• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatnya Pencapaian Pembelajaran IPA tentang Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup Melalui Penerapan Metode Kunjungan Karya Pada Kelas VI

N/A
N/A
YanSa Channel

Academic year: 2024

Membagikan " Meningkatnya Pencapaian Pembelajaran IPA tentang Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup Melalui Penerapan Metode Kunjungan Karya Pada Kelas VI "

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatnya Pencapaian Pembelajaran IPA tentang Ciri-Ciri Khusus Makhluk Hidup Melalui Penerapan Metode Kunjungan Karya

Pada Kelas VI Mutomimah¹

Email: mimaabizard@gmail.com Mahdalena²

Dinda Rizki Tiara³

¹Seorang mahasiswa dalam Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di Universitas Terbuka.

²Dosen dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di Universitas Terbuka.

³Dosen dalam Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan di Universitas Terbuka.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengidentifikasi dan menganalisis penerapan metode kunjungan kerja dalam pendidikan sains, khususnya untuk muatan ciri- ciri unik makhluk hidup, dengan fokus pada peningkatan prestasi belajar siswa. Teknik eksplorasi yang digunakan adalah penelitian kegiatan kelas (PTK) yang dilaksanakan di Indriplant SDS Pondok IV, Daerah Peranap, pada 15 siswa kelas VI. Strategi penelusuran informasi yang diterapkan meliputi melihat prestasi KKM siswa dan cakupan nilai, dengan penjabaran nilai siswa menggunakan hipotesis Arikunto.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Strategi Kunjung Karya berhasil dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDS Pondok IV Indriplant Kecamatan Pauh Peranap dengan memusatkan perhatian pada materi Ciri-ciri Keistimewaan Hewan Hidup. Peningkatan tersebut terlihat dari jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM yang mengalami peningkatan signifikan pada penilaian siklus II dibandingkan dengan siklus I. Pada penilaian siklus utama terdapat 11 siswa atau 73,3% yang mencapai KKM yang meningkat pada KKM. penilaian siklus II kepada 15 siswa atau 100 persen. Siswa yang mendapat nilai tertinggi 80 dan nilai terkecil 60 juga mengalami peningkatan pada penilaian siklus II, dimana nilai tertinggi mencapai 100 dan nilai terendah 70. Nilai rata-rata siswa juga mengalami peningkatan pada penilaian siklus II. , naik dari 65 pada siklus I menjadi 75 pada siklus II, menurut data.

Kata kunci: hasil belajar, IPA, metode kunjung karya.

(2)

ABSTRACT

This study was conducted with the intention of identifying and analyzing the application of the visiting work method in science education, particularly for content on the unique characteristics of living things, with a focus on increasing student learning achievement. The exploration technique utilized was homeroom activity research (PTK) which was done at SDS Pondok IV Indriplant, Peranap Locale, on 15 class VI understudies.

The information investigation strategy applied includes looking at understudies' KKM accomplishments and scope of scores, with translation of understudies' scores utilizing Arikunto hypothesis.

The consequences of the exploration show that the utilization of the Kunjung Karya Strategy prevailed with regards to expanding understudy learning accomplishment in science subjects in class IV SDS Pondok IV Indriplant, Pauh Peranap Subdistrict, by zeroing in on the material Exceptional Attributes of Living Animals. This increment should be visible from the quantity of understudies who accomplished the KKM, which encountered a critical expansion in the second cycle assessment contrasted with cycle I. In the main cycle assessment, 11 understudies or 73.3% arrived at the KKM, which expanded in the second cycle assessment to 15 understudies or 100 percent . Understudies with the most noteworthy score of 80 and the least score of 60 likewise encountered an expansion in the second cycle assessment, where the most noteworthy score arrived at 100 and the least was 70. Students' average scores increased in the second cycle evaluation as well, rising from 65 in cycle I to 75 in cycle II, according to data.

