• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B MELALUI BERMAIN ESTAFET DI TK PKK MARSUDISIWI PLERET BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B MELALUI BERMAIN ESTAFET DI TK PKK MARSUDISIWI PLERET BANTUL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Meningkatkan Keterampilan .... (Rizky Aulia Soraya) 647

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK KELOMPOK B MELALUI BERMAIN ESTAFET DI TK PKK MARSUDISIWI

PLERET BANTUL

Rizky Aulia Soraya

Pendidikan Guru PAUD Universitas Negeri Yogyakarta rizkyauliasoraya13@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak kelompok B melalui bermain estafet di TK PKK Marsudisiwi Pleret, Bantul. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keterampilan motorik kasar anak masih rendah. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dalam dua Siklus. Masing-masing Siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B di TK PKK Marsudisiwi Pleret yang berjumlah 13 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 7 anak perempuan Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dengan panduan instrumen. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dikatakan berhasil apabila sudah mencapai kriteria keberhasilan sebesar 80%. Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan motorik kasar anak melalui bermain estafet saat Pratindakan sebesar 30,70% berada pada kriteria sedang, di Siklus I meningkat menjadi 70,37% pada kriteria tinggi, dan Siklus II meningkat menjadi 85,24% pada kriteria sangat tinggi sehingga penelitian dihentikan pada Siklus II karena sudah mencapai kriteria keberhasilan 80%.

Kata kunci:

keterampilan, motorik kasar, Kelompok B

PYSICHAL SKILLS IMPROVEMENT EFFORTS THROUGH RELAY RACE GAME FOR GROUP B CHILDREN PKK MARSUDISIWI KINDERGARTEN PLERET

BANTUL

Abstract

This research is aimed at elevating group B children’s physical skills through relay race game in PKK MARSUDISIWI Kindergarten, Gunung Kelir, Pleret, Bantul. The research is motivated by children’s physical skills that were still low. This study is a classroom action research conducted collaboratively in two Cycles. Each Cycle consists of planning, action, observation and reflection.

Technique of collecting data using observation with instrument guide. The subject in this research were group B children in PKK MARSUDISIWI Kindergarten, they were thirteen; six males and seven females. Data analysis technique used is descriptive qualitative and quantitative. The research is said to be successful when it reaches the success criteria of 80%. The result of the research shows that the crude motor skills of children through playing the relay when Pratindakan is 30.70% are in the medium criterion, in Cycle I increased to 70.37% on high criteria, and Cycle II increased to 85.24%

on very high criteria the study was discontinued in Cycle II because it had reached the success criteria of 80%.

Keywords: physical skills, relay game, Group

Pendahuluan

Anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lanjut (UU Nomor 20 Tahun 2003). Pendidikan anak usia dini diselenggarakan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia anak dengan kegiatan pembelajaran. Pendidikan

(2)

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke- 6 2017 648

anak usia dini diselenggarakan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia anak dengan kegiatan pembelajaran.

Pembelajaran anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi.

Pembelajaran anak usia dini dibentuk sedemikian rupa,sehingga dapat membuat anak aktif, senang dan belajar bebas (Hartati, 2005:

29).

Potensi penting yang perlu dikembangkan dan ditumbuhkan dalam pendidikan anak usia dini di antaranya potensi kognitif, agama, sosial, emosional, fisik motorik dan bahasa. Kelima aspek tersebut akan bertumpu kepada dua alat atau organ fisik utama yaitu pendengaran dan penglihatan sehingga tumbuh kembang kelima aspek tersebut sangat bergantung terhadap optimalisasi pemanfaatan kedua alat utama itu (Rasyid, 2009: 53). Perkembangan motorik disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh.

Perkembangan motorik berhubungan dengan kemampuan gerak anak, sebab gerak merupakan unsur utama dalam pengembangan motorik anak.

Secara langsung maupun tidak langsung pertumbuhan fisik akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari, sebab pertumbuhan fisik anak menentukan keterampilan dalam gerak, mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan pola interaksi dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, sehingga perkembangan motorik sangat penting bagi anak karena dapat meningkatkan aspek perkembangan fisiologis, sosial, emosional dan kognitif pada anak (Sujiono, 2005: 1.4).

Keterampilan motorik kasar merupakan keterampilan yang sangat penting, karena dalam keterampilan menggunakan otot-otot besar yang mampu mengembangkan gerak tubuh. Dengan bermain anak dapat mengembangkan berbagai potensi pada anak, baik potensi fisik, kognitif, bahasa, sosial, emosional, kreativitas, dan pada prestasi akademik. Selain itu juga, bermain dapat mengembangkan rasa percaya diri pada anak, kemandirian dan keberanian sebagai kekuatan yang dapat mempengaruhi perkembangan seseorang anak, dan melalui bermain didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak (Sujiono & Sujiono, 2010:

37)

Bermain estafet diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berlari, koordinasi mata dan tangan,kecepatan,serta

kerjasama dengan anak-anak lain, sehingga dengan bermain estafet dapat membantu anak dalam mengembangkan kemampuan dan mengoptimalkan keterampilan motorik kasar pada anak. Upaya melalui bermain estafet ini memberikan kesempatan kepada anak untuk bereksplorasi berkreasi dan menemukan hal yang baru sehingga dengan bermain dapat membuat anak senang dan memberikan kepuasaan terhadap diri anak sendiri.

Berdasarkan hasil di atas maka keterampilan motorik kasar anak Kelompok B masih belum berkembang dengan optimal.

