• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Pelaksanaan Drainase CV REA

N/A
N/A
KURNIAWAN YUSRIL

Academic year: 2023

Membagikan "Metode Pelaksanaan Drainase CV REA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PELAKSANAAN

Metodepelaksanaan pekerjaan yang meliputi petunjuk umum dan spesifikasi umum dari pekerjaan dan dipergunakan dalam Dokumen pengadaan jasa ini. Hal-hal lain yang belum termasuk dalam persyaratan umum kerja atau spesifikasi ini akan disesuaikan dengan gambar rencana, Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan akan diperjelas pada acara pekerjaan yang sama kuatnya dengan Dokumen pengadaan jasa ini.

Spesifikasi berdasarkan :

1 Peraturan Umum Bahan Bangunan

2 Standar SK.SNIT 1728-1989 Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung

Standar SK.SNIT 1734-1989 Perencanaan Beton Bertulang dan Struktur Dinding Bertulang untuk Rumah dan Gedung

3 Standar SK.SNIT 5-04-1989 Spesifikasi Bahan Bangunan (Bukan Logam) 4 Standar SK.SNIT 15-1990 03 Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal 5 Standar SK.SNIT 18-1990 03 Spesifikasi Bahan Tambah untuk Beton 6 Standar-standar Nasional lainnya

Hal-hal yang belum masuk dalam persyaratan umum kerja atau spesifikasi ini akan disesuaikan dengan gambar rencana dan akan ditentukan pada penjelasan pekerjaan, sama kuatnya dengan data penyedia jasa ini.

Pasal 1 BAHAN-BAHAN DAN MUTU PEKERJAAN

1) Semua bahan yang dipergunakan untuk melaksanakan semua jenis pekerjaan harus sesuai dengan kualitas yang tercantum dalam kontrak. Hasil pekerjaan dan mutu termasuk bahanbahan yang terpakai harus diterima dan disetujui Direksi.

2) Semua bahan yang dipergunakan harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam peraturan standard yang berlaku di Indonesia. Peraturan yang berlaku adalah edisi terakhir. Untuk bahan-bahan yang mutunya belum diatur dalam peraturan standard, harus mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.

3) Untuk bahan-bahan yang mutunya masih berdasarkan standar Internasional, apabila diperlukan, Direksi dapat meminta Pemborong untuk menunjukkan sertifikat test dari Agen/distributor yang menjual atau pabrik yang memproduksi bahan yang bersangkutan.

4) Apabila diperlukan, Direksi dapat meminta copy atau tembusan dari perintah pembelian (faktur) yang dipesan Pemborong kepada leverensir atau distributor untuk pembelian bahan-bahan yang dipakai.

5) Sebelum bahan-bahan yang dipesan dikirim ke lokasi proyek, Pemborong harus menunjukkan contoh dari bahan yang bersangkutan kepada Direksi untuk diperiksa dan diteliti mengenai jenis, mutu, dan berat, kekuatan dan sifat penting lainnya dari bahan tersebut..

6) Apabila bahan-bahan yang dikirim ke lokasi proyek ternyata tidak sesuai dengan contoh yang ditunjukkan, baik dalam hal mutu, jenis, berat, maupun kekuatannya, maka Direksi berwenang untuk menolak bahan tersebut dan mengharuskan Pemborong untuk menyingkirkannya dan diganti dengan bahan-bahan yang sesuai dengan contoh yang telah diperiksa terdahulu.

7) Semua bahan yang tersimpan dilokasi harus diletakkan dan dilindungi sedemikian rupa, sehingga tidak akan terjadi kontaminasi atau mengalami proses lainnya yang dapat mengakibatkan rusaknya atau menurunnya mutu bahan-bahan tersebut.

8) Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Pemborong diwajibkan menyimpan bahan-bahan berbahaya seperti minyak, cairan lain yang mudah terbakar, gas dan bahan kimia sedemikian rupa, sehingga keselamatan orang dan keamanan lingkungan sekitarnya dapat dijamin.

9) Penggunaan bahan-bahan dalam pelaksanaan pekerjaan harus mengikuti pedoman atau petunjuk dari proyek/pabrik yang memproduksinya.

(2)

10) Direksi berhak menunjuk seorang ahli dalam memeriksa mutu bahan-bahan yang diajukan oleh Pemborong, baik dilokasi proyek maupun di gudang leverensir atau di lokasi pabrik atau produsen. Dalam melaksanakan tugasnya ahli tersebut mempunyai wewenang untuk mewakili Direksi dalam menguji dan menilai bahan-bahan yang diajukan Pemborong.

Pasal 2 LALU LINTAS PROYEK

1) Dalam melaksanakan pekerjaannya pemborong diharuskan mematuhi dan mentaati ketentuanketentuan dan peraturan lalu lintas yang berlaku, sejauh pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum.

2) Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa agar tidak mengganggu lalulintas dan kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga sekecil mungkin.

Pengangkutan Alat-alat Berat dan bahan Konstruksi

1) Pengangkutan alat-alat berat ke atau dari lokasi proyek harus diatur sedemikian rupa agar beban total dari kendaraan yang mengangkut alat-alat besar tersebut tidak melampaui kapasitas jalan yang dilalui. Untuk itu alat-alat berat yang dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian untuk kemudian diangkut beberapa kali.

2) Apabila Direksi memandang perlu, maka Pemborong diharuskan meminta pengawalan dari instansi yang berwenang.

Pengalihan Arus Lalu Lintas dan Pembuatan Jalan Darurat

1) Pelaksanaan pekerjaan yang menuntut dialihkannya arus lalu lintas umum untuk sementara waktu harus mendapat persetujuan Direksi dan dengan seizin polisi lalu lintas dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Darat dan Jalan Raya.

2) Pemborong diharuskan membuat jalan dan jambatan darurat apabila harus lalu lintas umum tidak dapat dialihkan ke jalan umum lainnya yang ada.

3) Konstruksi dari jalan dan jembatan darurat harus setaraf dengan kelas jalan yang akan ditutup untuk keperluan proyek dan harus selesai sebelum arus lalu lintas umum dialihkan.

4) Pemeliharaan jalan darurat adalah tanggung jawab pemborong sampai pengaturan lalu lintas dikembalikan seperti semula.

Rambu-Rambu Sementara

1) Pemborong diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan rambu-rambu lalu lintas sementara pada lokasi dan posisi penting termasuk rintangan-rintangan sekitar lokasi proyek.

Penempatannya harus dengan persetujuan polisi jalan raya atau instansi yang berwenang. Pemborong diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintanganrintangan yang tidak diperlukan lagi yang selama pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas disekitar lokasi proyek.

Pasal 3 PELAKSANAAN PEKERJAAN DALAM KEADAAN KERING

1) Apabila dalam keadaan tertentu Direksi memandang perlu untuk melaksanakan pekerjaan pada kondisi tanah yang tidak kering, maka Pemborong membuat bangunan atau tanggul sementara dan menyediakan pompa air berkapasitas cukup beserta alat bantu dan pelengkap untuk menjamin agar dasar galian, dasar pondasi dan permukaan tanah lainnya tetap kering selama pekerjaan berlangsung.

2) Kondisi muka air yang tinggi dan jenis tanah kurang kedap air dapat menyebabkan derasnya rembesan air tanah ke dalam galian. Dalam hal ini pelaksanaan pekerjaan menuntut kemajuan pekerjaan yang cepat dan Direksi dapat menginstruksikan untuk menambah pompa-pompa agar dasar galian tetap dalam keadaan kering.

