• Tidak ada hasil yang ditemukan

karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Redaman Optical Distribution Cabinet (ODC) Menuju Optical Distribution Point (ODP) Menggunakan Metode Link Power Budget”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Redaman Optical Distribution Cabinet (ODC) Menuju Optical Distribution Point (ODP) Menggunakan Metode Link Power Budget”"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Batasan Masalah

Manfaat Penelitian

Sistematika Penulisan

TINJAUAN PUSTAKA

Fiber Optik

  • Bagian Serat Optik
  • Karakteristik Mekanis Kabel Optik

Akan dijelaskan beberapa mode pengoperasian sistem transmisi serat optik antara lain pengiriman data menggunakan media ringan, sistem relay, konsep loss, dan bandwidth serat optik. Sistem relai serat optik terdiri dari pemancar (menghasilkan dan menulis kode sinyal cahaya), serat optik (menghubungkan sinyal cahaya), dan regenerator optik. diperlukan untuk meningkatkan sinyal jika serat optik digunakan jarak jauh) dan penerima optik (penerimaan dan penguraian sinyal cahaya). a) Pemancar. Secara fisik, pemancar mirip dengan serat optik dan biasanya memiliki lensa untuk memfokuskan cahaya ke dalam serat.

Pada dasarnya, pemancar mengubah sinyal masukan listrik menjadi modulasi cahaya untuk transmisi serat optik. Sepintas, menyambungkan dua kabel serat optik mungkin terlihat seperti menyambungkan dua kabel. Di sisi lain, menghubungkan dua kabel serat optik memerlukan penyelarasan yang tepat dari pasangan inti serat atau node dalam kabel serat mode tunggal.

Hal ini diperlukan agar semua cahaya yang berdekatan dari satu kabel serat optik dihubungkan melalui konektor ke kabel serat optik lainnya. Pada dasarnya, penerima optik mengubah cahaya termodulasi yang berasal dari serat optik kembali ke bentuk aslinya. Karena jumlah cahaya dalam serat optik sangat kecil, penerima optik biasanya menggunakan penguatan internal yang tinggi.

Jenis bandwidth yang umum untuk serat optik berada pada kisaran beberapa MHz per km untuk inti serat yang sangat besar. Fiber To The Home merupakan penyediaan jaringan dengan menggunakan kabel serat optik sebagai media pengantaran untuk mencapai titik pelanggan (customer premis). Perkembangan teknologi ini tidak lepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat menggantikan penggunaan kabel konvensional berupa kabel tembaga (Cu).

Karakteristik jaringan serat optik memungkinkan transmisi sinyal telekomunikasi dengan bandwidth yang lebih besar dibandingkan penggunaan kabel konvensional (tembaga). Singkatnya, ketiga panjang gelombang ini membawa informasi berbeda secara bersamaan dan dalam arah berbeda pada kabel serat optik yang sama. Menurut rekomendasi ITU-T G.0652, kabel serat optik harus memiliki koefisien atenuasi 0,5 dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0,4 dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm.

Pada tabel 4.3 akan terlihat perbandingan hasil pengukuran menggunakan power meter dengan perhitungan menggunakan metode Link Power Budget. Dari hasil tersebut dapat dilihat tingkat kinerja sistem komunikasi fiber optic, untuk ODP MAT-FAR/061 mempunyai total redaman sebesar 18,43 menggunakan Power Meter dan 18,51 menggunakan Power Budget Link menghasilkan selisih % sebesar 0,43. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja sistem komunikasi serat optik ini dalam kondisi normal dan dapat digunakan untuk pengoperasian.

Gambar 2.2 Network FTTH
Gambar 2.2 Network FTTH

Cara Kerja Transmisi Optik

  • Transimisi Cahaya pada Serat Optik
  • Indeks Bias
  • Sistem Relay Serat Optik
  • Konsep Kerugian dalam Serat Optik
  • Lebar Jalur Serat Optik

Fiber To The Home (FTTH)

Dan hal ini juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan yang dikenal dengan Triple Play Services, yaitu layanan yang menyediakan akses Internet berkecepatan tinggi, voice (jaringan telepon, PSTN) dan video (TV Kabel) dalam satu infrastruktur di tempat pelanggan. Tidak seperti jaringan kabel optik konvensional yang memerlukan dua inti kabel optik untuk mengirimkan (Tx) dan menerima (Rx) data informasi yang direlai, FTTH hanya menggunakan satu inti kabel optik untuk Tx dan Rx. Hal ini dimungkinkan dengan memanfaatkan perbedaan panjang gelombang cahaya yang digunakan dalam Tx dan Rx.

