• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Granulasi Kering

N/A
N/A
Rizky Nina Padan

Academic year: 2023

Membagikan "Metode Granulasi Kering "

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Metode Granulasi Kering

Apt. Shandra Isasi Sutiswa, M.s.Farm

(2)

Outline :

- Definisi, keuntungan dan kerugian granulasi kering

- Menentukan metode pembuatan tablet berdasar sifat zat aktif - Komponen bahan tambahan dalam formulasi tablet dengan

metode granulasi kering

- Menghitung jumlah bahan aktif

- Menghitung jumlah bahan tambahan dalam formulasi tablet dengan metode granulasi kering

- Alur produksi tablet dengan metode granulasi kering - Peralatan yang sesuai untuk granulasi kering

(3)

D e f n is i

Granulasi Kering disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat

yang selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula

(granul).

Prinsip dari metode ini adalah

membuat granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut, ikatannya didapat melalui gaya.

(4)

Keuntungan Metode Granulasi Kering

Peralatan lebih sedikit dibanding granulasi

basah

Cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan

panas dan lembab

Tahap pengerjaan tidak terlalu lama

Biaya lebih efisien dibanding granulasi

basah

Mempercepat waktu hancur obat dalam

tubuh karna tidak menggunakan pengikat

(5)

Kekurangan Metode Granulasi Kering

Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug

Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam

Proses banyak menghasilkan debu sehingga

memungkinkan terjadinya kontaminasi silang

(6)

Metode ini digunakan dalam kondisi-kondisi sebagai

berikut :

Kandungan zat aktif dalam tablet tinggi

Zat aktif susah mengalir

Zat aktif sensitif terhadap panas

dan lembab

(7)

Metode Granulasi Kering dapat dilakukan menggunakan :

a. Mesin Slug

M a ssa serbuk ditekan pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar yang tidak berbentuk, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan

(8)

b. Mesin Rol

• Massa serbuk diletakkan diantara mesin rol (roller compactor) yang dijalankan secara

hidrolik untuk menghasilkan massa rata yang tipis, lalu diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang

diinginkan

(9)

Proses

Pelaksan aan Pembuata n Sediaan Tablet

Metode

Granulasi Kering

Penghalusan Pencampuran

Sluging Pengayaan

Pemadatan

Penambahan penghancur dan lubrikan

Pengempaan tablet

(10)
(11)

A. Penghalusan

• Tujuan dari penghalusan adalah untuk

memperkecil ukuran partikel zat aktif dan eksipien. Semakin besar ukuran partikel

maka sifat kohesifitas dan adhesifitas antar partikel semakin besar yang dapat

menyebabkan terjadinya pemisahan pada granul.

• Tahap ini dapat dilakukan dengan

menggunakan bowl hammer, hammer mill, dan grinder.

(12)

B. Pencampuran

• Tujuan pencampuran ini adalah untuk

mendapatkan distribusi bahan aktif yang merata dan homogen.

• Tahap ini dapat dilakukan dengan

menggunakan alat planetary mixer, twin- shell, dan blender.

• Bahan yang dicampur adalah zat aktif dan eksipien (pengisi, pengikat kering, sebagian disintegran, beberapa % lubrikan dan glidan.

(13)

C. Slugging

• Campuran serbuk ditekan ke dalam cetakan yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan datar, massa yang diperoleh disebut slug.

(14)

D. Pengayakan

• Massa basah dibuat menjadi granul dengan melewatkannya pada ayakan berukuran 18-20 mesh yang disebut oscilating granulator/ fitzmill

(15)

E. Pemadatan

• Pemadatan dan destruksi kembali serbuk di padatkan kembali dengan mesin bongkah lalu ukuran granul diperkecil dengan cara

melewatkan pada ayakan dengan porositas yang lebih kecil dari yang sebelumnya

(16)

F. Penambahan

Penghancur dan Lubrikan

• Proses selanjutnya yaitu proses pencampuran

granul-granul dengan penghancur dan

lubrikan menggunakan twin-shell blender atau mixer lainnya

(17)

G. Pengempaan Tablet

• Proses terakhir dari metode granulasi kering adalah

pengempaan massa cetak berupa

granul menjadi tablet.

(18)

Contoh Praktik Pembuatan Granulasi Kering

(19)

Rasionalisasi Formula

Pada pembuatan tablet kali ini dibuat tablet dengan bahan aktif berupa asetosal 250 mg dan bobot tablet total 400 mg, sehingga presentase zat aktif dalam sediaan adalah 62,5 %.

Asetosal merupakan zat yang memiliki sifat alir dan

kompresibilitas yang buruk sehingga apabila akan dibuat sediaan tablet harus dilakukan granulasi terlebih dahulu, selain itu kadar asetosal dalam tablet pun lebih dari 5%

sehingga pembuatan tablet asetosal menggunakan metode granulasi, namun karena asetosal tidak stabil terhadap air dan dapat terhidrolisis maka metode granulasi yang dipilih adalah granulasi kering.

(20)

Bobot tablet yang diinginkan adalah 400 mg sedangkan bobot asetosal yang dipakai adalah 250 mg sehingga dibutuhkan pengisi berupa laktosa anhidrat untuk menggenapkan bobot tablet hingga 400 mg. Pemilihan laktosa anhidrat ini karena laktosa anhidrat lebih stabil dibandingkan bentuk hidrat.

