A. PENDAHULUAN
Penddkan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan ndvdu dan perkembangan masyarakat untuk hal yang lebh bak. Melalu penddkan dapat melahrkan manusa yang berwawasan luas serta dapat menyumbangkan suatu kreatvtas dar hasl belajar yang mereka peroleh.
Penddkan dapat dperoleh melalu pembela- jaran d lngkungan sekolah ataupun lngkungan masyarakat. Makna dar Pembelajaran tu sendr adalah suatu usaha untuk membuat peserta ddk belajar atau suatu kegatan untuk membelajarkan peserta ddk (Warsta, 2008:85).
Melalu kegatan pembelajaran sswa sekolah dasar pada tahap awal sudah semestnya terbekal lmu-lmu pengetahuan yang berasal dar mata pelajaran yang terdapat d dalam kurkulum pen- ddkan. Salah satu mata pelajaran yang tercantum dalam kurkulum penddkan salah satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosal. Mata pelajaran n bertujuan untuk mengembangkan potens peserta ddk agar peka terhadap masalah sosal yang terjad d masyarakat.
Mengngat bahwa Ilmu Pengetahuan Sosal juga merupakan hal yang pentng untuk masa depan
dan kebutuhan sswa yang akan mereka bawa hngga menuju lngkungan sektarnya, maka sebaga seorang guru perlu memlh dan menggunakan suatu model pembelajaran yang sesua dengan mater yang akan dsampakan dan sswa mampu memaham apa yang telah dsampakan oleh guru.
Joyce (dalam Sutrman, 2013: 22) mengemuka- kan bahwa melalu model yang dgunakan guru dalam menyampakan pembelajaran apabla sswa mampu menerma dengan bak, maka akan dapat bermanfaat untuk dterapkan dalam kehdupan sehar-har. Sehngga dengan menggunakan model novatf example non example akan dapat membantu guru dalam menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal dar sebelumnya yang mash rendah.
Wnkel (dalam Sanjaya, 2011:16) mengemukakan bahwa prestas belajar merupakan bukt keberha- slan yang telah dcapa oleh seseorang. Keberha- slan dalam proses pembelajaran d kelas dapat menentukan hasl dar prestas belajar yang dpero- leh sswa. Salah satunya prestas belajar sswa dapat dukur dengan mater yang akan dsampakan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosal.
MODEL EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Annisa Dewi Larasati, Lilis Madyawati, Tabah Subekti Prod PGSD, Fakultas KIP, Unverstas Muhammadyah Magelang
Emal: [email protected] Abstract
This research aims to determine the effect of the example non example models of learning achievement in Social science Students of State Elementary School Grade 1 Maduretno Kaliangkrik Magelang. The approach used in this study the
pre-experimental research, design The One Group Pretest-Posttest Design, by 9 meetings, are given treatment through learning in the classroom. The subjects of this study were 15 students who have learning achievement of Social Sciences is low. The sampling technique used is saturated sampling technique. There are two variables used in the research are: the dependent variable in the form of learning achievement of Social Sciences, as well as the independent variable in the form of a model example of non example. The data collection technique used is the learning achievement test Social Sciences.The results of a study reported an average score early measurement of learning achievement of Social Sciences students is 56.80, while the average score of the final measurement of learning achievement of Social Sciences students are reaching 77,87.
Hypothesis testing using analytical techniques Wilcoxon signed rank test with SPSS for windows version 22.00. Based on the analysis of achievement learn there is a difference of Social Sciences students between the initial measurement and the final measurement with the value of Z at -3415 with sig 0,000 (sig <0.05), which means that there is a model example of
non example influence the learning achievement of Social Sciences.
Key word ; Learning Achievement in Social Sciences, Model Non Example Example.
Menerapkan model pembelajaran example non example sebaga alat bantu guru dalam memberkan mater kepada sswa dengan menggunakan meda gambar yang jelas, sehngga sswa akan lebh cepat memaham mater yang dsampakan oleh guru.
Model example non example merupakan model yang akan mmpermudah guru dalam menyampa- kan mater, karena mater dapat dsajkan dalam bentuk gambar yang menark dan jelas.