Keywords: learning outcomes, science, work visit method

PENDAHULUAN

Peningkatan pendidikan generasi muda di negara ini sangat penting bagi kemajuan negara ini. Saat ini, setiap negara berupaya meningkatkan standar sistem pendidikannya (Hendrayani et al., 2019). Seiring dengan perkembangan ini, sistem pendidikan di sekolah mengalami kemajuan pesat. Program pendidikan instruktif sering berubah seiring berjalannya waktu, dan tentu saja, pendekatan pengajaran yang digunakan oleh instruktur harus menyesuaikan dengan tepat.

(3)

Untuk dapat menginspirasi siswa dan meningkatkan minat belajar, guru senantiasa mencari alat dan metode pembelajaran baru yang relevan dengan materi pelajaran yang diajarkan. Pada hakikatnya kegiatan belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi dan hubungan antara guru dan siswa dalam konteks pembelajaran. Pendidik berperan penting dalam pengalaman mengajar dan mendidik, sebagai penyampai materi, namun juga sebagai pusat pembelajaran yang mengatur dan melaksanakan siklus. Instruktur dianggap sebagai individu yang membimbing bagaimana pengalaman mendidik dan mendidik dapat diselesaikan.

Oleh karena itu, seorang pendidik harus mempunyai bahan-bahan yang tepat agar pertunjukan menjadi lebih efektif dan menarik sehingga materi yang diperkenalkan dapat membangkitkan siswa untuk maju dengan gembira dan merasa bahwa pemahaman terhadap materi itu penting.

Dalam kaitannya dengan pengalaman mendidik dan mendidik, pembelajaran mengacu pada kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa secara bersama-sama. Pertukaran informasi yang dilanjutkan dengan evaluasi guru untuk mengukur pemahaman siswa merupakan inti pembelajaran. Pilihan pendidik tergantung pada standar profesinya, dengan variabel mental yang memegang peranan penting dalam menjalankan kewajiban dan kewajibannya sebagai guru.

Guru mutlak harus mempunyai kemampuan mengelola kelas dan menyampaikan materi dengan cara tertentu yang memaksimalkan kemampuan siswa selama proses pembelajaran (student-centered) dan memahami materi secara utuh (master learning).

Pengalaman yang semakin bertambah menuntut tugas pendidik dalam menghadapi kelas dan menyampaikan materi pembelajaran dengan metodologi yang mencakup sebanyak mungkin kapasitas siswa yang dapat diharapkan selama bertambahnya pengalaman dan pemahaman materi secara utuh. Untuk mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan atau standar kompetensi, pemilihan model atau metode pembelajaran yang tepat sangatlah penting.

Pada kenyataannya, menumbuhkan imajinasi siswa dalam pengalaman pendidikan itu sulit. Mendapatkan hasil belajar sesuai asumsi juga bukanlah tugas

(4)

yang mudah. Untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ini dan mencapai tujuan-tujuan instruktif dengan ideal, tugas pendidik ternyata sangatlah penting. Guru diharapkan memiliki model pengajaran yang efektif dan kemampuan memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.

Seperti yang ditunjukkan oleh Baharudin dkk. (2017), “Ilmu Inheren atau Ilmu yang Melekat adalah mata pelajaran yang memberikan sudut pandang agar mahasiswa dapat terbentuk menjadi manusia berkualitas yang mampu proaktif menjawab kesulitan zaman.” Sains merupakan mata pelajaran yang langsung berhubungan dengan keadaan siswa saat ini (Utami dan Renda, 2019). Melibatkan siswa secara efektif dalam pengalaman yang sedang berkembang dapat membantu mereka berkreasi sesuai tingkat keilmuan mereka, memperkuat pemahaman tentang ide-ide yang diajarkan.

Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa kekecewaan dalam belajar sering kali dialami oleh mahasiswa yang membutuhkan inspirasi. Hal ini disebabkan oleh teknik pertunjukan yang membosankan, pembelajaran satu arah tanpa pergaulan siswa, dan penyajian materi yang tidak berurutan. Oleh karena itu, diperlukan upaya dari para pendidik untuk menggugah inspirasi belajar siswa, misalnya dengan mengikutsertakan mereka secara lugas dalam latihan-latihan yang sesuai dengan topik. Misalnya, instruktur dapat berperan sebagai penasihat ide-ide sains master.

