• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENAFSIRAN AYAT-AYAT MUTASYÂBIHÂT DAN IMPLIKASINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "METODE PENAFSIRAN AYAT-AYAT MUTASYÂBIHÂT DAN IMPLIKASINYA"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

Tesis dengan judul; “Metode Tafsir Ayat Mutasyâbihât dan Implikasinya (Studi Banding Tafsir az-Zamakhsyârî, ar-Râzî dan Ibnu Taimiyah)” yang ditulis oleh Ahmad Badrudin Firmanuloh, dengan nomor induk mahasiswa. Telah diuji pada sidang Munaqasah di Al-Qasah. Program Pascasarjana Science Institute di (IIQ) Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2018 dan dinyatakan lulus dengan ujian/predikat SANGAT BAIK. Tesis yang berjudul “Metode Penafsiran Ayat Mutasyâbihât dan Implikasinya (Studi Banding Tafsir az-Zamakhsyârî, Tafsir ar-Râzî dan Tafsir Ibnu Taimiyah)” yang disusun oleh Ahmad Badrudin Firmanuloh dengan Nomor Induk Mahasiswa, guid telah lolos dengan baik nomer induk gu106. dan dinilai oleh Tutor telah memenuhi syarat keilmuan untuk diujikan pada sidang Munaqasyah. Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “METODE PENAFSIRAN AYAT-AYAT MUTASYÂBIHÂT (Studi Banding Tafsir az-Zamakhsyârî, Tafsir ar-Râzî dan Tafsir Ibnu Taymiyah) sepenuhnya asli karya saya, kecuali kutipan yang telah disebutkan.

Ust.Jaruddin, Ust.Affan, Ust.Ghozi, Ustdz.Dhiya, Ustdzh Fatimah, Ust.Rifki, Ust.Roimun yang membawa keceriaan kelas, Ust.Kadar, Ust.Taju, Ust.Heru, Habib Muhammad, Habib Hasan , Ust. Mukti, Ust. Nabil, Ust. Ma'muruddin. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap metode penafsiran ayat-ayat Mutasyâbihât khususnya pada Tafsir az-Zamakhsyârî, Tafsir ar-Râzi dan Tafsir Ibnu Taimiyah serta penerapan dan implikasinya. Penelitian ini menggunakan tiga metodologi, pertama, metode deskriptif yang digunakan untuk menelusuri sejarah Kodifikasi Ilmu Pengetahuan, metode Tafsir, kedua, metode analisis yang digunakan untuk menganalisis definisi ulama mengenai ayat-ayat Mutasyâbihât dan pilihan penulis terhadap Khabariyah Shifat sebagai contoh ayat-ayat Mutasyâbihât, metode ketiga Komparatif digunakan untuk membandingkan metode penafsiran ayat-ayat Mutasyâbihât Tafsir az-Zamakhsyârî, ar-Râzî dan Tafsir Ibnu Taimiyah, penerapan metode dalam penafsirannya, dan implikasinya.

Salah satu faktor yang membuat penulis memilih judul tersebut adalah karena merupakan penelitian baru yang penulis ambil dari berbagai kitab dan penelitian yang tersebar yang kemudian penulis saring dan kumpulkan dalam penelitian ini untuk mengetahui adanya perbedaan di antara para ulama tafsir pada ayat-ayat mutasyâbihât. adalah pengaruh perbedaan keyakinan. Menurut penulis, pendapat penulis tersebut merupakan pendapat yang mendukung pendapat Ibrahim ʻAbdurrahman Khalifa bahwa makna ayat Mutasyabihât Shifat Khabariyah. Sebaliknya perbedaan keyakinan para mufasir memberikan pengaruh yang besar terhadap perbedaan metode diantara ketiga mufasir yaitu Tafsir az-Zamakhsyârî, Tafsir ar-Râzî dan Tafsir Ibnu Taymiyah, dimana Tafsir az-Zamakhsyârî dan Tafsir ar -Râzî lebih menyukai usulan Aqli dan Majaza dalam penafsirannya terhadap ayat-ayat Mutasyabihât, sedangkan Ibnu Taimiyah lebih banyak menggunakan dalil-dalil naqli dan penafsiran kitab suci terhadap ayat-ayat Mutasyabihât.

