• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE KEPERAWATAN KOMPLEMENTER HIPNOTERAPI UNTUK MENURUNKAN STRESS PASCA TRAUMA

N/A
N/A
Rudy Hermawan

Academic year: 2024

Membagikan "METODE KEPERAWATAN KOMPLEMENTER HIPNOTERAPI UNTUK MENURUNKAN STRESS PASCA TRAUMA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

METODE KEPERAWATAN KOMPLEMENTER HIPNOTERAPI UNTUK MENURUNKAN STRESS

PASCA TRAUMA

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER Dosen : Ns. Martha K. Silalahi, M.Kep

Disusun Oleh: Kelompok 10 1. Tatik Suprihatin (1033222066) 2. Sumini (1033222100)

3. Soenarti (1033222060)

4. Priti Cahyani Sendra (1033222036) 5. Siti Mariani (1033222043)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MH. THAMRIN JAKARTA 2023

KATA PENGANTAR

(2)

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Puji dan Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat dan karuniaNya hingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “HIPNOTERAPI UNTUK MENURUNKAN STRESS PASCA TRAUMA”. Makalah ini diharapkan dapat berguna untuk membantu dan menambah pemahaman mengenai keperawatan medical bedah . Dengan segenap kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah ilmu bagi kita semua. Aamiin

Wassalamu’alaikum Warohmatullahi wabarokatuh

Jakarta, Desember 2023

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...i

Daftar Isi...ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan Penelitian...3

1. Tujuan Umum...3

2. Tujuan Khusus...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Holistik...4

2. Pengertian Hipnoterapi...5

3. Sejarah Hipnoterapi...6

4. Hipnoterapi Modern...8

5. Dasar-Dasar Hipnoterapi...8

6. Tahap-Tahap Hipnoterapi...9

7. Tujuan dan Manfaat Hipnoterapi...9

8. Cara Kerja Hipnoterapi...10

9. Teknik Hipnoterapi...11

10. Syarat Melakukan Hipnoterapi...13

11. Penggunaan Hypnosis Pada Korban Bencana...13

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...15

B. Penutup...15

Daftar Pustaka...16

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Peraturan pemerintah no.21 th.2008). Data bencana dari BAKORNAS PB menyebutkan bahwa antara tahun 2003-2005 telah terjadi 1.429 kejadian bencana. Diperkirakan sekitar 30 hingga 50 persen warga kabupaten aceh singkil mengalami gangguan jiwa akibat gempa dan tsunami 2004 (Pudji Hastuti dalam Seumawe, 2008). Korban mengalami masalah psikologis lebih banyak jumlahnya dari pada jumlah korban yang menderita gangguan fisik.

Salfrino (1994) menyebutkan bahwa peristiwa katastropik (Peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba dalam suatu daerah yang luas) merupakan salah satu sumber timbulnya stress.

SPGDT yaitu Sistem Penanggulangan Kegawat Daruratan Terpadu.

SPGDT adalah suatu tatanan pelaksanaan pelayanan kedaruratan medik baik trauma dan atau nontrauma untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas. Sistem Penanggulangan Kegawat Daruratan Terpadu secara umum terbagi ke dalam beberapa fase yaitu : Fase Prevensi dan Mitigasi, Fase Persiapan, Fase Respon, dan Fase Rehabilitasi. Rehabilitasi pada wilayah pascabencana selain melakukan perbaikan pada lingkungan bencana adalah juga pemulihan sosial psikologis korban bencana (Peraturan pemerintah no.21 th.2008).

Terapi komplementer bisa dibilang belum cukup dikenal oleh masyarakat karena terapi komplementer lebih dikenal dengan pengobatan alternatif. Berkaitan dengan keluarnya Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/148/1/2010 Tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat , maka terapi komplementer bisa dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Terapi komplementer yang bisa di aplikasikan di klinik diantaranya akupuntur kesehatan, aroma terapi, terapi relaksasi, terapi herbal dan hipnoterapy.

(5)

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilaku. Flammer and Bongartz dari Universitas Konstanze di Jerman, melakukan meta analisis dari berhagai penelitian tentang hipnoterapi pada tahun 2003. Hasilnya, dari 57 penelitian yang dianalisa, angka kesuksesan mencapai 64%. Kesuksesan tersebut adalah hipnoterapi dalam mengatasi gangguan psikosomatis yang sifatnya makro atau mikro (misalnya kecemasan, stress, depresi, emosi tidak stabil, konflik, dll), tes ansietas, membantu klien berhenti merokok, dan mengontrol nyeri pada beberapa pasien dengan penyakit kronis (Prihantanto, 2009).

