Tesis ini saya persembahkan kepada mereka yang tidak pernah berhenti dalam proses mencari kebenaran dan menjadikan Al-Qur'an sebagai barometer kebenarannya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sekar Ayu Aryani, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk menulis skripsi ini.
Ketua Jabatan merangkap Setiausaha TH Fakulti Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga yang turut memberi peluang kepada penulis untuk menyiapkan tesis ini. Kassim Ahmad yang telah banyak membantu dalam menyiapkan tesis ini terutamanya meluangkan masa menjawab email penulis dan menyediakan data yang diperlukan. Adikku Marlina dan dua orang adikku Lizawati dan Nursyahleni serta saya melupakan Ucu Ilau sekeluarga, Ucu Kocik sekeluarga, Mak Tiar sekeluarga serta keluarga saya yang lain yang tidak jemu-jemu mendoakan dan memberi motivasi serta memberi semangat kepada saya agar cepat menyiapkan tugas dan kewajipan di negara asing.
Almamaterku, khususnya teman-teman sekelasku TH-2003: Kang Jir, Kang Alwi, Unyil, Yusron berplat motor L 450, Den Azid, Pak Ucup, Andra, Rendra, Topo, Muke Gile, Iit, Iim, Sopi, Zulfa, Foefah, Binti, Luhtfi, Teteh Aeni, Yuyun dll yang telah mengobarkan semangat juang saya dan mengetahui arti pengorbanan yang sebenarnya serta memberikan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. Teman bermainku : Fajar dengan semangat pionirnya, Walid dengan kekasih tercintanya Titien, Romizal, Anang dengan semangat juangnya, Nana Cahana, Nasir K. Teman Kos Songgo Langit : Dek Habibi, Cak Farid, Ali, Anton, Ainun, Galing , Herman, Danang , Bowo dan Saprol, senyuman dan canda kalian yang tak terlupakan serta mampu menghilangkan stress saat penulis menyelesaikan skripsi ini.
Teman-teman perantauan dalam keluarga besar HIMARISKA yang tak terhitung jumlahnya untuk disebutkan satu per satu yang telah mewarnai kehidupan saya dan memberikan tempat untuk berbagi suka dan duka.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
- Konsonan Tunggal Huruf
- Konsonan Rangkap Karena Tasydīd itulis Rangkap
- Bila dimatikan, ditulis h
- Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t
- Vokal Panjang
- Fathah + Alif, ditulis ā (garis di atas)
- Dammah + Wau mati, ditulis ū (dengan garis di atas)
- Vokal Rangkap
- Fathah + Yā mati, ditulis ai
- Vokal-vokal Pendek Yang Berurutan dalam Satu Kata,dipisahkan dengan Apostrof
- Kata Sandang Alif + Lām
- Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-
- Bila diikuti huruf syamsiyyah, ditulis dengan menggandengkan huruf syamsiyyah yang mengikutinya serta tidak menghilangkan huruf l-nya
- Huruf Besar
- Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut penulisannya
Tā' Marbutah di akhir Firman. Ketentuan ini tidak diperlukan untuk kata-kata Arab yang telah diasimilasikan ke dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, doa, dan sebagainya, kecuali jika diinginkan pengucapan aslinya). Apabila diikuti huruf syamsiyeh, maka ditulis bersama dengan huruf syamsiyeh yang mengikutinya dan tidak menghilangkan huruf l dari sjamsiyeh yang mengikutinya dan tidak menghilangkan huruf l.
ABSTRAK
METODOLOGI PENAFRSIRAN AL-QUR’AN (TELAAH ATAS PEMIKIRAN KASSIM AHMAD)
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan dan Kegunaan
- Tinjauan Pustaka
- Pendekatan dan Metode Penelitian
- Sistematika Pembahasan
Umat Islam tidak pernah secara jujur membahas pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai metode dan metode penafsiran Al-Qur'an.4. Prinsip dasar Al-Qur'an tetap sama, namun lingkungan sosio-historis yang berbeda menimbulkan gaya pemahaman dan penafsiran yang berbeda. Pada masa sahabat seperti Umar bin al-Khat}t}a>b sudah terjadi perselisihan dan perbedaan pemahaman terhadap Al-Qur'an.
