• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Mata Pembelajaran Sosiologi Dengan Menggunakan Model Berpikir Induktif

hanna brain

Academic year: 2024

Membagikan "Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Mata Pembelajaran Sosiologi Dengan Menggunakan Model Berpikir Induktif"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Mata Pembelajaran Sosiologi Dengan Menggunakan Model Berpikir Induktif

Nur Anna Sahada/20058110 202120580052

Abstract

Mata pembelajaran sosiologi di lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki peran yang penting dalam mengembangkan pemahaman siswa terhadap konsep dan fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari hari. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui cara yang tepat dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran sosiologi di SMA Negeri Kota Pariaman dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kepustakaan. Hasil penelitian menujukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif dapat mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar di kelas, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diinginkan. Hasil belajar yang dicapai tersebut adalah kemampuan siswa untuk memproses informasi yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sosiologi.

Kata kunci: Pembelajaran, Keaktifan, Hasil Belajar, Model

Pendahuluan

Sosiologi adalah salah satu di antara mata pelajaran di lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki peran penting yang berusaha mengembangkan pemahaman siswa terhadap konsep dan fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pemahaman maka peserta didik diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah sosial yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari (Hadi & Junaidi, 2018). Mata pelajaran sosiologi bertujuan agar siswa dapat menjadi warga negara yang memiliki kesadaran sosial, kepedulian terhadap kelestarian lingkungan hidup dan mampu mengatasi masalah sosial serta melakukan pemberdayaan sosial dalam masyarakat (Susanti & Junaidi, 2020).

Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka mata pelajaran sosiologi dikembangkan ke dalam materi atau kompetensi dasar berdasarkan kelas. Selain itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran sosiologi yang tertuang dalam kurikulum 2013 dibutuhkan pembentukan keterampilan communicaton dan collaboration. Maka dari itu, keterampilan 4C khususnya communication dan collaboration harus dikuasai olah siswa dan dibantu oleh guru melalui penggunaan variasi dalam pembelajaran (Susanti & Junaidi, 2020).

Namun, berdasarkan hasil observasi yang diperoleh bahwa hasil belajar sosiologi siswa di SMA Negeri Kota Pariaman secara umum belum tercapai secara maksimal, sehingga masih perlu ditingkatkan hasil belajarnya. Dengan demikian, masalah yang akan diteliti adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran sosiologi, yang dimana hal itulah mempengaruhi rendah tingginya hasil belajar siswa tersebut. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran sosiologi dapat mempengaruhi hasil belajar yang didapatkan siswa tersebut (Setyowati, 2017).

(2)

Tinjauan Kepustakaan

Pada umumnya, penyebab tidak aktifnya siswa selama proses pembelajaran sosiologi tersebut karena model pembelajaran yang digunakan selama ini di sekolah adalah model ceramah, yang menjadikan siswa sebagai penerima yang pasif. Dengan hal itu, dapat dilihat bahwa model pembelajaran itu akan berdampak kepada siswa. Sebab bagaimana pun baiknya penguasaan guru terhadap materi pelajaran, jika siswa tidak mempunyai kemampuan untuk memproses informasi yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran maka tujuan yang diharapkan sulit tercapai.

Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menerima pelajaran yang disampaikan guru serta memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, ataupun menghubungkan pelajaran yang disampaikan dengan pengalaman siswa sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Maka model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model berpikir induktif.

Model pembelajaran berpikir induktif tersebut dipelopori oleh Hilda Taba dengan tujuan untuk mendorong para siswa menemukan dan mengorganisasikan informasi, menciptakan nama suatu konsep, membuat siswa lebih terampil dalam menyingkap dan mengorganisasikan informasi, dan dalam melakukan pengetesan hipotesis yang melukiskan hubungan antar hal (Sakdiah, 2017). Dan dengan model pembelajaran berpikir induktif itu, guru dapat memulai dengan mengemukakan contoh-contoh yang banyak, mendiskusikannya dengan siswa tentang contoh-contoh tersebut, kemudian bersama mereka, setahap demi setahap meningkat kepada penyimpulan kaidah atau definisi (Sidauruk & Zandroto, 2011).

Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan hasil penelitian mengenai keaktifan siswa dalam mata pembelajaran sosiologi dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif serta menganalisisnya dengan menggunakan teori belajar kognitif.