3) Kelalaian Pemborong dalam menyediakan pompa dan bangunan sementara lainnya dapat mengakibatkan rusaknya konstruksi yang telah dibuat adalah tanggung jawab Pemborong sepenuhnya. Dalam hal ini semua biaya perbaikan ditanggung Pemborong.

4) Air hujan yang mengalir ke dalam dinding saluran (galian) yang mengakibatkan kerusakan konstruksi yang masih dalam pelaksanaan termasuk resiko Pemborong.

5) Hujan lebat mengakibatkan genangan pada galian tidak dianggap Force Majeure, dan perbaikan atas kerusakan yang terjadi adalah beban Pemborong.

(3)

6) Direksi dapat menginstruksikan Pemborong untuk membuat saluran sedotan sementara untuk mengalirkan air hujan agar pekerjaan dapat tetap dilaksanakan dalam keadaan kering. Apabila pekerjaan telah selesai, maka Pemborong harus menimbun kembali saluran dan sodetan sementara seperti keadaan semula.

Pasal 4 PENGATURAN PEMINDAHAN JARINGAN DAN KABEL

1) Yang termasuk dalam istilah pipa dan kabel adalah pipa air bersih PDAM, pipa gas, kabel listrik, kabel telepon dan kabel-kabel lainnya yang pemasangan jaringannya tertanam dan terletak di bawah permukaan tanah.

2) Semua pipa dan kabel yang termasuk dalam kategori diatas dan yang sudah tidak berfungsi lagi serta jalurnya melintasi dan menghalangi aliran air dalam saluran harus disingkirkan atau dipotong sesuai pedoman Direksi.

3) Apabila pada saat penggalian tanah ditemukan jaringan pipa dan kabel seperti pipa PDAM, pipa gas, kabel listrik, kabel telepon dan kabel-kabel lainnya harus dikoordinasikan terlebih dahulu dengan pihak terkait.

4) Biaya penggantian dan perbaikan atas kerusakan terhadap pipa dan kabel yang masih berfungsi sebagai akibat dari kelalaian Pemborong dalam melaksanakan pekerjaannya adalah beban Pemborong sepenuhnya.

5) Apabila dalam rangka pekerjaan penggalian saluran baru atau penggalian memperdalam dasar saluran lama ditemui lintasan pipa kabel yang masih berfungsi, maka Direksi dan Pemborong akan menghubungi instansi yang mengelola jaringan tersebut untuk menentukan biaya pemindahan jaringan pipa atau kabel yang dimaksud untuk dialihkan dibawah dasar saluran rencana. Semua biaya tersebut beban Pemborong.

6) Direksi berhak menunjuk seseorang ahli akan memberikan pengarahan dan mengawasi semua pekerjaan instansi dalam rangka pemindahan dan pengalihan jalur atau lintasan pipa dan kabel.

Pasal 5 WILAYAH KERJA

1) Secara umum Pemborong dilarang menimbun atau menempatkan bahan-bahan ditepi jalan umum karena jalan umum tidak termasuk wilayah kerja Pemborong.

2) Apabila tidak terdapat tempat kosong yang sesuai untuk menimbun atau menyimpan bahanbahan bangunan disekitar lokasi proyek, maka bahan bangunan harus didatangkan dari gudang Pemborong atau leveransir setiap hari dengan jumlah yang cukup untuk pekerjaan perhari.

Pasal 6 PEKERJAAN TANAH Persiapan Medan / Lapangan

1) Pemborong harus melakukan pekerjaan pendahuluan dalam bentuk penyiapan medan-medan sebelum pekerjaan akan dilaksanakan dengan membersihkan dan mengupas permukaan tanah, membongkar dan menyingkirkan semua halangan dan rintangan yang dapat mengganggu kelancaran pekerjaan sesuai dengan perintah Direksi.

2) Pembersihan dilakukan terhadap semak-semak belukar, tumbuhan rumput liar lainnya, akarakar, tanggul kayu, sampah, puing dan benda-benda tak terpakai lainnya termasuk menyingkirkan, mengangkut dan membuang keluar dari lokasi proyek.

3) Apabila pembersihan dilakukan pada tebing atau lereng yang curam dan pencabutan tumbuhan dan akarnya dapat membahayakan kestabilan lereng-lereng tersebut, maka Pemborong harus melandaikan kecuraman lereng tersebut dengan membentuk tangga pada permukaan lereng atau membuat konstruksi bronjong sesuai dengan rencana atau petunjuk Direksi.

4) Apabila sisa-sisa pembersihan dibakar ditempat, maka pembakaran harus dilaksanakan tanpa membahayakan lingkungan setempat.

Evaluasi Permukaan Tanah Asli

Sebelum pekerjaan seperti yang tercantum dalam butir 5.1 diatas dilaksanakan, Pemborong wajib mengukur permukaan tanah asli beberapa tempat sesuai petunjuk Direksi. Hasil pengukuran harus direkam.

(4)

Pasal 7 PEKERJAAN GALIAN TANAH

1) Galian tanah yang sifatnya sementara seperti pekerjaan sedotan yang tercampur harus dikerjakan sesuai pedoman direksi.penimbunan kembali pada saat pekerjaan dinyatakan selesai

2) Galian tanah yang sifatnya tetap atau permanen harus dilaksanakan sesuai dengan garis dan kemiringan yang tercantum dalam rencana.

3) Pekerjaan galian tanah harus dilaksanakan sedemikian rupa agar keamanan jalan dan bangunan di sekitarnya terjamin. Kemiringan lereng pada galian harus cukup landai untuk mencegah keruntuhan atau longsor.

4) Kelebihan galian tanah yang menyimpang dari gambar-gambar rencana akibat kelalaian dan cara kerja yang salah harus ditimbun kembali dengan batu, sehingga padat dan pekerjaan tersebut atas biaya Pemborong.

5) Apabila Direksi memandang perlu, selama pekerjaan berlangsung Pemborong dapat diperintahkan untuk merubah bentuk, kemiringan lereng, kedalaman maupun perintah atau izin atau persetujuan tertulis dari Direksi.

6) Apabila Direksi memerintahkan untuk mengubah sumbuh jalur galian dari rencana semula, maka pekerjaan pembersihan untuk jalur baru tetap berpedoman pada butir 5.1

7) Untuk menjaga agar dasar tetap kering pasal 6.1 tetap berlaku.

8) Penggalian pada lokasi pekerjaan sungai (sistem primer) harus menggunakan alat-alat (shovel, backhoe, dragline, clamshell).

Hasil Galian

1) Sisa tanah hasil galian yang tidak terpakai harus disingkirkan secepatnya dan dibuang ke lokasi yang telah ditentukan.

2) Tanah hasil galian yang akan dipergunakan kembali untuk pekerjaan selanjutnya harus diletakkan dan ditempatkan sedemikian rupa agar memudahkan penggunaan selanjutnya dan tidak mengganggu pekerjaan lainnya.

Lokasi Buangan Tanah

Pemborong harus menyediakan lokasi buangan akhir untuk sisa tanah hasil galian yang tidak dipakai atau lokasi yang telah ditunjuk Direksi.

Lokasi Galian Untuk Pipa dan Kabel

Galian tanah untuk pemindahan pipa dan kabel harus dikerjakan sesuai dengan pedoman yang dikeluarkan Instansi yang mengelola pipa dan kabel yang bersangkutan.