ناَيَ بُ َوُ ِف

تا

ءاَمَلُعْلا ُ

تاَِبِاَشَتمْلا

لَدَتْساَو ُ

زاَجَمْلاَو

Latar Belakang Masalah

  • Pembatasan Masalah
  • Perumusan Masalah

Dalam tesis ini, penulis cuba mengupas kaedah pentafsiran ayat-ayat Mutasyâbihât menurut perspektif tiga orang ulama pada abad ke-5-8. abad Masehi. Dialah yang menurunkan kitab kepadamu (Muhammad), Mutasyâbihât yang kedua”.3 (QS. Ali Imrân [3]:7). Jumhur ulama kemudian bersepakat tentang pembagian yang ketiga, yaitu ayat-ayat , yang dianggap sukar untuk ditafsirkan, dan perpecahan umat berkaitan dengan perbezaan tafsiran mereka dengan ayat-ayat Akidah Mutasyâbihât, khususnya ayat Asma wa Shifat, yang membicarakan tentang antropomorfisme Tuhan dan perbuatan hamba yang lebih baik. dikenali sebagai Shifat Khabariyah.

Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Allah” (Ash-Syûrâ [42]: 11) Perbedaan paradigma ayat Muhkamât dan Mutasyâbihât membuat masing-masing kelompok menyatakan bahwa dalil yang mereka kemukakan adalah dalil ayat Muhkamât, sedangkan dalil yang bertentangan adalah dalil Mutasyâbihât. ayat 5. Oleh karena itu, terjadilah perpecahan di kalangan umat Islam yang meliputi perbedaan pandangan dalam menentukan ayat-ayat Muhkâmât dan Mutasyâbihât. Perbedaan pandangan ini juga menyebabkan perbedaan kaidah cara mereka menafsirkan ayat-ayat Mutasyâbihât, kaum Mu'tazilah dengan kecenderungan rasionalnya. , dalam penafsiran ayat-ayat Mutasyâbihât lebih banyak pada majaz, penggunaan tafsir majaz terhadap ayat-ayat Mutasyâbihât, membuat penafsiran kebahasaan berkembang pesat, yang kejayaannya di tangan para ulama Mu'tazilah dialami dan mencapai puncaknya di tangan az -Zamakhsyârî († 538 H) dengan magnum opusnya Tafsir Al-Kasysyâf.

Syarat kedua: hendaknya tidak menafsirkan hak iqi yaitu ayat Mutesyâbihât, seperti: ىَوَسْستلش ْ َعْفتليَلَعل ُنَمْحَّ فت10. Kemudian sepeninggal Ar-Razi muncullah Ibnu Taimiyyah yang berpendapat bahwa seluruh ayat Esma wa Shifat adalah Muhkâmât yaitu pengertian Zahir Lafadz/Isbat, beliau mencontohkan bahwa penafsiran ayat-ayat Mutesyâbihât mengenai antropomorfisme berasal dari kaum Yahudi. . namun Islam tidak membatalkan hal ini. Berangkat dari skripsi diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai metode ketiga tafsir tersebut, dengan harapan dapat mengetahui lebih jauh perbedaan metodenya dalam menafsirkan ayat-ayat Mutesyâbihât, khususnya ayat-ayat yang memiliki hubungannya dengan antropomorfisme. tentang hakikat al-khobariyah dalam Al-Qur'an.