Teknologi FTTH ini dapat menghemat biaya dan mampu menekan biaya operasional serta memberikan pelayanan yang lebih baik (excellent service) kepada pelanggan. Kemudian OLT dihubungkan dengan ONU yang ditempatkan di rumah pelanggan melalui jaringan distribusi optik (Optical Distribution Network, ODN). Sinyal optik dengan panjang gelombang 1490 nm dari hilir dan sinyal optik dengan panjang gelombang 1310 nm dari hulu digunakan untuk mengirimkan data dan suara.

Sementara itu, layanan video terlebih dahulu diubah ke format optik dengan panjang gelombang 1550 nm oleh pemancar video optik, sinyal optik 1550 nm dan 1490 nm ini digabungkan melalui coupler dan dikirimkan ke pelanggan secara bersamaan.

Optical Distribution Cabinet (ODC)

Optical Distribution Point (ODP)

  • ODP Tipe Wall atau On Pole
  • ODP Tipe Pedestal
  • ODP Tipe Closure

ODP jenis ini dipasang di atas permukaan tanah dan ODP ini digunakan untuk instalasi kabel bawah tanah dengan menggunakan pelindung pipa. Penutup ODP jenis ini sangat fleksibel dan dapat dipasang di bawah tanah atau di atas kepala di antara dua tiang.

Gambar 2.4 ODP Tipe Wall/ On Pole
Gambar 2.4 ODP Tipe Wall/ On Pole

Redaman Serat Optik

  • Faktor Instrinsik
  • Faktor Ekstrinsik

Selain itu, koefisien atenuasi juga dapat dipengaruhi oleh spektrum panjang gelombang yang diperoleh dari pengukuran pada panjang gelombang yang berbeda. Redaman dapat terjadi karena dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal beserta faktor penyebab redaman (Sumber: Fadhila Hani: 2011). Jika cahaya mengenai partikel unsur tidak murni, sebagian cahaya akan diserap.

Biasanya hamburan ini hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu pada material, dan luas daerah yang dipengaruhi oleh perubahan efek hamburan cahaya sangat kecil yaitu kurang dari satu panjang gelombang cahaya. Ketika kabel serat optik menjadi terlalu dingin, lapisan kelongsong dan inti/jaket akan menyusut dan memendek, memungkinkannya berpindah dari posisi relatif aslinya, menyebabkan lekukan yang disebut microbends. Rugi-rugi daya akibat pembengkokan sepotong pendek serat optik bisa lebih besar dari total rugi-rugi daya yang terjadi pada seluruh 1 km kabel serat optik yang dipasang secara normal.

Link Power Budget

Desain link transmisi optik ditentukan oleh bit rate informasi yang dikirimkan, total panjang link, dan bit error rate (BER) yang diinginkan. Kecepatan bit dan total panjang tautan menentukan sifat serat optik, jenis sumber optik (pemancar) dan jenis detektor optik (penerima) yang digunakan. Dengan mengetahui ketiga komponen tersebut maka dapat dihitung power budgetnya sehingga dapat tercapai jarak transmisi yang maksimal antara pengirim dan penerima.

Oleh karena itu, kerugian dari hasil pengukuran harus mempunyai nilai di bawah batas maksimal tersebut untuk memperoleh kinerja yang baik (Sumber: Auzaiy: 2010).

Power Meter

Pada titik ini meteran listrik akan menunjukkan tingkat daya yang masuk dalam garis dBm. Parameter yang dapat diatur antara lain jenis panjang gelombang yang digunakan, baik 1310 nm atau 1550 nm dan tingkat daya yang digunakan, baik dalam dB atau dBm.

METODOLOGI PENELITIAN

  • Waktu dan Tempat Penelitian
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Alat dan Bahan
  • Diagram Alir Penelitian
  • Topologi ODC menuju ODP
  • Hasil Pengukuran Redaman Menggunakan Power Meter
  • Hasil Perhitungan menggunakan Link Power Budget
  • Pembahasan

Telkom STO Kantor Panakukkang, untuk mendapatkan hasil atenuasi total dengan menggunakan power meter maka diperlukan daya input dari kabel feeder ke OLT dan daya output dari kabel distribusi ke ODP, kemudian dihitung dengan menggunakan rumus. Dengan menganalisis perbandingan redaman berdasarkan pengukuran menggunakan power meter dan redaman yang dihitung menggunakan metode Link Power Budget. Dari pembahasan pada Bab 3, pengukuran redaman dilakukan pada ODC-MAT-FAR dan 10 ODP (Optical Distribution Point) yang berlokasi di Jl.