Yang menjadi sorotan pokok oleh penulis adalah fase rehabilitasi mental dalam SPGDT. Dikarenakan semua korban bencana baik yang mengalami trauma fisik atau tidak, pasti mengalami trauma psikis. Pada sebagian korban selamat dapat terjadi gangguan mental akut yang timbul beberapa minggu hingga berbulan-bulan sesudah bencana. Dan pada fase rehabillitasi inilah, peran perawat sangat dibutuhkan untuk mengurangi efek trauma korban. Berpegang pada tugas perawat yang harus memberikan perawatan dengan menggunakan pendekatan secara holistik (bio, psiko, sosio,cultural, spiritual), maka penanganan trauma psikis pada korban bencana juga merupakan tanggung jawab perawat (Ehlers et al, 2010; Lynn et al, 2012).

Atas dasar inilah penulis memilih terapi komplementer sebagai sebuah metode untuk mengurangi efek stress pasca-trauma pada korban bencana menggunakan hipnoterapi. Penulisan karya ini bertujuan untuk mengidentifikasi metode keperawatan komplementer dengan hipnoterapi untuk menurunkan efek stress pasca trauma tingkat sedang pada fase rehabilitasi SPGDT. Dengan demikian, penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perawat untuk menambah khasanah keilmuan dalam misi peningkatan mutu dan kualitas pelayanan asuhan keperawatan dan sebagai up date ilmu-ilmu baru dari segi keperawatan komplementer. Dan bagi mahasiswa untuk mengetahui suatu alternatif materi perkuliahan dalam menerapkan konsep keperawatan holistik.

(6)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis akan melakukan kajian lebih lanjut tentang Hipnoterapi untuk menurunkan tingkat stress seseorang yang mengalami bencana.

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum

Mampu menggambarkan tentang hipnoterapi untuk menurunkan tingkat stress seseorang yang mengalami bencana.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tentang pengertian holistic care b. Untuk mengetahui tentang pengertian hipnoterapi c. Untuk mengetahui tentang sejarah hypnoterapi d. Untuk mengetahui tentang hipnoterapi modern e. Untuk mengetahui tentang proses hypnoterapi f. Untuk mengetahui tentang manfaat hipnoterapi

g. Untuk mengetahui tentang contoh kasus yang dapat ditangani dengan hipnoterapi

h. Untuk mengetahui tentang tahapan hypnoterapi i. Untuk mengetahui tentang efek samping hypnoterapi

j. Untuk mengetahui cara melakukan hypnoterapi pada diri sendiri

(7)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit 1. Pengertian Holistik

Pengertian holistik adalah komprehensif atau menyeluruh yang terdiri dari body to body, mind to mind and spirit to spirit atau bisa juga dikatakan secara bio, psiko, sosial dan cultural (Dossey, 2005). Pengertian lain tentang pelayanan holistik adalah melihat pasien secara holistik yang terdiri dari masalah fisik, psikososial, spiritual dan kultural yang mempengaruhi persepsi tentang sakit (Salbiah,2006).

Proses spiritual yang mempengaruhi seseorang secara komprehensif. Setiap manusia mempunyai pengalaman yang meliputi komponen tubuh-pikiran-jiwa. Pikiran- tubuh-jiwa ini adalah komponen penting dari proses penyembuhan termasuk masalah emosional, fisik dan spiritual semua tak terpisahkan dan merupakan bagian dari proses penyembuhan (Smucker, 1998).

Dari dua pengertian holistik tersebut dapat diketahui bahwa pasien adalah manusia yang terdiri dari body, mind and spirit, pasien yang sehat adalah sehat secara fisik, mental, emosi dan spiritual sehingga memerlukan pelayanan yang holistik dan berpusat pada kebutuhan pasien. Hal tersebut merupakan suatu keharusan mengingat bahwa pasien adalah manusia yang mempunyai nilai personal dan system kepercayaan yang berdampak pada sikap dan respon terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan (Salbiah, 2006). Holistik sangat terkait dengan kesejahteraan (Dossey, 2005) yang diyakini mempunyai dampak pada status kesehatan seseorang. Untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan seacara holistik terdapat lima dimensi yang harus diperhatikan:

a. Dimensi fisik: Kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara umum melakukan kebiasan hidup positif.

b. Dimensi sosial: melakukan kegiatan sosial dan mampu berinteraksi dengan orang lain.

c. Dimensi emosional : mengekspresiksn emosi dan mengendalikan stres d. Dimensi intelektual :kemampuan cognitive untuk belajar.