Sebab, kegiatan belajar mengajar di TK PKK Marsudisiwi lebih difokuskan pada pengembangan motorik halusnya seperti menulis, menebalkan, mewarnai, menggambar, mencocok, menggunting, menempel, dan sebagainya. Kurangnya kesadaran pendidik akan pentingnya pengembangan kemampuan motorik kasar pada diri anak karena di TK PKK Marsudisiwi kegiatan motorik yang sering dilakukan hanya berjalan di atas papan titian dan lempar tangkap bola. Semangat anak-anak dalam menyelesaikan kegiatan pun menjadi rendah.

Dilihat dari penggunaan dan pemanfaatan alat untuk menunjang kegiatan pembelajaran masih minim, sehingga membuat anak mudah bosan dan kurang antusias dalam melakukan kegiatan motorik. Selain itu kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana di sekolah maupun lingkungan sekitar. Hal ini menyebabkan kemampuan motorik kasar pada anak kurang terstimulasi sesuai dengan usia perkembangan anak 5-6 tahun, 13 anak kurang terampil dalam melakukan beberapa gerakan motorik kasar seperti koordinasi mata, tangan- kaki, kelincahan dan keseimbangan gerak tubuh. Peningkatkan keterampilan motorik kasar Di TK PKK Marsudisiwi belum dikemas secara baik dalam sebuah permainan, sehingga membuat kegiatan pembelajaran di sekolah kurang berkembang.

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dalam bentuk penelitian tindakan kolaboratif. Arikunto (2007: 63) menjelaskan bahwa kolaborasi dilakukan yakni antara peneliti sebagai observer dengan guru kelas sebagai kolaborator. Penelitian ini dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran

(3)

Upaya Meningkatkan Keterampilan .... (Rizky Aulia Soraya) 649

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang digagas oleh Kemmis dan McTaggart dalam bentuk spiral yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Tahapan disetiap siklus dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis & Taggart (Arikunto, 2010: 17) Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK PKK Marsudisiwi Pleret Bantul. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan selama 1 bulan yaitu pada 6 Maret 2017 sampai dengan 30 Maret 2017. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh anak Kelompok B di TK PKK Marsudisiwi yang beralamatkan di Dusun Gunung Kelir, Kelurahan Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Yogyakarta.Di TK PKK Marsudisiwi berjumlah 13 anak yang terdiri dari 6 anak laki-laki dan 7 anak perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet Kelompok B TK PKK Marsudisiwi Pleret Bantul.

Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa lembar observasi, dokumen foto. Adapun kisi-kisi observasi terhadap keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian Bermain Estafet

Variabel Sub Variabel Indikator

Keterampilan Motorik

Kasar

Kekuatan Anak berlari dengan menapakkan kaki pada tanah dimulai dari ujung kaki ke tumit dan menolak lagi pada ujung kaki.

Kecepatan Berlari menempuh jarak dengan waktu yang cepat.

Keseimbangan Berlari membawa benda tanpa terjatuh.

Koordinasi Melakukan gerakan koordinasi tubuh antara tangan dan kaki dengan posisi start melayang.

Ketepatan Memindah benda dari tangan kanan ke tangan kiri saat berlari.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menentukan peningkatan hasil belajar anak sebagai pengaruh dari setiap tindakan yang dilakukan guru dengan menghitung skor yang diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun sebelumnya dengan angka. Sedangkan analisis kualitatif yaitu suatu metode yang bersifat menggambarkan kenyataan yang ada dan dijabarkan melalui analisis narasi dari lembar observasi yang diperoleh.

Menurut Yoni (2010: 177) cara perhitungan data kuantitatif untuk mencari persentase menggunakan rumus:

P =Skor keseluruhan yang diperoleh siswa

Jumlah anak x Skor maksimum x 100%

Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian

Untuk mengetahui kondisi awal keterampilan motorik kasar anak Kelompok B di TK PKK Marsudisiwi, peneliti melakukan pengamatan. Pengamatan atau observasi dilakukan pada Senin, 06 Maret 2017 saat guru melaksanakan kegiatan bermain estafet bendera. Ketika anak-anak bermain estafet terdapat beberapa anak tergesa-gesa dan tersandung oleh kakinya sendiri yang mengakibatkan anak terjatuh, terdapat pula anak ketika menyerahkan bendera dengan cara dilempar begitu saja sehingga anak yang yang lain tidak bisa menangkap dan benda terjatuh.

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa keterampilan motorik kasar anak dalam

(4)

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke- 6 2017 650

aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan belum berkembang dengan baik. Berdasarkan hasil pengamatan awal dan wawancara dengan guru, kegiatan belajar mengajar motorik kasar jarang dilakukan karena lebih mengutamakan pembelajaran di dalam kelas. Hal tersebut menjadikan anak-anak kurang antusias dan kurang semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Guru kurang mengoptimalkan penggunaan alat-alat bermain maupun lingkungan sekitar untuk mengasah keterampilan motorik kasar anak.

Hasil pengamatan yang dilakukan pada pratindakan mengenai keterampilan motorik kasar anak kelompok B di TK PKK Marsudisiwi sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Observasi Pratindakan Keterampilan Motorik Kasar Anak

No Indikator Pratindakan Kriteria

1. Kekuatan 36,53% Sedang

2. Kecepatan 32,69% Sedang

3. Keseimbangan 40,38% Sedang 4. Koordinasi 44,23% Sedang

5. Ketepatan 30,76% Sedang

Keterampilan Motorik Kasar 30,70% Sedang

Dari data di atas dapat dilihat bahwa pada kondisi awal sebelum dilakukannya tindakan, (a) pada aspek kekuatan hanya ada 36,53%

dengan kriteria sedang, anak berlari dengan menapakkan kaki pada tanah dimulai dari ujung kaki ke tumit dan menolak lagi pada ujung kaki tanpa terjatuh dan tidak menabrak teman depannya; (b) aspek kecepatan 32,69% dengan kriteria sedang, anak yang dapat berlari menempuh jarak 2 meter dengan waktu 2 detik;

(c) aspek keseimbangan 40,38% dengan kriteria sedang, anak dapat berlari dan menyerahkan benda tanpa terjatuh; (d) aspek koordinasi 44,23% dengan kriteria sedang, anak dapat melakukan koordinasi antara mata, tangan, dan kaki saat menerima benda dengan sikap melayang; dan (e) pada aspek ketepatan hanya ada 30,76% dengan kriteria sedang, anak dapat memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri saat berlari dengan tepat tanpa terjatuh.