Dari penjelasan di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi mengenai metode penafsiran ayat Mutasyâbihât adalah sebagai berikut :. Perbedaan akidah tersebut menjadi penyebab perbedaan cara penafsirannya terhadap ayat-ayat Mutasyâbihât, khususnya mengenai ayat-ayat yang menunjukkan antropomorfisme dan perbuatan para hamba. e. Perbedaan metode yang kemudian menjadi kaidah penafsiran dalam ayat-ayat Mutasyâbihât menimbulkan perbedaan penerapan dan implikasi penafsiran. F.

Mu'tazilah menjawab ayat-ayat Mutashyâbihât dengan menjelaskan semua ayat yang berkaitan dengan antropomorfisme, yang kemudiannya disempurnakan oleh Zamakhsyari dalam bidang tafsir. Manakala Asy’ari menafsirkan ayat-ayat Mutashyâbihât dalam al-Luma’ dan Risalah Istihsan al-Haudl fi Ilmi kalam, tetapi tidak menafikan tafsiran teks, dengan konsep tafwidl seperti yang disebutkan dalam al-Ibanah, maka kaedahnya. Kemudian datang Ibn Taimiyah, dengan pendekatan tekstualnya yang lebih alkitabiah terhadap ayat-ayat Mutashyâbihât, sehingga ia didakwa oleh penentangannya sebagai tafsiran yang lebih tajsyim, walaupun Ibn Taimiyah menyatakan bahawa tafsirannya terhadap ayat-ayat antropomorfisme adalah mewakili Tafsir dari ulama salaf, yang menetapkan sifat al-khobariyah dalam Al-Qur'an dan hadis, yang kemudiannya diakhiri dengan pernyataan: Bentuk antropomorfisme Tuhan tidak sama dengan makhluk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa perbedaan metode penafsiran diantara ketiganya, terutama perbedaan Aqidah, mengakibatkan perbedaan penafsirannya terhadap ayat-ayat antropomorfik dalam Al-Qur’an.

Manfaat Penelitian

Asy'ari dan Salafiyyah Ibnu Taimiyah, mengenai siapa yang berhak menyandang gelar Ahlus as-Sunnah wa al-Jama'ah, dan siapa yang mewakili penafsiran ayat-ayat tersebut oleh para ulama Salafi. Di Chechnya pada tanggal 25 Agustus 2016 diadakan kongres internasional Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah yang mengeluarkan kelompok Salafi dari Aqidah Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah13. Tafsir ayat Mutesyâbihât ini diharapkan bermanfaat untuk melihat betapa berbedanya metode mereka dalam keimanan, khususnya dalam penafsiran ayat-ayat antropomorfik, sehingga dapat menambah khazanah keilmuan penafsiran pada umumnya, dan memberikan kontribusi bagi kemajuan ilmu pengetahuan. pengembangan ilmu pengetahuan di bidang tafsir khususnya penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan calon mahasiswa IIQ, sebagai bahan penelitian berkelanjutan.

Kajian Pustaka

Dalam risalahnya, ia lebih mementingkan kritik terhadap definisi-definisi yang disampaikan oleh para ulama terdahulu, yang menurutnya masih belum jami' dan Mani' (tidak memenuhi standar baku dengan membandingkan ulama yang berbeda mengenai perbedaan ayat-ayat Mutasyâbihât dan menentangnya). Syubhât-syûbhat mengenai makna ayat-ayat tersebut, beliau melihat banyak kelemahan baik dari segi bahasa maupun dari segi kaidah mantiq dan ushul fiqh dalam definisinya, sehingga beliau berpendapat bahwa ayat-ayat Mutasyâbihât hanya berlaku untuk al-khabariyah. shifat Tuhan Ibrahim ʻAbd ar-Rahman Muhammad Khalîfah prihatin dengan epistemologi kaidah Tafsir, sedangkan penulis hanya menganalisis perbedaan metode tiga mufasir yaitu az-Zamakhsyârî, ar-Râzî dan Ibnu Taimtiyah dalam Mutastiyah.ayat dan implikasinya.