Pasal 8 PEKERJAAN TIMBUNAN TANAH

1) Tanah untuk pekerjaan timbunan, tanah harus bersih dari semua kotoran, sampah, dan bahan organis lainnya. Apabila Pemborong akan mempergunakan tanah maka harus ada persetujuan Direksi sebelumnya.

2) Garis permukaan timbunan yang ditunjukkan dalam gambar rencana adalah garis permukaan timbunan dalam keadaan padat.

3) Dasar permukaan tanah untuk membuat tanggul harus bersih sesuai pasal 1.

Pemadatan Timbunan Tanah

1) Timbunan tanah yang menuntut derajat kepadatan tertentu harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan padat butir 2 sampai dengan butir 6.

2) Bahan timbunan harus dihamparkan merata lapis demi lapis setebal tidak lebih dari 30 cm. Kadar air harus tetap dijaga agar pemadatan berlangsung optimal.

3) Penghamparan lapisan baru boleh dilakukan setelah mendapat persetujuan Direksi.

4) Direksi berhak untuk memeriksakan dan menguji derajat kepadatan timbunan tanah setiap lapisan timbunan.

5) Pemborong harus memperhatikan dan memperhitungkan terhadap penyusutan dan penurunan yang terjadi terhadap timbunan yang dikerjakan.

6) Pemborong wajib meratakan semua permukaan timbunan, sehingga mempunyai bentuk akhir sesuai dengan gambar rencana.

(5)

Timbunan Kembali

1) Yang dimaksud dengan timbunan kembali adalah penimbunan tanah di tempat-tempat bekas galian di sekitar bangunan yang baru selesai dibuat atau menutup bekas galian pipa atau kabel.

2) Semua persyaratan mengenai mutu tanah timbunan dan pemadatan pada pasal 8 dan pasal 9 berlaku untuk perkerjaan yang disebut pada butir diatas.

3) Pekerjaan timbunan kembali dilaksanakan sedemikian rupa agar kerusakan terhadap bangunan, pipa atau kabel dapat dihindarkan.

4) Semua biaya perbaikan terhadap kerusakan yang terjadi akibat dari kelalaian Pemborong merupakan beban Pemborong.

5) Pekerjaan timbunan kembali terhadap bangunan atau memotong jalan yang diperkeras harus mencakup perbaikan jalan tersebut termasuk konstruksi diperkerasan dan lapisan aspalnya.

Pasal 9 PEKERJAAN PEMBONGKARAN BATU BATA/BATU KALI/BETON Pekerjaan Bongkaran

1) Apabila ada konstruksi yang harus dibongkar, maka pekerjaan tersebut harus dilaksanakan tanpa membahayakan lingkungan setempat.

2) Penggunaan kembali batu bata/batu kali/beton dari bongkaran harus dengan persetujuan Direksi.

3) Semua sisa bongkaran harus disingkirkan, diangkut keluar lokasi dan dibuang yang disetujui Direksi

Pasal 10 PEKERJAAN BETON

a. Lingkup Pekerjaan : Kontraktor harus menyediakan semua bahan untuk pekerjaan beton dan harus membuat bekesting, mengaduk beton, mengecor beton, memelihara, memperbaiki, menyelesaikan dan mengerjakan semua pekerjaan tambahan dari seluruh pekerjaan beton.

Umum

b. Standar Pekerjaan : Semua bahan dan konstruksi, jika tidak ditentukan secara khusus, harus memenuhi stándar yang umum dipakai di Indonesia. Jika persyaratan tersebut diatas tidak terpenuhi, maka konstruksi harus disesuaikan dengan standar yang disetujui proyek

Perbandingan Adukan

1. Umum

a. Adukan beton terdiri dari bahan semen, bahan pembantu (admixture), pasir, koral dan air. Kualitas bahan tersebut harus memenuhi syarat yang ditentukan. Perbandingan campuran yang tepat untuk dikerjakan sesuai dengan spesifikasi teknis (campuran 1:2:3).

Secara umum adukan beton harus direncanakan untuk menghasilkan beton yang sedemikian rupa, sehingga diperoleh keadaan maksimum dan penyusutan minimum.

Di dalam membuat campuran beton, harus menggunakan bak adukan dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan

.

Semua volume dan berat agregat, semen dan air harus ditakar seksama. Bilamana proporsi proporsi yang diisyaratkan tidak dilaksanakan kontraktor, maka konstruksi beton yang sudah dicor akan diperintahkan untuk segera disingkirkan.

b. Perbandingan Air dan Semen (PC) dan Kekuatan Tekan Kekuatan tekan minimum dan banyaknya PC yang terdapat dalam beton tidak kurang ari daftar yang tertera pada tabel kebutuhan PC. Perbandingan maksimum air dan semen (PC) adalah 55 liter per 100 kg semen.

Jika memang dianggap perlu untuk mencapai kekuatan yang dikehendaki, Direksi proyek berhak memerintahkan untuk menambah jumlah PC yang melebihi daftar PC pada setiap pekerjaan beton.

Penambahan semen jika diperintahkan harus disediakan oleh Kontraktor tanpa adanya tambahan biaya.

2. Bahan

a. Mutu Bahan

 Portland Cement (PC) Semua merk PC yang digunakan harus Portland Cement merk standar, yang telah disetujui oleh badan yang berwenang dan memenuhi persyaratan Portland Cement Klass 1-2475 (PBI-1971 NI-2). Seluruh pekerjaan harus menggunakan satu merk PC. PC yang sudah menggumpal atau membatu tidak boleh digunakan. PC digunakan sedemikian rupa, sehingga

(6)

mudah untuk diperiksa.

 Koral dan Pasir (agregat) Koral dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak mengandung bahan dalam bentuk apapun dengan bentuk yang cukup banyak yang akan dapat merusak dan memperlemah kekuatan beton pada setiap umur, termasuk daya tahannya terhadap karat dari baja tulangan. Koral harus memenuhi syarat pada pasal 3 PBI-1971-NI-2

 Air yang dipakai untuk pekerjaan pembetonan, tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organis lain yang dapat merusak beton/baja tulangan. Akan lebih baik apabila memakai air yang dapat diminum, air yang akan dicapai harus mendapat persetujuan Direksi proyek terlebih dahulu

 Bahan Pembantu (Admixture) Untuk meningkatkan mutu beton, sifat-sifat pengerjaan, waktu pengikatan dan pengerasan atau untuk maksud-maksud lain dapat dipakai dengan menambah bahanbahan pembantu. Biaya yang timbul untuk menambah bahan pembantu yang digunakan dapat berupa sejenis asam “cydroxylated carbonxylic” atau sejenis “lygnin-sulfonate” tetapi tidak boleh mengandung calsium chlorida. Bahan pembantu yang digunakan harus berkualitas baik.

b. Penyimpanan dan Pengangkutan Bahan

o Portland Cement Dalam pengangkutan, PC harus dilindungi dari hujan, dan harus dibungkus dalam zak (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat. PC harus disimpan di gudang yang cukup ventilasinya dan tidak kena air, diletakkan pada tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai. Zak-zak semen tidak boleh ditumpukkan sampai tinggi 2 meter, dan setiap adanya pengiriman yang baru agar pemakaian semen dilakukan menurut pengirimannya.

o Agregat Agregat harus disimpan ditempat yang bersih yang, keras permukaannya dan dicegah supaya tidak terjadi pemcampuran antara yang satu dengan yang lainnya

3. Kekentalan

Banyaknya air yang digunakan untuk adukan beton harus cukup, waktu pengadukan beton harus dilaksanakan secara tetap dan normal, sehingga menghasilkan suatu beton yang homogen tanpa adanya bahan-bahan yang terpisahkan satu sama lain. Pengetesan dilakukan dengan vibrator untuk mendapatkan beton yang padat, cukup kedap dan licin permukaannya menghasilkan yang homogen dan kekentalan yang dikehendaki. Kekentalan adukan beton harus ditetapkan menurut percobaan slump “Method of Slump Test For Concrete (JIS A 1101-1950)” atau “percobaan slum portland cement beton” (PBI, 1971-NI-2) slump yang dipakai akan ditetapkan oleh Direksi proyek sesuai dengan ketentuan dan jenis pekerjaan.