Dari hasil yang diperoleh bahwa keterampilan motorik kasar yaitu 30,70%

dengan kriteria sedang. Berdasarkan hasil pengamatan tersebut menjadi dasar peneliti dalam melakukan tindakan penelitian yang

bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar anak agar lebih maksimal dalam melakukan gerakan-gerakan motorik yang dikemas dengan bentuk permainan, yaitu dengan bermain estafet.

Siklus I

Siklus I dilakukan pada tanggal 10 Maret 2017 dan tema air, udara, api dengan sub tema api pada pertemuan 2 siklus I pada tanggal 13 Maret 2017 dan pertemuan 3 siklus I pada tanggal 17 Maret 2017. Langkah awal sebelum melakukan tindakan yaitu: (1) merencanakan Jadwal dan Tema; (2) menyusun RKH; (3) menyiapkan instrumen penelitian; (4) menyiapkan media yang digunakan; dan (5) mempersipkan alat dokumentasi. Penelitian dilakukan menggunakan lembar pengamatan yang bertujuan untuk mengamati keterampilan motorik kasar anak dalam aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan. Pengamatan dilakukan pada setiap kali pertemuan dan akan dilakukan perhitungan rata-rata Hasil observasi pada Siklus I dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Hasil Observasi Keterampilan Motorik Kasar Siklus I

Indikator

Pertemuan

Rata- rata I

(%) II (%)

III (%)

Kekuatan 63,46 71,15 76,92 70,5 Kecepatan 61,53 73,07 80,76 71,78 Keseimbang

an 63,46 71,15 76,92 70,51

Koordinasi 63,46 71,15 75,00 69,87 Ketepatan 61,53 71,15 75,00 69,22 Keterampilan Motorik Kasar 70,37

Berdasakan Tabel 3 di atas terlihat bahwa adanya peningkatan pada Siklus I sejak pratindakan. Hal ini terlihat peningkatan tindakan Siklus I menunjukkan bahwa (a) pada aspek kekuatan sebesar 70,51% dengan kriteria tinggi, anak berlari dengan menapakkan kaki pada tanah dimulai dari ujung kaki ke tumit dan menolak lagi pada ujung kaki tanpa terjatuh dan tidak menabrak teman depannya; (b) pada aspek kecepatan sebesar 71,78% dengan kriteria tinggi, anak dapat berlari menempuh jarak 2 meter dengan waktu 2 detik; (c) pada aspek keseimbangan sebesar 70,51% dengan kriteria tinggi, anak dapat anak dapat berlari dan

(5)

Upaya Meningkatkan Keterampilan .... (Rizky Aulia Soraya) 651

menyerahkan benda tanpa terjatuh; (d) pada aspek koordinasi sebesar 69,87% dengan kriteria tinggi, anak dapat melakukan koordinasi antara mata, tangan dan kaki saat menerima benda dengan sikap melayang; dan (e) pada aspek ketepatan sebesar 69,22%

dengan kriteria tinggi anak dapat memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri saat berlari dengan tepat tanpa terjatuh.

Dari hasil tindakan yang sudah dilakukan, maka keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet sebesar 70,37% dengan kriteria tinggi. Hasil pengamatan keterampilan motorik kasar pada aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan ketepatan melalui bermain estafet pada Pratindakan dengan Siklus I dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 4. Hasil Perbandingan Data Presentase Keterampilan Motorik Kasar Pratindakan dan

Siklus I

No. Indikator Pratindakan Siklus I

1. Kekuatan 30,76% 70,51%

2. Kecepatan 32,69% 71,78%

3. Keseimbangan 40,38% 70,51%

4. Koordinasi 44,23% 69,87%

5. Ketepatan 30,76% 69,22%

Keterampilan Motorik Kasar

35,76% 70,37%

Dari Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari pratindakan ke Siklus I dilihat dari hasil presentase. Hasil pratindakan pada aspek kekuatan mengalami peningkatan pada Siklus I sebesar 33,98% (dari 36,53%

menjadi 70,51%). Hal ini juga terjadi pada aspek kecepatan mengalami peningkatan sebesar 39,09% (dari 32,69% menjadi 71,78%), pada aspek keseimbangan mengalami peningkatan sebesar 30,13% (dari 40,38%

menjadi 70,51%), pada aspek koordinasi juga mengalami peningkatan sebesar 25,64% (dari 44,23% menjadi 69,87%), dan pada aspek ketepatan mengalami peningkatan sebesar 38,46% (dari 30,76% menjadi 69,22%).

Untuk menunjukkan lebih jelas bahwa adanya peningkatan keterampilan motorik kasar pada aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan dari pratindakan ke Siklus I dapat dilihat melalui Gambar 1 berikut

.

Gambar. 1 Grafik Presentase Keterampilan Motorik Kasar Pra Tindakan dan

Siklus I

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan setiap indikator keterampilan motorik kasar dari pratindakan ke Siklus I, akan tetapi jika dilihat secara keseluruhan dari hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan keterampilan motorik kasar anak Kelompok B yaitu 70,37%

dengan kriteria tinggi.