Inspirasi tidak hanya mendorong siswa untuk terlibat dalam kegiatan akademis, tetapi juga berperan penting dalam menentukan seberapa baik siswa dapat memahami materi yang diajarkan, menyimpan data, dan mencapai hasil terbaik. Siswa yang bersemangat akan melibatkan siklus mental yang lebih tinggi dalam berkonsentrasi pada materi, berupaya memahami, dan mencapai prestasi yang lebih baik.

Seorang instruktur harus menguasai materi, namun juga harus mampu menyesuaikan penyampaian materi dengan kemampuan dan kedudukan siswa.

Artinya mencapai penguasaan materi dan prestasi ideal bagi siswa. Tujuan pembelajaran, sebagai tujuan terakhir dalam mendidik, dapat dicapai melalui

(5)

pemilihan strategi pembelajaran yang sesuai. Salah satu strategi yang menarik adalah teknik kunjungan kerja.

Strategi Rapat Karya merupakan suatu metode yang mendorong siswa untuk menyelidiki pemahaman terhadap karya yang telah dibuat oleh teman sekolahnya.

Dalam strategi ini, siswa diasosiasikan dengan memperhatikan dan mengevaluasi pekerjaan satu sama lain, berniat penuh untuk mendapatkan klarifikasi mengenai isu-isu yang mendesak, memberikan komentar dan membuat ide. Sementara itu, para pendamping yang dikunjungi memberikan reaksi, menjawab pertanyaan, dan menjawab masukan serta gagasan dengan cara yang bermanfaat (Luthfi, R. dan Nurmatin, S., 2023).

Eksplorasi ini diharapkan dapat lebih mengembangkan hasil pembelajaran IPA khususnya melalui penggunaan teknik Kunjung Karya dalam pembelajaran IPA dengan materi tentang sifat-sifat luar biasa makhluk hidup. Tujuan ujian ini adalah untuk lebih mengembangkan hasil belajar siswa kelas VI di SDS Pondok IV Indriplant Wilayah Peranap sesuai dengan permasalahan yang diangkat.

Penggunaan strategi ini diyakini dapat memberikan komitmen positif terhadap bagaimana siswa dapat memaknai materi pembelajaran IPA dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

METODE

Teknik eksplorasi merupakan suatu pengaturan untuk melaksanakan peninjauan yang sedang dilakukan (Darmalaksana, 2020). Implementasi dari metode yang dikenal dengan gallery walk adalah metode kunjungan kerja yang merupakan penjabaran dari model pembelajaran jig saw yang dipadukan dengan pembelajaran aktif. Pembelajaran mengunjungi karya atau gallery walk merupakan suatu metode pembelajaran dimana kelompok siswa berkonsentrasi untuk menciptakan karya berdasarkan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Karena

“gallery” artinya pameran dan “walk” artinya jalan-jalan, maka Pendidik menggunakan teknik ini sebagai sistem untuk memperluas daya tarik dan inspirasi siswa dalam mewujudkan, dimana siswa dilibatkan untuk membedakan dan menemukan ide (Rustam, 2020).

Strategi kunjungan kerja berpusat pada siswa yang berkumpul untuk mencari

(6)

informasi yang dibutuhkan dalam pertunjukan. Pameran karya siswa tentunya berdampak pada siswa lainnya, karena mereka dapat memperoleh data secara langsung sekaligus menilai akibat dari fungsi kelompok belajar sebagai bahan penilaian. Secara keseluruhan, strategi kunjungan kerja memusatkan siswa pada ketelitian baik secara kolektif maupun individu dalam melakukan pengalaman pendidikan.

Indriplant SDS Pondok IV, Desa Pauh Ranap, Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau, dijadikan sebagai lokasi penelitian ini. Subjek eksplorasi terdiri dari 15 siswa kelas VI di SDS Pondok IV Indriplant, Peranap, dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Eksplorasi berlangsung selama satu bulan, dimulai pada bulan Oktober 2023. Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu jenis penelitian yang dilakukan guru di kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan tujuan

meningkatkan hasil belajar siswa. dalam prosedur penelitian. Penyelenggaraan Kegiatan Wali Kelas Penjelajahan (PTK) merupakan suatu variasi penelitian kegiatan yang luar biasa yang mempunyai tugas kritis dan utama dalam upaya menggarap hakikat latihan mendidik dan belajar” (Mustafa et al., 2020).

Pemeriksaan puncak pembelajaran siswa dilakukan dengan menilai hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDS Pondok IV Indriplant Kota Pauh Ranap pada penilaian siklus I dan siklus II dengan materi “Kualitas Luar Biasa Makhluk Hidup”.

Setelah kegiatan dilaksanakan, hasil belajar dinilai melalui survei ketercapaian Klimaks Terkecil (KKM) dengan membandingkan skor hasil belajar siswa dengan KKM yang ditetapkan sekolah. KKM yang diputuskan adalah nilai 74, maka siswa dikatakan tuntas jika memperoleh nilai 75% atau lebih dari nilai tuntas.

Setelah itu, data hasil belajar siswa dikelompokkan berdasarkan kelasnya untuk melihat seberapa baik pemahaman mereka terhadap pelajaran IPA.

(7)

Tabel 1

Daya Serap Hasil Belajar IPA

No Rentang Nilai Kategori

1 90 – 100 Tuntas

2 86 – 89 Tuntas

3 75 – 85 Tuntas

4 60 – 69 Tidak tuntas

5 < 60 Tidak tuntas

Sumber: Modifikasi Pedoman Kurikulum 2004

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukannya Latihan Pelaksanaan Peningkatan Pembelajaran pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Peningkatan tersebut harus terlihat melalui penilaian hasil belajar IPA siswa dengan melihat jumlah siswa yang sampai di KKM pada penilaian I dan II. Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah siswa yang lulus KKM dengan gemilang—75 orang.

Tabel 2

Hasil Belajar Siswa Siklus I

No Siklus Indikator Jumlah %

1

Siklus I

Menyebutkan makhluk hidup 13 86,6%

Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup 8 53,3%

Membedakan mahluk hidup berdasarkan cirinya

9 60%

Menggolongkan hewan berdasarkan persamaan hidupnya

9 60%

2

Siklus II

Menyebutkan makhluk hidup 15 100%

Mengidentifikasi ciri-ciri makhluk hidup 12 80%

Membedakan makhluk hidup berdasarkan cirinya

14 93,3%

Menggolongkan hewan berdasarkan persamaan hidupnya

13 86,6%

Indikator 1 (satu) pada Siklus I (satu) menunjukkan bahwa mata pelajaran telah tuntas sebanyak 13 siswa (86,6%) berdasarkan informasi yang disajikan pada tabel di atas. Hanya sebagian kecil siswa yang kesulitan membedakan nama-nama makhluk hidup yang mengalami kesalahan pada indikator ini. Sementara siswa pada Indikator 2 (dua) mencapai ketuntasan sebanyak 53,3 persen. Kesalahan siswa dalam petunjuk ini adalah ada beberapa siswa yang belum mampu membedakan ciri-ciri makhluk hidup. Siswa yang tuntas pada Indikator 3 (tiga) berjumlah

(8)

sembilan orang (60%). Kesalahan dalam petunjuk ini adalah beberapa siswa tidak dapat memisahkan makhluk hidup berdasarkan kualitas yang dimiliki setiap hewan hidup. Pada Marker 4 (empat) terdapat 9 peserta yang berhasil mencapai puncak (60%). Kesalahan siswa pada poin ke 4 (empat) adalah masih sedikit siswa yang belum dapat mengurutkan makhluk berdasarkan kemiripan hidupnya.

Kemudian pada Siklus II (dua), untuk Marker 1 (satu), masing-masing dari 15 siswa berhasil mencapai kulminasi (100 persen), karena mereka dapat memisahkan makhluk berdasarkan namanya. Pada Pointer 2 (dua) terdapat 12 peserta yang berhasil mencapai puncak (80%). Kesalahan siswa sangat kecil karena 80% diantaranya dapat membedakan ciri-ciri makhluk hidup. Pada Pointer 3 (tiga) terdapat 14 siswa yang memenuhi kriteria pemenuhan (93,3%). Cara Siswa menafsirkan materi sangat bagus, dan kesalahan terjadi hanya dalam kemampuan siswa untuk mengenali makhluk serupa. Sesuai KKM, siswa pada Indikator 4 (empat) berjumlah 13 orang yang mencapai ketuntasan (86,6 persen).