Penelitian ini telah melakukan penelusuran terhadap beberapa jurnal yang tentunya ada keterkaitan ataupun perbedaan dengan obyek penelitian yang akan dikaji dalam penelitian ini. Ada beberapa jurnal penelitian yang relevan menjadi rujukan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu dalam penelitian Tumiar Sidauruk, dkk. "Penerapan model pembelajaran pemrosesan informasi berpikir induktif dalam mata pelajaran geografi pada kelas XI SMA negeri 15 medan" dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana perubahan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran pemrosesan informasi berpikir induktif dalam mata pelajaran geografi. Maka pada penelitian ini tujuannya untuk mengetahui bagaimana suatu model pembelajaran induktif tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Selanjutnya dalam penelitian Halimatus Sakdiah dengan judulnya "Pengaruh Model Pembelajaran Berfikir Induktif (inductive thinking model) terhadap aktivitas belajar siswa SMA." Dalam penelitian jurnalnya membahas tentang bagaimana pengaruh yang didapatkan dengan menggunakan model pembelajaran berfikir induktif tersebut kepada aktivitas belajar siswa. Maka pada penelitian ini, tujuannya adalah untuk mengetahui apa dampak pengaruhnya aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran induktif tersebut.

(3)

No Penulis, Judul

Artikel/Buku Nama

Jurnal/Penerbit_Edis i_/Link Jurnal

Ringksan Isi Artikel Kontribusi makalahpada 1 Deri Indrahadi dan

Junaidi. "Upaya Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pembelajaran Sosiologi Kelas Xi IPS 2 SMA Negeri 1 Pariaman."

Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education.

Jurnal ini membahas peningkatan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Pariaman dengan menerapkan strategi pembelajaran berbasis

masalah. Hasil

penelitiannya adalah mengungkapkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan dengan strategi pembelajaran berbasis

masalah dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik.

Pendahuluan, paragraf 1

2 Fetri Demi Susanti, dkk."Studi Evaluatif Penerapan Strategi Pembelajaran Sosiologi di SMA N 2 Pariaman."

Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pembelajaran.

Jurnal ini membahas tentang evaluasi strategi pembelajaran sosiologi oleh guru di SMAN 2 Pariaman, Dan hasil penelitiannya adalah mengungkapan strategi pembelajaran sosiologi yang diterapakan oleh guru di SMAN 2 Pariaman adalah strategi pembelajaran inquiri based learning dan problem solving based learning.

Pendahuluan, paragraf 1 dan 2

Kemudian dalam penelitian Yossita Wisman dengan judul "Teori Belajar Kognitif dan Implementasi dalam Proses Pembelajaran." Dalam penelitian jurnal tersebut, membahas mengenai teori belajar kognitif yang diimplemetasikan ke dalam proses pembelajaran. Dengan demikian hal penelitian jurnal tersebut, terhadap penelitian ini bertujuan untuk dapat menganalisis keaktifan siswa dengan menggunakan teori belajar kognitif tersebut.

Tinjauan kepustakaan tersebut dilakukan untuk melihat perbedaan antara hasil penelitian yang sudah ada dengan obyek yang penulis teliti atau menghindari adanya kesamaan dengan obyek penelitian sebelumnya. Adapun titik persamaannya adalah sama- sama membahas tentang model pembelajaran induktif yang digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Perbedaannya yaitu terletak bagaimana model pembelajaran induktif yang digunakan dikaitkan dengan menggunakan teori belajar kognitif. Adapun judul-judul jurnal/buku sebelumnya yang berkaitan mengenai model pembelajaran induktif, keaktifan siswa, dan pelajaran sosiologi pada umumnya adalah sebagai berikut:

(4)

3 Elly Setyowati.

"Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Induktif Siswa Kelas VII A SMP N 1 Binangun Cilacap.”

Jurnal Ilmiah Pendidikan

Matematika.

Jurnal ini membahas tentang bagaimana upaya SMP N 1 Binangunan Cilacap menggunakan model pembelajaran

induktif untuk

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII A.

Pendahuluan Paragraf 3

4 Makmur Sirait dan Anju Efreddi Sihombing.

"PENGARUH MODEL

PEMBELAJARAN BERPIKIR

INDUKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA PADA

MATERI POKOK OPTIKA

GEOMETRIS."

