Pendahuluan
Latar Belakang Masalah
Masyarakat umumnya beranggapan jika seseorang meninggal dunia pada hari Jumaat, dia dibebaskan dari azab kubur, secara automatik masuk syurga, dan seterusnya. Tidaklah seorang muslim meninggal dunia pada hari jumaat atau petang jumaat melainkan Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.”
Batasan dan Fokus Penelitian
Namun perlu dipastikan juga apakah khusunul khotimahnya disebabkan oleh ketakwaannya karena hari itu hari Jumat, sebagaimana disebutkan dalam hadits di atas. Bagaimana kualitas dan dalil hadis tentang keistimewaan mati di hari jumat dengan metode kritik hadis Muhammad al-Ghazali?
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat menyumbangkan khazanah ilmu keislaman khususnya pemahaman di bidang hadis menyikapi nash-nash hadis yang berkembang di masyarakat mengenai keistimewaan meninggal di hari jumat, guna memastikan apakah hadis-hadis tersebut dapat dijadikan sebagai saksi. . atau tidak. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai upaya inovasi ilmiah serta pengayaan ilmu keislaman dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
Definisi Istilah
Dan juga beberapa kitab hadis yang berkaitan langsung dengan keistimewaan meninggal di hari jumat atau malam jumat, bebas dari siksa kubur. Sumber data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah kitab-kitab hadis yang memuat hadis-hadis tentang keistimewaan meninggal di hari jumat yaitu Politik al-Tis'ah. Buku-buku hadis ini digunakan sebagai bahan referensi untuk mengumpulkan hadis-hadis terkait.
Kajian Pustaka
Telaah Pustaka
Tesis yang ditulis Muslimin berjudul Hadits Keistimewaan Meninggal di Hari Jum'at (Kajian Sanad dan Matan), di dalamnya membahas seluruh hadits di luar kutub al-Tis'ah untuk diteliti keabsahan sanad dan matannya. Dan juga hanya sebatas meneliti keabsahan sanad dan matan hadis.Perbedaan mendasar antara skripsi ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah metode yang digunakan.
Kajian Teori
- Tinjauan Umum Tentang Hadis
- Muhammad Al-Ghazali
Syahihadis ialah hadis yang tidak terputus sanadnya, dengan riwayat perawi yang 'âdil dan dlyabith dari perawi pertama hingga perawi terakhir. Hadis Hasan ialah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh perawi yang 'âdil dalam dlyabith, tetapi nilai kedlâbithan kurang sempurna dan selamat dari Syadz dan. Hadis dla'îf ialah hadis yang tidak memenuhi salah satu syarat atau kriteria hadis sahîh dan hasan. 6.
Karya ini mencoba menyoroti beberapa hadis yang masih diragukan keasliannya atau belum dipahami dengan baik. Karya lain dalam bidang hadis adalah Fiqh al-Sirah. Melalui karya ini, Muhammad al-Ghazali tampil sebagai pemikir ahli dzikir, pendakwah yang menguasai sastra Arab dan juga sebagai pengkritik hadis yang sangat mencintai Rasulullah a.s. Hadits shahih yang sanadnya tidak dapat langsung dipahami dan diterapkan secara tekstual, karena jika perkataan tersebut bertentangan dengan prinsip Al-Qur'an, maka hadits tersebut dapat ditolak. 14.
Keadilan digunakan oleh Muhammad al-Ghazali sebagai penanda aras kesahihan hadis, menurut beliau, hadis yang bertentangan dengan keadilan dan hadis sahih yang boleh dipraktikkan adalah yang tidak bercanggah dengan teori sains. sebaliknya, maka hadis-hadis tersebut tidak layak untuk diamalkan.
Kritik Hadis Muhammad al-Ghazali
Kritik Sanad Hadis
- Itthishâl al-Sanad
- Dlâbith
Menerapkan kaidah al-jarh wa ta'dîl, metode ini digunakan apabila para pengkritik hadis berbeda pendapat mengenai sifat-sifat pribadi perawi tertentu.4. Jika salah satu dari mereka tidak mempunyai sanad hadis, maka hadis tersebut akan turun dari taraf hadis shahih.