Menurut Hetka (2008: 23), prestas belajar adalah pencapaan atau kecakapan yang dnampakkan dalam keahlan atau kumpulan pengetahuan.Jhonson
& Jhonson, (2002) terdapat 3 definisi di antaranya :
“achivement related behavior (ability to communicated, cooperative, perform certain activities and solve complex problem), (b) achivement related products (writing rhemes or product report, art product, craft product) or (c) achivement related attitude and dispositions (proide in the work, desire to improve contually one’s competencies, commitment to quality, internal locus of control, self esteem)”.
Berdasarkan definisi tersebut dapatdijelaskan bahwa prestas belajar telah berkembangmenurut hubungannya yatu prestasyang berhubungan dengan tngkah laku, prestas yang berhubungan dengan haslprestas dan berhubungan dengan skap danwaktu.
Sudjana (2010 : 10) prestas belajar adalah hasl yang dberkan oleh guru kepada sswa berkatan dengan kemampuan para sswa dalam menguasa s bahan pelajaran. Jad tngg rendahnya prestas belajar sswa dapat dlhat dar banyak tdaknya mater pelajaran yang telah dkuasa setelah terjadnya proses belajar yang dapat dlhat dar hasl belajar.
Berdasarkan pengertan tersebut, maka prestas belajar merupakan suatu usaha maksmal dalam tngkat pencapaan penguasaan hasl dar kegatan belajar, yang dapat dlhat melalu tngkah laku, skap/perlaku sswa yang dukur melalu tes serta dsajkan dalam bentuk nla.
Menurut Soemantr (Saprya, 2009: 11) Penddkan Ilmu Pengetahuan Sosal (PIPS) adalah penyederhanaan atau adaptas dar dspln lmu-lmu sosal dan humanora, serta kegatan dasar manusa yang dorgansaskan dan dsajkan secara lmah dan pedagoss/pskologs untuk tujuan penddkan.
Menurut “National Council for the Social Studies”
(NCSS) dalam Sapryah (2014:10) adalah :
“Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated,
systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, archaeology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
Stud Sosal adalah stud terntegras dar lmu- lmu sosal dan humanora untuk mempromoskan kompetens spl. Dalam program sekolah, stud sosal menyedakan terkoordnas, stud sstemats menggambar atas dspln lmu sepert antropolog, arkeologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, lmu poltk, pskolog, agama, dan sosolog, serta konten yang sesua dar humanora, matematka, dan lmu alam. Tujuan utama stud sosal adalah untuk membantu kaum muda mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan dan beralasan untuk kepentngan publk sebaga warga masyarakat yang beragam budaya, demokras d duna salng tergantung.
Berdasarkan pendapat para ahl tersebut, maka Ilmu Pengetahuan Sosal merupakan suatu lmu yang mempelajar tentang hubungan sosal yang akan berdampak pada kehdupan bermasyarakat sebaga bekal kemandran dan kedewasaan kta pada kehdupan kta dengan lngkungan sektar.
Indkator prestas belajar berdasarkan teor Bloom djelaskan oleh Olva (1992 : 383), dantaranya, Cognitive Domain (Bidang Kognitif)Benjamin S. Bloomdefined the cognitife domain as includingobjectives that” deal with the racall orrecognition of knowledge and the developmentof intellectual abilities and skills. Cognitive learning, which involve the mental, processing, range from memorization to the ability to think and solve problem. Artnya: Bloom menjelaskan bahwa bdang kogntf termasuk tujuan yang berhubungan de-nganmengngat atau mengenal pengetahuan dan pengembangan dar kemampuan dan keteramplan ntlektual. Indkator yang ke dua adalah, Affective Domain ( Bdang Afektf ) affective domain as including objectives that “emphasize a felling tone, as emotion, or a degree of acceptance or rejection.
“affective learnings encompass the emotions, fellings, beliefs, attitudes, and value. Artnya bahwa bdang afektf termasuk tujuan dalam menegaskan nada perasaan, emos, atau tngkat penermaan dan penolakan.
Pembelajaran afektf melput emos, perasaan, skap dan nla. Menurut Krathwohl (2003: 95) menggambarkan bagan-bagan/ranah dar doman afektf dantaranya, Receiving (attending), Respondin, Valuing, Organization, dan Characterization.