Dari tabel tersebut diperkirakan jumlah siswa yang mencapai KKM sebesar 75 pada seluruh poin pada penilaian Siklus II meningkat dibandingkan dengan penilaian Siklus I. Di sisi lain, jumlah siswa yang belum mencapai KKM sebesar 75 untuk semua nilai sudah berkurang pada penilaian Siklus II dibandingkan dengan Siklus I. Oleh karena itu, sebaiknya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan melalui penggunaan strategi kunjungan kerja. Pemeriksaan hasil kegiatan pada Siklus I dan II pada eksplorasi ini dinilai dengan mempertimbangkan ketuntasan belajar siswa yang telah mencapai atau melampaui KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 75.

Tabel 3

Peningkatan Daya Serap dan Hasil Belajar Siswa dari Siklus I dan Siklus II No Rentang Nilai Kategori Siklus I % Siklus II %

1 90 – 100 Tuntas 4 26,7% 10 66,7%

2 86 – 89 Tuntas 7 46,6% 5 33,3%

3 75 – 85 Tuntas 4 26,7% 0 0%

4 60 – 69 Tidak tuntas 0 0% 0 0%

5 < 60 Tidak tuntas 0 0% 0 0%

Jumlah siswa 15 100 15 100%

Nilai rata-rata 72 86

(9)

Sumber : Modifikasi Pedoman Penilaian Kurikulum 2004, Depdiknas.

Berdasarkan keterangan pada tabel, dapat disimpulkan bahwa pada Siklus I (satu), sebelum dilakukan peningkatan pembelajaran pada Siklus II (dua), terdapat 4 siswa yang mencapai puncak dengan nilai 90-100. atau 26,7%, siswa dengan nilai 86-89 sebanyak 7 siswa atau 46,6%, dan siswa dengan nilai 75-85 sebanyak 4 siswa atau 26,7%. Setelah pembelajaran pengembangan lebih lanjut pada Siklus II (dua), terdapat 10 siswa yang mencapai ketuntasan dengan skor 90-100 atau 66,7%, dan 5 siswa dengan skor 86-89 atau 33,3%. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada Siklus II, sebagian besar siswa memperoleh nilai baik.

Hasil analisis di atas dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1 : Visualisasi dari perkembangan pemahaman dan prestasi belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II

Tabel 3

Perbaikan Pemahaman dan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I.

No Rentang Nilai Kategori Siklus I %

1 90 – 100 Tuntas 4 26,7%

2 86 – 89 Tuntas 7 46,6%

3 75-85 Tuntas 4 26,7%

4 60-85 Tidak Tuntas 0 0%

5 <60 Tidak Tuntas 0 0%

Jumlah Siswa 15 100

Nilai Rata-Rata 72

Sumber: Data Olahan Penelitian

0 2 4 6 8 10 12

Siklus 1 Siklus II

(10)

Berdasarkan keterangan pada tabel, pada Siklus I (satu), dari total 15 siswa, dapat dimengerti bahwa siswa yang mendapat cakupan nilai 90-100 terdapat 4 siswa (26,7%) , menunjukkan bahwa hasil belajar mereka pada materi tersebut memiliki kualitas yang luar biasa. Makhluk hidup dapat digolongkan menjadi lengkap. Rentang skor 86-89 diikuti oleh 7 siswa (46,6%) yang juga menunjukkan hasil belajar total pada materi tersebut. Sementara itu, pada rentang nilai 75-85, terdapat 4 siswa (26,7%) yang mencapai hasil belajar keseluruhan kelas pada materi sifat-sifat luar biasa makhluk hidup. Dari penemuan-penemuan tersebut, dapat beralasan bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai pada klasifikasi baik pada Siklus I.

Hasil analisis ini dapat dilihat secara lebih jelas melalui gambar yang disajikan di bawah ini.

