat gaduh di dalam kelas.
Guru mencari rencana perbaikan untuk mengatasi kekurangan pada pelaksanaan pembelajaran siklus pertama. Berikut ini adalah perbaikan yang direncanakan: 1) Membuat kesepakatan untuk masuk kelas tepat waktu. Batas waktu toleransi ialah 5 menit, tidak lebih, 2) Memberi tahu siswa jika penilaian kelompok juga berdasarkan tugas individu, 3) Siswa diberi kesempatan untuk membaca dan memahami dahulu materi dari bahan ajar atau sumber lain sebelum bertanya kepada guru, 4) Mengkoordinir siswa agar tidak membuat keributan dan dapat terus berdiskusi dalam kelompoknya.
3.2. Siklus II
Pada titik ini, peneliti merencanakan tindakan untuk siklus kedua berdasarkan refleksi siklus pertama. Siklus kedua diakhiri dengan memasukkan perbaikan dari refleksi siklus pertama. Pada siklus II, kegiatan pembelajaran dibagi menjadi dua kali pertemuan selama 45 menit. Materi yang disampaikan ialah kewajiban setelah balig yang merupakan pokok bahasan terakhir dari bab materi menyambut usia balig. Pelaksanaan tindakan di siklus II difokuskan terhadap pembentukan sikap kemandirian siswa dalam menyelesaikan LKPD. Tahapan pelaksanaan pembelajaran disesuaikan dengan metode pembelajaran Take and Give. Berikut hasil analisis lembar observasi kemandirian belajar siswa siklus II:
Percaya diri 72,5% Baik
Memanfaatkan sumber belajar 70,8% Baik
Melaksanakan evaluasi 71,1% Baik
6
Tabel 3 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa Siklus II
Indikator Siklus II
Skor persentasi Kategori
Mempunyai inisiatif 21 77,5% Baik
Bertanggung jawab 20 75% Baik
Percaya Diri 22 80% Baik
Memanfaatkan sumber belajar
16 76,6% Baik
Evaluasi 5 75% Baik
Hasil penelitian siklus ini telah mencapai indikator keberhasilan. Pada siklus II kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat diatasi. Berdasarkan lembar observasi siklus II, terjadi peningkatan baik persentase masing-masing aspek kemandirian belajar maupun persentase rata-rata kemandirian belajar dari 64,11% pada siklus I menjadi 78,8% pada siklus II. Hasilnya, persentase masing- masing aspek kemandirian dan persentase rata-rata kemandirian memenuhi indikator keberhasilan pada siklus II.
Instrumen kedua yang digunakan yaitu angket. Di akhir siklus II, siswa mengisi angket kemandirian belajar, dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Analisis Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus II
Indikator Siklus II
Persentasi Kategori Mempunyai inisiatif 78,06 % Baik
Bertanggung jawab 80,15 % Sangat baik
Percaya Diri 78,82 % Baik
Memanfaatkan sumber belajar 75,92 % Baik
Evaluasi 76,47 % Baik
7
Berdasarkan analisis hasil angket kemandirian belajar dari 11 siswa, menunjukkan kenaikan persentase di tiap aspek 聽kemandirian belajar. Persentase masing - masing aspek menunjukkan kategori baik dan mencapai indikator keberhasilan.
Rata-rata persentase peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 70,06% menjadi 78,37% pada siklus II. Hasilnya, persentase masing-masing aspek kemandirian dan persentase rata-rata kemandirian memenuhi indikator keberhasilan 75%
pada siklus II.
Berikut grafikpeningkatan indikator kemandirian belajar siswa berdasarkan lembar observasi:
Gambar 1. Grafik peningkatan Kemandirian Belajar pada lembar Observasi Hal tersebut sejalan dengan peningkatan indikator pada lembar angket yang diisikan oleh siswa, yang disajikan dibawah ini:
8
Gambar 2. Grafik peningkatan Kemandirian Belajar pada lembar Observasi
3.3. Siklus III
Pada titik ini, peneliti merencanakan tindakan untuk siklus ketiga berdasarkan refleksi siklus pertama dan siklus kedua. Siklus ketiga ini fokus pada kegiatan P5PPRA dengan tema “ Gaya Hidup Berkelanjutan” yaitu pemanfaatan sampah menjadi kaligrafi indah. Pelaksanaan tindakan di siklus III difokuskan terhadap pembentukan sikap kemandirian siswa dalam menyelesaikan LKPD. Berikut hasil analisis lembar observasi kemandirian belajar siswa siklus III:
Tabel 5 Hasil Analisis Lembar Observasi Kemandirian Belajar Siswa Siklus III
Hasil penelitian siklus ini telah mencapai indikator keberhasilan. Pada
Indikator Siklus III
Skor persentasi Kategori
Mempunyai inisiatif 25 85,5% Sangat Baik
Bertanggung jawab 20 75% Baik
Percaya Diri 22 80% Baik
Memanfaatkan sumber belajar 20 78,6% Baik
Evaluasi 10 90% Sangat Baik
9
siklus III kekurangan yang terjadi pada siklus I dan II dapat diatasi. Berdasarkan lembar observasi siklus III, terjadi peningkatan baik persentase masing-masing aspek kemandirian belajar maupun persentase rata-rata kemandirian belajar dari 64,11% pada siklus I menjadi 78,8% pada siklus II dan 81,82 % pada siklus ke III.
Hasilnya, persentase masing-masing aspek kemandirian dan persentase rata-rata kemandirian memenuhi indikator keberhasilan pada siklus III.
Tabel 6 Hasil Analisis Lembar Angket Kemandirian Belajar Siswa Siklus III
Indikator Siklus III
Persentasi Kategori Mempunyai inisiatif 80,06 % Baik
Bertanggung jawab 85,15 % Sangat baik
Percaya Diri 80,82 % Baik
Memanfaatkan sumber belajar 85,92 % Sangat Baik
Evaluasi 76,47 % Baik
Berdasarkan analisis hasil angket kemandirian belajar dari 11 siswa, menunjukkan kenaikan persentase di tiap aspek kemandirian belajar. Persentase masing - masing aspek menunjukkan kategori baik, sangat baik dan mencapai indikator keberhasilan. Rata-rata persentase peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah 70,06% menjadi 78,37% pada siklus II dan 81,68 % pada siklus ke III.
4. Pembahasan
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam danBudi Pekerti dengan metode take and give memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan kritis dalam berpikir pada suatu masalah melalui diskusi, memungkinkan siswa untuk berinisiatif dalam memecahkan masalah yang diberikan. Ditemukan beberapa siswa yang kurang inisiatif dalam belajar karena masih menunggu perintah dari guru untuk menyelesaikan soal-soal di LKPD di siklus I, Selain itu, ada siswa yang berisik dan mengganggu teman sekelasnya ketika sedang berdiskusi. Siswa yang merasa kebingungan tampak langsung bertanya kepada guru tanpa berusaha sendiri sebelumnya untuk memahami bahan ajar atau mencari sumber lain di internet.
Siswa juga belum menyadari peran yang Saat ditunjuk untuk maju presentasi, siswa merasa tidak percaya diri untuk menyampaikan apa yang sudah mereka kerjakan. Hal tersebut juga tertuang dalam hasil analisis kemandirian belajar
10
siswa yang belum memenuhi indikator keberhasilan di siklus I. Selanjutnya pada siklus II, siswa terlihat mempunyai inisiatif dalam belajar mandiri tanpa menunggu perintah dari guru. Selain itu, jika terdapat bagian di masalah LKPD yang tidak mereka pahami, siswa akan mencari sumber belajar di internet terlebih dahulu, baru setelahnya apabila siswa masih bingung, mereka akan bertanya kepada guru. Siswa sudah menyadari peran yang mereka jalankan masing-masing, meskipun terkadang ada saja siswa yang masih sulit untuk dikendalikan. Siswa juga merasa lebih nyaman berekspresi, baik saat sedang presentasi di depan kelas maupun menanggapi teman lain yang sedang presentasi. Hal ini juga terlihat pada instrumen kemandirian belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, baik pada lembar observasi maupun pada angket.