Faktor-Faktor yang mempempengaruh prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal. Menurut Slamento (2010 : 65) , faktor yang mempengaruh prestas belajar sswa terbag dua, yatu faktor Internal dan faktor Eksternal. Pertama, Faktor Internal. Faktor- faktor yang berasal dar dalam dr seseorang yang dapat mempengaruh prestas belajarnya, diantaranya, faktor fisiologis (Jasmani). Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prma, tdak dalam keadaan lelah dan capek.
Terdapat beberapa faktor dari fisiologis (jasmani) di antaranya, keletihan indra siswa, keletihan fisik sswa, dan kelethan mental sswa. Kedua Faktor pskologs. Setap sswa, pada dasarnya memlk konds pskologs yang berbeda-beda, tentunya hal n turut mempengaruh hasl belajarnya. Terdapat beberapa faktor dar pskologs d antaranya, ntelegens/ kecerdasan, mnat, bakat, motvas, dan konsep dr. Ketiga Faktor Eksternal. Faktor-faktor yang berasal dar luar dr seseorang. Hal n dapat berupa sarana prasarana, stuas lngkungan bak tu lngkungan keluarga, sekolah maupun lngkungan masyarakat. Faktor eksternal terdr dantaranya, faktor keluarga, faktor lngkungan sekolah, dan faktor masyarakat
Ahmadi (2005: 40) mengklasifikasikan beberapa upaya dalam menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal, d antaranya, Tujuan yatu menunjukkan arah dar suatu usaha, sedangkan arah menunjukkan yang harus dtempuh, Metode, Model, Meda dan Alat akan menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal, metode, model, meda dan alat merupakan komponen yang sangat pentng dalam menentukan keberhaslan program pengajaran dan tujuan belajar, Bahan atau Mater, dalam pemlhan mater atau bahan pembelajaran yang akan dajarkan oleh guru perlu dsesuakan dengan kemampuan sswa, dan Evaluas merupakan langkah terakhr yang dlaksanakan untuk mengetahu hasl akhr prestas belajar Ilmu pengetahuan Sosal.
Seorang sswa dndkaskan memlk prestas belajar bak, apabla, pertama mampu mendefinisikan tentang kegatan ekonom dalam pemanfaatan sumber daya alam, bak d daerah sektarnya ataupun d daerah luar lngkungan sektar, beserta perangkatnya, kedua memaham manfaat dar kegatan ekonom dalam pemanfaatan sumber daya alam bak yang ada d lngkungan sektar ataupun luar, ketiga dapat menjelaskan dan menyebutkan perbedaan dar kegatan ekonom sepert produks, dstrbus dan konsums; keempat memberkan contoh dar kegatan ekonom dalam pemanfaatan sumber daya alam; kelima menjelaskan perbedaan
sumber daya alam yang dapat dperbaharu dan yang tdak dapat d perbaharu; dan keenam menjelaskan kegatan ekonom pada setap daerah msalnya daerah daratan tngg, daerah dataran rendah, dan daerah panta. Menurut kurkulum tngkat satuan penddkan (KTSP) ndkator keberhaslan untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosal tersebut datas nla ketuntasan mnmal (KKM).
Model Pembelajaran Example Non Example menurut Suyatno, (2009:73) merupakan model pem- belajaran dengan mempersapkan gambar, dagram serta tabel sesua mater bahan ajar dan kompetens.
Sajan gambar dtempel atau memaka LCD dengan petunjuk guru sswa mencermat gambar, lalu dskus kelompok tentang sajan gambar tad, persentas hasl kelompok, bmbngan penympulan, evaluas, dan refleksi.Slavin (dalam Chotimah, 2007:1) men- jelaskan bahwa example non example adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh.
Berdasarkan pendapat para ahl tersebut, maka dapat dsmpulkan bahwa model example non example merupakan model pembelajaran yang menggu- nakan gambar-gambar sebaga alat pembantu guru dalam menjelaskan mater yang akan dsampakan saat proses pembelajaran, gambar yang dgunakan untuk model pembelajaran dapat dtamplkan d LCD, proyektor atau dapat berupa poster.