Pada Siklus I ditemukan beberapa kendala seperti berikut:

1) Terdapat anak yang bercanda sendiri dan tidak sungguh-sungguh saat melakukan pemanasan.

2) Anak kurang fokus saat diberi penjelasan tentang cara dan peraturan bermain estafet, sehingga saat bermain terdapat beberapa anak yang masih kebingungan.

3) Terdapat anak yang cenderung lebih lambat dalam melakukan kegiatan dibandingkan anak-anak yang lain.

Dari hasil pengamatan pelaksanaan tindakan Siklus I peneliti melihat adanya peningkatan keterampilan motorik kasar anak dari sebelum tindakan sampai pertemuan terakhir di Siklus I selama proses kegiatan berlangsung semuanya berjalan cukup lancar meskipun belum maksimal sehingga perlu adanya perbaikan pada Siklus berikutnya.

Rencana perbaikan Siklus II adalah sebagai berikut:

1) Pemanasan dilakukan bervariasi seperti, sambil bernyanyi agar anak-anak semakin antusias dan sungguh-sungguh dalam 0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

30.76%32.69%

40.38%44.23%

30.76%35.76%

70.51%71.78%70.51%69.87%69.22%70.37%

Pra Tindakan Siklus I

(6)

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke- 6 2017 652

melakukan pemanasan sehingga, otot-otot motorik anak siap untuk melakukan kegiatan pada hari itu.

2) Pemberian penjelasan tentang cara bermain di Siklus II ini anak diminta berbaris sesuai dengan kelompok yang sudah dibagi sesuai lintasan sehingga, jarak antar anak tidak berdesakkan dan setelah diberikan penjelasan anak-anak juga diminta untuk mempraktikkan bersama-bersama agar mudah memahami cara bermain serta aturan bermain.

3) Pemberian motivasi dan reward pada anak agar selalu bersemangat dalam melakukan kegiatan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak, bahwa anak mampu melakukannya, serta diakhir permainan guru selalu menyebutkan siapa yang paling bersemangat dengan memberi reward berupa tepuk tangan oleh guru dan semua anak-anak.

Berdasarkan hasil perbandingan Pratindakan dan Siklus I terdapat peningkatan yang cukup baik. Dari hasil observasi pada Siklus I keterampilan motorik kasar anak melalui bermain estafet sebesar 70,37% dengan kriteria tinggi dan belum mencapai indikator keberhasilan. Untuk mencapai nilai indikator keberhasilan sebesar 80% dengan kriteria sangat tinggi, sehingga dilakukan kembali penelitian tindakan ke Siklus II dengan adanya perbaikan sesuai dengan refleksi pada Siklus I.

Siklus II

Penelitian tindakan pada Siklus II dilakukan sebanyak 3 kali pertemuan. Tema yang digunakan menyesuaikan yang sedang digunakan di TK PKK Marsudisiwi yaitu alat komunikasi dengan sub tema macam-macam alat komunikasi. Pada Pertemuan Pertama Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2017, Pertemuan Kedua Siklus II pada tanggal 24 Maret 2017, dan Pertemuan Ketiga Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2017 dengan tema alat komunikasi sub tema kegunaan alat komunikasi. . Langkah awal sebelum melakukan tindakan yaitu: (1) merencanakan Jadwal dan Tema; (2) menyusun RKH; (3) menyiapkan instrumen penelitian; (4) menyiapkan media yang digunakan; dan (5) mempersipkan alat dokumentasi.

Dari hasil tindakan penelitian, peneliti melakukan pengamatan keterampilan motorik kasar anak pada aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan.

Observasi dilakukan pada setiap pertemuan dan akan dilakukan perhitungan rata-rata.

Perbandingan peningkatan keterampilan motorik kasar pada Siklus II dapat dilihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Observasi Keterampilan Motorik Kasar Siklus II

Indikator

Pertemuan Rata-

Rata (%) I

(%)

II (%)

III (%) Kekuatan

78,84 84,61 88,46 83,97 Kecepatan 82,69 90,38 92,30 88,45 Keseimbangan

80,76 88,46 88,46 85,89 Koordinasi

80,76 86,53 88,46 85,25 Ketepatan

78,84 84,61 84,61 82,66 Keterampilan Motorik Kasar 85,24

Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa pada tindakan Siklus II menunjukkan:

(a) pada aspek kekuatan sebesar 83,97%

dengan kriteria tinggi, anak berlari dengan menapakkan kaki pada tanah dimulai dari ujung kaki ke tumit dan menolak lagi pada ujung kaki tanpa terjatuh dan tidak menabrak teman depannya; (b) pada aspek kecepatan sebesar 88,45% dengan kriteria sangat tinggi, anak dapat anak berlari menempuh jarak 3 meter dengan waktu 2 detik; (c) pada aspek keseimbangan sebesar 85,89% dengan kriteria sangat tinggi, anak dapat anak dapat berlari dan menyerahkan benda tanpa terjatuh, (d) pada aspek koordinasi sebesar 85,25% dengan kriteria sangat tinggi, anak dapat melakukan koordinasi antara tangan dan kaki saat menerima benda dengan sikap melayang; dan (e) pada aspek ketepatan sebesar 82,66%

dengan kriteria sangat tinggi anak dapat memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri saat berlari dengan tepat tanpa terjatuh.