Kritik Matan Hadis
Dikatakan: “Barangsiapa meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, maka dia akan terlindungi dari fitnah kubur.” 4. Terhadap hadits yang dikaji, maka dapat disimpulkan bahwa hadits tentang keistimewaan meninggal pada hari Jumat tidak bertentangan dengan hadits yang lebih sahih. Dari sini dapat disimpulkan bahwa keterangan yang terkandung dalam hadis yang dikaji adalah bahwa hadis tentang keistimewaan meninggal pada hari Jumat tidak bertentangan dengan nalar atau fakta sejarah.
Sesiapa yang mati pada hari Jumaat atau petang Jumaat terpelihara daripada fitnah kubur." Hadis tentang keistimewaan mati pada hari Jumaat ini, yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad, mempunyai kualiti hasan lighairihi menurut analisis penulis. Dalam Dalam ini. kes penulis mendapati sekurang-kurangnya dua sisi kepada kandungan hadis tentang keistimewaan mati pada hari Jumaat.
Sebagaimana disebutkan di awal hadis, “barangsiapa meninggal pada hari Jumat atau sore hari, ia bukanlah seorang Muslim”.
Penelitian Sanad Dan Matan
Takhrij Hadis
- Keadilan Dan Kedlâbitan Perawi
- Persambungan Sanad
- Pembahasan Adanya Syadz Dan ‘Illat
- Kesimpulan Penelitian Sanad
Diriwayatkan kepada kami Suraij, diceritakan kepada kami Baqiyah daripada Mu'awiyah bin Sa'id daripada Abu Qabil daripada Abdullah bin "Amr bin al-Ash, katanya Rasulullah SAW. Sedangkan murid-muridnya yang meriwayatkan daripadanya ialah: a) Hasan bin " Abdullah al-Umuy, .. d) Hisyam bin Sa'di al-Madani, e) dan seterusnya. Maklumat tentang biografi Abdullah bin "Amr bin" Ash telah disebutkan di atas dalam hadis riwayat Tirmidzi.
Namanya Mu'awiyah bin Sa'id bin Syarih bin 'Urwah al-Tajibi al-Fahmi, lahir di Mesir. Dengan kata lain Rabi'ah bin Saif dan al-Hubuli sama-sama merupakan murid Abdullah bin 'Amr, namun mereka mempunyai perbedaan umur yang cukup jauh. Terlepas dari diskontinuitas riwayat Rabi'ah bin Saif dari 'Abdullah bin 'Amr, perlu diketahui lebih lanjut bahwa Sighat yang digunakan adalah tahammul wal 'ada' lafadzٍع.
Hubungan Abi Kabil dengan Abdullah bin Amr masih terjalin karena hubungan keduanya adalah guru dan murid. Dalam urusan selain interupsi transmisi Abi Qabil oleh ‘Abdullah bin ‘Amr, Sighat tahammul wal ‘ada’ yang digunakan adalah lafadzٍع. Kedua, dalam sejarah Imam Ahmad, setelah penelitian Suraij, Bakiyeh bin Walid, Muawiyah bin Said, Abi Kabil, Abdullah bin Amr, tidak ada syadz.
Penelitian Matan Hadis
- Tinjauan Kandungan Matan
- Kesimpulan Kritik Matan
Allah SWT telah menyebutkan dalam Al-Qur'an keutamaan hari Jumat untuk menunaikan ibadah khusus sebagai berikut. Setelah selesai menelusuri hadits matan mengenai keistimewaan meninggal dunia pada hari Jumat yang menjadi fokus penyelidikan, maka dapat disimpulkan bahwa status matan tersebut maqbûl (dapat diterima). Dari Abdullah bin Amru bin Ash radhiyallahu 'anhuma dari Nabi Shallallahu 'alayhi wa sallam bersabda: “Tidak ada seorang muslim pun yang mati pada hari Jumat atau malam Jumat kecuali Allah menghendakinya.
Barangsiapa meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat, niscaya akan terhindar dari siksa kubur dan pada hari kiamat ia akan menanggung tanda syahid.” 8. Hadits tentang keutamaan meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat diriwayatkan melalui jalan sahabat Abdullah bin Amru bin Ash, Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhum.Nah dari sinilah penulis berpendapat hadits tentang keutamaan orang yang meninggal pada hari jumat dan malam itu, seperti diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, termasuk pada tingkat hasan lighairihi.