(8)

e. Dimensi spiritual :Terkait dengan keyakinan dalam beberapa hal seperti: alam, ilmu, agama atau kekuatan yang lebih tinggi yang membantu manusia mencapai tujuan kehidupan. Meliputi moral, nilai, dan etik yang dimiliki seseorang (Salbiah, 2006).

Pendekatan holistik keperawatan mencakup intervensi yang berfokus pada respons pasien yang menyembuhkan orang secara menyeluruh dan membantu adanya keseimbangan, terapi, dan seni penyembuhan yang dilakukan sendiri bukanlah esensi dari holisme dan kesehatan. Perawat holistik membantu pasien untuk bertanggung jawab pada kesehatan pribadi dengan berberan sebagai role model kesehatan yang mengintegrasikan perawatan diri dalam kehidupan dan dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan American Holistic Nurses’

Association, hal ini akan membantu pasien mengatasi stres dan memberi banyak energi untuk membantu pasien dengan membentuk keseimbangan antara apa yang diberikan kepada diri sendiri dan apa yang diberikan kepada orang lain.

2. Pengertian Hipnoterapi

Secara harfiah kata “Hipnoterapi” berasal dari dua kata, yaitu “Hypno” dan

“Terapi”. Hypno ini sendiri berasal dari kata Hypnosis yang dirujukkan pada nama seorang dewa tidur orang Yunani. Keadaan tidur disini diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang menjadi lebih mudah untuk menerima sugesti dari luar.

Keadaan ini dapat meningkatkan memori dan persepsi serta bisa menjadi pemicu penyembuhan, dan perbaikan kualitas hidup lainnya (Ifdil, Fitria, & Ardi, 2015 : 128). Sedangkan Terapi yang dimaksud disini adalah psikoterapi yang memiliki definisi sebagai suatu pengobatan jiwa dengan menggunakan cara penyembuhan dengan teknik khusus.

Istilah “Hipnotisme” pertama kali digunakan oleh James Braid yang menggantikan istilah Hipnotisme dari istilah magnetisme. Hipnotisme ini merupakan singkatan dari Neurohipnotisme yang berarti tidurnya sistem saraf. Braid meyakini bahwa penyebab utama dari hipnosis adalah teerpusatnya kesadaran pada suatu objek. Pada tahun 1958, Hipnotisme diakui oleh American Medical Association (Asosiasi Medis Amerika) sebagai suatu pendekatan yang resmi dan aman untuk masalahmasalah medis dan psikologis. Cara kerja hipnotisme medis ini atau yang kita kenal dengan Hipnoterapi bekerja tanpa penonton seperti hipnotisme hiburan

(9)

dan lain sebagainya. Namun, klien perlahan-lahan dibawa menuju dunia bawah sadarnya (Kahija, 2007 : 51-53).

Wolman mendefinisikan Hipnoterapi sebagai sebuah metode untuk mengubah perilaku melalui sugesti dan tanpa alat. Melibatkan teori-teori psikologi ke dalam terapi tersebut. Hipnoterapi merupakan proses yang dinamis dan berpusat pada klien itu sendiri (Wulandari, 2016 : 5). Hipnoterapi adalah salah satu jenis terapi pikiran yang menggunakan teknik hipnosis untuk menyembuhkan penyakit psikis maupun fisik. Secara umum, Hipnoterapi sangat berkaitan dengan aktivitas kerja otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang sesuai dengan gelombang otak manusia (Sugiarso, 2013 : 2).

Hipnoterapi adalah praktik menggunakan kekuatan sugesti untuk membawa perubahan positif pada klien atau pasien yang berada di bawah hipnosis. Seorang hipnoterapis akan bertemu dengan klien sebelum melakukan hipnosis dan mendiskusikan riwayat medis, penyakit, dan tujuan perawatan. Karena pikiran bawah sadar klien lebih terbuka terhadap sugesti dari seorang hipnoterapis, mereka lebih mungkin untuk menerima kata-kata dan nasihat terapis selama sesi hipnoterapi, yang dapat menjadi katalis untuk perubahan positif ( Diyah,2018)

3. Sejarah Hipnoterapi

Pada jaman dahulu, hypnosis ini sering sekali dikaitkan dengan klenik- klenik, supranatural, ritual keagamaan, kepercayaan, dll. Banyak "orang pintar" di jaman mesir kuno dan yunani menggunakan metode hypnosis untuk mengobati orang-orang pada waktu itu, walaupun waktu itu belum ada istilah hypnosis.

