11
Meningkatkan Hasil Belajar Hidup Rukun dalam Kemajemukan Keluarga dengan Metode Penemuan pada Siswa
Kelas I SD Negeri 32 Banda Aceh
Manriani AW SD Negeri 32 Banda Aceh Email: [email protected]
ABSTRAK
Setiap mata pelajaran memegang peranan yang penting dalam dunia pendidikan.
Salah satunya adalah pelajaran IPS. Pada tingkat SD kelas I, salah satu materi yang diajarkan adalah hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa, aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakanmetode pembelajaran penemuan terbimbing (Discovery) pada pelajaran IPS materi hidup rukun dalm kemajemukan keluarga. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif dan analisis data menggunakan statistik deskriptif dengan teknik persentase. Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas ISD Negeri 32 Banda Aceh yang berjumlah 20 orang.
Berdasarkan analisis data diperoleh pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata- rata kelas sebesar 68,00 dan siswa yang tuntas mengikuti proses pembelajaran sebanyak 14 orang siswa dari 20 orang siswa. Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas yang dicapai oleh siswa sebesar 76,5 dan seluruh siswa tuntas mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 4,37 sedangkan pada siklus II sebesar 4,7.Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 3,5 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 4,33.
Kata Kunci: Metode Penemuan, Materi Hidup Rukun, Kemampuan Siswa PENDAHULUAN
Pendidikan memegang peranan penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena pendidikan dapat menentukan maju mundurnya pelaksanaan pembangunan suatu bangsa dalam segala bidang. Proses pendidikan merupakan suatu proses pembentukan manusia yang diharapkan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya.
IPS adalah salah satu pelajaran yang bukan hanya untuk kepentingan pelajaran itu sendiri, tetapi juga penunjang ilmu yang lain. Harus diakui bahwa sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal tanpa memahami makna dan manfaat dari apa yang dipelajarinya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi „mengingat‟ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Kelas masih berfokus
12
pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi pembelajaran. Akibatnya kelas menjadi tidak produktif, siswa hanya menerima pelajaran matematika secara pasif (Nurhadi, 2003: 24).
Untuk menaggulangi masalah tersebut, maka diperlukan sebuah strategi pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa secara aktif dalam belajarPembelajaran di sekolah tidak lagi berorientasi pada materi pelajaran, tapi berorientasi pada kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai dasar yang diharapkan dapat direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
Pembelajaran temuan (discovery) merupakan salah satu bagian dari pembelajaran penemuan yang banyak melibatkan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Di tinjau dari segi kadar aktivitas interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa dengan siswa, maka penemuan terbimbing merupakan kombinasi antara pembelajaran langsung dan pembelajaran tidak langsung.
Terdapat hubungan yang kuat antara kadar dominansi guru dengan kesiapan mental untuk menginternalisasi konsep-konsep, yaitu usia dan perkembangan mental siswa, dan hubungan antara pengetahuan awal dan konstruksi konsep matematika yang dimiliki siswa dengan kemampuan siswa untuk mengikuti pembelajaran penemuan, baik secara terbimbing maupun secara bebas.Siswa hanya dapat memahami konsep- konsep sains sesuai dengan kesiapan intelektualnya, semakin muda siswa yang dihadapi oleh guru, guru perlu lebih banyak menyajikan pengalaman kepada mereka untuk menggali pengetahuan awal dan membimbing mereka untuk membentuk konsep- konsep. Siswa yang lebih dewasa, membutuhkan lebih sedikit keterlibatan aktif guru karena mereka lebih banyak berinisiatif untuk bekerja dan guru akan berfungsi sebagai fasilitator, nara sumber, pendorong, dan pembimbing.
Berdasarkan pengalaman penulis pada hasil belajar IPS siswa kelas ISD Negeri 32 Banda Aceh, kegagalan dalam belajar rata-rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar, pelajaran matematika menjadi suatu hal yang sulit dan membosankan yang hanya di jalani sebagai suatu kewajiban. Untuk itu dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing untuk menemukan konsep matematika.
Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep- konsep bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran penemuan Terbimbing (discovery) memiliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri.
Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery)
Penemuan (Discovery) merupakan metode yang lebih menekankan pada pengalaman langsung. Pembelajaran dengan metode penemuan lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar menemukan, setidaknya itulah yang diharapkan dari metode ini. Dalam proses pembelajaran, metode ini dapat dilakukan oleh guru untuk melatih peserta didik menemukan sendiri konsep-konsep yang harus diketahuinya (Mulyasa, E., 2006: Hal. 110). Untuk menemukan konsep tentu saja guru harus
13 menyediakan item-item berupa pertanyaan atau media, yang dapat digunakan peserta didik sebagai bahan kajian dan masukan, kemudian mereka secara sadar akan memilih, mengamati, menggolongkan item-item tersebut menjadi sebuah sarana yang dapat mengantarkan mereka pada konsep yang ingin diperoleh ditemukan.
Jadi, seorang siswa dikatakan melakukan “discovery” bila anak terlihat menggunakan proses mentalnya dalam usaha menemukan konsep-konsep atau prinsip- prinsip. Proses-proses mental yang dilakukan, misalnya mengamati, menggolongkan, mengukur, menduga, dan mengambil kesimpulan (Abu, Ahmadi, 1997: Hal 76).Menggunakan metode Discovery, secara bertahap akan membawa peserta didik pada proses inquiry (penyelidikan) „umumnya disajikan kepada peserta didik yang lebih dewasa‟ yang merupakan lanjutan dari discovery, tetapi tingkatannya lebih tinggi.
Cara mengajar dengan metode Penemuan ini setidaknya harus menyajikan item- item di bawah ini:
1. Guru menata dan mempersiapkan suasana kelas sedemikian rupa, sehingga mendorong motivasi peserta didik untuk belajar.
2. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan oleh peserta didik melalui kegiatan tersebut perlu dikemukakan dan ditulis secara jelas.
3. Konsep yang dikembangkan harus sesuai dengan keadaan peserta didik (Misalnya, Umur, kemampuan, daya fikir)
4. Guru dapat menyajikan beberapa pertanyaan yang mengarah pada konsep yang akan ditemukan (boleh juga siswa yang mengajukan pertanyaan, dan guru bersedia menjawab dengan teliti dan tepat)
5. Menyediakan waktu yang sesuai dengan tingkat kesulitan konsep yang ingin ditemukan
6. Guru harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data (Mulyasa, E., 2006: 110).
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) merupakan suatu jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memecahkan masalah pembelajaran dikelasnya. Menurut Suharsimi (2002: 88) bahwa PTK merupakan paparan gabungan definisi dari tiga kata
”penelitian, tindakan, dan kelas”.
PTK diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas I di SD Negeri 32 Banda AcehTahun Pelajaran 2015/2016 semester I. Mata pelajaran yang digunakan adalah IPS pada materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.
14
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas ISD Negeri 32 Banda Aceh yang berjumlah 20orang dan 1 orang guru sebagai pengamat yang mengobservasi aktivitas mengajar guru di kelas.
Sumber Data
Data yang dikumpulkan berdasarkan 2 sumber, yaitu:
1. Siswa 2. Guru
Alat Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam PTK ini ádalah observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan jalan melihat dan mengamati langsung, mencatat sendiri perilaku, kejadian, dan keadaan sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya. Dalam hal iniobservasi dilakukan untuk memperoleh data tentang aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan (discovery learning)pada materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga .
2. Tes
Tes adalah serentatan pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa. Tes yang diberikan kepada siswa adalah tes tertulis mengenai materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.