Pembelajaran Take and give memberi kesempatan bagi siswa untuk saling berinteraksi mengembangkan keterampilan komunikasi siswa. Adanya interaksi sosial antarsiswa maupun siswa dengan guru akan mengembangkan kemampuan komunikasi dan tanggung jawab dalam diri siswa (Daulay, 2020).
Siswa dengan pola pikir mandiri dapat mengembangkan rasa percaya diri dalam kegiatan belajar (Argianti, 2021).
Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan metode take and give. Untuk meningkatkan kemandirian belajar di siklus II, guru memberikan jeda bagi siswa untuk dapat mengeksplorasi sendiri masalah pada LKPD, kemudian menentukan sendiri sumber belajar yang sesuai untuk penyelesaian masalah tersebut. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berekspresi tanpa takut salah guna meningkatkan rasa percaya diri siswa.
Selanjutnya untuk menumbuhkan sikap tanggung jawab, guru menekankan mengenai penilaian kelompok yang akan didasarkan pada kinerja setiap individu, sehingga setiap individu dalam kelompok diharuskan untuk bekerja sesuai dengan peran yang di awal, misal sebagai ketua kelompok, sekretaris maupun pencari sumber belajar.
5. Kesimpulan
Adapun peningkatan tersebut ialah sebagai berikut. Kemandirian belajar siswa mengalami peningkatan setelah menggunakan metode take and give pada kelas IV SDN 11 Seluma. Berikut ini adalah peningkatannya.
1) Aspek inisiatif meningkat dari 67,5% pada siklus I menjadi 77,5% pada siklus II, sesuai dengan hasil analisis lembar observasi kemandirian belajar siswa. Aspek Bertanggung Jawab meningkat dari 62,5% pada siklus I menjadi 75% pada siklus II. Tingkat kepercayaan diri meningkat dari 67,5% pada siklus I menjadi 80% pada siklus II. Aspek memanfaatkan
11
sumber belajar meningkat dari 56% pada siklus I menjadi 76,6% pada siklus II. Lalu ada aspek melaksanakan evaluasi meningkat dari 65% pada siklus I menjadi 75% pada siklus II.
2) Berdasarkan hasil analisis angket kemandirian belajar siswa, aspek inisiatif meningkat dari 70,22% pada siklus I menjadi 78,06% pada siklus II.
Persentase aspek bertanggung jawab meningkat dari 69% pada siklus I menjadi 80,15% pada siklus II. Aspek percaya diri meningkat dari 72,5%
menjadi 78,82% pada siklus II. Aspek memanfaatkan sumber belajar meningkat dari 70,83% pada siklus I menjadi 75,98% pada siklus II.
Kemudian ada aspek melaksanakan evaluasi yang meningkat dari 71,1%
pada siklus I menjadi 76,47% pada siklus II.
Daftar Pustaka
Agama RI. 1995. Pendidikan Agama Islam. Jakarta
Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta Bahtiar,
Depdikbud RI Kamus Besar Bahasa Indonesia ; Jakarta ; Balai Pustaka 1989
Darajat,Zakiyah. Metode KhususPengajaran Agama Islam. Jakarta Bumi Aksara 2004
Hafidz. 1999. Risalah Do’a Mujarab. Surabaya: Apollo Departemen
Hermawan,Heris. 2012. Filsafat Pendidikan Islam. Direktorat Jenderal Pendidikan Islam: Kementrian agama RI
Karman, Supiana. 2003. Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Maksum, H. 2004. Khazanah Akhlak Mahmudah dalam Pendidikan Agama Islam.
Maksum, M.A. 2006. Khazanah Pendidikan Agama Islam. Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Solo. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri NH. 2000. Tata Cara Salat. Jombang: Lintas Media.
Razak, Nasrudin. 1993. Dienul Islam. Bandung: Al Ma‟arif. Rifa‟I,