Ash-Shifat al-Khobariyah 'Inda Ahlu as-Sunnah wa al-Jama'ah karya Muhammad 'Iyash al-Kubaisi, kitab ini membahas secara lengkap ayat-ayat Mutasyâbihât kaitannya dengan ayat-ayat antropomorfisme, dari sudut pandang ta' wil, tafwidl dan isbat, dari ulama Salafi hingga Halaf, dari Thobari hingga Ibnu Taimiyah, serta perbedaan pandangan di antara mereka. Persamaannya dengan tesis penulis adalah sama-sama mengupas ayat Mutasyâbihât yang membahas tentang antropomorfisme, bedanya kitab ini mengupas ilmu kalam dan aqidah, sedangkan penulis lebih banyak lagi. Disertasi ini membahas tentang perbandingan Majaz menurut kelompok Mu'tazilah dan ʻAshâ'irah (pengikut Madzhab Abu al-Hasan al-Ash'ari) pada abad ke-5 dan ke-6, meskipun membahas beberapa ayat Mutasyâbihât, namun disertasi ini mengkaji tentang teori Majaz yang menjadi poin penting dalam penafsiran ayat Al-Qur'an.

Pentafsiran ayat-ayat Mutasyâbihât dalam al-Quran, IIQ tesis yang disediakan oleh Muhammad Sari, pada tahun 2003, dalam tesisnya lebih kepada pembahasan umum tentang ikhtilaf pengertian Mutasyâbihât, dan pengembangan ayat-ayat Mutasyâbihât di kalangan ulama salaf, ada lagi tafwidl, para khalifah. 19 bagi ta'wil dan ulama mutakhir kepada ayat-ayat ilmuan, beliau hanya mengemukakan beberapa ayat asma wa shifat dan tidak membincangkannya secara terperinci. Orientasi semantik al-Zamakhsyari dalam pentafsiran ayat-ayat Kalam, dalam penyertaan doktor falsafah IAIN Syarif Hidayatullah 1999, yang ditulis oleh Moh.

Sedangkan pendekatan analitis digunakan untuk menganalisis definisi para ulama mengenai ayat Mutasyâbihât dan pemilihan penulis berikut Dr. Penggolongan ayat-ayat Mutasyâbihât yang akan dibahas meliputi penentuan satuan, pemisahan data dan identifikasi data untuk selanjutnya dianalisis. Menyajikan tafsir ayat tersebut dari tiga ahli tafsir yaitu Az-Zamakhsyârî, Ar-Râzî dan Ibnu Taimiyah.

25 Bab kedua merupakan landasan teori untuk pembahasan selanjutnya, yang akan dibahas adalah pengertian metode, perbedaan Ittixha, Menhaj dan Uslub, kemudian pengertian ayat Muhkâmât dan Mutesyâbihât, klasifikasi ayat Mutesyâbihât dan dhowabi (batasan masalah) pada ayat Mutesyâbihât.. yang ditutup dengan dipilihnya penulis terhadap Shifat al-Khabariyya sebagai contoh yang tepat dalam penjelasan ayat Mutesyâbihât. Bab keempat yang menjadi penekanan utama kajian skripsi ini yaitu perbedaan Ittijah, Menhejh dan Uslub dalam penafsiran ayat Mutesyâbihât, penerapan metode-metode tersebut, serta implikasi dari perbedaan metode tersebut terhadap Aqidah mereka berdasarkan data. dari sukses. dan sumber. penulis yang dikumpulkan. Perbedaan metode penafsiran ayat Mutesyâbihât karya az-Zamakhsyâri, ar-Râzi dan Ibnu Taymiyyah mewakili perbedaan Aqidah ketiga mazhab utama dalam Islam.

Ia mewakili mazhab Hanbali dalam tafsiran ayat-ayat antropomorfik, sehingga menafsirkan makna Ta'wil dalam surat Ali Imrân sebagai azh-zhâhir.

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait