MEMBUAT PROPOSAL PENELITIAN KOMUNIKASI (2)
Teman-teman, secara umum, kesalahan yang masih harus diperbaiki dari draft naskah proposal adalah:
1. Pengetikan (mistyped, atau bahasa kita biasanya typo ya..). Kesalahan pengetikan, bahkan yang sepele sekalipun ("dengan" menjadi "degan"; "di" yang dipisah seharusnya digabung atau sebaliknya) menunjukkan penulis tidak aware dengan karyanya. Jadi, saya sarankan untuk baca lagi naskah kalian ya sebelum disubmit ke pembimbing skripsi.
2. Penyusunan kalimat yang buruk. Saya sangat paham dengan tren yang terjadi sekarang secara global, bahwa kini generasi baca dan tulis adalah generasi minoritas, karena gaya hidup yang populer adalah gaya hidup menonton. Sehingga, tak wajar pula banyak dari kalian yang membuat kalimat saja bingung. Saya tidak menyalahkan siapapun, tapi mari mulai sekarang belajar lebih serius dalam membuat kalimat. Saya sering menemui 1 kalimat yang sangat panjang tapi setelah dibaca dia bukan kalimat lengkap, biasanya hanya berisi subjek saja kalimat panjang itu (yang berisi banyak anak kalimat). Syarat sebuah kalimat disebut sebagai kalimat lengkap adalah ada subjek dan predikat. Bagaimana caranya untuk bisa "mahir" menyusun kalimat? Satu-satunya cara untuk bisa mahir menulis adalah dengan banyak membaca.
3. Koherensi antar kalimat yang buruk. Koherensi adalah keterkaitan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain, satu paragraf dengan paragraf yang lain. Untuk memastikan bahwa naskah kalian sudah memiliki koherensi yang baik adalah, coba baca kembali naskah setelah diketik. Jika saat membaca sudah bisa merasakan alur yang berkesinambungan, berarti koherensi sudah baik. Namun demikian, seringkali yang terjadi adalah tidak ada alur yang enak saat membaca draft naskah proposal. Hal ini biasanya terjadi karena gerakan "copy paste" terlalu mendominasi. Bagaimana caranya untuk bisa "mahir" dalam koherensi? Tidak lain dan tidak bukan, caranya adalah perbanyak membaca.
4. Teknik mengutip, mensitasi, dan referensi/ daftar pustaka. Saya sering mengingatkan untuk teman-teman menggunakan sistem sitasi dan referensi otomatis seperti Mendeley, Zootero, Endnote, atau sistem otomatis lain.
Bisa juga teman-teman gunakan "reference" yang disediakan oleh microsoft word (walaupun ini terbilang semi otomatis karena kita harus input sendiri meta data dari sebuah artikel). Dengan sistem ini, kita menghemat waktu kita untuk berkutan di masalah referensi yang seringkali jadi momok menakutkan jika penyusunannya dengan manual.
5. Pada bagian latar belakang, "masalah yang mendasari penelitian" seringkali tidak muncul secara eksplisit.
Ingatlah bahwa penelitian dilakukan untuk menyelesaikan sebuah masalah. Atau, jika tidak bisa menyelesaikan masalah, temuan dari sebuah penelitian diharapkan bisa berkonstribusi untuk menyelesaikan sebagian masalah.
Ingat juga bahwa masalah adalah adanya gap dari ideal condition dengan reality. Untuk menentukan masalah, bisa baca-baca hasil riset yang senada atau dengan melakukan pengamatan di lingkungan sekitar.
6. Selain masalah, latar belakang juga harus memuat urgensi penelitian, sehingga harus menjelaskan alasan memilih tema, objek, konteks, dan lokasi tertentu yang ditentukan dalam sebuah penelitian.
7. Kata tanya yang digunakan untuk Rumusan Masalah perlu diperhatikan. Kata tanya seperti" "apakah", "adakah hubungan" biasa digunakan untuk penelitian kuantitatif. Sementara itu, untuk penelitian kualitatif kata tanya yang umum digunakan misalnya: "mengapa", "bagaimana" (harus diikuti dengan hal yang spesifik), "apa saja".
8. Tinjauan Pustaka harus memuat semua variabel atau konsep yang ada dalam judul, termasuk dengan model atau teori yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian