• Tidak ada hasil yang ditemukan

METAFORA HUJAN DALAM KUMPULAN PUISI RANTING PATAH KARYA SONI FARID MAULANA

N/A
N/A
Alya Shafira Nur Rozaq Romadhoni alyashafira.2021

Academic year: 2024

Membagikan "METAFORA HUJAN DALAM KUMPULAN PUISI RANTING PATAH KARYA SONI FARID MAULANA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

METAFORA HUJAN DALAM KUMPULAN PUISI RANTING PATAH KARYA SONI FARID MAULANA

Alya Shafira Nur Rozaq Romadhoni

Fakultas Bahasa, Seni, dan Budaya Universitas Negeri Yogyakarta A. Pengantar

Soni Farid Maulana merupakan salah satu sastrawan yang mendukung perkembangan sastra di Indonesia. Ia terlibat aktif dalam memproduksi karya sastra, misalnya cerita pendek dan puisi. Seperti halnya sastrawan lain, Soni Farid Maulana juga memiliki kekhasan dalam karya sastra yang dibuatnya. Kekhasan tersebut tampak pada peristiwa hujan yang seringkali muncul di dalam karya puisinya. Peristiwa hujan, sebagai latar, menjadi pendukung nada dan suasana yang ingin disajikan di dalam puisi.

Peristiwa hujan merupakan peristiwa yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia sehari-hari. Keberadaannya kadang diterima dengan senang hati, atau justru disumpah serapahi. Sebagaimana dengan hal itu, peristiwa hujan di dalam puisi Soni Farid Maulana juga diwujudkan dalam bentuk yang hitam maupun putih. Dengan kemampuan Soni Farid Maulana, perwujudan hujan dalam bentuk yang hitam dan putih dapat tersampaikan dengan indah dan intim.

Seseorang, kadangkala, tidak memaknai peristiwa hujan sebagai peristiwa ilmiah yang perlu direspon dengan ‘suka’ dan ‘tidak suka’ saja. Peristiwa hujan juga dapat dimaknai melalui pandangan spiritual, ataupun aspek psikologis. Pemaknaan peristiwa hujan melalui perspektif spiritual dan psikologis tentu menarik untuk diselami lebih jauh.

Hal itulah yang coba disajikan oleh Soni Farid Maulana di dalam karya puisinya. Tidak hanya terbatas pada kedua perspektif itu saja, Soni Farid Maulana juga mencoba meluaskan pemaknaannya dalam perspektif lainnya. Namun, hanya dari pandangan spiritual dan psikologis saja, Soni Farid Maulana mampu menghadirkan banyak pengalaman bagi pembaca dalam memaknai hujan.

(2)

Dari pernyataan-pernyataan di atas, maka dapat ditarik hal menarik untuk dikaji, yakni bagaimanakah hujan ditampilkan secara metaforis dalam karya puisi Soni Farid Maulana. Apa makna simbolis dan metaforis hujan dalam perspektif spiritual? Apa makna simbolis dan metaforis anjing dalam perspektif psikologis?

B. Hujan dalam perspektif berbagai budaya

Hujan adalah peristiwa alam berupa titik-titik air yang berjatuhan dari udara.

Selain menjadi salah satu fenomena alam, hujan juga menjadi elemen penting sejak masa lampau. Sebagai elemen penting, hujan memiliki makna yang mendalam dalam beberapa kebudayaan dan agama.

Di India, musim hujan dimaknai sebagai berkah yang datang dari Dewa Hujan Varuna, serta sebagai simbol kesuburan dan kelimpahan. Untuk mengungkapkan rasa syukur kepada dewa Varuna, masyarakat India mengadakan perayaan untuk menyambut musim hujan. Perayaan tersebut dikenal dengan nama Monsoon Festival. Pada pelaksanaannya, masyarakat India akan mengadakan ritual penyambut hujan dengan cara menari, bermain musik, dan menampilkan pentas seni.