Jurnal Penelitian Bidang

Pendidikan 23.1 (2017): 37-46.

Jurnal ini membahas tentang adanya pengaruh dari menggunakan model pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok optika geometris.

Hasil (1) Paragraf 1

5 Putri Khoerunnisa dan Syifa Masyhuril Aqwal. "Analisis Model-Model Pembelajaran."

Jurnal Pendidikan Dasar.

https://ejournal.stitpn.a c.id/index.php/fondatia /article/view/441/422

Jurnal ini membahas tentang bagaimana cara memahami model-model pengajaran dan untuk mengetahui apa saja model pokok mengajar yang dipandang lebih menonjol dan relevan dengan tuntunan kebutuhan dunia Pendidikan dunia masa kini

Hasil (1) Paragraf 3

6 Tumiar Sidauruk, dkk. "Penerapan model pembelajaran pemrosesan

informasi berpikir induktif dalam mata pelajaran geografi pada kelas XI SMA negeri 15 medan."

Jurnal Geografi 3.2

(2011): 43-66. Jurnal ini membahas tentang perubahan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran pemrosesan informasi berpikir induktif dalam mata pelajaran geografi pada kelas XI SMA Negeri 15 Medan pada materi biosfer.

Pendahuluan Paragraf 6 Hasil (1) Paragraf 2

7 Dyah Retna Sari. Jurnal Penelitian Jurnal ini membahas Hasil (1)

(5)

"Peningkatan keterampilan berpikir induktif melalui penerapan model pembelajaran berpikir induktif pada mata pelajaran IPA SD."

Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, tentang aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, keterampilan berpikir induktif siswa, hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran berpikir induktif utamanya pada pelajaran IPA.

dan (2)

8 Halimatus Sakdiah.

"Pengaruh Model Pembelajaran Berfikir Induktif (inductive thinking model) terhadap aktivitas belajar siswa SMA."

Jurnal Academia.Edu Jurnal ini membahas tentang pengaruh model pembelajaran berfikir induktif pada aktivitas belajar siswa, dimana setiap aktifitas belajar siswa untuk setiap indikator bernilai lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model konvensional.

Pendahuluan Paragraf 6 Hasil (2)

9 Tri Ady Indrawan.

"Modul

pembelajaran SMA sosiologi kelas XI:

masalah dan

eksklusi sosial."

Direktorat SMA, Direktorat Jenderal PAUD, DIKDAS dan DIKMEN

Buku ini berisi tentang pembelajaran sosiologi SMA kelas XI mengenai materi masalah dan eksklusi sosial.

Hasil

10 Yossita Wisman.

"Teori Belajar Kognitif dan Implementasi dalam Proses

Pembelajaran."

Jurnal Ilmiah

Kanderang Tingang. Jurnal ini membahas tentang bagaimana teori belajar kognitif diimplementasikan dalam proses belajar mengajar dengan cara yang tepat untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Hasil

Mata pembelajaran sosiologi adalah salah satu di antara mata pelajaran di lembaga pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) memiliki peran penting yang berusaha mengembangkan pemahaman siswa terhadap konsep dan fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pemahaman maka peserta didik diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah sosial yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari (Hadi & Junaidi, 2018). Dan untuk mencapai tujuan tersebut, maka mata pelajaran sosiologi dikembangkan ke dalam materi atau kompetensi dasar berdasarkan kelas (Susanti & Junaidi, 2020).

Namun, berdasarkan hasil observasi yang diperoleh bahwa hasil belajar sosiologi siswa di SMA Negeri Kota Pariaman secara umum belum tercapai secara maksimal, sehingga hasil belajarnya masih perlu ditingkatkan. Dan hasil belajar yang belum tercapai tersebut

(6)

terjadi akibat faktor keaktifan siswa yang kurang dalam proses pembelajaran sosiologi, dan dimana hal itulah mempengaruhi rendah tingginya hasil belajar siswa tersebut. Pada umumnya, penyebab tidak aktifnya siswa selama proses pembelajaran sosiologi tersebut karena model pembelajaran yang digunakan selama ini tidak membuahkan hasil sehingga menjadikan siswa sebagai penerima yang pasif. Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menerima pelajaran yang disampaikan guru serta memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, ataupun menghubungkan pelajaran yang disampaikan dengan pengalaman siswa sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran tersebut.