Langkah-langkah Model Example Non Example menurut Novanto (2013) langkah-langkah dalam pembelajaran yang akan dlaksanakan menggunakan model example non example melput, pertama guru mempersapkan gambar-gambar sesua dengan tujuan pembelajaran, kedua guru menempelkan gambar d papan tuls, ketiga guru member petunjuk dan member kesempatan pada peserta ddk untuk memperhatkan/menganalss gambar, karena keaktfan sswa sangat mendukung dalam keberhaslan pembelajaran, keempat melalu dskus kelompok 5-6 sswa, hasl dskus dar analss gambar tersebut dcatat pada kertas, kelima tap kelompok dber kesempatan membacakan hasl dskusnya, keenam guru mula menjelaskan dar pertanyaan, komentar, dan jawaban, dan ketujuh guru dan peserta ddk menympulkan mater.
Langkah–langkah model example non example dantaranya, pertama sswa memlk pemahaman dan sebuah definisi dan selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebh mendalam dan lebh lengkap, kedua model n mengantarkan sswa agar terlbat dalam sebuah penemuan dan mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresf melalu pengalaman dar gambar-gambar yang ada, ketiga
ketka model n dberkan,maka sswa akan mendapatkan dua konsep sekalgus, karena ada dua gambar yang dberkan. Salah satu gambar sesua dengan mater yang dbahas dan gambar yang lannya tdak, keempat model n akan membuat sswa lebh krts dalam menganalss gambar, kelima sswa mendapatkan pengetahuan yang aplkatf dar mater berupa contoh gambar, dan keenam hal yang lebh pentng dar semua tu, sswa dber kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya secara prbad, serta mengajarkan sswa menjad seorang yang krts dan kreatf dalam belajar.
Tekns pelaksanaan Model Example Non Example menurut melput, pertama persapan guru untuk menemukan gambar-gambar yang sesua dengan mater dan tujuan pembelajaran yang telah d garskan, kedua gambar yang ada dpersapkan dengan menggunakan meda LCD atau proyektor, dan bsa juga langsung menggunakan poster yang d tempel d papan tuls, ketiga setelah gambar dperlhatkan, guru harus memberkan waktu kepada sswa untuk mempelajar, menganalsa gambar yang sudah ada.
Pendapat sswa bsa dmnta secara perorangan dan bsa juga secara kelompok yang sudah dtentukan sebelumnya (pendapat dtulskan dan dpaparkan dengan waktu yang telah dtentukan), dan keempat komentar dan hasl dskus sswa, guru menjelaskan mater sesua tujuan yang ngn dcapa dan kemudan menympulkan.
Kelebhan lan model example non example dantaranya, pertama sswa lebh krts dalam meng- analss gambar, kedua sswa mengetahu aplkas dar mater berupa contoh gambar, dalam memaham mater sswa tdak hanya mendengarkan dar penjelasan guru, dan ketiga sswa dber kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, model example non example mengajak sswa untuk berkreatvtas dalam berpendapat dan bermajnas.
Kekurangan dar Model Example Non Example dantaranya, keterbatasan gambar untuk semua mater pembelajaran, karena tdak semua mater dapat dsajkan dengan gambar, dan menghabskan waktu yang akan lama, apalag jka antusas sswa yang besar terhadap mater tersebut.
Tujuan dar model example non example untuk pembelajaran, dantaranya, pertama sebaga alat pembelajaran guru dalam melaksanakan kegaatan belajar mengajar d dalam kelas, memperjelas mater yang akan dpelajar bersama ddalam kelas serta mempermudah guru dalam menjelaskan mater ajar yang akan d pelajar oleh sswa, kedua mempermudah dalam menyusun mater, guru dapat menyusun
mater ajar yang akan dsampakan kepada seluruh sswa dengan lebh rnc, jelas, detal, dan akurat, ketiga membantu sswa dalam memaham mater dengan mudah dan cepat, karena mater yang mereka pelajar telah dsajkan ddalam sebuah gambar yang menark dmana ddalam gambar tersebut telah dsusun mater yang jelas dan rnc oleh guru, dan keempat dapat mengetahu kemampuan belajar sswa, maksudnya yatu saat guru menyajkan mater hanya menggunakan model ceramah saja, sswa cenderung malas dan kurang memperhatkan karena bosan, namun saat guru menyajkan dengan menggunakan model example non example sswa akan semakn semangat dan tertark dalam mengkut kegatan belajar mengajar.
