METODE PELAKSANAAN JEMBATAN BALOK (BEAM
BRIDGES)
Konstruksi Jalan dan Jembatan
Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan
BEAM BRIDGES (JEMBATAN BALOK)
• Jembatan balok berupa balok yg didukung pd ujung2 nya oleh abutment (pangkal jembatan). Jika bentangnya panjang sering dibuat dalam beberapa bentang, dengan pilar (pier) sbg penyangga di antaranya. konstruksi dari jembatan ini mempunyai gelegar utama sebagai pemikul beban yang terdiri dari profil I dibuat pabrikan atau di konstruksi dari komponen baja profil, jenis ini termasuk jembatan dengan bentang pendek: 0 – 20 meter.
PERENCANAAN STRUKTUR BAWAH
Struktur bawah berfungsi menerima/memikul beban-beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian menyalurkannya ke pondasi.
Beban-beban tersebut selanjutnya oleh pondasi disalurkan ke tanah.
Untuk mengetahui jenis pondasi yang akan digunakan harus diketahui terlebih dahulu mengenai keadaan, susunan dan sifat lapisan tanah serta daya dukungnya. Masalah-masalah teknik yang sering dijumpai oleh ahli-ahli teknik sipil adalah dalam menentukan daya dukung dan kemungkinan penurunan/settlement yang terjadi.
• Penyelidikan Tanah
Metode penyelidikan tanah pada jembatan mencakup seluruh penyelidikan lokasi kegiatan berdasarkan klasifikasi jenis tanah yang didapat dari hasil tes dengan mengadakan peninjauan kembali terhadap semua data tanah dan material guna menentukan jenis tipe pondasi yang tepat dan sesuai tahapan kegiatannya.
1. Mengadakan penyelidikan tanah dan material di lokasi Pekerjaan jembatan yang akan dibangun dengan menetapkan lokasi titik-titik bor yang diperlukan langsung di lapangan.
2. Melakukan penyelidikan kondisi permukaan air (sub-surface) sehubungan dengan pondasi jembatan yang akan dibangun.
3. Menyelidiki lokasi sumber material yang ada di sekitar lokasi Pekerjaan, kemudian dituangkan dalam bentuk penggambaran peta termasuk sarana lain yang ada seperti jalan pendekat/oprit, bangunan pelengkap/pengaman dan lain sebagainya.
4. Pekerjaan pengambilan contoh dengan pengeboran (umumnya terhadap undisturbed sampling) dimaksudkan untuk tujuan penyelidikan lebih lanjut dilaboratorium untuk mendapatkan informasi yang lebih teliti tentang parameter parameter tanah dari pengetesan Index Properties (Besaran Indeks) ‐ dan Engineering Properties (Besaran Struktural Indeks).
5. Penyelidikan tanah untuk desain jembatan yang umum dilaksanakan di lingkungan Bina Marga dengan bentang > 60 m digunakan bor mesin (alat bor yang digerakkan dengan mesin) di mana kapasitas kedalaman bor dapat mencapai 40 m disertai alat split spoon sampler untuk Standar Penetration Test ( SPT ) menurut AASHTO T 206 – 74. Sedangkan untuk bentang < 60m (relatif dari 25 m s/d 60 m tergantung kondisi) digunakan peralatan utama lapangan yang terdiri atas: (a) Alat sondir dengan bor tangan (digerakkan dengan tangan); (b) Pengeboran harus dilakukan sampai kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain) untuk mendapatkan letak lapisan tanah dan jenis batuan beserta ukurannya dan harus mencapai tanah keras/batu dan menembus sedalam kurang lebih 3.00 m; (c) Boring dan sampling harus dikerjakan dengan memakai ”Manual Operated Auger”
dengan kapasitas hingga kedalaman 10 m; dan (d) Alat tes sondir tipe
“Gouda” atau sejenisnya, antara lain “Dutch Cone Penetrometer” yang memakai sistem metrik dan harus dilengkapi dengan “Friction Jacket Cone”, kapasitas tegangan konus minimum 250 kg/cm2 dan kedalamannya dapat mencapai 25 m.