Gambar 2

Diagram Perkembangan Pemahaman dan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus I

Tabel 4

Peningkatan Pemahaman dan Prestasi Belajar Siswa pada Siklus II.

No Rentang Nilai Kategori Siklus I %

1 90 – 100 Tuntas 10 66,7%

2 86 – 89 Tuntas 5 33,3%

3 75-85 Tuntas 0 0%

4 60-85 Tidak Tuntas 0 0%

5 <60 Tidak Tuntas 0 0%

Persentase

90-100 86-89 75-85 60-85

(11)

Jumlah Siswa 15 100%

Nilai Rata-Rata 86

Berdasarkan data yang tersaji pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari total 15 siswa pada Siklus II (dua), 10 siswa (66,7%) mencapai hasil belajar pada seluruh kategori pada ciri khas. makhluk hidup, dan 5 siswa (33,3%) mencapai hasil belajar pada kategori keseluruhan. Dari penemuan-penemuan tersebut, ada anggapan bahwa sebagian besar siswa mendapat nilai pada klasifikasi baik, menunjukkan pemahaman yang baik terhadap topik tentang ciri-ciri unik makhluk hidup. Seluk- beluknya harus terlihat pada tabel terlampir.

Gambar 3

Visualisasi Perkembangan Pemahaman dan Prestasi Belajar pada Siklus II.

Setelah dilakukan pendalaman informasi sehubungan dengan pelaksanaan strategi kunjungan kerja pada materi Kualitas Luar Biasa Hewan Hidup, akan dikaji dampak lanjutan dari penjajakan tersebut. Berdasarkan penelusuran informasi, terdapat peningkatan dan penurunan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDS Pondok IV Indriplant Kota Pauh Ranap setelah pelaksanaan kegiatan wali kelas dengan teknik kerja rapat. Peningkatan perolehan hasil siswa tersebut terlihat dari jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM, yaitu meningkat dari penilaian siklus utama sebanyak 11 siswa atau 73,3% menjadi 15 siswa atau 100 persen pada penilaian siklus II. Siswa yang mendapat skor tertinggi 80 dan skor terendah 60 juga mengalami peningkatan pada penilaian siklus kedua, dengan skor tertinggi mencapai 100 dan skor terendah 70. Terlebih lagi, skor rata-rata siswa pada siklus kedua Penilaian siklus juga diperluas dari Siklus I yaitu dari rata-rata skor rata-rata 72 pada siklus I menjadi 86 pada siklus II. Seperti yang tertulis dalam tulisan tersebut, “Teknik kerja rapat merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat menggunakan

66,70%

33,30%

Baik Sekali Baik Cukuo Kurang Sangat Kurang

(12)

hasil kerja teman sebagai modal belajar. Setiap siswa saling bertukar kerja sama dalam pengalaman pendidikan, melakukan percakapan dan kerjasama revisi, kemudian menjalin suatu keunikan tersendiri. iklim kelas dan memberdayakan seluruh siswa untuk memahami materi dengan baik dan benar” (Ulfa dan Saifudin, 2018:51).

Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa pemanfaatan teknik kunjungan kerja merupakan suatu sistem yang berhasil bagi para pendidik untuk lebih mengembangkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi estimasi jarak jauh. Strategi ini tidak hanya memungkinkan siswa untuk memahami materi guru, tetapi juga mendorong mereka untuk mandiri dalam menelusuri data dengan memperhatikan faktor lingkungannya. Siswa secara efektif dikaitkan dengan pembelajaran, menawarkan sudut pandang, dan ada persaingan yang kuat di antara mereka. Hasil analisis tindakan ini mendukung kesimpulan bahwa penggunaan metode kunjungan kerja dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDS Pondok IV Indriplant Kecamatan Pauh Ranap pada materi tentang ciri-ciri unik makhluk hidup.

KESIMPULAN

Mengingat hasil eksplorasi yang dilakukan dalam dua siklus, maka dapat diasumsikan bahwa penggunaan Strategi Kunjung Karya lebih berhasil dalam mengembangkan lebih lanjut hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDS Pondok IV Indriplant Kota Pauh Ranap. , khususnya pada materi Kualitas Unik Hewan Hidup. Peningkatan hasil perolehan siswa tersebut terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM, yaitu dari 11 siswa atau 73,3% pada penilaian siklus utama menjadi 15 siswa atau 100 persen pada penilaian siklus II. Siswa dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60 juga mengalami peningkatan pada penilaian siklus kedua, dengan nilai tertinggi mencapai 100 dan nilai terendah sebesar 86. Terlebih lagi, nilai rata-rata siswa pada penilaian siklus kedua adalah 100 dan nilai terendah 86. Penilaian siklus II juga diperluas dari Siklus I yaitu dari rata-rata skor rata- rata 72 pada siklus I menjadi 86 pada siklus II. Oleh karena itu, Teknik Kunjung Karya terbukti ampuh dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi IPA di kelas ini. Peningkatan tersebut dapat diperkirakan dari sisi pencapaian KKM, peningkatan nilai individu siswa, dan peningkatan nilai rata-rata kelas.

(13)

SARAN

Mengingat hasil eksplorasi yang dilakukan dalam dua siklus, maka dapat diasumsikan bahwa penggunaan Strategi Kunjung Karya lebih berhasil dalam mengembangkan lebih lanjut hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDS Pondok IV Indriplant Kota Pauh Ranap. , khususnya pada materi Kualitas Unik Hewan Hidup. Peningkatan hasil perolehan siswa tersebut terlihat dari peningkatan jumlah siswa yang berhasil mencapai KKM, yaitu dari 11 siswa atau 73,3% pada penilaian siklus utama menjadi 15 siswa atau 100 persen pada penilaian siklus II. Siswa dengan nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 60 juga mengalami peningkatan pada penilaian siklus kedua, dengan nilai tertinggi mencapai 100 dan nilai terendah sebesar 86. Terlebih lagi, nilai rata-rata siswa pada penilaian siklus kedua adalah 100 dan nilai terendah 86. Penilaian siklus II juga diperluas dari Siklus I yaitu dari rata-rata skor rata- rata 72 pada siklus I menjadi 86 pada siklus II. Oleh karena itu, Teknik Kunjung Karya terbukti ampuh dalam meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi IPA di kelas ini. Peningkatan tersebut dapat diperkirakan dari sisi pencapaian KKM, peningkatan nilai individu siswa, dan peningkatan nilai rata-rata kelas.

DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, dkk (2017)Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam.

Darmalaksana, W. (2020) Menulis artikel cepat meskipun tidak suka menulis.

Hendrayani, E., Tiro, A., & Djadir, D. (2019)-Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Melalui Penerapan Kooperatif Tipe Stad Dengan Metode Penemuan Terbimbing Dan Kunjung Karya Pada Siswa Kelas VI SDN 127 Inpres Moncongloe-Tesis (Universitas Negeri Makassar).

Luthfi, R. & Nurmatin, S.(2023).Landasan Belajar dan Mengajar.Zakimu.

Lestari.T. (2019)Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata pelajaran Akutansi Dasar Berorientasi Peraturan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud No.07/D.DS/DK/2018

Mustafa, P.S. et al. (2020-Metodologi penelitian kuantitatif, kualitatif dan Penelitian Tindakan Kelas dalam Pendidikan Olahraga.

Malang: Universitas Negeri Malang

Rustam (2020)-Pengaruh Penerapan Metode Gallery Walk Terhadap minat Belajar peserta didik.

Ulfa, M., & Saifudin. (2018)-Terampil memilih dan menggunakan Metode Pembelajaran-SUHUF,30 (1),35-36.

(14)

Utami, Ni Made sepria, and Ndara Tanggu Renda, (2019)-” Pengaruh Model pembelajaran Inside Outside Circle (IOC) Terhadap Hasil Belajar IPA”

Vol 4 No 2 (2022): WAHANA PEDAGOGIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran

Siprianus, Tinigki.(2022). PENERAPAN METODE KARYAWISATA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA ANAK TUNADAKSA KELAS DASAR V SLB YPAC MAKASSAR.

Referensi

Dokumen terkait