Menurut yang ditulis pada catatan dokumen medis Ebers Papyrus, Catatan sejarah tentang sejarah hipnosis, berawal dari jaman mesir kuno 1550 SM. Menurut Ebers papyrus, dituliskan bahwa pada jaman mesir kuno ada kuil pengobatan yang bernama kuil tidur. Cara pengobatan pada waktu itu, para pendeta menyembuhkan pasiennya dengan menyentuhkan tangannya pada dahi pasien sambil mengucapkan mantra atau sugesti untuk menyembuhkan pasiennya. Kemudian para warga sekitar pada waktu itu mempercayai bahwa pendeta itu memiliki kekuatan magis.

Pada abad 18 adalah titik awal untuk sejarah hypnosis modern, yang dimulai dari pendeta yang bernama gassner. Gassner meyakini bahwa orang sakit itu kerasukan setan, maka dengan membuat pasien masuk ke kondisi hypnosa (hypnosa adalah kondisi dimana manusia menjadi rileks dan terfokus) kemudian

(10)

beliau melakukan ritual tertentu untuk mengusir setan yang ada dalam tubuh pasiennya.

Setelah Gassner, barulah muncul beberapa tenaga kesehatan dari para dokter dan psikolog yang meneliti tentang hypnosis ini, dimulai dari

a. Franz Anton Mesmer (1735-1815), b. Marquis de Puysegur (1751-1825), c. John Elliotson (1791-1868),

d. James Braid,Penulis dan dokter terkenal di Inggris (1795-1860),

e. Para psikiater Jean Martin Charcot (1825-1893) dan Sigmund Freud (1856- 1939)

f. Milton Erickson (1901-1980) g. Dave Elman (1900-1967) h. Ommond Mcgill (1913-2005)

Dari para tokoh diatas, yang paling berperan adalah Milton Erickson, karena jasanya hypnosis bisa di terima oleh Asosiasi Medis Amerika dan Asosiasi Psikiatris Amerika yang bisa digunakan dalam pengobatan sejak tahun 1958.

Dr. Milton H. Erickson pertama kali memperkenalkan bahwa jiwa manusia sangat unik. Tidaklah mudah meminta orang untuk secara langsung menghilangkan kebiasaan buruk yang ingin dia tinggalkan. Seperti kita menyampaikan nasihat kepada seseorang yang mengeluh karena dia mempunyai masalah, “Sekarang kamu dapat menyelesaikannya”, atau seseorang yang mempunyai masalah perilaku lalu kita berikan nasihat, “Sekarang perilaku anda sudah berubah menjadi baik”. Belum tentu dia akan merubah perilakunya dengan segera. Mungkin hanya, untuk sementara, tetapi biasanya kebiasaan itu akan kembali lagi. Apalagi jika kita tidak mengetahui akar permasalahannya mengapa dia berperilaku demikian, tidak mengetahui nilai dasar dan keinginan sebenarnya yang dimiliki orang tersebut.

Ingat, jiwa manusia sangat kompleks, setiap orang mempunyai jiwa dan nilai yang unik. Perilaku atau respons seseorang tidak sama dalam menghadapi peristiwa yang berbeda. Bahkan sangat mungkin sekali untuk peristiwa yang sama, perilaku atau respons seseorang yang sama dapat berbeda.

Hal inilah yang dikembangkan Erickson menuju metode hipnoterapi yang lebih efektif. Berkat jasanya dalam mengembangkan metode-metode dalam melakukan terapi klinis dengan metode hipnoterapi, maka pada tahun 1950-an

(11)

Milton H. Erickson, metode ini berkembang terus sampai dengan metode yang berorientasi kepada pasien. Saat ini, metode ini lebih efektif digunakan apalagi digabungkan dengan pola komunikasi yang telah dikembangkan Erickson. Metode ini telah banyak dipergunakan oleh para terapist terkenal seperti Gill Boyne, Mary Lee LaBay, maupun Calvin Banyan dan lain-lain.

4. Hipnoterapi Modern

Hipnoterpi di masa lalu indentik dengan kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak. Pada masa kini, hipnotis lebih ditekankan pada kondisi relaksasi yang dalam, baik secara fisik maupun mental. Saat ini dikenal beberapa keadaan hipnotis seperti moving meditation, hypnoidal state, serta automatic writing, dimana pasien melakukan aktivitas bawah sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang dikendalikan oleh niat.

