ASPEK LEGAL
JASA KONSTRUKSI
Semester : VII Bobot : 3 SKS
Sifat : Matkul Pilihan
Pertemuan : 11
(KEGAGALAN BANGUNAN & KONSTRUKSI)
KEGAGALAN BANGUNAN
(menurut UU No. 2 Tahun 2017 ttg Jasa Konstruksi)
• Suatu keadaan keruntuhan bangunan dan/atau tidak berfungsinya bangunan setelah penyerahan akhir hasil Jasa
Konstruksi
• Memuat ketentuan tentang kewajiban
Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa atas Kegagalan Bangunan dan jangka waktu
pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan
KEGAGALAN BANGUNAN >< K-3
•
Pelindungan pekerja, memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak dalam pelaksanaan
keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial
•
Perlindungan terhadap pihak ketiga selain para pihak dan pekerja, memuat kewajiban para pihak dalam hal terjadi suatu peristiwa yang
menimbulkan kerugian atau menyebabkan kecelakaan dan/atau kematian
•
Jaminan atas risiko yang timbul dan tanggung jawab hukum kepada pihak lain dalam
pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi atau akibat dari
Kegagalan
Perlindungan tenaga kerja memiliki beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjanya secara aman melakukan kerjanya sehari-hari untuk meningkatkan produktivitas.
Menurut Bangun Wilson (2012:377) Keselamatan Kerja adalah perlindungan atas keamanan kerja yang dialami pekerja baik fisik maupun mental dalam lingkungan pekerjaan.
Menurut Mondy dan Noe, dalam (Pangabean Mutiara, 2012:112), Manajemen Keselamatan kerja meliputi perlindungan karyawan dari kecelakaan di tempat kerja sedangkan, kesehatan merujuk kepada kebebasan karyawan dari penyakit secara fisik maupun mental.
Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161 Dalam Wahyu Ratna S. 2006:16).
KESELAMATAN KERJA
• Helm Keselamatan
• Sabuk dan tali Keselamatan
• Sepatu Boot
• Sepatu Pelindung
• Masker
• Penutup telinga
• Kacamata Pengaman
• Sarung Tangan
• Pelindung Wajah
• Pelampung
Bentuk Alat Pelindung Diri (APD) &
Keselamatan Kerja (K3)
KRITERIA & PENANGANAN DALAM KEGAGALAN BANGUNAN
(menurut UU No. 2 Tahun 2017 ttg Jasa Konstruksi)
•
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi tidak memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
•
Kegagalan Bangunan ditetapkan oleh penilai ahli yang dipilih oleh menteri terkait (PUPR) paling lambat 30 hari sejak laporan masuk
•
Tim penilai ahli memiliki SKA bidang terkait, pengalaman lengkap (perencana, pelaksana,
pengawas) dan terdaftar sebagai tim penilai ahli
TUGAS PENILAI AHLI
(menurut UU No. 2 Tahun 2017 ttg Jasa Konstruksi)
•
Menetapkan tingkat kepatuhan terhadap Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan
•
Menetapkan penyebab terjadinya Kegagalan Bangunan
•
Menetapkan tingkat keruntuhan dan/atau tidak berfungsinya bangunan
•
Menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan
•
Melaporkan hasil penilaiannya kepada Menteri (max 90 hari kerja)
•
Memberikan rekomendasi kebijakan pencegahan kegagalan bangunan kepada Menteri
•
penilai ahli dapat berkoordinasi dengan pihak berwenang yang terkait dan bekerja secara
profesional dan tidak menjadi bagian dari salah
satu pihak
CONTOH KASUS KEGAGALAN KONSTRUKSI Runtuhnya salah satu lantai di Gedung BEJ, Januari 2018
Kegagalan bangunan gedung di Bintaro Tangerang, Juni 2016
Kondisi sebelum kegagalan bangunan (Pukul11:56:36 WIB)
Sekelompok orang Terkonsentrasi pada satu titik selasar
Kondisi saat kegagalan bangunan (Pukul 11:56:42 WIB) Sling terlepas/putus dari suspended
Gedung tersebut sudah "salah" sejak awal dibangun pada 1995 silam. "Tes tanah terindikasi tidak dilakukan secara benar sehingga analisis tanahnya pun salah. Analisis tanah dianggap tipikal dengan gedung di seberangnya.
Jembatan Widang Tuban, April 2018
patah dan ambruk
Jembatan Kutai Kartanegara, Januari 2012
Kegagalan pada sistem sambungan, antara batang hanger dan kabel utama, pada dasarnya terjadi akibat akumulasi masalah sejak jembatan direncanakan
Robohnya Proyek Jembatan Penghubung Gedung Perpustakan Daerah DKI,
November 2014
Keruntuhan terjadi diakibatkan sistem perancah yang mengalami kegagalan. Scafolding yang digunakan merupakan scafolding besi dengan kondisi yang sudah tidak layak pakai:
• Kondisi scafolding banyak yang sudah keropos dan ada beberapa yang sudah bolong.