4. Persiapan Pengadukan Beton

a. Ukuran Campuran PC dan Bahan Adukan Jumlah PC dan bahan masukan sebelum diaduk harus ditetapkan langsung dengan timbangan/bak adukan yang disediakan oleh Kontraktor dan disetujui oleh Direksi proyek.

b. Tekanan Air Jumlah air yang akan dimasukkan kedalam beton molen harus ditakar dengan takaran yang disetujui Direksi proyek.

5. Persiapan Pengecoran Beton

a. Umum Sebelum pekerjaan beton dimulai, maka 24 jam sebelumnya kontraktor harus membuat laporan tertulis kepada Direksi yang menyebutkan : -Jumlah volume beton yang akan di cor -Jumlah alat-alat pengecoran, antara lain : mixcer, yang tersedia dilapangan -Jumlah Portland Cement yang tersedia di lapangan -Jumlah cetakan-cetakan kubus beton yang tersedia di lapangan -Jumlah tenaga kerja yang tersedia di lapangan -Time schedule pelaksanaan pengecoran -Skema jalannya pengecoran sampai selesai -Pengawas ahli dari Kontraktor yang ditugaskan di lapangan.

b. Mempersiapkan Permukaan yang Akan dicor Beton Sebelum pengecoran beton dilaksanakan, semua ruang-ruang yang akan diisi beton harus dibersihkan dari kotoran-kotoran, kemudian cetakan-cetakan dan pasangan-pasangan dinding yang akan berhubungan dengan air sampai jenuh. Permukaan tanah atau lantai kerja harus dibasahi dengan siraman air sebelum pengecoran, permukaan tersebut harus tetap basah dengan penyiraman air terus menerus sampai tiba saatnya pengecoran dilaksanakan.

Bagaimana juga permukaan tersebut harus bebas dari air yang tergenang dan juga harus bebas dari lumpur serta kotoran-kotoran pada saat pengecoran beton dilaksanakan.

(7)

c. Sambungan Beton Dinding-dinding beton lama yang berhubungan erat dengan beton baru, dan bila perlu juga pada bidang-bidang akhir dari beton pada saat pelaksanaan, cukup dikasarkan dulu, kemudian bidang-bidang tersebut dibersihkan dari segala kotoran dan benda-benda lepas, setelah itu harus dibasahi dengan air sampai jenuh. Permukaan sambungan beton yang horizontal harus diratakan dengan kayu untuk memperoleh permukaan yang cukup rata. Permukaan yang berisi koral dalam jumlah yang besar harus dihindarkan. Permukaan sambungan harus dibersihkan dari semua kotoran, bahan yang terlepas atau beton yang cacat dan benda asing lainnya. Pembersihan harus dilaksanakan dengan komposer diikuti dengan air. Semua genangan air harus dihilangkan dari permukaan dinyatakan beton sebelum beton yang baru akan dicor. Setelah permukaan dinyatakan siap atas persetujuan Direksi proyek, maka sesaat sebelum sambungan beton yang baru akan dicor semua permukaan sambungan beton yang horizontal harus dilapisi dengan lapisan aduk setebal kira-kira 25 mm atau dengan cairan Calbond sejenisnya. Lapisan aduk tersebut mempunyai campuran semen dan pasir yang sama dengan campuran beton biasa. Perbandingan air semen pada lapisan aduk tersebut melebihi beton baru yang akan dicor diatasnya dan kekentalan lapisan aduk tersebut harus cukup untuk pengecoran. Lapisan aduk tersebut harus dihamparkan secara merata dan harus dikerjakan dengan benar sampai mengisi kedalaman seluruh liku-liku permukaan beton lama yang tidak merata.

Beton baru segera dicor diatas aduk yang baru ditempatkan diatas beton lama

d. Persiapan Pengecoran Pengecoran beton tidak boleh dilakukan sebelum seluruh pekerjaan bekisting dan pekerjaan instalasi tiap bagian selesai dipasang dan persiapan seluruh permukaan tempat pengecoran disetujui Direksi proyek. Seluruh permukaan bekisting dan instalasi yang akan didalam beton yang tertutup dengan kerak bekas pengecoran yang lalu harus dibersihkan sebelum beton di sekelilingnya atau beton yang berdekatan dicor.

e. Penyingkiran Air Beton tidak boleh dicor kedalam struktur, sebelum air yang memasuki tempat pengecoran tersebut dikeringkan dengan sebaik-baiknya, telah dibuang dengan menyalurkan melalui pipa atau alat lain. Beton tidak boleh dicor kedalam air tanpa persetujuan Direksi proyek. Kontraktor juga tidak dibenarkan tanpa izin Direksi proyek membiarkan air mengalir diatas beton sebelum beton tersebut belum cukup umurnya dan mencapai pengerasan awal. Air tidak boleh dilairkan melalui permukaan beton yang baru dicor dengan kecepatan sedemkian rupa, sehingga dapat menyelesaikan permukaan beton.

6. Pencampuran Beton

a. Sebelum pembuatan adukan beton dimulai, semua alat-alat pengaduk dan pengangkut beton harus sudah bersih, dan pasangan tulangan harus terpasang dengan baik sesuia dengan gambar-gambar, persyaratan-persyaratan penulangan.

b. Pengadukan beton untuk semua mutu beton, harus dilaksanakan dengan mesin pengaduk. Mesin pengaduk untuk membuat beton yang tegangan karakteristiknya lebih besar dari 275 kg/m2, harus diperlengkapi dengan alat-alat yang terdapat mengukur dengan jumlah air pencampuran yang dimasukkan dalam drum pengaduk.

c. Jenis mesin pengaduk dan jenis timbangan-timbangan atau takaran-takaran semen, agregat dan air yang disetujui Direksi proyek belum dipergunakan

d. Semen, pasir dan koral harus dicampur sedemikian rupa dan jumlah air yang ditambah harus menghasilkan adukan yang homogen dan kekentalan yang merata.

e. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi terus menerus oleh tenaga-tenaga pengawas ahli.

f. Molen mengaduk harus berputar terus menerus dan waktu pengadukan tergantung dari kapasitas drum pengadukan, banyaknya adukan yang diaduk, jenis dan susunan butir dari agregat yang dipakai, akan tetapi tidak kurang dari 1,5 menit sesudah bahan-bahan termasuk air berada didalam molen. Selama itu molen harus terus berputar pada kecepatan sedemikian rupa yang menghasilkan kekentalan adukan yang merata pada akhir waktu pengadukan

g. Setelah selesai pengadukan, adukan beton harus memperlihatkan susunan dan warna yang merata

h. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi persyaratan minimum, misalnya terlalu encer karena kesalahan dalam pemberian jumlah air pencampur atau sudah mengeras sebagian atau yang tercampur dengan bahan-bahan asing, maka adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat pelaksanaan.

i. Beton atau lapisan aduk yang telah mengeras tidak diizinkan terpakai pada permukaan dalam molen.