1. Konsep Model Pembelajaran Berpikir Induktif

Menurut Markman & Gentner (dalam Santrock 2010) bahwa makna dari berpikir induktif itu sendiri yakni mengambil kesimpulan (membentuk konsep) tentang semua anggota suatu kategori berdasarkan observasi dari beberapa anggota (Sari, 2013). Model pembelajaran berpikir induktif tersebut dirancang dan dikembangkan oleh Hilda Taba dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas siswa dalam membentuk dan menggunakan konsep,dan mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan tugas (Sirait & Sihombing, 2017).

Dengan model pembelajaran berpikir induktif itu, guru dapat memulai dengan mengemukakan contoh-contoh yang banyak, mendiskusikannya dengan siswa tentang contoh- contoh tersebut, kemudian bersama mereka, setahap demi setahap meningkat kepada penyimpulan kaidah atau definisi (Sidauruk & Zandroto, 2011). Sehingga model berfikir induktif itu dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas siswa dalam membentuk dan menggunakan konsep, dan mengembangkan keterampilan untuk menyelesaikan tugas.

Model pembelajaran berpikir induktif yang dikembangkan tersebut merupakan model yang berorientasi pada pemrosesan informasi (information processing) (Sakdiah, 2017). Dan model pemrosesan informasi itu merupakan model yang didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) serta berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya. Pemrosesan informasi itu merujuk pada cara mengumpulkan ataupun menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasikan data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi /kognitif itu dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Pembelajaran merupakan keluaran pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (Khoerunnisa & Aqwal, 2020).

2. Komponen-Komponen Model Pembelajaran Berpikir Induktif

Dalam memahami konsep model pembelajaran berpikir induktif dapat diuraikan dengan mememperhatikan komponen-komponennya yaitu sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan pengiring. Berikut uraian dari masing- masing komponen model pembelajaran berpikir induktif tersebut:

a) Sintaks dari model pembelajaran berpikir induktif tersebut menurut Taba (dalam Uno 2009:12) yaitu: (1) Pembentukan konsep; meliputi kegiatan mengidentifikasi data, mengelompokkan data, dan membuat kategori (2) Interpretasi data; meliputi mengidentifikasi butir informasi, menerangkan butir informasi, dan membuat kesimpulan, (3) Aplikasi prinsip; meliputi kegiatan menganalisis masalah, menjelaskan hipotesis dan menguji hipotesis (Sari, 2013).

(7)

b) Sistem sosial yang mendukung dari model pembelajaran berpikir induktif adalah kedekatan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung, dimana guru mendorong siswa untuk aktif dalam berpikir.

c) Prinsip-prinsip reaksi yang dikembangkan dari model pembelajaran berpikir induktif adalah guru sebagai mediator dan motivator. Peran itu adalah dimana guru memberikan suatu masalah dan siswa mencari, membandingkan dan menyusun konsep-konsep mereka.

Dan guru tidak terlibat secara langsung namun membimbing bersama siswa dalam menyeleksi konsep-konsep itu serta membantu mereka dalam kegiatannya.

d) Sistem pendukung yang diperlukan dari model pembelajaran berpikir induktif adalah berupa materi konfrontatif yang mampu membangkitkan proses intelektual, mengumpulkan informasi dan mengujinya secara ilmiah, dan masalah yang menantang siswa untuk melakukan penelitian.

e) Dampak instruksional dari model pembelajaran berpikir induktif adalah proses melatih siswa dalam membentuk konsep, dan sekaligus mengajarkan konsep-konsep. Sedangkan, dampak pengiringnya adalah membentuk perhatian siswa untuk fokus pada logika, bahasa dan arti kata-kata dan sifat pengetahuan (Sakdiah, 2017).