Tradisi menyambut hujan juga terjadi pada kebudayaan Aztek. Pada kebudayaan ini, masyarakat Meksiko merayakan hujan sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Tlaloc. Setiap tahunnya, masyarakat Meksiko akan mengadakan festival Tlaloc untuk memohon hujan yang cukup bagi tanaman-tanaman mereka. Festival ini dilakukan dengan mengadakan ritual doa, bermain musik, dan menampilkan tarian.

Keberuntungan dan kejayaan merupakan simbol peristiwa hujan yang dipercayai oleh masyarakat Jepang. Untuk merayakan hujan, masyarakat Jepang mengadakan festival Ame-no-uzume. Festival ini biasanya dilakukan di kuil Amanoiwato untuk menyembah dewa matahari, Amaterasu. Masyarakat Jepang akan berdoa kepada Dewa Amaterasu demi keselamatan dan cuaca yang baik bagi mereka.

Lain halnya dengan ketiga kebudayaan di atas, suku Aborigin di Australia tidak menyambut hujan dengan festival atau perayaan. Suku ini juga tidak menyembah dewa yang dianggap memberikan hujan. Dalam suku Aborigin, hujan dikaitkan dengan mitos dan cerita rakyat yang berisi penciptaan alam semesta. Pada mitos dan cerita rakyat

(3)

tersebut, hujan berperan sebagai elemen penting dalam proses penciptaan (Prasetyo, 2003).

C. Metafora dalam Perspektif Hermeneutika Paul Ricouer

Pada masa kini, Ricoeur dianggap filsuf yang mewarisi hermeneutika. Hal ini didasarkan pada perkembangan hermeneutika yang jauh lebih berakar dan berkembang.

Hermeneutika membuat manusia memiliki kebebasan untuk menginterpretasikan teks suci maupun teks lainnya. Ricouer menganggap hal itu disebabkan oleh manusia yang berbahasa sehingga mampu menginterpretasikan dirinya dan kenyataan tertulis.

Ricoeur memfokuskan hermeneutika pada teks. Teks dalam perspektif hermeneutika Ricoeur berarti berdiri sendiri dan tidak bergantung pada maksud pengarang, historis karya, dan pembaca pertama. Ricoeur juga memperluas konsep teks menjadi suatu wujud realitas dan tindakan sosial, yang mana tindakan sosial manusia berperan sebagai objek kajian. Teks bagi Ricoeur dilihat sebagai sumber interpretasi makna di dalamnya (Ricoeur via Fithri, 2014: 197).

Dari segi wacana, teks merupakan bentuk pengawetan wacana sedangkan metafora adalah proses perubahan makna di dalam dinamika wacana. Penciptaan bahasa menjadi bentuk metafora merupakan aspek penting dalam hermeneutika Ricoeur. Bahasa metafora akan menggali realitas yang tersembunyi pada bahasa sehari-hari. Realitas tersebut akan digambarkan dengan cara baru yang memberikan pengalaman baru tentang dunia. Hal ini dapat memperluas lingkup hermeneutika.

Riceour mengartikan metafora sebagai “puisi dalam miniatur”. Metafora akan menghubungkan makna sebenarnya (harfiah) dengan makna kiasan (metaforis) dalam suatu karya sastra. Makna sebenarnya (harfiah) merupakan pernyataan yang memastikan sesuatu yang sama, sedangkan pernyataan makna kiasan (metaforis) menyatakan sesuatu yang mirip dengan yang lain. Maka dari itu, makna sebenarnya bersifat tegas sedangkan makna kiasan (metaforis) akan mengatakan sesuatu yang lain.

Dalam hermeneutika Ricoeur, metafora dapat pula dihubungkan dengan fungsi bahasa yang menggambarkan dan menjelaskan penggunaan bahasa kreatif dan imajinatif dalam suatu realitas. Bahasa metafora akan menggambarkan ulang realitas sesuatu yang

(4)

imajinatif atau fiksional sehingga memungkinkan manusia untuk mempelajari relitas cerita rekaan atau fiksi melalui interpretasi yang baru dan memahaminya dalam berbagai hal.