Apalagi sejarah Al-Qur'an sudah terbentang 14 abad, tentu khazanah intelektual Islam kaya akan perspektif dan pendekatan yang berbeda-beda dalam dunia penafsiran. Begitu pula dengan hasil tafsir, pemahaman dan interaksi Nabi Muhammad SAW dengan Al-Qur’an, yaitu hasil yang melahirkan model Islam pada awal abad Hijriah. Perlu dipahami bahwa pada masa Nabi, hal tersebut merupakan hasil interaksi manusia dengan Al-Qur’an pada saat itu dan di tempat itu.
Ia kemudian melanjutkan, untuk memperoleh pemahaman yang otentik, seorang mufassir harus menyadari dan memahami prinsip-prinsip dasar yang telah ditekankan Al-Quran ketika ia melakukan penafsiran. Dengan menggunakan perspektif ini dalam memahami Al-Qur'an, menurut Kassim, segala macam kelemahan dan distorsi pemahaman dan penafsiran yang ada akan terlihat jelas. Sebab berdasarkan pemahaman tersebut terjadi kemunduran di kalangan umat Islam yaitu tenggelam dan terhanyut dalam dunia hadis dan mengabaikan Al-Qur’an dengan melakukan pemahaman dan penafsiran secara parsial.
Untuk menghindari pembahasan yang panjang lebar dan lebih fokus, maka penelitian ini akan berkonsentrasi pada pembahasan perangkat metodologis yang digunakan Kassim dalam risalahnya tentang penafsiran dan pemahaman Al-Qur'an. Mengingat poin-poin permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih jauh dan detail tentang metodologi yang ditawarkan Kassim dalam menafsirkan Al-Qur'an dan penerapannya. Karena berkaitan dengan pemahaman dan penafsiran Al-Qur'an, maka permasalahan yang paling mendasar dari sudut pandang praktis adalah aspek metodologis.
Dalam membangun kerangka metodologi interpretasinya, ia berhipotesis bahwa kemunduran umat Islam disebabkan oleh tenggelamnya mereka dalam dunia hadis dan ketidaktahuan terhadap Al-Qur'an. Setelah menjelaskan posisi Qasim secara panjang lebar, Alfatih menyimpulkan bahwa Qasim adalah orang yang tidak mudah percaya pada hadis dan ia puas hanya dengan Al-Qur'an. Metode deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis objek penelitian28 yaitu pemikiran Kasim tentang metodologi penafsiran Al-Qur'an dan penjelasannya secara lengkap.
Pembahasan ini mencakup tiga poin penting untuk menemukan pemahaman awal tentang kerangka pemikiran Kassim tentang Al-Qur'an dan penafsirannya. Al-Qur'an sebagai hudan li al-na>s dan keempat, prinsip dasar dalam penafsiran.
PENUTUP
Kesimpulan
Untuk mencapai hal tersebut, sebagai seorang penafsir harus kritis terhadap hadis ketika melihat konteks ayatnya, menghindari sikap taqli>d terhadap hasil pemikiran yang berkorelasi dengan tafsir sebelumnya, dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman, yang artinya penafsiran Al-Qur’an tidak hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang mempunyai kewenangan menafsirkan, kemudian dilengkapi dengan sembilan prinsip dasar dalam melakukan penafsiran, yaitu pertama, prinsip membedakan muh} ayat kama>t dan mutasya>biha>t, dan kedua, prinsip keselarasan sempurna antar ayat. ayat-ayatnya dan tidak ada yang bertentangan, ketiga, prinsip bahwa kebenaran Al-Qur'an selaras dengan ilmu pengetahuan dan akal yang benar, keempat, prinsip bahwa ayat-ayat Al-Qur'an saling menafsirkan, kelima, para mufassir harus menafsirkannya. dengan niat yang baik, keenam, prinsip bahwa ayat-ayat tersebut harus dipahami dalam konteks topik yang dibahas, ketujuh, ayat-ayat yang mempunyai kondisi sejarah tertentu harus dipahami dalam kondisi tersebut, prinsip kedelapan mudah dilaksanakan, dan yang kesembilan harus membedakan antara metodologi dan prinsip, dan menempatkan prinsip di atas metodologi. Kedua, sebagai upaya penerapan metode ini dalam kegiatan penafsiran Al-Qur’an adalah dengan menggunakannya sebagai pedoman dalam penafsiran dimana ayat-ayat tersebut dipahami dalam lingkaran sembilan prinsip dasar, yaitu pembedaan ayat-ayat yang muh} kama>t dan yang bersifat mutasya>bih}a>t membentuk kesatuan muatan al-. Al-Qur'an tentang topik tertentu dengan cara a>ya>tuhu yufassiru ba'd}uha>.