• Laporan penyelidikan tanah dan material harus pula berisi analisa dan hasil daya dukung tanah serta rekomendasi jenis pondasi yang sesuai dengan daya dukung tanah tersebut dan hasil bor log dituangkan dalam bentuk tabel/formulir bor log dan form drilling log yang dilengkapi dengan keterangan/data diantaranya tentang tipe bor yang digunakan, kedalaman lapisan tanah, tinggi muka air tanah, grafik log, uraian lithologi, jenis sample, nilai SPT, tekanan kekuatan (kg/cm2), liquid/ plastis limit, perhitungan pukulan (SPT) dan lain sebagainya.
• Pekerjaan Pondasi
Pekerjaan pondasi umumnya merupakan pekerjaan awal dari suatu proyek. Oleh karena itu langkah awal yang dilakukan adalah pemetaan terlebih dahulu, dan dari pemetaan ini dapat diperoleh suatu patokan yang tepat antara koordinat pada gambar kerja dan kondisi lapangan. Langkah-langkah persiapan pekerjaan pondasi adalah membersihkan/mempersiapkan area proyek dan pembuatan penulangan tiang bor.
Setelah alat pengebor, tulangan, serta ready mix concrete-nya sudah siap, maka dimulailah proses pengeboran.
Gambar tsb bisa menggambarkan
secara skematik alat- alat yang digunakan untuk mengebor.
Dalam praktiknya, mesin bornya
terpisah sehingga perlu Crane atau Excavator tersendiri.
Pengeboran
• Pada pekerjaan pondasi tiang bor, kedalaman dan diameter tiang bor menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor.
• Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk
menghindari tanah di tepi lubang berguguran maka perlu di pasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.
• Jika kedalaman dan lubang bor telah siap maka selanjutnya adalah penempatan tulangan. Jika terlalu dalam maka penulangan harus disambung di lapangan. Pengangkatannya bertahap.
Pengecoran
• Setelah proses pemasangan tulangan baja maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipn proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal
maka gagal pula podasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat.
• Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih panjang dengan kedalaman lubang yang dibor. Memasukkan pipa tremi ke dalam lubang bor menggunakan alat bantu, yaitu crane. Setelah pipa tremi sudah berhasil dimasukkan, ujung atas harus ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jatuh, lalu corong pipa tremi dipasang. Pada kondisi pipa sudah siap maka pengecoran dapat dilakukan.
• Dalam menuangkan beton tidak boleh langsung banyak, karena pipa tremi perlu dicabut lagi, jadi kalau beton tertuang terlalu banyak maka akan sulit untuk mencabutnya. Jika terlalu dini mencabut pipa tremi dan beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Proses semua itu terjadi di bawah (dalam lubang bor) dan tidak kelihatan, jadi pengalaman para pelaksana di lapangan yang mengangkat pipa tremi memegang peran yang sangat penting. Pada kasus ini, tidak hanya teori, tetapi perlu feeling yang tepat. Jika terjadi kesalahan, maka akan berakibat pondasi akan gagal.
• Jika beton yang dicor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak) maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air dan lumpur.
• Proses pengecoran ini memerlukan supply beton yang selalu siap (tidak boleh terlambat). Jika sampai terjadi keterlambatan pipa treminya bisa tertanam dan tidak bisa dicabut, sedangkan kalau keburu dicabut maka tiang beton tidak continue. Jadi bagian logistik/pengadaan beton harus memperhatikan itu.
• Pekerjaan Abutment
butment atau kepala jembatan merupakan bangunan yang berfungsi untuk mendukung bangunan atas dan juga sebagai penahan tanah.
Pada proyek ini bagian abutmen menggunakan struktur pasangan batu. Pekerjaan pasangan batu untuk abutment yaitu semen, pasir, dan air dicampur dan diaduk menjadi mortar dengan menggunakan concrete mixer. Batu terlebih dahulu dibersihkan, lalu disusun dengan baik, kemudian diisi/diikat dengan campuran mortar dengan dimensi sesuai gambar kerja. Abutment dengan pondasi diikat menggunakan angkur (baja) sehingga menjadi struktur yang monolit.
