• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjadi Ketua OSIS di Masa Pandemi

N/A
N/A
Yuninda Azzahra Pratama

Academic year: 2024

Membagikan "Menjadi Ketua OSIS di Masa Pandemi"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Menjadi Ketua OSIS di Masa Pandemi

Bergabung dalam sebuah organisasi di sekolah menengah pertama menjadi salah satu titik balik dalam perjalanan sejarah diriku. Mulanya, aku hanya seorang remaja yang malu-malu, penuh rasa ragu akan kemampuan dan keinginan untuk berkontribusi.

Rasanya ingin mencoba banyak hal diluar sana, tapi tidak pernah sekalipun berani mengambil langkah. Namun, kesempatan untuk bergabung dalam organisasi tersebut membuka mataku pada potensi yang sebelumnya terpendam.

Di awal-awal keikutsertaanku, aku lebih sering berada di belakang layar. Namun, berjalannya waktu, semangat dan antusiasme dari rekan-rekan sebayaku menginspirasiku untuk terlibat lebih aktif. Aku belajar bagaimana cara percaya diri saat berbicara di depan orang banyak, memimpin suatu rapat, mengatur acara, dan merencanakan berbagai program kerja yang memberikan dampak positif bagi sekolah.

Pengalaman di OSIS sangat mengasah keterampilan kepemimpinanku. Dengan menjadi bagian dari tim, aku belajar arti kerjasama, empati, dan mendengarkan pendapat orang lain. Setiap tantangan yang kami hadapi, baik itu dalam merencanakan acara besar atau menyelesaikan masalah kecil, membentuk karakterku menjadi lebih tangguh, lebih sabar, dan lebih kreatif dalam menemukan solusi.

Lebih dari sekadar pencapaian atau program kerja yang kami kerjakan, yang terpenting adalah ikatan persahabatan yang terjalin. Pengalaman di organisasi membawaku bertemu dengan banyak orang luar biasa yang saling mendukung, saling menginspirasi, dan menjadi keluarga baru bagiku. Ini bukan hanya tentang apa yang kami lakukan bersama, tetapi bagaimana kami tumbuh bersama.

Dan puncaknya, adalah saat aku terpilih menjadi Ketua OSIS Menurutku, menjadi Ketua OSIS adalah sebuah tanggung jawab besar dalam perjalanan sejarah kehidupanku di masa sekolah menengah pertama. Segalanya dimulai dari rasa ingin berkontribusi yang kuat untuk memajukan sekolah dan membantu teman-teman sebayaku. Semua berawal

(2)

dari sebuah mimpi sederhana, yaitu membuat lingkungan belajar yang lebih baik dan nyaman walaupun di tengah masa pandemi.

Kampanye untuk menjadi ketua OSIS menjadi sebuah perjalanan yang tak terlupakan bagiku. Mulai dari membuat visi-misi yang bertekad, menyusun rencana aksi yang konkret, hingga berkomunikasi dengan penuh semangat kepada rekan-rekan sekolah untuk memperoleh dukungan. Kampanye itu bukan sekadar perlombaan, melainkan perjuangan untuk menginspirasi dan membangun kepercayaan di antara rekan-rekan sebayaku. Walaupun kampanye diadakan secara daring, namun hal tersebut sama sekali tidak membuat tekad dan rasa percaya diriku goyah untuk terpilih menjadi ketua OSIS.

Satu persatu tahap kampanye telah aku jalani, mulai dari tahap pengumpulan video visi misi, tes tulis, dan sampai lah hari dimana wawancara akhir tiba. Tahap wawancara akhir bukanlah suatu hal yang mudah bagiku, dimana aku harus bisa mendapatkan hati dan kepercayaan dari seluruh warga sekolah.

Berbagai pertanyaan pun mulai diberikan kepadaku untuk menilai seberapa pantas dan siapkah aku untuk mengemban tanggung jawab sebagai pemimpin. Pada awalnya aku sempat takut karena mendapat urutan wawancara paling akhir dan dilihat oleh banyak pasang mata. Namun, aku terus meyakinkan diriku bahwa aku bisa dan terus percaya diri terlepas dari apapun hasilnya nanti. Mulai dari pertanyaan paling mendasar tentang kepribadianku hingga pertanyaan problem solving yang paling rumit pun diberikan kepadaku.

“Sebagai calon Ketua OSIS yang akan bertugas dimasa pandemi, perubahan seperti apa yang akan kamu bawa dalam organisasi?”

