• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL KESEHATAN MENTAL GUNA MENCEGAH KEKERASAN EMOSIONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK

N/A
N/A
SiIvia Nova

Academic year: 2023

Membagikan "MODEL KESEHATAN MENTAL GUNA MENCEGAH KEKERASAN EMOSIONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL LITERATUR REVIEW UNTUK UJIAN KUALIFIKASI

MODEL KESEHATAN MENTAL GUNA MENCEGAH KEKERASAN EMOSIONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK

BERBASIS DUKUNGAN SOSIAL

OLEH : SILVIA NOVA

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM DOKTOR

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

2022

(2)

LAPORAN HASIL LITERATUR REVIEW UNTUK UJIAN KUALIFIKASI

MODEL KESEHATAN MENTAL GUNA MENCEGAH KEKERASAN EMOSIONAL ORANG TUA TERHADAP ANAK

BERBASIS DUKUNGAN SOSIAL

OLEH : SILVIA NOVA NIM. 10211708320

UNIVERSITAS AIRLANGGA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM DOKTOR

(3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA

2022

RINGKASAN RENCANA HASIL TEMUAN BARU (NOVELTY) YANG DIHASILKAN

Nama : Silvia Nova

NIM : 102117087320

Judul Disertasi : Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Penasihat Akademik : Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra., M.Kes

Rencana temuan baru yang dihasilkan adalah:

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial.

Menyetujui Penasihat Akademik

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(4)

Literature Review 1 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Jasmine Fledderjohann, Jayne Erlam, Bran Knowles, Karen Broadhurst

Judul: Mental health and care needs of British children and young people aged 6–17

Jurnal : Children and Youth Services Review Halaman: 1-10

Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh stigma dan kemiskinan pada tekanan mental anak dan remaja di Inggris.

Teori

Model sosial memandang tekanan mental sebagai akar dalam kehidupan sosial dan lingkungan kita, dengan masyarakat menjadi penyebab potensial tekanan mental (misalnya efek stigma, kemiskinan), tetapi juga solusi potensial untuk tekanan (misalnya melalui dukungan keluarga, sekolah berbasis intervensi, program berbasis masyarakat).

Metode Metode pada artikel ini adalah sistematic review pada tekanan mental pada anak dan remaja usia 6-17 tahun di Inggris yang terjadi selama periode 16 tahun (2004-2020).

Hasil Temuan prevalensi yang lebih besar di antara anak dan remaja dalam keadaan keluarga yang ditandai dengan stres sosial ekonomi yang lebih besar; pendapatan rendah dikaitkan dengan prevalensi tekanan mental yang lebih tinggi pada anak dan remaja, seperti halnya orang tua tunggal dan keluarga yang dibentuk kembali. Di mana anak dan remaja tinggal di daerah yang digambarkan sebagai 'sulit ditekan', tingkat kesulitan yang lebih tinggi juga dilaporkan.

Keterkaitan

dengan Disertasi Artikel ini sangat terkait dengan disertasi saya dimana pada artikel ini disajikan fakta bahwa stress sosial ekonomi, pendapatan rendah serta ststus single parents menjadi faktor tekanan mental pada anak. Model dukungan sosial dari keluarga, sekolah dan program berbasis

(5)

masyarakat diharapkan mampu mengatasi dan mencegah tekanan mental pada anak.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(6)

Literature Review 2 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Md. Hasan Reza, Nicole F. Bromfield, Shirin Sultana, Md.