Perencanaan Struktur Atas
Struktur atas merupakan bagian atas suatu jembatan yang berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang dan kendaraan maupun lainnya, yang kemudian menyalurkannya ke bangunan bawah.
Pada Proyek Pembangunan Jembatan ini struktur atas direncanakan menggunakan Beton Bertulang (Beton T)
Pekerjaan Gelagar, Plat lantai, diafragma Pekerjaan Perancah dan bekisting
• Jembatan beton bertulang ini dipasang dengan menggunakan perancah dari baja. Perancah dibuat dengan memperhatikan kondisi aliran sungai pada waktu banjir. dikarenakan aliran air yang deras berakibat perancah tidak kokoh atau terguling.
• kaki tiang perancah khususnya pada posisi tengah dilindungi dengan box plat baja (air di dalam box baja di pompa keluar). Untuk kaki perancah pada posisi tepi juga dilindungi menggunakan box plat baja, agar tanah yang sebagai tumpuan tidak tergerus oleh aliran sungai.
• mulai dibuat bekisting untuk gelagar beton bertulang dan plat lantai.
Bekisting dibuat dengan dimensi sesuai dengan gambar rencana, mempunyai kelurusan yang baik dan tidak bocor. Bekisting yang digunakan umumnya, menggunakan bekisting dari multipleks yang diperkuat baja profil.
• Perakitan bekisting harus diperiksa ulang kekuatannya agar tidak melendut saat pengecoran, dan diperiksa permukaan bekisting agar tidak terjadi kebocoran saat pengecoran.
• Bekisting yang menumpu pada abutment bagian bawah diberi tumpuan dari baja atau kayu, untuk tempat Elastomer Karet jembatan.
Untuk lebih jelas tentang perakitan bekisting balok dan plat lantai.
Penulangan
Setelah acuan selesai, maka harus diolesi dengan minyak bekisting atau oli bekas. Setelah itu mulai dipasang baja tulangan dalam acuan tersebut, dengan memperhatikan selimut tebal selimut beton dengan menahan baja tulangan dengan beton decking. Mutu beton decking harus lebih tinggi dari beton yang akan dicor.
Prosedur Pekerjaan pekerjaan penulangan yaitu:
• Menyiapkan material baja tulangan sesuai dengan ukuran dan gambar yang sudah direncanakan.
• Menyiapkan lokasi untuk pemotongan dan perakitan tulangan.
• Menyiapkan peralatan dan tenaga penulangan sesuai dengan yang dibutuhkan.
• Potong dan rakit pembesian dengan sesuai ukuran gambar rencana.
• Menyiapkan lokasi pemasangan panel rakitan pembesian di lapangan bersih dari segala kotoran.
• Pastikan posisi ikatan antar besi tulangan sudah cukup kuat dan pada tempatnya.
Pengecoran
• Beton yang digunakan yaitu beton ready mix. Proses pengecoran menggunakan Concrete Pump (dipompa). Pada waktu pengecoran dilakukan penggetaran/pemadatan terhadap beton dengan alat Concrete Vibrator.
• Untuk plat lantai jembatan, bila lantai akan diberi lapisan permukaan aspal, suatu daya lekat yang baik akan terjadi antara beton dan aspal bila permukaan diperkasar, dan ini didapat dengan cara menyeret
sapu kaku secara melintang pada permukaan sebelum mengeras.
Pekerjaan Railling
Pekerjaan sandaran (railing) meliputi
pekerjaan bekisting, penulangan, pemasangan pipa pegangan, dan pengecoran. Semua
pekerjaan pada pekerjaan sandaran (railling) harus dikerjakan sesuai dengan yang
direncanakan dan syarat-syarat yang telah ada.
Pekerjaan Plat injak
Meliputi pekerjaan bekisting, penulangan, dan pengecoran. Selanjutnya dilakukan pemadatan tanah dengan pad foot roller dan pengaspalan jalan.