Dalam model pembelajaran berpikir induktif ini, materi pelajaran sosiologi yang akan diajarkan adalah masalah sosial. Masalah sosial itu menurut Soejono Soekanto adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Sedangkan menurut Vincent Parillo Parillo (dalam Soetomo 2013), menyatakan bahwa pengertian masalah sosial mengandung empat komponen yaitu sebagai berikut:

a) Kondisi tersebut merupakan masalah yang bertahan untuk suatu periode waktu tertentu. Suatu kondisi yang dianggap sebagai masalah sosial, namun hanya terjadi dalam waktu singkat dan menghilangkan bukan termasuk masalah sosial.

b) Apabila dirasakan dapat menyebabkan kerugian fisik atau nonfisik, baik pada individu maupun masyarakat.

c) Merupakan suatu pelanggaran terhadap nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat.

d) Dapat menimbulkan kebutuhan akan pemecahan.

Dan ada berbagai faktor penyebab terjadinya suatu masalah sosial, yaitu seperti ekonomi, budaya, psikologis, dan biologis. Adapun contoh masalah sosial yang ada di masyarakat, antara lain: kemiskinan, kriminalitas, kekurangan gizi, penyimpangan seksual dan kenakalan remaja (INDRAWAN, 2020).

Tabel: Skenario pelaksanaan model pembelajaranberpikir induktif

Kegiatan Pendahuluan Alokasi

Waktu 1) Guru memasuki kelas dan mengucapkan salam.

2) Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa dan mengecek kehadiran siswa.

3) Guru memberi motivasi belajar kepada peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara memberikan pernyataan “Apa yang kalian ketahui tentang masalah sosial”?

4) Guru mengemukakan Kompetensi Dasar dan Indikator pencapaian yang harus dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.

15Menit

(8)

Kegiatan Inti Pembentukan

konsep 1) Peserta didik diminta untuk mendiskusikan pengertian masalah sosial dan fenomenanya secara garis besar.

2) Peserta didik mengumpulkan data informasi yang telah diambil dari bahan ajar/buku atau internet mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya masalah sosial serta contohnya di masyarakat.

15Menit

Interpretasi

data 3) Kemudian guru menyuruh peserta didik mengkaji hubungan pademi Covid-19 dengan masalah sosial.

4) Lalu peserta didik mengolah informasi-informasi yang diperoleh melalui data-data hasil yang telah ditemukan untuk menemukan konsep yang sebenarnya.

5) Peserta didik menyimpulkan sementara hasil data yang telah diperoleh berdasarkan informasi-informasi yang didapatkan.

20Menit

Aplikasi

prinsip 6) Peserta didik mengemukakan pendapatnya berdasarkan data-data hasil yang telah ditemukan dengan kata-kata sendiri yang disesuaikan dengan pemahaman dan kemampuan peserta didik.

7) Kemudian guru memberikan postes pada peserta didik sebagai evaluasi proses hasil belajarnya.

8) Peserta didik melaksanakan analisis data proses berupa kesimpulan yang sebenarnya.

25Menit

Kegiatan Penutup

1) Guru menyimpulkan kepada peserta didik terkait dengan mengenai faktor-faktor penyebab terjadinya masalah sosial, contohnya dan hubungan pademi Covid-19 dengan masalah sosial.

2) Guru menyuruh peserta didik melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran terkait dengan penguasaan materi masalah sosial.

3) Guru memberitahukan kepada peserta didik materi yang diajarkan pada pertemuan berikutnya.

4) Guru meminta peserta didik menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam dan berdoa.

15Menit

Alokasi Waktu = 2 X 45 menit 90

Menit

Pembahasan

Model pembelajaran berpikir induktif yang dikembangkan merupakan model yang berorientasi pada pemrosesan informasi (information processing) yang didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget). Dan salah satu teori yang menjelaskan tentang teori belajar kognitif adalah teori gestalt. Teori gestalt memandang belajar sebagai proses pemahaman (insight) yang berbeda dengan teori behaviorisme yang memandang belajar sebagai proses trial and error. Pengertian insight adalah pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan- hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dan seseorang dikatakan berhasil dalam proses belajar jika mendapatkan insight. Dengan adanya insight seseorang akan mengerti permasalahan yang dihadapi dan mampu menyelesaikannya. Pada dasarnya setiap tingkah laku individu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal dan memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Misalnya dalam situasi proses pembelajaran, keterlibatan langsung dalam pembelajaran akan membuat seorang individu menjadi paham sehingga dapat mengatasi masalah yang ada (Wisman, 2020).