Dan ketika mempelajari riwayat atau ta>ri>kh nuzu>l dan membandingkannya dengan tafsir lain dalam upaya mengontekstualisasikannya, seorang mufesir tidak bersikap takli>d atau pasrah, melainkan harus melakukan kajian kritis terhadap semuanya. Adapun pentingnya bagi perkembangan tafsir ke depan sebagai suatu metodologi yang secara praktis membentuk pemahaman dan penafsiran Al-Qur'an dalam bentuk tematik (muud}u>'i>), maka solusi seperti inilah yang diinginkan dan diinginkan oleh masyarakat masa kini. harapan untuk. untuk mengatasi fenomena tersebut, media sosial yang saat ini sedang dalam tahap pengembangan. Dan yang lebih penting dari penjelasan panjang lebar tentang metodologi yang ditawarkan Kassim, adalah pesan mendalam yang ingin disampaikannya, yakni mencari titik temu persatuan dan kesatuan serta perdamaian antar umat beragama dan khususnya sesama umat Islam.
Persembahan Kassim merupakan upaya menyatukan umat Islam dalam menghadapi keberagaman kontemporer yang ada saat ini. Dan agar masyarakat tidak terjebak dalam keberagaman tersebut, Kassim ingin agar seorang mufassir tidak terlalu mudah percaya terhadap peninggalan-peninggalan ulama klasik, khususnya terhadap orisinalitas hadis Nabi.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
At}a> al-Sid, Muh}ammad, Sejarah Firman Tuhan: Orang Beriman Menalar Al-Qur'an Masa Nabi, Klasik, dan Modern, Bandung: Teraju, 2004. Chirzin, Muhammad, al-Qur'an dan Ulumul Qur’an, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1998. Ekawati, “Keaslian Hadits: Kajian Pemikiran Ahmad Amin dan Kassim Ahmad”, Skripsi Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005.
Faiz, Fakhruddin, Hermeneutika Al-Qur'an: Antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi Menelusuri Hermeneutika Tafsir al-Manar dan Tafsir al-Azhar, Yogyakarta: Qolam, 2003. Hidayat, Komaruddin, Menafsirkan Kehendak Tuhan, Jakarta: Terahyu di Langitju Wahyu di Bumi: Doktrin dan Peradaban Islam i. Mansur, Muhammad, “Amin al-Khuli dan Pergeseran Paradigma dalam Tafsir Al-Qur’an”, Yogyakarta: UIN, Jurnal Kajian Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadits, Vol.
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, Tafsi>r al-Mana>r, Beirut: Da>r al-Fikr, tt Muhammad Ali, Maulana, Islamologi, Terjemahan, R. Mustaqim, Abdul, “Kajian Mazahib al-Tafsir; Tinjauan Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis”, Jurnal Kajian Ilmu-Ilmu Al-Qur'an dan Hadits, Vol. Al-Nisaburi, Abu> al-H}usain Muslim al-H}ajjaj ibn Muslim al-Qusjairi, al-Ja>mi'.
Al-Qardawi, Yusuf, Ijtihad in Islamic History: Some Analytical Views on Contemporary Ijtihaj, vertaal deur Ahmad Syatori, Jakarta: Bulan Bintang, 1987. Quraish shihab, Muhammad, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. , Bandung: Mizan, 2003. Al-Turmuz|i, Abu> 'Isa Muhammad bin 'Isa, Sunan al-Turmuz|i wa Huwa al-Jami'.
Brown, Daniel, Rethinking Traditions in Modern Islamic Thought (Mempertanyakan Relevansi Sunnah dalam Islam Modern), Terjemahan, Jaziar Radianti dan Entin Sriani Muslim, Bandung: Mizan, 2000. Zulkarnaen, Pemikiran Islam Kontemporer Mohammad 'A>bid al- Ja>biri o Turas| dalam bahasa Arabski di zahodni odnosi, dokumen Neobjavljeni.
Riwayat Hidup Penulis