Psikolog pada Pusat hipnoterpi Kedokteran RSPAD Gatot Subroto (pusat hipnotis kedokteran pertama di Indoneisa) Dra Psi Adjeng Lasmini mengatakan, pada hipnoterpi, pasien diajak untuk relaks secara fisik dan mental dengan memusatkan perhatian melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, dan sentuhan secara berulang dan monoton. Ini membuat pasien merasa semakin santai. Dalam kondisi hipnoterapi, lanjutnya, sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi ini kemampuan seseorang untuk merangkum kalimat demi kalimat mengalami penurunan.

5. Dasar-dasar Hipnoterapi

Selama sesi hipnoterapi, orang-orang dipandu melalui proses untuk menginduksi keadaan seperti trance yang membantu mereka memfokuskan pikiran mereka, lebih siap menanggapi saran, dan menjadi sangat santai. Hipnoterapi memanfaatkan kesadaran yang meningkat dari keadaan hipnosis untuk membantu Anda fokus pada masalah lebih dalam. Hipnoterapi menurut Meisil (2018) menggunakan teknik termasuk:

a. Relaksasi: Anda akan dipandu oleh hipnoterapis untuk memvisualisasikan diri Anda dalam keadaan damai dan rileks, bahkan saat menghadapi perilaku bermasalah atau objek ketakutan Anda.

b. Suggestion: Ahli hipnoterapi Anda dapat memberikan saran lembut untuk perubahan perilaku yang dapat membantu Anda mengatasi masalah Anda.

(12)

Misalnya, Anda mungkin diajarkan untuk melihat diri Anda sebagai penasihat yang mendukung selama reaksi fobia, sehingga belajar untuk mempercayai diri sendiri dan kemampuan Anda untuk melewati situasi tersebut.

c. Coping skills: Anda mungkin diajari keterampilan mengatasi perilaku kognitif tertentu, seperti imajinasi terbimbing dan STOP! teknik, yang dapat Anda gunakan saat menghadapi ketakutan atau kecemasan.

d. Exploration of past experiences: Anda bahkan mungkin didorong untuk berbicara tentang pertama kali Anda mengalami perilaku atau masalah yang Anda coba atasi dan bagaimana perasaan Anda saat itu( Meisil,2018)

6. Tahap – tahap Hipnoterapi

Kondisi Hipnoterapidapat dicapai dalam beberapa proses, yaitu:

a. Pre Induction, yaitu suatu proses mempersiapkan situasi dan kondisi yang kondusif antara Terapis dan klien. Tahap ini dapat berupa percakapn ringan yang dapat mendekatkan terapis dan klien secara mental. Dan salah satu yang harus dilakukan dalam tahap ini adalah tes sugestivitas untuk mengetahui tingkat sugestivitas alamiah yang ada pada diri klien.

b. Induction, yaitu teknik yang digunakan untuk membawa klien pada kondisi hipnosis. Induksi ini dilakukan dengan memberikan sebuah kejutan secara tiba- tiba agar critical area subjek dapat terbuka sehingga terapis dapat memberikan perintah sederhana kepada subjek.

c. Deepening atau Depth Level Test, merupakan teknik yang dilakukan dengan tujuan untuk membawa subjek kedalam kondisi hipnosis yang lebih dalam lagi.

Konsep dasar dari deepening ini adalah memberikan bimbingan kepada subjek untuk berimajinasi melakukan suatu kegiatan atau berada disuatu tempat.

d. Sugestion, tahap ini berupa pemberian kalimat-kalimat saran yang disampaikan oleh terapis ke bawah sadar subjek. Dan pemberian sugesti ini yang menjadi tujuan dari kegiatan hipnosis ini dilakukan.

e. Termination, tahap ini merupakan tahap pengakhiran untuk mengembalikan subjek ke dalam keadaan semula. Hal ini dilakukan dengan memberikan kalimat-kaklimat lanjutan setelah kalimat sugesti (Sugiarso, 2013 : 33)

7. Tujuan dan Manfaat Hipnoterapi

(13)

C. Roy Hunter MS mendefinisikan Hipnoterapi sebagai teknik hipnosis yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan, meningkatkan kemampuan diri, meningkatkan motivasi, dan meningkatkan petumbuhan pribadi dan juga spiritual (Masdudi, 2017 : 185). As’adi dalam Ayu wulandari mengemukakan bahwa Hipnoterapi telah digunakan sejak perang Dunia ke II sebagai salah satu teknik pengobatan kepada korban perang untuk mengurangi rasa sakit, dan pengalaman traumatic. Sedangkan Erickson dan Rossi mengemukakan bahwa hipnoterapi bermanfaat untuk mengubah fungsi nyeri dan kenyamanan, mengatasi rasa sakit, dan juga trauma akibat kecelakaan fisik.