(8)

Dilarang mencampur kembali dengan menambah air dalam adukan beton yang sebagian tersebut mengeras.

7. Pelaksanaan Pengecoran

a. Pengangkutan dan Pengecoran Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton, kontraktor harus memberitahukan kepada Direksi guna mendapatkan persetujuannya, jika tidak ada persetujuan dari Direksi Proyek, maka Kontraktor akan diperintahkan untuk menyingkirkan beton yang dicor atas beban biaya Kontraktor sendiri. Pengecoran beton tidak diizinkan. Apabila pengecoran beton akan dilakukan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat penghentian tersebut harus disetjui oleh Direksi Proyek. Beton tidak boleh dicor, bilamana cuaca buruk, panas yang dapat mengakibatkan menurunnya mutu pengecoran dan pengerasan. Adukan beton pada umumnya sudah dicor dalam waktu 1 (satu) jam setelah pengadukan denga air dilakukan. Jangka waktu tersebut dapat diperpanjang sampai 2 (dua) jam, apabila adukan beton digerakkan terus menerus secara mekanis. Apabila diperlukan, jangka waktu lebih panjang lagi, maka harus dipakai tamabahan bahan-bahan penghambat pengerasan beton yang disetujui Direksi Proyek. Beton harus dicor sedekat mungkin ketujuannya yang terakhir untuk mencegah pemidahan bahan-bahan akibat pemindahan adukan didalam cetakan. Cara pengangkatan adukan beton harus lancar sehingga tidak terjadi perbedaan waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan yang belum dicor. Memindahkan adukan beton dari tempat pengadukan ke tempat pengecoran dengan perantara talang-talang miring hanya dapat dilakukan setelah disetujui oleh Direksi Proyek. Adukan beton tidak boleh ditujukan melalui pembesian atau ke dalam papan bekisting yang menyebabkan terlepasnya koral dari adukan beton karena berulang kali mengenai batang pembesian atau tepi bekisting ketika adukan dijatuhkan. Beton juga tidak boleh dicor dalam bekisting sehingga menyebabkan penimbunan adukan pada permukaan bekisting diatas beton yang dicor. Dalam hal ini, harus disipakan corong atau saluran vertical untuk pengecoran agar adukan beton dapat mencapai tempatnya terlepas satu sama lain.

Adukan beton harus dicor selama proses pengecoran. Setelah pada tempatnya adukan tidak boleh didorong atau dipindahkan lebih dari 2 (dua) meter kearah mendatar. Adukan beton didalam bekisting harus dicor dengan lapisan horizontal yang merata tidak lebih dari 60 – 70 cm. Tiap lapisan harus dicor masih dalam keadaan lunak, sebelum ujung saluran, pintu corong dan semua alat yang menerima adukan beton dari alat pengangkutan tegak (hosdt).

b. Pengecoran Beton Pada Waktu Panas Kontraktor harus mencegah pengeringan yang terjadi secara cepat pada adukan beton yang dicor. Bila suhu di sekeliling bekisting lebih dari 320C adukan beban yang baru dicor harus secepat mungkin diberi perlindungan terhadap panasnya matahari setelah pengecoran tersebut dilaksanakan.

8. Pemadatan dan Penggetaran

a. Pada waktu adukan beton dicor dalam bekisting atau lubang galian, tempat tersebut harus telah betul dan tetap serta tidak ada penurunan lagi. Adukan beton tersebut harus memasuki semua sudut melalui celah pembesian, tidak terjadi sarang koral dan selama pengecoran toleransi kelebihan air pada permukaan beton yang diperbolehkan harus sedikit.

b. Lapisan beton berikutnya tidak boleh dicor, apabila lapisan sebelumnya tidak dikerjakan secara seksama.

9. Perawatan Beton

a. Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan akibat panas yang melebihi, tegangan yang berlebihan atau hal-hal lain. -Perhatian khusus perlu diberikan permukaan pelat lantai, pembasahan terus menerus dilakukan dengan menutupi dengan karung-karung basah atau mencegah pengeringan dengan cara lain yang disetujui Dirksi Proyek

-Selama dalam proses pengerasan lantai atau bagian konstruksi lain, tidak diperkenankan menggunakan lantai tersebut sebagai jalan untuk mengangkut bahan-bahan

-Tidak diperbolehkan merusak/melubangi beton yang sudah jadi untuk keperluan apapun juga. Jika hal itu terpaksa dilakukan, harus lebih dahulu mendapat persetujuan dari Direksi Proyek.

b. Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga agar beton tidak sampai mengering dan menghindarkan permukaan beton menjadi kasar dan rusak.

10. Penyelesaian Permukaan Beton

a. Penyelesaian permukaan Semua permukaan atau permukan yang dicetak harus dikerjakan secara cermat sesuai dengan bentuk garis kemiringan dan potongan sebagaimana tercantum dalam gambar atau ditentukan oleh Direksi Proyek. Permukaan bagian atas beton yang tidak dibentuk harus dijadikan permukaan yang seragam, kecuali bila ditentukan lain. Selama beton masih platis tidak diizinkan adanya tonjolan atau berjilan yang berlebihan pada permukaan. Semua permukaan harus dicor secara

(9)

monolitas dengan beton dasar. Dilarang menaburkan semen kering dan pasir diatas permukaan beton untuk menghisap air yang berlebihan. Pelat lantai dan bagian atas dinding “exposed” harus dirapikan dengan sendok aduk dari baja.

b. Perbaikan cacat permukaan harus dilaksanakan segera setelah cetakan dilepaskan, semua

permukaan “exposed” (terbuka) harus diperiksa secara teliti. Perbaikan hanya boleh dikerjakan setelah ada pemeriksaaan dari Direksi Proyek, pekerjaan perbaikan tersebut harus betul-betul mengikuti petunjuk Direksi Proyek. Beton yang menunjukkan adanya ronggarongga, lubang keropos atau cacat sejenis lainnya harus dibongkar dan diganti. Lubang bekas kerucut batang pengikat harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga permukaan lubang menjadi bersih dan kasar. Kemudian lubang ini harus diperbaiki dengan suatu cara yang dapat disetujui dengan menggunakan “aduk kering”. Lubang bekas alat pengikat cetakan yang berbentuk segi empat dan lubang bekas sejenis lainnya, yang lebih dalam dari pada ukuran permukaan beton tidak boleh dihaluskan, akan tetapi harus diperbaiki dengan suatu cara dibenarkan yaitu dengan menggunakan “aduk kering” (dry packed mortar)

Pasal 11 PEKERJAAN PEMBESIAN Umum

a. Ruang Lingkup Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang pembesian sesuai dengan apa yang tercantum di dalam gambar dan apa yang dijelaskan didalam spesifikasi. Dalam pekerjaan pembesian termasuk semua pemasangan kawat beton, sloof beton dan segala hal yang perlu serta juga menghasilkan pekerjaan beton sesuai ketentuan.

b. Gambar Kerja Sebelum pekerjaan pembongkaran besi beton, Kontraktor harus terlebih dahulu menyiapkan daftar pembesian, sketsa dan gambar pembongkaran besi dan menyerahkan kepada Direksi Proyek untuk mendaptakan persetujuan. Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya atas ketelitian ukuran, dan akan diperiksa di lapangan oleh Direksi Proyek pada waktu pemasangan pembesian.

c. Standar Detail dan pemasangan pembesian harus sesuai dengan peraturan atau standar PBI-1971 atau yang disetujui oleh Direksi Proyek.