Dari hasil pengamatan penelitian tindakan Siklus II dengan dilaksanakannya perbaikan-perbaikan dari hasil refleksi pada Siklus I terbukti adanya peningkatan dari hasil pengamatan pada tindakan Siklus I ke Siklus II dalam keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet sebesar 85,24% kriteria sangat tinggi. Hasil pengamatan keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet pada Pratindakan dengan Siklus II dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

(7)

Upaya Meningkatkan Keterampilan .... (Rizky Aulia Soraya) 653

Tabel 6. Hasil Perbandingan Keterampilan Motorik Kasar Siklus I dengan Siklus II No. Indikator Siklus I Siklus II

1. Kekuatan 70,51% 83,97%

2. Kecepatan 71,14% 88,45%

3. Keseimbangan 70,51% 85,89%

4. Koordinasi 69,87% 85,25%

5. Ketepatan 69,22% 82,66%

Keterampilan Motorik Kasar 70,37% 85,24%

Berdasakan data di atas terlihat bahwa adanya peningkatan pada Siklus I sejak pratindakan. Hal ini terlihat peningkatan hasil presentase pada tindakan Siklus II yaitu pada aspek kekuatan mengalami peningkatan pada Siklus II sebesar 13,46% (dari 70,51% menjadi 83,97%). Hal ini juga terjadi pada aspek kecepatan yang mengalami peningkatan sebesar 17,31% (dari 71,14% menjadi 88,45%), pada aspek keseimbangan mengalami peningkatan sebesar 15,38% (dari 70,51% menjadi 85,89%), pada aspek koordinasi juga mengalami peningkatan sebesar 15,38% (dari 44,23%

menjadi 69,87%) dan pada aspek ketepatan mengalami peningkatan sebesar 13,44% (dari 69,22% menjadi 82,66%).

Peningkatan keterampilan motorik kasar pada aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan dari Tindakan Siklus I ke Siklus II dapat dilihat melalui Gambar 2 berikut.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Pencapaian Keterampilan Motorik Kasar dari Siklus I ke

Siklus II

Hasil pengamatan yang dilakukan pada Siklus II dengan dilaksanakannya perbaikan- perbaikan dari hasil refleksi pada Siklus I

terdapat bukti bahwa adanya peningkatan dari hasil pengamatan pada Tindakan Siklus I ke Siklus II dalam keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet. Setelah dilakukannya Siklus II maka hasil penelitian ini telah mencapai indikator keberhasilan yaitu sudah melebihi 80% dengan kriteria sangat tinggi.

Berikut merupakan hasil dari Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II:

Tabel 7. Hasil Perbandingan Pratindakan, Siklus I, dan Siklus II

No. Indikator Pra

Tindakan Siklus I Siklus II

1. Kekuatan 30,63% 70,51% 83,97%

2. Kecepatan 32,69% 71,14% 88,45%

3. Keseimbang 40,38% 70,51% 85,89%

4. Koordinasi 44,23% 69,87% 85,25%

5. Ketepatan 30,76% 69,22% 82,66%

Keterampilan Motorik

Kasar 30,70% 70,37% 85,24%

Dari Perbandingan di atas dapat dilihat bahwa adanya peningkatan dari pratindakan, Siklus I dan Siklus II dilihat dari hasil presentase yaitu terjadi peningkatan pada indikator kekuatan yang pada pratindakan sebesar 35,63% meningkat pada Siklus I menjadi 70,51% kemudian pada Siklus II meningkat lagi menjadi 83,97%. Pada aspek kecepatan yang pada pratindakan sebesar 32,69% meningkat pada Siklus I menjadi 71,14% kemudian pada Siklus II meningkat lagi menjadi 88,45%. Pada aspek keseimbangan pada pratindakan sebesar 40,38% meningkat pada Siklus I menjadi 70,51% kemudian pada Siklus II meningkat lagi menjadi 85,89%. Pada aspek koordinasi yang pada pratindakan sebesar 44,23% meningkat pada Siklus I menjadi 69,87% kemudian pada Siklus II meningkat lagi menjadi 85,25%. Pada aspek ketepatan yang pada pratindakan sebesar 30,76% meningkat pada Siklus I sebesar 70,37% kemudian pada Siklus II meningkat lagi menjadi 82,66%.

Dari hasil ini menunjukkan bahwa presentase keseluruhan dalam keterampilan motorik kasar anak melalui bermain estafet mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada pratindakan sebesar 30,37% kemudian meningkat pada Siklus I menjadi 70,37% dan pada Siklus II meningkat lagi menjadi 85,24%.

Untuk mengetahui lebih jelas peningkatan dari pratindakan, Siklus I, dan Siklus II dapat

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

70.51%71.14%70.51%69.87%69.22%70.37%

83.97%88.45%85.89%85.25%82.66%85.24%

Siklus I Siklus II

(8)

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke- 6 2017 654

dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Grafik Perbandingan Pencapaian Keterampilan Motorik Kasar Anak dari

Pratindakan, Siklus I dan Siklus II Pembahasan Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan tindakan yang dilakukan, penelitian tindakan ini dilaksanakan dengan 2 Siklus yang setiap Siklusnya terdapat 3 kali pertemuan, dimana masing-masing pertemuan melakukan diskusi bersama guru untuk mengetahui keterampilan motorik kasar anak pada aspek kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi dan ketepatan melalui kegiatan bermain estafet dan dilanjutkan dengan merancang kegiatan pada pertemuan berikutnya. Untuk dapat mengetahui hasil dari keterampilan motorik kasar anak kelompok B peneliti melakukan pengamatan pada Pratindakan. Pengamatan dilakukannya kegiatan bermain estafet bendera oleh guru namun belum ada pengarahan khusus saat bermain.