Teknik Analisis Data
Analisis Data Presentasi Belajar Siswa
Data tes hasil belajar dianalisis menggunakan tingkat acuan tingkat ketuntasan minimal yang digunakan di SD Negeri 32 Banda Aceh. Setiap siswa dikatakan tuntas belajar (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar 60. Menurut Arikunto Suharsimi (2007:25), ”bahwa suatu program pembelajaran dikatakan sangat efektif bila 80 % siswa yang mengikuti pembelajaran tersebut mampu mencapai 80 % tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Untuk mengetahui ketuntasan belajar selama pembelajaran berlangsung, digunakan rumus persentase menurut Depdiknas (dalam Mukhlis, 2001:14) adalah:
Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa keseluruhan Analisis Data Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Data aktifitas siswa dalam pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan presentase :
% 100 n x P f Keterangan :
P= Angka persentase
F= Frekuensi aktivitas siswa n= Jumlah siswa
x 100 % P =
15 100 % = Bilangan Konstanta (tetap)
Kriteria klasifikasi persentase aktifitas siswa selama pembelajaran menurut Arikunto Suharsimi (2007:214) :
No Persentase Katagori Penelitian
1 81 %-100 % Sangat baik
2 61 %- 80 % Baik
3 41 %- 60 % Cukup
4 21 %- 40 % Kurang
5 0 % - 20 % Kurang Baik
Analisis Data Aktivitas Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Data aktifitas siswa dalam pembelajaran dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan presentase :
% 100 n x P f Keterangan :
P= Angka persentase F= Frekuensi aktivitas guru n= Jumlah siswa
100 % = Bilangan Konstanta (tetap)
Kriteria klasifikasi persentase aktifitas guru selama pembelajaran menurut Arikunto Suharsimi (2007:214) :
No Persentase Katagori Penelitian
1 81 %-100 % Sangat baik
2 61 %- 80 % Baik
3 41 %- 60 % Cukup
4 21 %- 40 % Kurang
5 0 % - 20 % Kurang Baik
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Siklus I a. Hasil Tes
Hasil tes belajar siswa yang diperoleh pada siklus I pada materi hidup rukun dalam kemajemukan keluargadapat dilihat pada tabel berikut ini:
16
Tabel 4.1 Hasil Tes Siklus I Materi Hidup Rukun dalam Kemajemukan Keluarga No Kategori Skor Frekuensi Bobot
Skor
Persentase Ketuntasan
Kelas
Nilai Rata-Rata
Kelas
1. Tuntas ≥ 60,00 14 1070 70,00 %
20
1360 2. Tidak Tuntas <60,00 6 290 30,00 % x
Jumlah 20 1360 100% 68,00
Hasil belajar siklus I pada materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dengan menggunakan metode discovery (penemuan)diperoleh hasil bahwa siswa yang tuntas belajar sebanyak 14 siswa dari 20 siswa yang ada, sementara siswa yang tidak tuntas berjumlah 6 orang siswa. Jadi banyaknya siswa yang tuntas adalah 70,00%
sedangkan siswa yang tidak tuntas sebesar 30,00%. Untuk siswa yang belum tuntas diberikan soal-soal remedial yang ada hubungannya dengan materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga berupa pekerjaan rumah dan menuliskan kembali jawaban yang benar.
b. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I
Indikator /Aspek yang Diamati Skor Kategori
1. Kegiaan Pendahuluan 4,6 Baik
2. Kegiatan inti 4,1 Baik
3. Kegiatan Penutup 4,4 Baik
Rata-Rata 4,37 Baik
Berdasarkan Tabel 4.2 dalam melakukan aktivitasnya selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode discovery (penemuan) pada siklus I guru memperoleh skor rata-rata sebesar 4,37 yang termasuk dalam kategori baik. Aktivitas guru pada kegiatan awal memperoleh skor sebesar 4,6 termasuk kedalam kategori baik, kegiatan inti dengan skor rata-rata 4,1 termasuk kedalam kategori baik dan kegiatan akhir dengan skor 4,4 termasuk dalam kategori sangat baik. Guru telah menerapkan metode discovery (penemuan)dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas.