D. Pembahasan

1. Makna Metaforis Hujan dalam Perspektif Spiritual

Spiritual berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan; rohani dan batin (KBBI V). Hubungan kejiwaan tersebut dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya melalui cinta. Cinta merupakan dasar dari spiritualitas yang mendorong manusia untuk hidup dengan perasaan dan hatinya. Cinta tidak hanya sebatas pada lawan jenis saja, tetapi juga mencakup diri sendiri, Tuhan, dan aspek-aspek lain yang hadir dalam kehidupan.

Mengapa kau harus pergi dari sisiku, cintaku”, aku bilang, saat kenangan merajam hatiku bagai deras jarum hujan yang merobek daun talas putih

di halaman rumahku.

Dalam konteks ini, melalui kutipan puisi berjudul “Percakapan Hujan”, Soni menghadirkan spiritualisme cinta dengan metafora hujan. Hujan ditransformasikan sebagai simbol perasaan cinta yang menyakitkan. Perasaan cinta yang menyakitkan muncul saat tokoh si aku lirik memberikan sepenuh hatinya kepada seseorang hingga akhirnya perasaan tersebut menjadi bumerang bagi si aku lirik dan melukai perasaannya. Perubahan peran antara cinta dengan bumerang timbul akibat ketidakrelaan si aku lirik terhadap realitas yang dihadapinya, realitas bahwa seseorang yang dicintainya bisa pergi meninggalkan dirinya begitu saja.

Hubungan kejiwaan (spiritual) berkaitan pula dengan keimanan dan keyakinan seseorang. Keimanan merupakan keyakinan, ketetapan hati, atau keteguhan hati. Keyakinan merupakan bagian agama yang berwujud menjadi keyakinan para penganutnya. Keimanan dan keyakinan dapat diekspresikan melalui nilai-nilai yang dianut dan diyakini.

(5)

Saat Hujan Kolam dan ikan anak dan istri akan aku tinggalkan juga kau yang hadir dalam sajak-sajakku

“Apakah Aku akan kau tinggalkan,” seruNya dari ketinggian langut sana. “Tidak,” aku bilang. “Justru Kau yang ku tuju.”

Dalam konteks ini, melalui puisi berjudul “Saat Hujan”, Soni menghadirkan bentuk keyakinan dan keteguhan si aku lirik dengan dukungan metafora hujan. Meskipun kata hujan tidak secara gamblang mewakili bentuk keimanan si aku lirik, tetapi hujan muncul sebagai latar pendukung terciptanya makna keimanan di dalam puisi itu. Sebagai latar pendukung, hujan di sini mungkin dapat dimaknai dalam dua arti: (1) suasana alam yang terjadi di sekitar si aku lirik, atau (2) suasana hati yang dirasakan oleh si aku lirik (berkaitan dengan aspek psikologis). Jika dimaknai dalam suasana alam, metafora ‘hujan’

dalam judul puisi ini mengacu pada peristiwa hujan yang menitikkan butir-butir air dari langit ke bumi. Mungkin saja, pandangan si aku lirik terhadap keimanannya pada entitas ‘Tuhan’ muncul secara bersamaan dengan turunnya hujan ─ yang ikut mendramatisasi keadaan. Sementara itu, apabila dimaknai dalam suasana hati, metafora ‘hujan’ dalam judul puisi ini mengacu pada perasaan si aku lirik yang ‘janggal’ akan kematian. Si aku lirik tidak senang-tidak sedih ketika dihadapkan dengan kematian yang harus membawanya jauh dari orang tercinta tetapi dekat dengan sang pencipta.

Penghargaan merupakan jenis spiritualitas lainnya yang dibutuhkan oleh manusia. Bentuk penghargaan tersebut dapat diwujudkan dengan menghargai berbagai aspek kehidupan, seperti keikutsertaan dalam memelihara lingkungan sekitar, menanam tumbuhan, melindungi alam dari kerusakan, mengagumi alam sebagai ciptaan, serta menghargai seni dengan menghargai musik.