Dari kegiatan pratindakan data menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan motorik kasar pada pratindakan sebesar 30,70%

dengan kriteria sedang. Berdasarkan hasil di atas maka perkembangan keterampilan motorik kasar anak kelompok B masih kurang optimal.

Hal ini disebabkan kurangnya stimulasi aktivitas fisik yang diberikan guru dalam pembelajaran dan kurangnya variasi dalam penggunaan media sehingga mempengaruhi semangat dalam diri anak dalam menyelesaikkan kegiatan menjadi rendah.

Selain itu, kurangnya pemanfaatan sarana dan prasarana di sekolah maupun lingkungan sekitar

juga menyebabkan perkembangan keterampilan motorik kasar belum optimal.

Hal tersebut sesuai dengan pendapat Husain dkk. dalam Sumantri (2005: 117) yang mengemukakan bahwa adanya rangsangan dari lingkungan serta aktivitas jasmani merupakan salah satu faktor mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik anak usia dini untuk menstimulasi perkembangan keterampilan motorik kasar anak diperlukan adanya kegiatan pembelajaran motorik. Bermain estafet merupakan aktivitas fisik untuk melatih keterampilan motorik kasar pada kegiatan pembelajaran di sekolah. Bermain estafet dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar pada kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan. Untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar pada anak, peneliti menggunakan media pembelajaran bermain estafet dan alat bermain yang bervariasi pada setiap pertemuan Siklus I.

Setelah dilakukannya tindakan Siklus I yang sesuai dengan rencana kegiatan pembelajaran yang sudah didiskusikan oleh guru dan peneliti. Pada tindakan Siklus I dilakukan dengan kegiatan bermain estafet menggunakan alat yang bervariasi pada setiap pertemuannya, terjadi peningkatan sebesar 70,37% dengan kriteria tinggi yaitu sesuai dengan tingkatan kriteria yang dikemukakan oleh Yoni (2010: 177). Meningkatnya keterampilan motorik kasar Siklus I terjadi karena kegiatan dilakukan secara berulang- ulang sehingga memudahkan anak dalam melakukan gerakan–gerakan motorik kasar pada kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan.

Pada tindakan Siklus I ini alat yang digunakan yaitu alat bola plastik kecil, piring plastik kecil dan bekas bungkus sabun. Alat yang digunakan adalah alat yang sering dijumpai anak dan digunakan anak untuk bermain kesehariannya di lingkungan sekolah maupun di rumah. Sebelum dilakukannya tindakan, peneliti menyiapkan alat untuk melakukan kegiatan bermain estafet, anak-anak sangat antusias menanyakan akan melakukan kegiatan apa pada hari itu. Anak-anak pun terlihat senang dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi tentang kegiatan apa yang akan dilakukan.

Anak-anak usia dini memang identik dengan karakteristik rasa ingin tahu yang tinggi yaitu sesuai yang dikemukakan oleh Hartati (2005: 8) bahwa anak usia dini hampir selalu

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

30.63% 32.69%

40.38%44.23%

30.76% 30.70%

70.51% 71.14% 70.51% 69.87% 69.22% 70.37%

83.97%88.45% 85.89% 85.25%82.66% 85.24%

Pratindakan Siklus I Siklus II

(9)

Upaya Meningkatkan Keterampilan .... (Rizky Aulia Soraya) 655

ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhenti belajar. Sejalan dengan yang dikemukan oleh Kellough (Hartati, 2005: 9) bahwa anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu anak muncul karena dalam penggunaan media pada setiap pertemuan pada Siklus I menggunakan benda- benda yang ada di sekitar dan sering dijumpai anak sehingga menimbulkan rasa ingin tahu anak dengan apa yang akan dilakukan dengan benda-bendatersebut dan menarik perhatian anak sehingga termotivasi melakukan kegiatan.

Pada Siklus I ini saat bermain estafet terdapat beberapa kendala yaitu saat anak melakukan pemanasan tidak sungguh-sungguh dan bercanda sendiri sehingga membuat otot- otot menjadi kurang siap untuk melakukan gerakan motorik dan menahan beban tubuh anak saat berlari. Terdapat beberapa anak yang tidak fokus saat diberi penjelasan cara dan aturan bermain, serta terdapat anak yang mengganggu teman lainnya sehingga anak menjadi bingung saat bermain karena tidak memperhatikan instruksi guru. Hal ini tampak ketika anak menyerahkan alat, bermain anak melempar begitu saja ke arah teman, dan terdapat pula beberapa anak yang tidak memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri. Pada Siklus I juga ini terlihat anak yang cenderung lebih lambat dalam melakukan dan menyelesaikan kegiatan dari teman- temannya sehingga anak memerlukan motivasi dan dorongan dari guru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka pada Siklus II dilakukan beberapa perbaikan yaitu dalam melakukan pemanasan anak-anak melakukan gerakan sambil bernyanyi sehingga lebih menarik antusias anak dalam melakukan pemanasan dan membuat otot-otot motorik anak lebih siap untuk melakukan kegiatan. Anak-anak juga diminta berbaris sesuai kelompok agar tidak berdesak-desakkan anak satu dengan yang lainnya, sehingga saat diberikan penjelasan dan cara bermain anak-anak lebih fokus. Anak-anak diminta mempraktikkan bersama-sama secara langsung agar anak lebih jelas dan tidak kebingungan saat bermain. Dan pada Siklus II ini, agar lebih menarik antusias dan semangat anak, bermain estafet dibentuk bervariasi dari pertemuan di Siklus I yaitu variasi pada alat yang digunakan saat bermain, jalur berlari anak yang dibuat berpola zig-zag dan jarak ditambah menjadi 3 meter.