Selain itu, Hipnoterapi juga digunakan sebagai penyembuhan segala macam gangguan yang berkaitan dengan pikiran dan perasaan. Hipnoterapi ini juga merupakan sebuah cara tercepat untuk mengubah pikiran, perasaan, perilaku, kebiasaan, dan juga kepribadian seseorang (Baihaqi, 2017 : 17). Dari beberapa penjelasan diatas, dapat kita ketahui bahwa Hipnoterapi memberikan manfaat yang cukup banyak untuk kehidupan kita, baik mengobati permasalahan fisik maupun psikis (Wulandari, 2016 : 19)

8. Cara Kerja Hipnoterapi

Secara umum mekanisme kerja hipnoterapi sangat terkait dengan aktivitas otak manusia. Aktivitas ini sangat beragam pada setiap kondisi yang diindikasikan melalui gelombang otak yang dapat diukur menggunakan alat bantu EEG (Electroenchepalograph). Dalam kondisi hipnosis, pikiran bawah sadar manusia dapat diakses karena diri seseorang lebih fokus secara internal dengan gelombang otak yang lebih rendah. Kondisi ini dicapai saat klien berada dalam kondisi lebih rileks (Sugiarso, 2013). Berikut penjabaran pola gelombang otak manusia berdasarkan pengukuran EEG, yaitu (Setiawan, 2009: 43):

a. Beta (frekuensi 12-25 Hz) Dominan pada saat dalam kondisi terjaga dan menjalani aktivitas sehari-hari yang menuntut logika atau analisis tinggi, misalnya mengerjakan soal matematika, berdebat, olahraga, dan memikirkan hal-hal yang rumit. Gelombang beta memungkinkan seseorang memikirkan sampai 9 objek secara bersamaan.

b. Alpha (frekuensi 8-12 Hz) Dominan pada saat tubuh dan pikiran rileks dan tetap waspada. Misalnya, ketika sedang membaca, berdoa, dan ketika fokus pada suatu objek. Gelombang alpha berfungsi sebagai penghubung pikiran sadar dan

(14)

bawah sadar. Alpha juga menandakan bahwa seseorang dalam kondisi light trance atau kondisi hipnosis yang ringan.

c. Theta (frekuensi 4-8 Hz) Dominan saat dalam kondisi hipnosis, meditasi dalam, hampir tidur, atau tidur disertai mimpi. Frekuensi ini menandakan aktivitas pikiran bawah sadar.

d. Delta (0,1-4Hz) Dominan saat tidur lelap tanpa mimpi.

Selama proses hipnosis, tubuh seseorang akan terasa rileks, sedangkan pikirannya akan sangat terfokus dan penuh perhatian. Seperti halnya teknik relaksi lainnya, hipnosis menurunkan tekanan darah dan detak jantung serta mengubah seluruh jenis aktivitas gelombang otak. Dalam kondisi yang rileks, seseorang secara fisik akan merasa sangat tentram meski secara mental dalam kondisi waspada. Dalam kondisi yang sangat berkonsentrasi, orang sangat responsif terhadap segala sugesti (Setiawan, 2009: 188).

9. Teknik Hipnoterapi

Berikut ini adalah teknik-teknik yang secara umum dapat digunkan dalam hipnoterapi. Teknik-teknik ini dapat digunakan secara terpisah atau digabung satu sama lain sesuai dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan klien (Gunawan, 2006: 140- 145):

a. Ideomotor response. Ini adalah cara untuk mendapat jawaban “ya”, “tidak”,

“atau tidak tahu” dari klien dengan cara menggerakkan salah satu jari tangan.

Teori dibalik teknik ini adalah bahhwa orang cenderung memberikan jawaban yang jujur, sesuai dengan jawaban pikiran bawah sadar, melalui respon gerakan fisik (ideomotor response) dari pada dalam bentuk verbal atau ucapan.

b. Hipnotic regresion. Teknik regresi adalah teknik yang membawa klien mundur ke masa lampau untuk mencari tahu penyebab suatu masalah. Teknik ini biasanya menggunakan affect bright (jembatan perasaan) atau feeling conection.

c. Systematic desensitization. Sesuai dengan namanya, teknik ini bertujuan untuk mengurangi sensitivitas klien terhadap masalahnya.

d. Implosive desensitization. Teknik ini digunakan apabila klien mengalami abreaction. Yakni, situasi dalam kedamaian untuk menenangkan dirinya.

Tujuannya adalah menurunkn tingkat intensitas emosi secara bertahap. Teknik ini juga disebut circle therapy.