(6)

kini bila hujan tiba di bumi berbagai sampah industri ikut menyambutnya. “Maut yang perkasa, apa kabar?”

katanya, sebelum seseorang melepas nyawa, tenggelam dalam sungai; yang airnya racun sudah melimpahi paru parunya. Dan maut begitu dingin, Tak ada sahutan apa pun saat itu.

Esoknya orang ribut mencari si mati hingga jauh ke Selatan. Selatan

Dalam konteks ini, melalui kutipan puisi berjudul “Percakapan Hujan”, Soni menghadirkan spiritualisme penghargaan dengan metafora hujan. Hujan digunakan sebagai pengingat manusia untuk menghargai keberadaan entitas- entitas yang ada di muka bumi, terutama alam. Dalam puisi ini, hujan menjadi

‘penghukum’ manusia yang tidak menghargai keberadaan alam semesta. Melalui airnya, hujan memberikan balasan kematian atas keserakahan manusia terhadap alam. Pada akhirnya, keserakahan itu pun merambah ke sesama makhluknya.

2. Makna Metaforis Hujan dalam Perspektif Psikologis

Psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang berkaitan dengan proses mental, atau ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan jiwa (KBBI V).

Berkaitan dengan psikologi, muncul istilah psikologis yang dapat diartikan sebagai ilmu yang berkenaan dengan psikologi; bersifat kejiwaan (KBBI V).

Dalam kaitannya dengan hujan, psikologis memberikan efek emosional bagi seseorang. Efek emosional yang ditimbulkan bermacam-macam, tergantung dengan mental dan pengalaman seseorang.

Warna Hujan Adakalanya warna hatiku serupa air hujan

yang jatuh di daun talas, atau kecoklatan

ketika jatuh di atas tanah

(7)

berlumpur. Kau tahu, hidup memang tidak

selalu mulus dalam mencapai apa yang kita inginkan.

Cahaya dan kegelapan selalu berulang datang dalam hidupku, yang tiada henti merinduNya.

Ya, seperti warna air hujan hatiku. Kadang bening berkilauan. Selebihnya hitam pekat, seperti warna

lumpur dasar selokan 2012

Dalam konteks ini, melalui kutipan puisi berjudul “Warna Hujan”, Soni menghadirkan efek emosional dengan metafora hujan. Hujan digunakan sebagai simbol emosi yang berbeda-beda oleh si aku lirik. Pada larik serupa air hujan yang jatuh di daun talas, simbol hujan merupakan metafora dari emosi positif yang mengarah pada kemurnia hati atau kebahagiaan. Pada larik atau kecoklatan ketika jatuh di atas tanah berlumpur, simbol hujan merupakan metafora dari emosi negatif yang mengarah pada perasaan sedih, muram, dan semacamnya.

Pada bait terakhir, simbol hujan merupakan metafora dari sedikit emosi yang positif (bahagia, senang, dan lainnya), tetapi didominasi dengan emosi negatif yang pekat dan mendalam (sedih, depresi, dan lainnya).

Begitu tabah batu-batu

mendengar hujan bercakap-cakap dengan air kolam. Aku ikut

menyimaknya. Ingatanku diseret hujan ke masa kanak-kanak yang gemilang yang tak mungkin aku ulang; selain mengenangnya. Saat itu; mandi air hujan lari-lari dan jatuh di halaman rumahmu.

(8)

Dalam konteks ini, melalui kutipan puisi berjudul “Percakapan Hujan”, Soni menghadirkan efek emosional dengan metafora hujan. Efek emosional ini berkaitan dengan proses “nostalgia” yang terjadi pada si aku lirik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh tim psikolog dari King’s College London dan University of Southampton di Inggris, hujan dapat membangkitkan ingatan emosional seseorang. Kemunculan ingatan nostalgia di saat hujan ini adalah upaya untuk menahan tekanan akibat cuaca buruk. Pembangkitan memori saat hujan akan menimbulkan perasaan peningkatan harga diri, pikiran positif, keterhubungan sosial, dan optimisme terhadap kehidupan yang dihadapi (Fadli, 2020).