Pada Siklus II ini sebelum kegiatan bermain dimulai guru memberikan motivasi dan dorongan pada anak-anak untuk percaya diri dalam melakukan bermain estafet. Pada setiap akhir kegiatan bermain estafet, guru selalu memberikan reward kepada anak yang paling bersemangat dan dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik berupa tepuk tangan agar lebih percaya diri. Secara keseluruhan dari pertemuan pertama hingga pertemuan ketiga di Siklus II, anak mengalami peningkatan sangat baik yaitu anak menjadi lebih fokus saat melakukan kegiatan bermain estafet sehingga anak menjadi terampil dalam melakukan gerakan-gerakan bermain estafet, seperti saat berlari anak tidak terjatuh dan bisa mengerem laju lari dengan baik tanpa menabrak teman yang ada di depannya. Anak juga sudah dapat melakukan gerakan koordinasi sesuai instruksi guru seperti anak bisa menyerahkan benda dan memindahkan benda dari tangan kanan ke tangan kiri dengan tepat tanpa tejatuh.

Peningkatan juga terlihat pada anak yang sebelumnya kurang percaya diri, di Siklus II sudah mulai menunjukkan kemampuannya dengan sungguh-sungguh dan penuh rasa peraya diri untuk menyelesaikan kegiatan bermain.

Seperti yang dikemukakan oleh Suratno (2005: 75) bahwa bermain adalah dunia anak dan bermain merupakan aktivitas yang penting dilakukan anak-anak, dengan bermain anak- anak akan bertambah pengalaman dan pengetahuannya. Melalui bermain anak memperoleh pembelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi, bahasa, fisik, dan nilai moral agama. Melalui kegiatan bermain dengan berbagai macam bentuk permainan, anak dirangsang untuk berkembang secara umum, baik perkembangan berpikir, emosi maupun sosial, serta melalui kegiatan daya pikir, anak terangsang untuk merangsang perkembangan emosi, sosial, dan fisiknya (Ismail, 2006: 46).

Bermain estafet memberikan dampak yang baik pada peningkatan keterampilan motorik kasar yaitu keterampilan dalam koordinasi tangan, kaki, dan seluruh anggota tubuh, seperti yang dikemukakan Hurlock (1978: 151) bahwa motorik kasar merupakan salah satu aktivitas yang melibatkan tangan, kaki, dan keseluruhan anggota badan. Tidak hanya, itu dengan bermain dapat meningkatkan rasa percaya diri anak dan dapat meningkatkan kerjasama yang baik antara anak satu dengan

(10)

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke- 6 2017 656

anak yang lainnya sehingga bermain estafet dapat meningkatkan perkembangan fisik motorik, sosial, emosional, dan kognitif pada anak. Berdasarkan uraian di atas, peningkatan motorik kasar menunjukkan bahwa kegiatan peningkatan motorik kasar anak akan lebih menyenangkan jika dilakukan melalui bermain.

Bermain estafet atau beranting merupakan pengembangan gerakan lari yang banyak dilakukan di pendidikan prasekolah (Sujiono, 2008: 6.22).

Bermain estafet merupakan permainan yang menyenangkan karena anak dapat bermain dengan penuh rasa percaya diri. Seperti yang dikemukakan oleh Djumidar (2004: 28) bahwa lari sambung atau lari beranting atau lari estafet merupakan kegiatan jasmani berupa berlari sambil memindahkan benda atau alat dari satu pelari ke pelari lainnya. Aktivitas ini sangat diminati anak-anak karena kegiatan tersebut memiliki unsur permainan dan perlombaan.

Bermain estafet membantu anak untuk melatih kekuatan dalam menahan beban tubuh agar tidak terjatuh, kecepatan di mana anak merespon apa yang harus dilakukan, keseimbangan dalam menerima dan membawa benda saat berlari, koordinasi tangan, dan kaki dalam kesiapan tubuh untuk berlari dan ketepatan dalam peralihan benda saat menerima benda menggunakan tangan kanan, memindahkan dan menyerahkan benda dengan tangan kiri. Dengan adanya modifikasi dan kreasi dalam bermain estafet, maka bermain estafet dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar pada anak.

Pada Siklus II ini setelah dilakukan perbaikan, rata-rata pencapaian keterampilan motorik kasar sebesar 85,24% berada pada kriteria sangat tinggi. Pada Siklus II ini keterampilan motorik kasar sudah mencapai kriteria keberhasilan yang ditentukan peneliti yaitu mencapai indikator keberhasilan 80%

dengan kriteria sangat tinggi sehingga penelitian dihentikan pada Siklus II. Hasil yang dicapai dalam kegiatan bermain estafet ini terbukti dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar anak karena bermain estafet dilakukan secara berulang-ulang sehingga memudahkan anak terampil dalam melakukan gerakan-gerakan motorik kasar pada kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan.

Kegiatan bermain estafet juga dilakukan dengan berbagai variasi pada setiap Siklusnya seperti pada alat yang digunakan, jalur bermain

anak yang dibuat variasi zig-zag dan motivasi yang diberikan pada anak untuk menambah rasa percaya diri dan kerjasama antara anak satu dengan yang lainnya. Hal tersebut dapat meningkatan keterampilan motorik kasar pada aspek kekuatan, kecepatan dan keseimbangan saat berlari, melatih koordinasi tangan dan kaki, serta ketepatan pada saat anak menyerahkan benda. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sujiono, (2008: 1.19-1.24) bahwa bermain estafet memiliki tujuan yang baik untuk anak usia dini di antaranya yaitu: (1) melatih ketangkasan; (2) melatih meningkatkan koordinasi; (3) melatih kecepatan; (4) melatih sikap kerjasama; dan (5) melatih kelincahan.