Dangko sebagaimana terlampir pada Lampiran Gambar 1, dengan menggunakan power meter untuk menentukan total redaman, pengukuran yang diperlukan adalah daya input (Tx) yang diambil dari kabel listrik OLT dan daya output (Rx) yang diambil dari ODP splitter, kemudian dihitung menggunakan persamaan (3.1). Hasil total redaman jalur ODC-MAT-FAR dapat dilihat pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil pengukuran redaman menggunakan power meter. Hasil perhitungan menggunakan Link Power Budget. Gunakan persamaan (3.2) untuk menghitung redaman. Gunakan persamaan (3.2) untuk menghitung redaman.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan mengukur total redaman menggunakan power meter dan menghitung dengan metode Link Power Budget terlihat terdapat perbedaan hasil pengukuran dan perhitungan. Untuk hasil pengukuran menggunakan Power Meter, terdapat beberapa faktor yang tidak dapat diprediksi atau diamati secara langsung yang terjadi pada saat transmisi dari ODC ke ODP sehingga menyebabkan atenuasi. Jika misalnya terjadi macrobends atau pembengkokan tajam pada kabel serat optik, maka daya input dan output juga dapat mempengaruhi redaman yang terjadi. Hal ini terlihat pada hasil pengukuran redaman menggunakan Power Meter. Redaman terbesar terjadi pada ODP-MAT-FAR/061 dengan daya input -03.55 dan daya output -21.98.

Pada perhitungan dengan menggunakan Switching Power Budget, jarak sangat mempengaruhi hasil akhir pada metode perhitungan ini, sehingga dapat dilihat pada tabel 4.2 bahwa semakin jauh jarak dari ODC (Optical Distribution Cabinet) ke ODP (Optical Distribution Point), maka semakin besar pula jarak ODC (Optical Distribution Cabinet) ke ODP (Optical Distribution Point). semakin tinggi nilai atenuasinya. Dari Tabel 4.1 terlihat hasil pengukuran menggunakan Power Meter) hanya berkisar 17,24 hingga 18,43 total cable loss yang artinya draft. Berdasarkan pengukuran menggunakan Dynamometer dan perhitungan menggunakan Metode Switching Power Budget maka dapat diambil kesimpulan : 1. Berdasarkan hasil perbandingan redaman antara pengukuran dengan Dynamometer di lapangan, hasil redaman tertinggi terdapat pada ODP – MAT -FAR/061 dengan redaman sebesar 18.43 dB dengan daya input pada OLT dengan kabel supply sebesar -03.55 dan daya output pada ODP dengan kabel distribusi sebesar -21.98 dan dengan metode switching power budget redaman tertinggi pada ODP adalah -MAT- FAR/ 057 dengan besar redaman 18,72 dB dengan jarak 0,5695 Km.

Perbedaan pengukuran dan perhitungan disebabkan pada saat pengukuran di lapangan terjadi beberapa hal yang tidak dapat diprediksi, seperti kelengkungan makro yang terjadi pada saat transmisi kabel serat optik atau dispersi sepanjang kabel dari kabinet distribusi optik ke kabinet distribusi optik. Titik Distribusi. Untuk mendapatkan redaman pada optic distribution cabinet (ODP) maka dilakukan pengukuran langsung pada salah satu port ODP dengan menggunakan power meter, dimana hasil input dan outputnya dijumlahkan sehingga diperoleh total loss ODC pada ODP, sehingga sudah menjadi tugas teknisi untuk menjaga kebersihan kabel fiber optik pada saat menyambung kabel untuk menghindari faktor yang mempengaruhi redaman. Analisis dan optimalisasi jaringan ODC terhadap ODP menggunakan anggaran listrik di Perumahan Argopuro Jember.

Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian  Pengambilan Data
Gambar 3.1 Kerangka Pikir Penelitian Pengambilan Data

PENUTUP

Kesimpulan

Saran

Agung Ngurah, Gusti, Akhmad Hambali, I Putu Yasa, Analisis dan Perancangan Jaringan ODC menuju ODP untuk Implementasi Layanan Broadband (Studi Kasus PT. Telkom Gegerkalong, Telkom University).

Gambar Lampiran 1. Proses Pengambilan Data di ODC
Gambar Lampiran 1. Proses Pengambilan Data di ODC

Gambar

Gambar 2.2 Network FTTH
Gambar 2.3 Optical Distribution Cabinet (ODC)   (Sumber : PT. Telkom Kantor STO Panakukkang)
Gambar 2.4 ODP Tipe Wall/ On Pole
Gambar 2.6 ODP Tipe Closure
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

2a-b: Antibacterial activity of a Phosphoric acid and b pH 4 buffer solution in Staphylococcus epidermidis ATCC 35984 Antibacterial activity test Antibacterial activity test in