“Jika saya terpilih menjadi Ketua OSIS, saya akan memberi wadah kepada para siswa untuk berani menonjolkan bakatnya diberbagai bidang akademik dan non- akademik. Terlepas dengan keadaan pandemi yang mengharuskan segala event dilaksanakan secara online, menurut saya itu bukanlah penghalang bagi saya dan rekan- rekan saya untuk menciptakan program kerja yang seru sekaligus memberi banyak dampak positif untuk para siswa. Contohnya jika dahulu siswa-siswi dapat bebas berkreasi dengan seni melalui kegiatan mural di sekolah, namun di masa pandemi siswa- siswi pun dapat dengan bebas untuk mengekspresikan jiwa seni yang dimilikinya dengan

(3)

mengikuti kegiatan Cilpacastra. Cilpacastra adalah salah satu program kerja OSIS dibidang seni, mulai dari melukis totebag, lomba poster digital, dan mendapatkan pengalaman untuk mendesain kain batik yang nantinya baju batik tersebut akan dijual ke seluruh warga sekolah untuk menciptakan peluang kewirausahaan di masa pandemi.”

Jawabku dengan penuh keyakinan dan percaya diri

Singkatnya, setelah terpilih menjadi ketua OSIS, tanggung jawab yang kualami sungguh besar. Membawa visi kehidupan sekolah ke arah yang lebih baik menjadi tantangan utama. Memimpin rapat, menyusun program kerja yang unik dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, menjalin hubungan baik dengan seluruh anggota OSIS, serta menjalankan program-program yang bermanfaat bagi sekolah. Semuanya dilakukan demi mewujudkan cita-cita bersama untuk memajukan sekolah dan memberikan pengalaman belajar yang lebih baik bagi seluruh siswa.

Menjadi ketua OSIS di masa pandemi tentunya memiliki berbagai tantangan tersendiri bagiku. Mulai dari Keterbatasan interaksi fisik, karena pandemi tentunya interaksi fisik antar siswa dan guru menjadi terbatas. Sebagai ketua OSIS, saya perlu mencari cara untuk tetap menjalin komunikasi dengan seluruh anggota OSIS dan para siswa dengan memanfaatkan teknologi yang ada seperti video conference atau media sosial untuk tetap terhubung. Walaupun menurut saya rapat secara daring kurang efektif, namun setidaknya ini adalah cara terbaik untuk dapat terhubung satu sama lain dan menciptakan koordinasi yang kompak antar anggota OSIS.

Kedua, keterbatasan anggaran. Pandemi juga berdampak pada anggaran sekolah.

Sebagai ketua OSIS, Saya perlu memikirkan cara untuk mengadakan kegiatan yang bermanfaat dengan anggaran yang terbatas. Seperti mencari sponsor atau mengadakan kegiatan yang tidak memerlukan banyak biaya. Tidak jarang kami mengadakan event wirausaha di tengah pandemi untuk menutup seluruh anggaran, dan meminimalisir adanya penggunaan uang pribadi. Seperti berjualan baju batik hasil desain para siswa di event Cilpacastra, lalu berjualan berbagai merchandise seperti gantungan kunci, lanyard, kipas tangan, totebag, sticker sampai berjualan teh botol sosro saat event berlangsung.

(4)

Ketiga, keterbatasan waktu. Karena pandemi, banyak siswa harus belajar dari rumah. Sebagai ketua OSIS, Saya perlu memikirkan cara untuk mengadakan kegiatan yang tidak mengganggu waktu belajar siswa. Seperti bisa mengadakan kegiatan di akhir semester atau setelah jam belajar selesai.

Terakhir, keterbatasan kreativitas. Pandemi dapat membuat kita merasa terbatas dalam hal kreativitas. Sebagai ketua OSIS, Saya perlu mencari cara untuk tetap kreatif dalam mengadakan kegiatan. Mulai dari mencari inspirasi dari kegiatan online atau mengadakan brainstorming dengan para anggota OSIS. Pandemi bukanlah penghalang bagi para siswa untuk berkreativitas, mungkin awalnya terasa tidak mudah namun bukan berarti tidak bisa. Bahkan kegiatan seperti lomba E-sport pun sangat diminati para siswa.

Di akhir perjalanan sebagai Ketua OSIS, yang kuingat bukan hanya prestasi atau program kerja yang terlaksana, tapi lebih pada pengalaman, persahabatan, dan kedewasaan yang kudapat dari peran tersebut. Menjadi Ketua OSIS memberi pengalaman berharga yang membantu membentuk diriku menjadi pribadi yang lebih tangguh, bertanggung jawab, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.

Terima Kasih.

Referensi

Dokumen terkait