Berdasarkan hasil di atas bahwa anak mengalami peningkatan keterampilan motorik kasar pada indikator kekuatan, kecepatan, keseimbangan, koordinasi, dan ketepatan.

Penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat meningkatkan keterampilan motorik kasar anak Kelompok B melalui bermain estafet di TK PKK Marsudisiwi Pleret Bantul.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu mendapatkan hasil yang maksimal dan optimal. Namun penelitian yang dilaksanakan di Kelompok B TK PKK Marsudisiwi Pleret ini juga memiliki keterbatasan yaitu:

1. Pemilihan alat bermain terlalu ringan, sehingga kurang adanya beban saat benda dibawa anak dan mudah rusak.

2. Keadaan cuaca sulit ditebak saat pelaksanaan tindakan karena berada pada bulan dengan intesitas curah hujan yang cukup sering, sehingga halaman menjadi licin yang terkadang membuat hasil pertemuan kurang maksimal.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik kasar anak Kelompok B di TK PKK Marsudisiwi Pleret Bantul dapat meningkat melalui kegiatan bermain estafet.

Langkah- langkah yang dilakukan dalam meningkatkan keterampilan motorik kasar melalui bermain estafet yaitu (1) guru mengajak anak-anak melakukan pemanasan bersama- sama sambil bernyanyi; (2) saat guru memberikan penjelasan tentang cara dan aturan bermain, anak-anak diminta berbaris sesuai kelompok pada lintasan yang sudah ditentukan

(11)

Upaya Meningkatkan Keterampilan .... (Rizky Aulia Soraya) 657

agar tidak berdesak-desakan dan anak-anak menjadi fokus; (3) guru memberikan contoh cara bermain pada anak. Setelah diberikan contoh, anak-anak diminta mempraktikkan bersama-sama gerakan bermain estafet untuk memudahkan anak dalam memahami cara dan aturan bermain sehingga tidak ada yang kebingungan saat bermain; (4) guru menyiapkan alat yang digunakan untuk bermain estafet, yaitu menggunakan alat atau benda;

yang sering dijumpai anak dan digunakan bermain dalam keseharian di sekolah, (5) pada pelaksanaan bermain estafet Siklus I anak berlari lurus, sedangkan pada Siklus II divariasikan dengan jalur berlari berpola zig- zag dengan jarak 2 meter pada siklus I dan menjadi 3 meter pada Siklus II. Guru juga memberikan motivasi dan dorongan di awal kegiatan serta memberikan reward pada anak di akhir kegiatan berupa tepuk tangan untuk anak yang paling bersemangat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa keterampilan motorik kasar anak melalui bermain estafet saat pratindakan sebesar 30,70% berada pada kriteria sedang, di Siklus I meningkat menjadi 70,37% pada kriteria tinggi, dan Siklus II meningkat menjadi 85,24% pada kriteria sangat tinggi sehingga penelitian dihentikan pada Siklus II karena sudah mencapai kriteria keberhasilan 80%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi kepala sekolah, dapat mempertimbangkan situasi cuaca saat akan melakukan kegiatan outdoor agar keterampilan motorik kasar dapat meningkatkan dan berkembang dengan optimal.

2. Bagi guru, dapat menggunakan dan memanfaatkan sarana prasana yang ada serta lebih bervariasi dalam pemilihan alat bermain agar anak-anak lebih tertarik dan antusias dalam berkegiatan.

3. Bagi peneliti, dapat mengembangkan kegiatan bermain estafet maupun kegiatan bermain lainnya dengan lebih kreatif dan lebih variasi dalam pelaksanaan kegiatan agar keterampilan motorik anak berkembang dengan optimal.

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2007). Penelitian tindakan kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Djumidar, M. (2004). Belajar berlatih gerakan- gerakan dasar atletik dalam bermain.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Hartati, S. (2005). Perkembangan belajar pada anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidika Tinggi.

Hurlock E.B. (1978). Perkembangan anak (alih bahasa: Meitasari Tjandrasa &

Muslichah Zarkasih). Jakarta: Erlangga.

Ismail, A. (2006). Education games menjadi cerdas dan ceria dengan pemainan edukatif. Yogyakarta: Pilar Media

Rasyid, H. (2009). Assesmen perkembangan anak usia dini. Yogyakarta: Multi Pressindo.

Sujiono, Y. & Sujiono, B. (2010). Bermain kreatif berbasis kecerdasan jamak.

Jakarta: PT Indeks.

Sujiono, B. (2008). Metode pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sumantri. (2005). Model pengembangan ketrampilan motorik anak usia dini.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Suratno. (2005). Pengembangan kreativitas anak usia dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Yoni, A. (2010). Menyusun penelitian tindakan kelas. Yogyakarta: Familia.

(12)

Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke- 6 2017 658

Biodata Penulis

Rizky Aulia Soraya lahir di Bantul, 29 April 1995. Tempat tinggal beralamatkan di Karangturi RT 07, Baturetno, Banguntapan, Bantul Yogyakarta. Riwayat pendidikan meliputi jenjang TK PKK Wiyoro lulus tahun 2001, SD N Baturetno lulus tahun 2007, SMP N 1 Banguntapan tahun 2010, SMA N 1Banguntapan lulus tahun 2013. Karya tulis yang dipublikasikan berjudul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Motorik Kasar Anak Kelompok B Melalui Bermain Estafet di TKK PKK Marsudisiwi Pleret Bantul”.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui pengaruh antara bermain perbandingan alat bermain motorik kasar dan media motorik halus terhadap perkembangan kognitif anak kelompok B semester genap PAUD Labschool