c. Hasil observasi aktivitas siswa
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Akivitas Siswa pada Siklus I
Aspek Pengamatan Skor
Pengamatan
Kriteria Penilaian a. Mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru b. Membaca tugas
c. Memahami dan menemukan permasalahan dalam tugas
4 4 3 4
Baik Baik Kurang Baik
17 d. Mengerjakan tugas
e. Bertanya kepada guru/teman mengenai tugas yang sulit
f. Menyelesaikan tugas tepat waktu
3
3
Kurang
Kurang
Skor rata-rata 3,5 Baik
Berdasarkan tabel 4.3 dalam melakukan aktivitasnya selama proses belajar dengan menggunakan metode discovery (penemuan)pada materi hdup rukun dalam kemajemukan keluarga di siklus I siswa memperoleh skor rata-rata sebesar 3,65 dan termasuk kategori baik.
Siklus II
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I, perlu dilakukan pembelajaran untuk memperbaiki kelemahan-kelemahannya untuk siklus II. Pelaksanaan siklus II ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
a. Hasil Tes Siklus II
Hasil tes belajar siswa yang diperoleh pada siklus II pada materi Hidup Rukun dalam Kemajemukan Keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4 Hasil Tes Siklus II Materi Hidup Rukun dalam Kemajemukan Keluarga No
Kategori Skor Frekuensi Bobot Skor
Persentase Ketuntasan
Kelas
Nilai Rata-Rata
Kelas
1. Tuntas ≥ 60,00 20 1530 100 %
20
1530
2. Tidak Tuntas ≤ 60,00 0 0 0 % x
Jumlah 20 1530 100% 76,5
Hasil belajar siklus II pada pokok bahasan tata tertib terlihat bahwa seluruh siswa yang berjumlah 20 orang telah tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran pada saat metode penemuan (discovery learning) diterapkan dalam proses pembelajaran.
Hasil yang diperoleh pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I.
b. Hasil Observasi Aktivitas Guru
Tabel 5 Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II
Indikator /Aspek yang Diamati Skor Kategori
1. Kegiaan Pendahuluan 4,8 Sangat Baik
2. Kegiatan inti 4,4 Sangat Baik
3. Kegiatan Penutup 4,9 Sangat Baik
Rata-Rata 4,7 Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 4.5 dalam melakukan aktivitasnya selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan (discovery learning) pada siklus II guru memperoleh skor rata-rata sebesar 4,7 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Pada kegiatan awal penulis mendapatkan skor 4,8 dengan kategori baik, kegiatan
18
inti 4,4 yang termasuk dalam kategori sangat baik dan kegiatan akhir guru mendapatkan nilai perolehan sebesar 4,9 yang termasuk dalam kategori sangat baik.
Hal ini menunjukkan guru telah mampu menerapkan metode penemuan (discovery learning) dengan baik dan sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang dikutip dari para ahli pada bab II.
c. Hasil observasi aktivitas siswa
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Akivitas Siswa pada Siklus II
Aspek Pengamatan Skor
Pengamatan
Kriteria Penilaian a. Mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru b. Membaca tugas
c. Memahami dan menemukan permasalahan dalam tugas
d. Mengerjakan tugas
e. Bertanya kepada guru/teman mengenai tugas yang sulit
f. Menyelesaikan tugas tepat waktu
5 4 4 5 4
4
Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik
Baik
Baik
Skor rata-rata 4,33 Baik
Berdasarkan tabel 4.6 dalam melakukan aktivitasnya selama proses belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery learning) pada siklus II siswa memperoleh skor rata-rata sebesar 4,33 dan termasuk kategori baik. Dalam hal ini, terlihat bahwa siswa kelas I di SD Negeri 32 Banda Acehtelah mampu beradaptasi dan mampu mengikuti penerapan metode penemuan (discovery learning) dalam proses pembelajaran dengan baik.
Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pada siklus I dan Siklus II, penerapan metode penemuan (discovery learning) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga. Hal ini dikarenakan, metode penemuan (discovery learning)menciptakan suasana belajar yang aktif sehingga siswa terlibat dalam memahami tugas yang diberikan oleh guru.
Penggunaan metode penemuan (discovery learning)dalam mengajarkan siswa materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga memberikan manfaat yang sangat baik dan positif pada kemampuan siswa dikelas ISD Negeri 32 Banda Aceh. Melalui metode penemuan (discovery learning)siswa diajarkan materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga dengan memahami unsur-unsur yang utama atau hal-hal pokok dalam memahami pelajaran. Sehingga siswa dapat memahami tujuan daripada proses pembelajaran yang berlangsung didalam kelas.
Guru juga lebih mudah dalam menggali kemampuan siswa. Guru memberikan materi dengan memberikan gambaran terlebih dahulu kepada siswa sebelum mereka diajarkan dengan materi yang lebih terperinci agar dapat lebih mudah untuk dicapai.
Adapun hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus I dan silus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
19 Tabel 7. hasil belajar iswa pada siklus I dan siklus II
No Keterangan Siklus I Siklus II
1 Nilai Rata-Rata Kelas 68,00 76,5
2 Persentase ketuntasan Kelas 70,00% 100%
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis pada siswa kelas ISD Negeri 32 Banda Acehdengan menggunakan metode pembelajaran penemuan (discover learning) dengan pemberian tugas pada materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah sebagai berikut:
a. Pada Siklus I siswa mendapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 68,00 dan siswa yang tuntas mengikuti proses pembelajaran sebanyak 14 orang siswa dari 20 orang siswa.
Pada Siklus II, nilai rata-rata kelas yang dicapai oleh siswa sebesar 76,5 dan seluruh siswa tuntas mengikuti proses pembelajaran.
b. Aktivitas guru mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 4,37 sedangkan pada siklus II sebesar 4,7.
c. Aktivitas siswa mengalami peningkatan dari siklus I sampai ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pada siklus I yang diperoleh sebesar 3,5 sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 4,33.
Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) dapat menjadi salah satu solusi yang baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS khususnya pada materi hidup rukun dalam kemajemukan keluarga.
2. Dalam proses belajar, aktivitas siswa hendaknya sesuai dengan langkah-langkah metode pembelajaran penemuan (discovery learning) sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan baik di akhir pembelajaran.
3. Dalam mengajarkan siswa, hendaknya guru kelas dapat mengimplementasikan metode pembelajaran penemuan (discovery learning) kepada siswa dalam mengajarkan pelajaran IPS di sekolah. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan langkah-langkah yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta : Penerbit PT Bumi Aksara.
Asep, Jihad dan Muhtadi, Abdullah, 2008. Guru Profesional. Bandung: PT Cipta Persada. Cet. Ke-10.
Cholisin, 2006. Seminar Nasional Evaluasi Pelaksanaan KBK dalam Menyongsong Undang-Undang Guru dan Dosen di Propinsi Gorontalo, Jogyakarta: UNY.
20
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B., 2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Asdi Mahasatya..
Kep. Dirjen Dikti No. 267/dikti/kep./2000 tentang penyempurnaan kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) PKn pada PT di Indonesia.
Masnur, Muslich, 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E., 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nana, Supriatna, 2007. Pendidikan IPS di SD, Bandung: UPI PRESS..
Nurhadi, Burhan, Senduk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Puspandari, Anindita. 2009. Hubungan Penguasaan Materi Hukum dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Disiplin Siswa dalam Mematuhi Tata Tertib Sekolah di SMP Negeri 3 Malang. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas Ilmu Sosial, Malang: Universitas Negeri Malang.
Rusyan, A. 1996. Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Amanah Duta.
Sumantri, M.,1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek PGSD.
Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembanga Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua, Cetakan Kesepuluh, Jakarta : Balai Pustaka.
UU No. 20 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertahanan dan Keamanan Negara RI.
UU Nomor 2 Negara RI tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.