Selain itu, berdasarkan hasil observasi yang diperoleh bahwa hasil belajar sosiologi siswa di SMA Negeri Kota Pariaman secara umum belum tercapai secara maksimal akibat

(9)

faktor keaktifan atau keterlibatan peserta didik yang kurang dalam proses pembelajaran sosiologi. Dan hal itu juga disebabkan oleh model pembelajaran yang dimana mendorong siswa untuk tidak aktif atau pasif dalam proses belajar mengajar, sehingga tidak dapat menerima pelajaran yang disampaikan guru serta memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, ataupun menghubungkan pelajaran yang disampaikan dengan pengalaman siswa sehari- hari yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Dengan demikian, maka diketahui bahwa penerapan model pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan keaktifan atau keterlibatan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran Sosiologi dan juga peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Kesimpulan

Mata pembelajaran sosiologi adalah salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting yang berusaha mengembangkan pemahaman siswa terhadap konsep dan fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya pemahaman maka peserta didik diharapkan dapat memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah sosial yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, berdasarkan hasil observasi yang diperoleh bahwa hasil belajar sosiologi siswa di SMA Negeri Kota Pariaman secara umum belum tercapai secara maksimal, sehingga hasil belajarnya masih perlu ditingkatkan. Dan hasil belajar yang belum tercapai tersebut terjadi akibat faktor keaktifan siswa yang kurang dalam proses pembelajaran sosiologi.

Oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat menerima pelajaran yang disampaikan guru serta memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, ataupun menghubungkan pelajaran yang disampaikan dengan pengalaman siswa sehari-hari yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Dengan menggunakan model pembelajaran berpikir induktif yang dikembangkan yang merupakan model yang berorientasi pada pemrosesan informasi (information processing) yang didasari oleh teori belajar kognitif (Piaget) dan dengan dijelaskan pada teori gestalt.

Maka dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan keaktifan atau keterlibatan peserta didik secara langsung dalam pembelajaran Sosiologi dan juga peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan yang ada.

Daftar Pustaka

Hadi, D. I., & Junaidi, J. (2018). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pembelajaran Sosiologi Kelas Xi Ips 2 Sma Negeri 1 Pariaman. Jurnal Socius: Journal of Sociology Research and Education,4(1), 22. https://doi.org/10.24036/scs.v4i1.14

INDRAWAN, T. A. (2020). Masalah Dan Eksklusi Sosial Sosiologi. 33.

http://repositori.kemdikbud.go.id/21936/1/XI_Sosiologi_KD-3.2_FINAL.pdf

Khoerunnisa, P., & Aqwal, S. M. (2020). Analisis Model-model Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Dasar,4(1), 1–27. https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i1.441

Sakdiah, H. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Berfikir Induktif (Inductive Thinking Model) Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMA.Paidagogeo,2(4), 68–75.

Sari, D. R. (2013). PENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR INDUKTIF MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF PADA MATA PELAJARAN IPA SD.Jurnal Penelitian Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1–7.

(10)

Setyowati, E. (2017). Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Matematika Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Induktif Siswa Kelas Vii a Smp N 1 Binangun Cilacap. UNION: Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, 5(2), 115–122.

https://doi.org/10.30738/.v5i2.914

Sidauruk, T., & Zandroto, W. A. S. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Pemrosesan Iformasi Berpikir Induktif Dalam Mata Pelajaran Geografi Pada Kelas Xi Sma Negeri 15 Medan.Jurnal Geografi,3(2), 43–66.

Sirait, M., & Sihombing, E. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif Optika Geometris. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, 23(1), 37–46.

https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/penelitian/article/view/9999

Susanti, F. D., & Junaidi, J. (2020). Studi Evaluatif Penerapan Strategi Pembelajaran Sosiologi di SMA N 2 Pariaman. Jurnal Sikola: Jurnal Kajian Pendidikan Dan Pembelajaran,1(3), 160–167. https://doi.org/10.24036/sikola.v1i3.29

Wisman, Y. (2020). Teori Belajar Kognitif Dan Implementasi Dalam Proses Pembelajaran.

Jurnal Ilmiah Kanderang Tingang, 11(1), 209–215.

https://doi.org/10.37304/jikt.v11i1.88

Referensi

Dokumen terkait