Mustafizur Rahman Khan

Judul: Child maltreatment in Bangladesh: Poverty, social class, and the emotional abuse of elementary school children by teachers

Jurnal : Children and Youth Services Review 116 (2020) 105195

Halaman: 1-8 Tujuan

Penelitian

Penelitian ini berfokus pada kejadian dan prediktor hukuman emosional, serta reaksi siswa terhadap hukuman di antara siswa sekolah dasar di Bangladesh

Teori

Pelecehan anak adalah setiap perlakuan buruk terhadap emosional, fisik, ataupun seksual terhadap seorang anak yang dilakukan oleh orang dewasa dalam peran tanggung jawab mereka. Pelecehan emosional adalah pola interaksi berbahaya yang secarakonsisten dilakukan oleh pengasuh terhadap anak, selain kekerasan fisik atau seksual. Pelecehan emosional (emotional abuse) dapat dianggap sebagai penghancuran psikologis sistematis seseorang (Aluede, Ojugo, &Okoza, 2012) dan “paparan terus-menerus seorang anak terhadap penolakan, penghinaan, ancaman dan tuduhan yang dapat merusak kesehatan mentalnya dan tumbuhkembangnya” (Gurhan, Ozbas, &Kabtas, 2012, hlm. 1141). Pelecehan ini sering dilakukan oleh pengasuh seperti orang tua, guru, pelatih, atau orang dewasa lain yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak

(7)

Metode Subjek penelitian : Siswa SD dari kelas tiga, empat, dan lima serta orang tua mereka yang tinggal di kota kabupaten dan daerah pedesaan sekitarnya direkrut sebagai peserta. Peserta terdaftar di tiga jenis sekolah dasar yang berbeda. (1) sekolah dasar yang didanai pemerintah (2) sekolah agama yang bergantung pada amal dan (3) sekolah swasta

Alat Ukur: Kuesioner terstruktur yang berisi pertanyaan terkait demografi (misalnya, usia, jenis kelamin, kelas terdaftar, jenis sekolah, status sosial ekonomi orang tua) dan penggunaanpertanyaan terkait hukuman (jenis, frekuensi, dan alasan hukuman)kuisionersurveimenggunakanbahasautama di Bangla.

Analisis: Menggunakan software/perangkatlunak SPSS versi 24.

Crosstabs digunakan untuk mengidentifikasi hubungan yang signifikan antara hukuman emosional dan variabel independen (yaitu, jenis kelamin, kemiskinan, jenis sekolah, dan pekerjaan ayah

Hasil Praktik pelecehan emosional oleh guru lazim terjadi di sekolah dasar Bangladesh, terlepas dari upaya pemerintah dan masyarakat sipil untuk mengakhiri perlakuan kejam terhadap anak-anak sekolah di negara itu. Di Bangladesh, prevalensi pelecehan emosional dalam lingkungan sekolah seolah-olah tersebar luas. Namun, ada sedikit penelitian sistematis tentang terjadinya pelecehan emosional di sekolah dasar di Bangladesh (Shumba, 2004). Di antara peserta yang dihukum secara emosional (N = 397), sebagian besar dari mereka, 91,9%

adalah miskin, sementara hanya 8,1% yang tidak miskin. Ukuran kemiskinan lainnya adalah pekerjaan ayah, dan 57% ayah adalah petani subsisten atau buruh tani. Anak-anak mereka dihukum secara emosional pada tingkat yang tidak proporsional (72%) dengan anak-anak yang tidak miskin. Hasil respon siswa terhadap hukuman dilaporkan 42,4% peserta anak menjadi sedih, 40,4% menjadi takut, 39,3% merasa ingin menangis, 72% menjadi takut pada guru, 79,3% menjadi takut pergi ke sekolah, 36,7% tidak mau. bermain dengan teman, 48,7% tidak mau berbicara dengan siapa pun, dan 11,8% apatis terhadap hukuman. Respon siswa terhadap hukuman temannya agak mirip.

Misalnya, sekitar 44% peserta menjadi sangat sedih, 6,9% menjadi sangat takut, 36,7% merasa ingin menangis, 58,7% menjadi sangat takut pada guru, 77,3% menjadi takut datang ke sekolah, 19,08%

tidak mau bermain dengan teman. , 43,6% tidak mau berbicara dengan siapa pun, dan 8% apatis saat mengamati teman yang dihukum.

Keterkaitan dengan Disertasi

Informasi yang terdapat pada artikel ini sangat bermanfaat untuk disertasi saya dimana di sini bahwa diantara peserta yang dihukum secara emosional di sekolah mayoritas kondisi ekonominya miskin

(8)

(91,9%).