Besi Beton

Besi beton yang dipakai adalah besi beton polos atau besi ulir dengan standard (SNI). Diameter yang diperbolehkan adalah sesuai yang tertera dalam gambar. Besi beton polos yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan leleh 2.400 kg/cm2 dan tertera dalam gambar dengan ukuran diameter dalam metric (U.32). Besi beton ulir (high strength steel) yang dipakai adalah besi beton dengan tegangan leleh 3.200 kg/cm2 dan tertera didalam gambar dengan ukuran diameter dalam inch (U.32). Besi beton tersebut diatad haruslah memenuhi syarat PBI-1971-NI.

Kontraktor harus bisa membuktikan dan melaporkan kepada Direksi Proyek bahwa besi awal yang dipakai termasuk jenis mutu baja yang direncanakan. Jika terdapat kesalahan/kekeliruan mengenai jenis besi beton yang dipergunakan, maka Kontraktor harus bertanggung jawab atas kesalahannya dan menggantikan semua tulangan yang salah tersebut, baik yang sudah terpasang maupun yang belum.

Laporan mengenai jenis beton yang dibuat secara tertulis dan dilampirkan juga keterangan dari pabrik besi beton dimana tulang tersebut termauk tulangan yang bermutu sesuai dengan yang direncanakan, yang dilengkapi dengan hasil-hasil test laboratorium. Besi beton yang disimpan dengan tidak menyentuh tanah dan tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk jangka waktu panjang.

Pembongkaran Besi Beton

Pekerjaan pembongkaran besi harus dilaksanakan dengan teliti sesuai dengan ukuran yang tertera dalam gambar. Harus diperhatikan secara khusus untuk pembuatan beugel sehingga diperoleh ukuran yang sesuai, tidak terlalu besar dari beton decking yang semestinya. Besi beton tidak boleh dibengkokkan atau diluruskan dengan cara yang salah, sehingga rusak dan caca dan tidak diperbolehkan membongkar besi beton dengan cara pemanasan. Pembengkokkan dilakukan dengan cara melingkari sebuah pasak dengan yang lebih besar dari 25 mm, pasak yang dipergunakan harus tidak kurang dari 8 kali diamter besi beton, bilamana tidak ditentukan lain.

Pemasangan Besi Beton

a. Pembersihan Sebelum dipasang, besi beton harus bebas dari sisa logam, karatan dan lapisan yang dapat merusak atau mengurangi daya ikat. Bila pengecoran beton dipindah, besi beton harus diperiksa

(10)

kembali dan dibersihkan.

b. Pemasangan Pembesian harus distel dengan cermat dengan gambar dan tidak dengan kawat beton atau jepitan yang sesuai. Semua tulangan harus dipasang dengan posisi yang tepat, sebelum pengecoran, pemasangan tulang harus diperiksa oleh Direksi Proyek. Jepitan atau penumpu tidak boleh diletakkan menempel pada bekisting agar dapat diperoleh beton yang telah ditentukan. Bilamana ditentukan lain, disamping perlengkapan yang biasa dipakai untuk memegang pembesian secara kokoh pada tempatnya.

c. Sambungan Bilamana tidak ditentukan lain, sambungan pemberian harus dibuat dengan overlap minimum 40 kali diameter besi beton. Panjang overlap penyambungan untuk diameter yang berbeda, harus didasarkan pada diameter yang besar.

Bahan – bahan

1 Bahan semen untuk pekerjaan beton adalah dari jenis Portland Cement (PC) sesuai pasal 1 butir (3 dan 4).

Penyimpangan harus mengikuti pasal 1 butir (7). Semen yang dikirim dari leveransir harus diterima dalam keadaan kantong tertutup. Setiap timbul keragu-raguan, baik yang menyangkut mutunya maupun mengenai hal lainnya, Direksi berhak mengambil contoh untuk diperiksa dan diteliti.

2 Kerikil dan pasir (aggregates) harus kuat, padat, tahan lama, dan bersih dari segala bentuk kotoran yang menurunkan mutunya dan memperlemah kekuatan beton. Kerikil beton dalam bentuk bulat atau batu pecah dengan ukuran 5 mm s/d 30 mm, baik koral maupun pasir harus bergradasi sesuai dengan pedoman PBI (Peraturan Beton Indonesia).

3 Air untuk pembuatan beton harus bersih dan tidak boleh mengandung endapan lumpur, minyak, atau garam, asam atau alkali.

4 Bahan pembantu (admixtures) hanya boleh dipakai oleh pemborong dengan persetujuan Direksi.

Adukan

1. Adukan beton terdiri dari bahan semen, kerikil, pasir, air, dan bahan pembantu apabila diperlukan.

2. Perbandingan campuran harus ditentukan sedemikian rupa sehingga mudah dikerjakan, serta kekuatan maksimum dan menyusut minimum dapat tercapai.

Pengadukan, Pengecoran dan Pemadatan Beton

1 Kekentalan adukan garis diatur dengan pemberian air ditukar sedemikian rupa sehingga menghasilkan beton yang homogen tanpa terjadi pemisahan bahan-bahan sama lain.

2 Ukuran campuran berdasarkan uji ditetapkan langsung dengan alat timbangan/bak adukan yang disetujui oleh Direksi.

3 Apabila adukan beton dilaksanakan dengan molen manual maka penggunaan alat tersebut harus dapat persetujuan Direksi.

4 Pengecoran tidak dapat dilaksanakan pada saat hujan lebat, pengertian “hujan lebat” ditentukan oleh Direksi

5 Pengecoran hanya dapat dilaksanakan apabila cetakan (bekisting) telah selesai disiapkan sebaikbaiknya dan mendapat persetujuan Direksi

6 Kehadiran Direksi pada saat pengecoran adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi.

7 Jarak waktu antara pengadukan dan pengecoran tidak boleh melampaui batas waktu 30 menit.

8 Pengecoran harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga rongga-rongga, ruang-ruang antar batang-batang penulangan serta semua sudut-sudut terisi padat. Penyebaran beton harus merata pada semua bagian dalam cetakan (bekisting) dan apabila diperlukan penggetaran dapat dimintakan untuk dipakai

9 Beton yang telas mengeras tidak boleh dipakai lagi dengan menambah dan mencampur air dalam adukan tersebut.

10 Pengeringan beton yang lebih cepat dari proses yang semestinya akibat cuaca panas harus dicegah dengan memberikan perlindungan secukupnya.

(11)

Perawatan Beton

1. Perhatian khusus harus diberikan untuk menjaga agar selama proses pengerasan berlangsung permukaan beton tidak mengalami benturan atau menerima beban yang berlebihan.

Cetakan (Bekisting)

1 Cetakan harus dibuat dari triplek dengan ketebalan 9 mm dan mempunyai permukaan yang rata dan kedap air.

2 Kerangka penunjang dan penyanggah harus kokoh, sehingga cetakan tidak mengalami perubahan bentuk, posisi maupun elevasi. Semua sistem penunjang dan penyanggah harus diperhtungkan untuk menerima segala macam kemungkinan kombinasi pembebanan.