Manfaat dar model example non example bag guru dan sswa, yatu, pertama mempermudah guru dalam menyampakan mater ajar, kedua perjelas mater yang akan dpelajar oleh sswa, mater dsajkan tdak hanya melalu model ceramah saja, ketiga melath sswa menjad aktf, krts, dan mandr dalam belajar, karena mater yang mereka pelajar lebih spesifik dan sangat terbantu dengan model example non example, dan keempat dapat membantu sswa dengan mudah mengaplkaskan mater yang mereka pelajar d lngkungan sektar dkehdupan sehar-har.
B METODE
Desan dar peneltan n menggunakan ranca- ngan peneltan pre experimental yatu one-group pretest- postest design. Populas dalam peneltan n yatu 15 sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger 1 Maduretno Kecamatan Kalangkrk kabupaten Magelang. Sam- pel pada peneltan n adalah seluruh sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger Maduretno Kecamatan Kalangkrk Kabupaten Magelang berjumlah 15 anak yang memlk prestas belajar Ilmu pengetahuan Sosal rendah. Teknk sampel yang dgunakan dalam peneltan n adalah teknk samplng jenuh, yatu teknk pengamblan sampel bla semua anggota populas dgunakan sebaga sampel”.Teknk tersebut dgunakan karena jumlah populas relatf kecl.
Pada peneltan n pengumpulan data dapat dambl dengan menggunakan metode tes. Tes yang akan dgunakan pada pengukuran hasl belajar sswa yatu tes yang mengukur apa yang telah dpelajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosal pada bab sumber daya alam. Tes n merupakan tes prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal dengan menggunakan pengukuran awal dan akhr prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal.
Instrumen yang dgunakan dalam peneltan n adalah lembar tes prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal. Peneltan n melbatkan satu varabel bebas dan satu varabel terkat. Varabel bebas yatu model example non example dan varabel terkat yatu prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal.
Data yang terkumpul dalam peneltan n danalss dengan menggunakan teknk analss sta- tstc non-parametrc atau dengan menggunakan uj Wilcoxon dengan program SPSS versi 22.00 for windows.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah penerapan model example non example dberkan kepada 25 sswa kelas IV memlk prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal rendah, pemberan treatment dan posttest dlakukan untuk mngetahu model example non example berpengaruh dalam menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal sswa.
Hasl pretest menunjukkan bahwa skor rata-rata prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal sebelum dberkan treatment dengan menggunakan model example non example sebesar 56,80 mengalam penngkatan setelah mendapatkan treatment dengan menggunakan model example non example nla rata- rata posttest nya menjad 77,87. Rekaptulas hasl analss deskrptf antara pretest dan posttest dsajkan pada Tabel11:
Tabel 11. Statstk Deskrptf Jumlah
siswa Rata-
rata Standar Deviasi
Nilai Mini-
mal
Nilai Maksi- mal Pengu-
kuran awal
15 56.80 8.170 43 66
Pengu- kuran akhr
15 77.87 7.539 70 93
Peneltan n bertujuan untuk menguj penga- ruh model example non example terhadap prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal pada sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger 1 Maduretno kecamatan Kalangkrk kabupaten Magelang. Sampel yang dgunakan sebanyak 15 sswa yang memlk prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal yang rendah. Dar 15 sswa kelas IV sebaga objek peneltan tersebut dberkan pengukuran awal (pretest) berupa soal tes prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal.
Hasl analss Wilcoxon Signed Rank Test sebesar p=0,001<0,05 sehngga pengajuan hpotess dter- ma jika taraf signifikansi nilai probabilitas kurang dar 0,05. Hal n juga dbuktkan dengan adanya Z score yatu Nla Z = - 3,415. Menunjukkan Asym.