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 3 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa

/ NIM Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Xiaoyan Fan, Mengjia Lu

Judul: Testing the effect of perceived social support on left-behind children’s mental well-being in mainland China: The mediation role of resilience

Jurnal : Children and Youth Services Review 116 (2020) 105195

Halaman: 1-8 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki persepsi dukungan sosial anak-anak yang ditinggalkan keluarga, teman dan orang penting lainnya dan menguji pengaruhnya terhadap kesejahteraan mental mereka

Teori Left-behind children atau anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya merantau menjadi perhatian para peneliti karena anak-anak ini tidak memiliki dukungan materi dan emosional yang cukup sehingga berdampak pada Kesehatan fisik dan mental mereka. Meningkatkan kesejahteraan mental anak-anak yang ditinggalkan memiliki kontribusi teoretis dan praktis yang besar. Dukungan sosial eksternal (Zhou & Lin, 2016)

(9)

dan karakteristik individu, seperti ketahanan (Oishi & Roth, 2009), dapat memengaruhi kesejahteraan mental individu..

Metode Subjek penelitian : Peneliti hanya menggunakan data anak-anak yang ditinggalkan untuk penelitian ini dengan mengadopsi metode multistage cluster random sampling untuk mengumpulkan data survei dalam proyek ini. Sebanyak 817 pengasuh keluarga dan anak-anak mereka menandatangani formulir persetujuan dan mengisi kuesioner.

Setelah pemeriksaan kualitas, akhirnya peneliti mengumpulkan 746 kuesioner yang valid.

Alat Ukur: Pengukuran berkaitan dengan dukungan sosial. Peserta menyelesaikan skala multidimensi dukungan sosial yang dirasakan (MSPSS, Zimet, Dahlem, Zimet, & Farley, 1988). Skala 12 item ini menilai dukungan sosial yang dirasakan anak-anak dari anggota keluarga, teman, dan orang terdekat mereka. Pengukuran berkaitan dengan Kesehatan mental. Anak-anak menyelesaikan pengukuran kesejahteraan mental mereka dengan pengukuran Skala Kesejahteraan Mental Warwick-Edinburgh.

Analisis: analisis data dilakukan secara kuantitatif menggunakan SPSS

Hasil Hasil model mediasi menunjukkan bahwa resiliensi dapat memediasi sebagian hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan kesejahteraan mental anak yang ditinggalkan. Temuan ini mendukung hipotesis 2 dari penelitian ini. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat dukungan sosial yang dirasakan anak-anak yang ditinggalkan, semakin tinggi pula tingkat resiliensinya. Dengan demikian, mereka dapat memiliki tingkat kesejahteraan mental yang lebih tinggi.Sebagai faktor pelindung bagi anak-anak, resiliensi dapat meningkatkan kesejahteraan mental anak-anak yang ditinggalkan terlepas dari keadaan yang mengancam (Anyan et al., 2017; Masten, 2001). Selanjutnya, temuan menunjukkan bahwa ketahanan memainkan peran mediasi yang signifikan dalam hubungan antara dukungan sosial yang dirasakan dan kesejahteraan mental anak-anak yang ditinggalkan di Cina daratan.

Keterkaitan dengan Disertasi

Artikel ini sangat bermanfaat bagi disertasi saya, informasi yang disajikan berupa dukungan sosial pada anak ternyata dapat meningkatkan resiliensi anak yang telah ditinggalkan keluarganya.