• Pemasangan scafolding tidak dilengkapi dengan bracing, sehingga scafolding tidak stabil.
Adanya perlemahan scafolding yang tidak dihitung seperti adanya jalan akses untuk kendaraan dibawah struktur yang sedang dibangun
Tahapan Yang
Berpengaruh Kegagalan Konstruksi
(persfektif socio engineering system)
Sumber penyebab kegagalan kontruksi
(persfektif Socio – Engineering System)
• Tahap perencanaan ,
• Dokumen perencanaan
• Proses pengadaan
• Persaingan yang tidak sehat,
• Korupsi, Kolusi, Nepotisme, (KKN) dan penyuapan agar memenangkan tender Pengadaan Barang dan Jasa dinilai
( 90,00% ),
• Terjadinya persekongkolan dengan Owner untuk mengatur harga
penawaran diluar prosedur pengadaan (80,00 %),
• Keinginan Owner untuk meraih
keuntungan yang tidak normal ( Fee Proyek ) dengan menekan imbalan jasa dari konsultan Perencana / Kontraktor diluar kontrak yang telah disepakati (76,7%)
Kegagalan Bangunan
Kesalahan Pengawasan
Kesalahan Menyimpang dari
spefikasi teknis Kesalahan
kondisi Alam Kesalahan Administrasi
Kesalahan Perencanaan
Kesalahan Pe laksanaan
Kesalahan Operasi dan Pemeliharaan
Kesalahan Manusia (lalai)
Kesalahan disengaja
Kesalahan lain lain
PENYEBAB KEGAGALAN BANGUNAN
• Melaksanakan Lelang dengan adminitrasi benar (semua dokumen)
• Tidak Melaksanakan KKN
• Tidak Melaksanakan Persekongkolan 1. Kesalahan Adminitrasi
• Menerapakan Sistem Manajemen Mutu
• Memenuhi Kaidah perencanaan sesuai KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang dibuat pengguna jasa
• Memenuhi SNI atau Standard Lainnya yang telah disetujui antara penyedia Jasa dan Pengguna Jasa
• Memenuhi Kaidah-kaidah keamanan suatu bangunan (stabilitas, kekuatan struktur dll)
• Meyerahkan semua laporan dokumen perencanaan 2. Kesalahan Perencaanaan
SOULSI DAN ANTISIPASI
3. Kesalahan Pengawasan
• Menerapkan Sitem Manajemen Mutu
• Memenuhi Kaidah Pengawasan sesuai KAK (Kerangka Acuan Kerja) yang dibuat pengguna jasa
• Memenuhi SNI atau Standard Lainnya yang telah disetujui antara penyedia Jasa dan Pengguna Jasa
• Menerapkan SMK3L pada setiap item kegiatan
• Mengawasi pelaksanaan sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan
• Melaksanakan uji kualitas selama konstruksi berlangsung sesuai yang diiijinkan
• Menghitung dan mengecek selalu volume,luasan, unit item bangunan sesuai yang ada di gambar konstruksi
• Melaporkan dan mendiskusikan dengan cepat jika ada kondisi yang tidak wajar
• Memenuhi dan melaksanakan administrasi yang benar didalam alur organisasi pelaksanaan suatu pekerjaan (Alur perintah dan koordinasi)
• Memenuhi semua Pelaporan yang ditentukan
• (Laporan harian, mingguan, bulanan, Laporan Pendahuluan, Laporan Akhir, MC0, MC100, PHO, FHO)
• Menerapkan Sitem Manajemen Mutu
• Menerapkan SMK3L pada setiap item kegiatan
• Melaksanakan Pelaksanaan seuai dengan spesifikasi teknis
• Melaksanakan sesuai dengan Kuantitas dan Kualitas yang ditentukan
• Melaksanakan uji material sesuai ketentuan
• Meminta persetujuan pada direksi atau pengawas pada setiap item kegiataan yang akan dilaksanakan
• Melaporkan kondisi tertentu jika menemukan kejanggaalan perencanaan atau ketidak sesuaian kondisi lapangan yang tidak sesuai
• Melaksanakan Penngecekan bersama dengan direksi, konsultan pengawas setelah selesai melaksanakan setiaap item kegiatan
• Membuat semua laporan yang diminta dan persetujuan direksi dan konsultan pengawas
4. Kesalahan Pelaksanaan
• Menerapkan Sitem Manajemen Mutu
• Menerapkan SMK3L pada setiap item kegiatan
• Melaksanakan OP rutin, berkala, preventif, korektif dengan benar
• Melakukan Evaluasi dan Monitoring pada semua bangunan
• Memberikan rekomendasi untuk merehabiltatif atau mengganti baru bangunan jika usia gunanya sudah tercapai
5. Kesalahan OP