(15)

e. Desensitization by object projection. Teknik ini meminta klien membayangkan emosi, rasa sakit, atau masalahnyakeluar dari tubuh klien dan mengambil suatu bentuk yang mewakili masalahnya itu. Teknik ini hanya bagus pada klien yang visual, untuk yang auditori dan kinestetik digunakan proyeksi dalam bentuk suara atau perasaan.

f. The informed child technique. Sama halnya dengan implosive desensitization, namun kali ini terapis mensugesti bahwa klien kembali ke masa lampaunya dengan membawa serta semua pengetahuan, pengalaman, kebijaksanaan dan pengetahuan yang dimiliki saat dewasa sekarang.

g. Gestalt therapy. Ini adalah teknik terapi yang dilakukan dengan permainan peran atau role play. Dalam teknik ini, klien diminta memainkan peran secara bergantian, baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai orang lain yang menjadi penyebab trauma atau luka batin.

h. Rewriting history. Bagian pertama dari teknik ini dilakukan dengan the informed child technique, bagian lanjutannya dilakukan dengan menggunakan gestalt therapy yang memungkinkan klien untuk menyampaikan apa yang ingin ia katakan pada orang yang menyebabkan luka batin.

i. Open screen imagery. Teknik ini menggunakan layar bioskop

j. Positive progammed imagery. Teknik ini dapat digunakan sebelum klien dibangunkan dari kondisi trans. Teknik ini hanya efektif bila dilakukan setelah teknik-teknik lainnya digunakan terlebih dahulu. Teknik ini bisa digunakan bersamaan dengan post hypnotic suggestion dan verbalizing.

k. Verbalizing . Dalam teknik ini klien diminta untuk berbicara atau mengucapkan pemahaman baru atau apa yang menurutnya harus dilakukan. Apabila klien yang mengucapkannya, efeknya akan menjadi sangat kuat dari pada bila hal yang sama diucapkan oleh terapis.

l. Direcct sugestion. Sugesti yang bersifat langsung diberikan berdasarkan apa yang diucapkan oleh klien (verbalizing).

m. Indirect guided imagery (Ericksonian Metaphors). Karena teknik ini menggunakan metafora, terapis perlu membuat script atau cerita yang telah disiapkan sebelumnya. Cerita yang disampaikan sepenuhnya tergantung pada terapis. Namun, penyimpulan makna cerita itu dilakukan klien.

(16)

n. Inner guide. Yang dimaksud inner guide bisa berupa penasehat spiritual, malikat, mentor, orang atau bagian dari diri klien yang bijaksana. Dalam klien ini, klien dibantu oleh inner guide untuk menyelesaikan masalahnya.

o. Part therapy. Teknik ini digunakan untuk membantu klien menyelesaikan inner conflict atau konflik yang timbul dari pertentangan antara “bagian-bagian” dari diri klien.

p. Dream therapy. Terapi ini menggunakan mimpi sebagai simbol yang dikomunikasikan oleh pikiran bawah sadar. Mimpi yang digunakan untuk analisis dan terapi adalah mimpi yang terjadi selama kurang lebih sepertiga waktu tidur menjelang bangun.

10. Syarat Melakukan Hipnoterapi

Secara konvensional, Hypnotherapy dapat diterapkan kepada mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu :

a. Bersedia dengan sukarela

b. Memiliki kemampuan untuk focus c. Memahami komunikasi verbal.

11. Penggunaan Hypnosis Pada Korban Bencana

Dengan Hipnoterapi pikiran bawah sadar bisa ditembus dan menemukan akar permasalahan yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Setelah menemukan akar permasalahannya dengan menggunakan teknik tertentu, klien akan dibimbing untuk menyelesaikan akar permasalahannya sehingga nantinya tidak berpengaruh negatif terhadap kehidupan mulai saat ini dan seterusnya (Ehlers et al, 2010; Lynn et al, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Prihantanto (2009) menunjukkan hasil yang sangat menakjubkan. Biasanya penyembuhan stress dibutuhkan waktu sampai 6 bulan. Namun dengan hipnoterapi, hanya membutuhkan waktu 2 jam stress bisa dihilangkan. Bahkan ada yang bisa disembuhkan hanya dengan hitungan menit.

Hipnoterapi dilakukan melalui 5 tahap, yaitu : 1. pengkajian,

2. induksi, 3. deeping,

(17)

5. terminasi.

Pada tahap deeping inilah klien dibawa masuk ke alam bawah sadarnya, kemudian pada tahap terapi pikiran terapis dapat memberikan keyakinan positif untuk menghilangkan stress pasca trauma yang dialami. Melalui tahap-tahap hipnoterapi, klien yang mengalami stress pasca trauma tingkat sedang akan menurun dan klien dapat menjalani kehidupan lanjutnya dengan lebih baik (Alladin &

Alibhai, 2007; Ehlers et al, 2010; Lynn et al, 2012 dalam rahmawati 2014).

Beberapa kaidah pokok yang bisa dipakai sebagai pertimbangan dalam sesi hypnotherapy adalah: Menggunakan bahasa positif, sesi sesi yang merujuk situasi informal, bahasa dan pengertian yang digunakan menyesuaikan umur klien.

Hipnoterapi bisa dilakukan lebih dari sekali, tergantung dari seberapa berat masalahnya. Tapi biasanya untuk masalah stres ringan dengan 1 atau 2 kali terapi, klien sudah bisa bebas dari stress. Untuk masalah yang berat biasanya butuh 3x dan maksimal 4x terapi (Bryant et al. 2005; Alladin & Alibhai, 2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan hipnoterapi adalah kemampuan seseorang untuk dihipnosis atau tingkat hipnotisability nya, harapan terhadap hipnoterapi, kerjasama dengan hipnoterapistnya. Sehingga hipnoterapi tidak hanya bisa dilakukan kepada orang dewasa saja ttetapi juga bisa dilakukan pada anakanak. Namun, hipnoterapi akan lebih efektif bila diberikan di usia 7 tahun ke atas terutama karena anak pada usia ini sudah memahami bahasa verbal dan non verbal. Tingkatan stress yang sesuai untuk hipnoterapi ini adalah pada tingkat sedang karena pada stress tingkat ini klien bisa bekerjasama dan keluhan yang dirasakan tidak akan banyak mempengaruhi fokus klien saat dilakukan terapi sehingga hipnoterapi yang dilakukan akan lebih efektif (Abramowitz et al. 2008; Ponniah et al. 2009).

Dari beberapa kajian di atas yang sudah dijelaskan kita dapat memahami dan mengerti bahwa teknik hipnoterapi sangat efektif dalam mengatasi stress. Metode ini dapat dijadikan salah satu alternatif untuk rehabilitasi psikologi klien akibat stress pasca trauma yang dialami.

(18)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan medis yang konvensional. Terapi komplementer bertujuan untuk mengurangi stress, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, menghindari efek samping, gejala-gejala dan mengontrol serta menyembuhkan penyakit, Terapi komplementer pengobatan yang non konvensional ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, dan resosiliatif.

Hipnoterapi adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari manfaat sugesti untuk mengatasi masalah pikiran, perasaan dan perilakua. Dengan Hipnoterapi pikiran bawah sadar bisa ditembus dan menemukan akar permasalahan yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Setelah menemukan akar permasalahannya dengan menggunakan teknik tertentu. Melalui tahap-tahap hipnoterapi, klien yang mengalami stress pasca trauma tingkat sedang akan menurun dan klien dapat menjalani kehidupan lanjutnya dengan lebih baik. Maka teknik hipnoterapi sangat efektif dalam mengatasi stress.

Metode ini dapat dijadikan salah satu alternatif untuk rehabilitasi psikologi klien akibat stress pasca trauma yang dialami.

B. Saran

Dengan adanya makalan ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat menjadikan acuan Teknik terapi komplementer sebagai tidakan yang diberikan kepada para korban bencana namun tetap mempertahankan tingkat kegawat daruratan pada pasien atau korban itu sendiri

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Atrup, & Fatmawati, D. (2018). Hipnoterapi Teknik Regression Theraphy Untuk Menangani Penderita Glossophobia Siswa Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Pinus Vol.3 No 2 Maret, 138-149.

Rajia, M. (2020). Keperawatan Komplementer Terapi Akupuntur. Kediri: Chakra Brahmanda Leantera.

Rakhmawati, R., Putra, R. K., Perdana, R. F., & Hardiyanto. (2014). Metode Keperawatan Komplementer Hipnoterapi Untuk Menurunkan Efek Stress Pasca Trauma Tingkat Sedang Pada Fase Rehabilitasi Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu (SPGDT). Jurnal Keperawatan Volume 5 No 2 Juli 178-184

Rufaida, Z., Lestari, S. W., & Sari, P. D. (2018). Terapi Komplementer. Mojokerto: Stikes Majapahit Mijokerto.

Widyatuti. (2018). Terapi Komplementer Dalam Keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No 1 Maret, 53-57.

Referensi

Dokumen terkait