Hujan dan nostalgia dalam kutipan puisi ini serupa dengan pernyataan di atas. Pada larik ingatanku diseret hujan ke masak kanak-kanak yang gemilang menunjukkan bahwa hujan menjadi pemicu terjadinya nostalgia oleh si aku lirik pada masak kanak-kanak yang dirindukannya. Pada larik mandir air hujan lari- lari dan jatuh di halaman rumahmu juga menjadi pendukung peristiwa nostalgia yang sedang dialami oleh si aku lirik. Namun, hujan tidak hanya berhenti pada ingatan-ingatan yang dibangkitkan saja. Hujan juga mampu mempengaruhi suasana hati (mood) seseorang akibat proses nostalgia yang dialaminya. Dalam konteks puisi ini, efek suasana hati yang dirasakan oleh si aku lirik saat mengalami nostalgia cenderung mengarah ke perasaan-perasaan sendu, rindu, miris, dan sedih karena tidak dapat mengulangi hal-hal yang diingatnya.

Dan kau menangis malam itu, nyaris bikin isi rumah berantakan.

Di langit bulan hilang entah ke mana.

Yang terdengar dari luar jendela hanya suara hujan, lalu petir

menggelegar menyambut keheningan.

2009

Dalam konteks ini, melalui kutipan puisi berjudul “SMS”, Soni juga menghadirkan efek emosional dengan metafora hujan. Efek emosional ini berkaitan dengan perasaan negatif yang kuat. Simbol hujan pada larik yang terdengar hanya suara hujan, lalu petir menggelegar menyambar keheningan

(9)

mewakili perasaan pada larik dan kau menangis malam itu, nyaris bikin isi rumah berantakan. Kata hujan menandai bentuk tangisan yang muncul akibat efek emosional yang kuat yang dialami oleh seseorang, dalam konteks puisi ini adalah kemarahan dan kekecewaan.

E. Simpulan

Pertama, dalam perspektif spiritual hujan digunakan sebagai metafora dari bentuk-bentuk kebutuhan spiritual yang diperlukan manusia. Hujan menjadi metafora dari spiritualitas cinta terhadap orang lain dalam artian yang kurang baik; ketidakrelaan pada manusia yang pergi darinya. Hujan menjadi metafora dari spiritualitas keimanan seseorang terhadap Tuhan dan perasaan-perasaan yang timbul akibat pandangan terhadap Tuhan. Hujan menjadi metafora spiritualitas pengharagaan dalam bentuk ‘alarm’ yang mengingatkan manusia untuk mawas diri terhadap keberadaan alam semesta.

Kedua, dalam perspektif psikologis hujan digunakan sebagai metafora dari efek emosional yang ditimbulkan akibat psikologis. Hujan menjadi metafora dari perasaan- perasaan baik maupun buruk, seperti bahagia, sedih, muram, hingga perasaan yang kuat seperti kemarahan dan kekecewaan.

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Fadli, R. (2020). Ini Alasan Hujan Membangkitkan Ingatan Emosional. Halodoc. Diakses pada tanggal 14 Desember 2023.

Fithri, W. (2014). Kekhasan Heremeneutika Paul Ricoeur. Majalah Ilmu Pengetahuan dan Pemikiran Keagamaan Tajdid, 17(2), 187-211.

Maulana, S. F. (2018). Ranting Patah. BASABASI.

Prasetyo, A. F. (2023). Hujan dalam Budaya. Kompasiana. Diakses pada tanggal 14 Desember 2023.

Tysara, L. (2022). Spiritual adalah Melihat ke dalam Batin, Simak Faktor Pemengaruh dan Contohnya. Liputan. Diakses pada tanggal 14 Desember 2023.

Wahid, M. (2015). Teori Interpretasi Paul Ricoeur. LKIS PELANGI AKSARA.

Referensi

Dokumen terkait