Tablet asetosal dibuat menggunakan metode granulasi kering sehingga diperlukan pengikat yang dapat menyatukan zat aktif dengan berbagai zat tambahan lainya agar menjadi granul yang baik yang dapat meningkatkan sifat alir dan kompresiblitas dari asetosal. Maka ditambahkan pengikat berupa PV P kedalam sediaan untuk mengikat serbuk menjadi granul. Pemilihan P V P sebagai pengikat karena P V P kompatibel terhadap asetosal, selain itu P V P memiliki daya rekat yang baik sehingga dapat meningkatkan kompresibilitas dari serbuk yang akan dibuat granul

(21)

Tablet yang baik harus dapat terdisintegrasi sebelum 30 menit di saluran cerna agar dapat cepat terabsorbsi dan menimbulkan efek pada tubuh. Oleh karena itu tablet asetosal ditambahkan amilum untuk mempercepat disintegrasi dari tablet baik pada fase dalam maupun pada fase luar.

Granul dikhawatirkan tersendat di hopper pada saat pengisian die, apabila hal ini terjadi dapat mengakibatkan bobot tablet yang dihasilkan tidak seragam. Maka ditambahkan glidant kedalam sediaan agar tablet dapat mengalir dengan baik di hopper, glidant yang dipilih pada sediaan ini adalah Talkum, pemilihan talkum sebagai glidant adalah karena talkum dapat mengurangi gaya elektrosatis yang muncul pada di hopper pada saat pengisian die sehingga serbuk tidak akan tersendat pada saat pengisian die pada hopper

(22)

• Pada proses pencetakan tablet menggunakan mesin pencetak tablet dapat terjadi friksi

antara die dengan serbuk yang dapat

menimbulkan panas dan dapat merusak mesin, sehingga friksi tersebut harus dikurangi bahkan dihilangkan menggunakan lubrikan. Oleh

karena itu, ditambahkan Mg-stearat kedalam sediaan sebagai lubrikan agar meminimalisir friksi yang terjadi pada saat proses pencetakan tablet. Namun dikarenakan asetosal dan Mg- stearat inkompatibel maka Mg-stearat

dihilangkan dari formula dan sebagai gantinya talkum dinaikkan kadarnya agar dapat berfungsi sebagai lubrikan selain sebagai glidan

(23)

Perhitungan Kebutuhan Bahan

(24)
(25)

Sisa Fase Luar yang harus ditambahkan

(26)

Prosedur

Asetosal diayak menggunakan ayakan mesh 40.

PVP diayak menggunakan ayakan mesh 40.

Amptotab diayak menggunakan ayakan mesh 40.

Laktosa diayak menggunakan ayakan mesh 40.

Talkum diayak menggunakan ayakan mesh 40 untuk pencampuran di fase dalam dan diayak menggunakan ayakan mesh 60 untuk fase luar

Amilum diayak menggunakan ayakan mesh 60.

A.Millin

g

(27)

B. Penimbangan Bahan

Penimbangan Fase Dalam

Asetosal yang telah diayak ditimbang sebanyak 125 g di kertas perkamen.

PVP yang telah diayak ditimbang sebanyak 4 g di kertas perkamen.

Amprotab yang telah diayak ditimbang sebanyak 20 g di kertas perkamen.

Laktosa yang telah diayak ditimbang sebanyak 35 g di kertas perkamen.

Penimbangan Fase Luar

Amylum yang telah diayak

ditimbang sebanyak g di kertas perkamen.

Talkum yang telah diayak

ditimbang sebanyak g di kertas perkamen.

(28)

Pembuatan Tablet

1. Asetosal, PVP, amprotab, dan laktosa dicampurkan dengan setengah bagian fase luar (glidan dan lubrikan) menggunakan turbula mixer hingga homogen.

2. Campuran tersebut dibuat menjadi slug menggunakan punch yang berdiameter besar pada tekanan mesin tablet yang tinggi atau dapat juga menggunakan roller compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan.

3. Slug yang sudah jadi digiling kassar dan diayak menggunakan ayakan mesh 12, sehingga dihasilkan granul-granul kasar.

4. Evaluasi dilakukan terhadap granul yang dihasilkan, apabila belum memenuhi syarat maka slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang memenuhi syarat.

5. Slugging maksimum dilakukan hingga 3 kali (menghindari perubahan fisika atau kimia bahan karena pengaruh mekanik).

6. Granul yang diperoleh ditimbang lalu dilakukan perhitungan jumlah fase luar yang harus ditambahkan.

7. Sisa fase luar dicampur dengan granul yang telah memenuhi syarat dnegan jumlah yang sesuai dengan hasil perhitungan.

8. Massa cetak kempa dengan menggunakan punch sesuai bobot tablet yang telah dihitung.

9. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan

(29)

• Jika ada

kekurangan saya mohon

dimaafkan dan jika ada

kelebihan mohon

dikembalikan….

Referensi

Dokumen terkait

& Labuschagne, C., Social indicators for sustainable project and technology life cycle management in the process industry, International Journal of Life Cycle Assessment,

TJH 2020-16 FOR : Chancellors Director, UP PGH ATTENTION : Vice Chancellors/Deputy Director for Administration Accounting Office Directors/ Heads HRDO Directors/ Heads Heads of