3 Semua bahan yang dipakai untuk pembuatan cetakan harus diperlihatkan disetujui Direksi

4 Toleransi yang diizinkan adalah lebih kurang 3 mm untuk garis dan permukaan setelah bekisting dilakukan.

5 Pembuatan cetakan harus dilaksanakan sedemikian rupa agar pada waktunya dapat dilepaskan dan dibongkar dengan mudah tanpa merusak beton itu sendiri. Waktu pembongkaran, beton harus mendapat persetujuan Direksi.

Perbaikan Beton

1 Apabila setelah cetakan (bekisting) dibuka ternyata terdapat cacat dan kerusakan lainnya, maka Pemborong wajib memperbaiki sesuai dengan instruksi Direksi

2 Perbaikan sebaiknya dilaksanakan segera setelah cetakan dibuka

3 Penggunaan bahan-bahan khusus untuk perbaikan beton harus mendapat persetujuan Direksi.

Pekerjaan Penulangan Beton

1 Ruang lingkup pekerjaan penulangan beton ialah menyediakan, menyiapkan, memotong, membengkokkan, memasang dan mengikat satu sama lain batang-batang tulang baja sesuai dengan yang tercantum dalam gambar.

2 Semua pekerjaan penulangan harus memenuhi persyaratan dan pedoman dalam PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA 1971. N.I.2.

3 Apabila direksi memandang perlu, maka pemborong harus membuat gambar kerja dan menyiapkan daftar pembengkokkan tulangan.

4 Jenis tulangan yang dipakai adalah batang baja dengan permukaan polos dengan tegangan karakteristik/lele minimum 2.400 kg/cm2.

5 Semua tulangan yang dipasang harus bersih dari segala jenis kotoran, minyak dan karat, karena hal ini akan mengurangi daya ikat.

6 Kawat pengikat harus terbuat dri baja lunak dengan garis tengah minimum 0,8 mm

7 Apabila tidak ditetapkan lain, maka toleransi pada pemasangan tulangan dan tebal penutup beton minimum harus mengikuti pedoman yang tercantum dalam PERATURAN BETON BERTULANG INDONESIA 1971.

Pasal 12 PEKERJAAN PERLENGKAPAN

Pekerjaan Jalan

1 Semua bekas galian akibat pembuatan box culvert baru yang melintasi jalan harus ditimbun kembali, dipadatkan dan diberi lapisan perkerasan dengan susunan seperti diterangkan pada butir 2 sampai dengan butir 3

2 Permukaan lapisan penahan tutup dengan lapisan bahan aspal setebal 3 cm yang dipanaskan 170 derajat celcius

3 Apabila tidak ditetapkan lain semua lapisan perkenaan harus mempunyai gradasi yang memenuhi persyaratan Ditjen Bina marga, Departemen Pekerjaan Umum.

Pekerjaan Lubang Pengeringan (Weep Holes)

1 Lubang peringan harus dibuat pada setiap dinding pasangan batu yang kedalamannya melebihi 50 cm diukur daripemukaan tanah setempat.

2 Apabila tidak ditetapkan lain, susunan penetapannya harus mengikuti gambar rencana

3 Apabila tidak ditetapkan lain oleh Direksi, maka lubang cetakan harus dibuat dari PVC dengan garis tengah 40 mm dan bagian dalam dari sambungan buku-buku yang ada harus dibuang, sehingga tidak menyumbat penggalian tanah.

4 Pada posisi timbunan tanah setiap ujung lubang pengeringan harus diberi lapisan saringan (filter) yang terdiri dari kerikil yang bergradasi baik dan bahan ijuk secukupnya, dipasang sedemikian rupa, sehingga butir-butir tanah yang halus tidak lolos dan hanyut terbawa keluar bersama tanah, pipa-pipa PVC terlebih dahulu harus dipotong sebelum dibawa ke lokasi pemasangan.

(12)

Kristdam/Sheet File dan Pemancangan Cerucuk Gelam

1 Kristdam kayu adalah kristdam yang terbuat dari kayu bulat untuk tiang, skor penyangga, papan kayu klas IV untuk dinding kristdam yang dipasang untuk tanah galian dinding saluran agar pekerja dan tukang yang mengerjakan saluran dapat bergerak secara leluasa serta agar melaksanakan pekerjaan dalam keadaan kering dapat tercapai dengan baik. Kristdam kayu ini biasanya dipakai untuk pekerjaan saluran sekunder dan tersier dengan pengaruh air pasang surut yang relatif kecil. Kristdam kayu tersebut harus dibongkar kembali setelah konstruksi utama sudah cukup kuat atau sesuai dengan persetujuan Direksi.

2 Apabila pengaruh air pasang surut cukup besar dan kondisi tanah dasarnya tidak mendukung terselenggaranya konstruksi kristdam kayu, yaitu yang biasa terjadi di sepanjang alur sungai (sistem primer), maka diperlukan konstruksi sheet file yang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif pengganti dari pada kristdam kayu.

3 Pemancangan cerucuk gelam pada dasar pondasi harus dilaksanakan sehingga mencapai tanah keras.

4 Cerucuk gelam yang akan dipasang untuk dikupas terlebih dahulu agar setelah pemancangan dapat dicapai tahanan lekat (cohession) pada sekeliling cerucuk gelam tersebut dengan tanah.

Pasal 13 PEKERJAAN PENGACIAN

Semen, pasir, dan air untuk pekerjaan pengacian harus sama kualitasnya seperti yang ditentukan untuk pekerjaan beton. Pengacian dilksanakan untuk melpisi permukaan beton yang kasar supaya lebih halus dan rapi.

Pasal 14 PEKERJAAN PENGUKURAN Pengukuran Kembali

1 Sebelum memulai pekerjaan pemborong mengadakan pengukuran kembali dengan teliti, elevasi dasar saluran, permukaan tanah, ketinggian tanggul dan jalan elevasi lainnya dikaitkan terhadap Bench Mark yang terdekat.

2 Alat-alat ukur yang digunakan harus dalam keadaan berfungsi baik dan sebelum pekerjaan dimulai semua alat ukur yang dipakai harus mendapat persetujuan dari Direksi.

3 Alat-alat ukur yang dipergunakan adalah waterpas lengkap dengan statis dan rambu-rambunya, meteran dan alat lainnya.

4 cara pengukuran ketepatan hasil pengukuran bolak balik dengan toleransi kesalahan tetap yang disetujui dan pembuatan serta pemasangan patok bentuk akan ditentukan oleh Direksi.

5 Apabila timbul keragu-raguan dari pihak pemborong dalam penafsiran/ menterjemahkan angkaangka elevasi dalam gambar, maka hal ini harus dilaporkan kepada Direksi akan memutuskan hal itu.

6 Apabila terdapat perbedaan antara elevasi yang dicantumkan dalam gambar denah hasil pengukuran ulang, maka Direksi akan memutuskan hal itu.

7 Apabila terdapat kesalahan dalam pengukuran kembali (setting out) maka pengukuran ulang yang terjadi merupakan tanggung jawab pemborong.

Pasal 15 GAMBAR-GAMBAR RENCANA

1 Fotocopy dari gambar-gambar disimpan oleh Direksi. Pemborong diberi 1 set fotocopy dari gambar-gambar rencana tanpa pungutan biaya.