• Mengidentifkasi dan mengantisipasi lebih awal jika suatu bangunan dijumpai kondisi alam yang kurang baik dengan memberikan keamanan ekstra dibanding pada saat kondisi alam yang normal
• Menghindari lokasi bangunan yang ada di kondisi alam yang kurang baik dengan meindahkan lokasi bangunan
• Menerapkan SMK3L pada setiap item kegiatan
6. Kesalahan Prediksi Alam
• Dengan menempatkan pengawas internal terhadap semua SDM yang melaksanakan pekerjaan konstruksi
• Menempatkan SDM yang kompeten pada pekerjaaan konstruksi sesuai dengan tingkat kerawanan bangunan yanag dilaksanakan
• Menempatkan SDM yang bermental dan bermoral yang baik
• Menerapkan SMK3L pada setiap item kegiatan
7. Kesalahan Manusia (lalai)
• Menerapkan Sitem Manajemen Mutu
• Menerapkan SMK3L pada setiap item kegiatan
• Melaksanakan Metode pelaksanaan yang benar dari Spesifikasi Teknis
• Melaksanakan sesuai dengan spesifikasi Teknis yang ditentukan
• Mengajukan dan minta persetujuan pada semua material yag akan digunakan
• Melaksanakan semua ketentuan teknis dan melaksanakan uji kualitas bahan bangunan konstruksi dari pihak intern maupun pada pihak ekstern agar ada pembanding yang obyektif
8. Kesalahan Menyimpang
• Menerapkan Sitem Manajemen Mutu
• Menerapkan SMK3L pada setiap item pekerjaan
• Mengganti SDM yang sengaja membiarkan pelaksanaan bangunan konstruksi yang tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dengan tenaga SDM yang memiliki Kompetensi dibidangnya
9. Kesalahan Disengaja
• Disesuaikan dengan kesalahan yang terjadi
10. Kesalaahan lain-lain
1. Delik korupsi dalam KUHP.
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/Peperpu/013/1950.
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi.
4. Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
10.Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003.
11.Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
12.Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMBERANTAS TINDAK
PIDANA KORUPSI
dilakukan penelahaan oleh peneliti ahli yang dibentuk oleh menteri PUPR.
UU No.2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Kegagalan konstruksi yang bisa masuk didalam ranah hukum diakibatkan oleh kegagalan konstruksi yang mengakibatkan adanya korban meninggal dan adanya unsur korupsi yang menyebabkan kegagalan kontruksi
Menentukan saksi siapa yang akan
bertanggung jawab pada kegagalan konstruksi.
SUDUT PANDANG DALAM KEGAGALAN BANGUNAN
• Penyedia Jasa wajib mengganti atau memperbaiki Kegagalan Bangunan yang disebabkan kesalahan Penyedia Jasa
• Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan sesuai dengan rencana umur konstruksi (masa jaminan max 10 tahun)
• Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu setelah masa jaminan habis
• Ketentuan waktu pertanggungjawaban harus tertuang di dalam kontrak kerja
• Penyedia Jasa dan/atau Pengguna Jasa wajib memberikan ganti kerugian dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan
KEGAGALAN KONSTRUKSI
KEGAGALAN PEKERJAAN
KONSTRUKSI adalah keadaan hasil pekerjaan konstruksi yang
tidak sesuai dengan spesifikasi pekerjaan sebagaimana
disepakati dalam kontrak kerja konstruksi baik sebagian maupun
keseluruhan sebagai akibat kesalahan pengguna jasa
atau penyedia jasa
Pemerintah berwenang untuk mengambil
tindakan tertentu apabila kegagalan pekerjaan konstruksi mengakibatkan kerugian dan atau gangguan terhadap keselamatan umum, antara lain :
• Menghentikan sementara pekerjaan konstruksi
• Meneruskan pekerjaan dengan persyaratan tertentu
• Menghentikan sebagian pekerjaan
CONTOH
•
Apabila dalam pelaksanaan maupun pada masa pemeliharaan, pekerjaan konstruksi mengalami kegagalan yang diakibatkan adanya kesalahan, baik spesifikasi, penerapan metode yang salah ataupun penggunaan tenaga kerja tidak
terampil, maka penyedia jasa diwajibkan untuk memperbaiki kembali atau ganti rugi.
•