Setelah meneliti sanad dan metana hadis mengenai keistimewaan meninggal di hari jumat, diperoleh kesimpulan sebagai berikut;
Kehujjahan dan Pemaknaan Hadis Tentang Keistimewaan
Kehujjahan Hadis
Para ulama mengatakan salah satu tanda seorang muslim meninggal dalam keadaan husnul khâtimah adalah meninggalnya pada malam jumat atau jumat. Hadits ini tidak bersambung, sebab sebenarnya perawi Rabi'ah bin Saif meriwayatkan hanya atas wewenang Abu Abdurrahman al-Hubuli atas wewenang Abdullah bin Amru. Dia (Rabi'ah bin Saif) dan perawi Hisyam bin Sa'ad adalah dua perawi yang lemah.”3.
2 Ahmad bin Hanbal, Musnad Imam Ahmad, hadis no 153, dengan Tahqiq Shaikh Ahmad Syakir, Maktabah Shamela. Mu'awiyah bin Sa'id berkata dari Abu Qabil dari Abdullah bin Amru bin Ash: Rasulullah saw bersabda: Imam Abul 'Ala' Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfuri menetapkan kitabnya Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi bahawa hadis Anas bin Malik dan Jabir bin Abdullah dapat menguatkan kelemahan hadis Abdullah bin Amru bin Ash.
Sehingga dari seluruh rangkaian sanad hadits ini naik ke tingkat hadishasan atau hadisshahîh, yang dapat dijadikan dalil bahwa ada keutamaan khusus bagi orang yang meninggal pada hari jumat atau malam jumat. Pandangan ini dianut oleh Syekh Muhammad Nashîruddin al-Albâni dalam bukunya Ahkâmul Janâiz.
Pemaknaan Hadis
Tidak boleh menjamin seseorang menderita siksa kubur atau mendapat keberkahan kubur, meninggal dunia dalam keadaan husnul khâtimah atau su`ul khâtimah, maka fulan itu akan masuk surga atau neraka, kecuali mereka yang rakyat. ditegaskan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam Al-Qur'an, sebuah hadits sahih. Sekalipun kita mengikuti pendapat para ulama yang mengatakan bahwa hadis ini hasan atau shahih, maka tidak berarti setiap muslimah yang meninggal pada hari Jumat atau malam Jumat telah mencapai husnul khâtimah. Status husnul khâtimah lebih erat hubungannya dengan amalan orang yang meninggal, dibandingkan dengan tempat dan waktu meninggalnya orang tersebut. Misalnya: seorang muslim atau muslimah meninggal dalam keadaan durhaka (zina, mabuk, perampokan, meninggalkan shalat, meninggalkan puasa Ramadhan, dan lain-lain), maka dapat diyakini bahwa ia meninggal dalam keadaan Su'ul khâtimah, bahkan padahal dia meninggal pada jumat malam atau jumat.
Jika seorang lelaki atau perempuan Islam meninggal dunia dalam keadaan taat (solat, puasa Ramadhan, membaca al-Quran, menjaga orang sakit, memuliakan tetamu, berperang di jalan Allah dan sebagainya), maka boleh dipercayai bahawa dia meninggal dunia telah dalam keadaan Husnul khâtimah, walaupun dia meninggal pada hari selain Jumaat atau malam selain Jumaat. Ciri-ciri Kaedah Kritikan Hadis Muhammad al-Ghazali ialah mengadaptasi dalil-dalil al-Quran, Hadis, hubungan dan fakta sejarah menjadi kriteria kesahihan hadis. Hadis tentang keistimewaan mati pada hari Jumaat yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ahmad ialah Hasan Lighairihi. Kedudukan hadis Hasan Li Ghairihi boleh dijadikan dalil atau landasan pelaksanaan hukum yang sama dengan hadis sahîh, dengan syarat tidak bercanggah dengan kriteria Muhammad al-Ghazali yang dikemukakan di atas.
Kemungkinan untuk meneliti kembali kritik sanad dan matan hadis karena metode yang digunakan penulis hanyalah metode umum yang digunakan oleh Muhammad al-Ghazali.
Relevansi Kehujjahan dan PemaknaanHadis
Penutup