2 Pemborong harus menyiapkan satu set fotocopy gambar teknis di kantor lapangan untuk dipergunakan setiap saat apabila diperlukan.

3 Gambar-gambar detail pelaksanaan harus dibuat sendiri oleh pemborong apabila dipandang perlu.

Pasal 16 AS BUILT DRAWING (GAMBAR PASANG) 1 Pihak pemborong dengan petunjuk Direksi diharuskan membuat As Built Drawing.

2 Pembuatan As Built Drawing tersebut berdasarkan hasil evaluasi dari pihak Direksi terhadap pekerjaan yang terpasang (ukuran, bentuk, peil dan sebagainya).

(13)

Pasal 17 LAIN-LAIN Lalu Lintas Proyek

1 Dalam melaksanakan pekerjaannya pemborong diharuskan mematuhi dan mentaati ketentuanketentuan dan peraturan lalu lintas umum yang berlaku, sejauh pekerjaannya mempengaruhi kelancaran lalu lintas umum. Dalam hal ini pemborong diharuskan mendapatkan pengarahan dan pedoman dari instansi setempat yang berwenang yaitu Polisi Jalan Raya dan Dinas Lalu Lintas Angkutan Darat dan jalan Raya 2 Penggunaan jalan dan jembatan umum harus diatur sedemikian rupa agar gangguan lalu lintas dan

kerusakan yang timbul sebagai akibatnya dijaga sekecil mungkin. Perbaikan kerusakan terhadap jalan, jembatan, gorong-gorong yang diakibatkan oleh lalu lintas proyek dibebankan kepada pemborong dan harus disetujui Direksi.

Pengangkutan Alat Berat dan Bahan Bangunan/Konstruksi

1 Pengangkutan alat-alat berat ke atau dari lokasi proyek diatur sedemikian rupa agar beban total dari kendaraan yang mengangkut alat-alat berat tersebut tidak melampaui kapasitas jalan yang dilalui. Untuk itu alat-alat berat yang dimaksud harus diuraikan menjadi beberapa bagian untuk kemudian diangkut beberapa kali. Ketentuan yang sama juga berlaku untuk pengangkutan bahanbahan konstruksi.

2 Apabila Direksi memandang perlu, maka pemborong diharuskan meminta pengawalan dari instansi yang berwenang.

Pengalihan Arus Lalu Lintas dan Pembuatan Jalan Darurat

1 Pelaksanaan pekerjaan yang menuntut dialihkannya arus lalu lintas umum untuk sementara waktu harus mendapat persetujuan Direksi dan dengan seizin polisi lalu lintas dan Dinas lalu Lintas Angkutan Darat dan Jalan Raya.

2 Pemborong diharuskan membuat jalan dan jembatan darurat apabila arus lalu lintas umum tidak dapat dialihkan ke jalan lainnya yang ada.

3 Konstruksi dari jalan dan jembatan darurat harus setaraf dengan jalan yang akan ditutup untuk keperluan proyek dan harus selesai sebelum arus lalu lintas umum dialihkan.

4 Pemeliharaan jalan darurat adalah tanggung jawab pemborong sampai pengaturan arus lalu lintas dikembalkan seperti semula.

Rambu-Rambu Sementara

Pemborong diharuskan menyediakan, membuat, memasang dan menempatkan rambu-rambu lalu lntas semenatar pada lokasi dan posisi penting termasuk rintanga-rintangan sekitar lokasi proyek.

Penempatannya harus dengan persetujuan polisi jalan raya atau instansi yang berwenang. Bentuk dan ukuran serta susunan kalimat pada rambu dan rintangan harus jelas, mudah dimengerti oleh setiap pengendara kendaraan dan pada setiap cuaca gelap dan malam hari harus diberi penerangan. Pemborong diharuskan menyingkirkan semua rambu-rambu dan rintangan-rintangan sementara yang tidak diperlukan lagi selama pelaksanaan dipergunakan untuk pengaturan lalu lintas di sekitar lokasi proyek.

Pasal 18 ADMINISTRASI LAPANGAN a. Laporan

1. Pemborong diharuskan membuat laporan harian setiap hari dan berkala kemajuan pekerjaan untuk setiap satu minggu kegiatan dengan mengisi formulis evaluasi kemajuan pekerjaan yang telah disediakan Direksi.

Direksi laporan tersebut harus mencantumkan keadan cuaca, jumlah pengerahan tenaga kerja, tenaga pengawas dan pelaksana, alat-alat yang dipergunakan, jumlah pengiriman bahan-bahan bangunan ke lokasi pekerjaan, kemajuan fisik dari pekerjaan yang telah selesai, masalah-masalah yang timbul dilapangan serta pemecahannya, dan rencana kerja mingguan berikutnya. Laporan juga dilengkapi dengan buku tamu yang berisikan saran-saran yang tertulis di dalamnya sebagai masukan bagi Direksi dalam pengembangan manajemen proyek. Laporan kemajuan pekerjan harus diserahkan pemborong pada setiap akhir pekan untuk evaluasi.

b. Dokumentasi

Kontraktor diharuskan membuat dokumentasi kemajuan pekerjaan fisik secara berkala dalam bentuk potret-potret, diserahkan kepada Direksi sebanyak 3 set :

Judul potret, nomor urut dan tanggal serta lokasi pengambilan harus dicantumkan di kertas potret itu juga.

Potret-potret harus menunjukkan keadan medan di lokasi proyek sebelum pekerjaan dimulai, pada saat

(14)

pekerjaan sedang dilaksanakan dan sesudahnya pekerjaan dinyatakan selesai. Lokasi pengambilan potret pada saat sebelum pekerjaan dimulai harus sama pada saat pekerjaan sedang dilaksanakan maupun sesudah pekerjaan dinyatakan selesai. Jumlah lokasi pengambilan potret sedikitnya 5 (lima) tempat./

c. Rapat Lapangan

Kontraktor diharuskan menghadiri rapat lapangan yang diselenggarakan direksi. Dalam kesempatan ini kontraktor dapat mengemukakan semua masalah yang dihadapi di lapangan. Pemecahan persoalan, pembahasan dan jalan keluar yang diputuskan bersama akan tercantum dalam notulen rapat dan isinya bersifat mengikat. Tempat dan waktu untuk rapat lapangan akan ditentukan dikemudian oleh Direksi.

PASAL 19 PLANK NAMA PROYEK

a. Papan nama proyek Papan nama proyek dibuat dari kayu meranti atau sejenisnya yang dilapis tripleks/seng plat dengan ketentuan sebagai berikut :

b.  Panil Atas, Data Proyek.

c.  Panil Tengah, Direksi Teknis d.  Panil Bawah, slogan Pemerintah

b. Bentuk dan ukuran papan nama proyek adalah : Ukuran : 45x180 cm Tinggi : bagian bawah papan nama proyek minimum 80 cm dari permukaan tanah.

PROYEK INI DIBANGUN ATAS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEMBAYAR PAJAK Pemborong harus membuat dan memasang papan nama proyek dilokasi pada pangkal jalan atau tempat yang mudah dilihat atau yang ditunjuk direksi. Ukuran, bentuk dan susunan kata-kata disesuaikan serta warna akan ditentukan direksi. Pemasangan papan nama proyek dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai.

Demikianlah Metode Pelaksanaan ini di buat untuk pedoman dalam pelaksanaan

Pekanbaru.01 Juli 2014 CV RODA EMAS ABADI

HARUNSYAH Direktur

Referensi

Dokumen terkait