Sig. (2-tailed) = 0,000 < α = 0,05 maka Ho ditolak berarti signifikan, serta nilai mean posttest dengan nla mean pretest, dmana nla mean posttest lebh tngg yatu 77,87 dar pada nla mean posttest yatu 56,80 dengan selsh 21,07. Sehngga ada perbedaan prestas belajar Ilmu pengetahuan Sosal sswa pada pengukuran awal dan pengukuran akhr setelah dberkan model example non example.
Berdasarkan hal d atas dapat dsmpulkan bahwa model pembelajaran example non example lebh bak darpada penggunaan model konvensonal (ceramah) n terbukt dengan menngkatnya hasl pengukur- an akhr (posttest) sswa, sehngga dapat dnyatakan bahwa model example non example berpengaruh terhadap prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal terhadap sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger 1 Maduretno.
D. SIMPULAN
Kesmpulan hasl peneltan n menyatakan bahwa model example non example berpengaruh pada prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal. Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran example non example prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal mengalam perubahan yakn mean (rata-rata) nak dar pengukuran awal (pretest) 56,80 menjad 77,87 pada mean(rata-rata) pengukuran akhr (posttest) dengan nla Z sebesar -3,415 dengan selsh 21,07 dan asym signp= 0,001 < 0,05. Artnya bahwa hpotess yang menyatakan bahwa model example non example berpengaruh terhadap prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal, dterma dan terbukt kebenaranya.
Saran
Bag Tenaga Penddk Sekolah Dasar ketka menemukan peserta ddk yang memlk tngkat prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal kurang, maka guru pembmbng dapat menerapkan sebuah model pembelajaran yang bak dan tepat sepert model example non example agar dapat membantu menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal.
Bag Lembaga Penddkan, dharapkan hasl peneltan n dapat membantu guru dalam mena- ngan peserta ddk yang memlk prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal rendah. Karena dar
peneltan yang telah dlakukan penelt dapat membatu sswa kelas IV Sekolah Dasar Neger 1 Maduretno Kecamatan Kalangkrk Kabupaten Magelang untuk menngkatkan prestas belajar Ilmu pengetahuan Sosal.Oleh karena tu, penerapan model pembelajaran sepert model example non example dapat dgunakan oleh sekolah khususnya kepada tenaga pengajar (guru) untuk membantu sswa lannya dalam menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal.
Bag Penelt Selanjutnya, model example non example bukan satu-satunya model pembelajaran yang dapat dgunakan untuk menngkatkan prestas belajar Ilmu Pengetahuan Sosal. Penelt selanjutnya harus lebh menngkatkan kembal kecermatan dan ketepatan dalam mencar dan menemukan model- model peneltan yang varatf. Serta true experiment sangat danjurkan untuk dgunakan sebaga desan peneltan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Ade dan Joko Tr Prasetyo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Seta.
Creswell. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitaitf dan Mixed Edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Harrow, A.J. 1971. A Taxonomy of the psychomotor domain. A Gude for Develobng Behavoral Objectves.
New York: Davd McKay, INC.
Hetka. 2008. Tips Membuat anak menjadi Murid Berprestasi. Jogjakarta : Garam lmu
Jhonson, D.W. & Jhonson, R.T. 2002. Meaning full assessment: a manageable and cooperative process. Boston: Allyn Bacon.
Kratwohl.D.R , Bloom, S.B, & Masa, B.B. 1973. Taxonomy of educationalobjectives. The Classificatians of Educatonal Goals. Handbook II: Affectve Doman. London: Longman Group LTD.
Nana. Sudjana, Sukmadnata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.Bandung : Rosda.
2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Olva, F.P. 1992. Developing the curriculum.Author Supervision for Today’s Schools.Thrd Edton. New York: Harpers Collsn Publshers.
Saprya, dkk. 2006. Pembelajaran dan evaluasi hasil Belajar IPS. Bandung : UPI Press.
2014. Pendidikan IPS. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Slamento. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bhneka Cpta.
Slavn, E. Robert. 1994. Cooperative Learning. U.S.A: Johns Hopkns Unversty.
Sudjana. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Bum Aksara.
Sutrman. 2013. Media dan Model-model Pembelajaran Inovatif .Yogyakarta : Graha Ilmu.
2009. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Warsta. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bum Aksara.