Pada disertasi saya saya gunakan dukungan sosial untuk memperkuat kesehatan mental orang tua.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan

(10)

sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 6 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa

/ NIM Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Irismar Reis de Oliveira, Ana Cristina Matos-Ragazzo, Yuning Zhang, Nina Maia Vasconcelos, Michella Lopes Velasquez, Daniela Reis, Monica Gonçalves Ribeiro, Marina Monzani da Rocha, Maria Conceição Rosario, Paul Stallard, Charlotte A.M. Cecil

Judul: Disentangling the mental health impact of childhood abuse and neglect: A replication and extension study in a Brazilian sample of high-risk youth

Jurnal : Child Abuse & Neglect 2018 Halaman: 312–323

Tujuan Penelitian

Dua tujuan utama Penelitian yaitu:

1. Untuk mereplikasi temuan dari penelitian di Inggris (Ceciletal., 2017), berdasarkan sampel komunitas muda yang lebih besar dari pemuda berisiko tinggi (n = 347; 11–17 tahun) yang direkrut

(11)

dari lingkungan yang penuh kekerasan di Salvador, Brasil.

2. Untuk memperluas temuan Inggris dengan membongkar efek mediasi yang diamati menggunakan ukuran global paparan kekerasan

Teori Paparan maltretment atau penganiayaan terhadap anak telah terbukti memberikan efek yang sangat buruk (racun) terhadap kesejahteraan anak (Cicchetti & Toth, 2005; McCrory & Viding, 2015).

Penganiayaan pada anak telah diidentifikasi sebagai salah satu prediktor paling kuat dari masalah kejiwaan, termasuk masalah internal (misalnya kecemasan, depresi) dan gejala eksternal (misalnya perilaku antisosial, penggunaan narkoba). Oleh karena itu, penganiayaan dijadikan target utama upaya pencegahan dan inetervensi kesehatan mental.

Metode Subjek penelitian : Partisipan penelitian adalah 347 remaja berusia 11-17 tahun (M = 13,28; 48% perempuan), yang merupakan bagian dari penelitian yang lebih besar (n = 363) dan memiliki data lengkap tentang penganiayaan masa kanak-kanak. Partisipan direkrut dari sekolah umum di pinggiran Salvador, ibu kota Negara Bagian Bahia, dan salah satu kota dengan tingkat kejahatan tertinggi di Brasil

Alat Ukur:

- Variabel sosio-demografi. Wali hukum partisipan memberikan informasi tentang usia, jenis kelamin, etnis, dan kondisi kehidupan.Informan melaporkan jumlah sembilan kepemilikan rumah yang umum (yaitu televisi, radio, kamar mandi, mobil, penyedot debu, mesin cuci, pemutar video/dvd, lemari es, dan freezer. (untukcatatan detail pengukurandapatdilihat di jurnal)

- Penganiayaan masa kecil. Versi Portugis Brasil dari Childhood Trauma Questionnaire (CTQ) digunakan untuk menilai pengalaman penganiayaan "saat tumbuh dewasa"

(Bernstein&Fink, 1998). CTQ adalah kuesioner laporan diri yang divalidasi dengan baik, terdiri dari 28 item mulai dari 1 (tidak pernah benar) hingga 5 (sangat sering benar).

- Viktimisasi teman sebaya. Dua item global dari OlweusBully/VictimQuestionnaire (“Seberapa sering Anda telah diintimidasi?” dan “Seberapa sering Anda mengambil

(12)

bagian dalam menindas siswa lain?”), Digunakan untuk menilai frekuensi korban intimidasi yang dilaporkan sendiri.

dan perbuatan selama masa lalu (Olweus, 1994; Stallardetal., 2014). Item diberi kode sebagai: 0 = Tidak pernah; 1 = Sekali atau dua kali; 2 = Dua atau tiga kali per bulan; 3 = Sekitar sekali seminggu; 4 = Beberapa kali per minggu.

- Gejala psikiatri. Gejala psikiatri dinilai melalui pengukuran diri dan laporan informan (yaitu, orang tua). Informan menyelesaikan versi Portugis Brasil yang divalidasi dengan baik (Bordinetal., 2013; Rochaetal., 2013) dari Daftar Periksa Perilaku Anak (CBCL/6-18; Achenbach&Rescorla, 2001).

CBCL/6-18 adalah kuesioner standar untuk mengidentifikasi masalah emosional dan perilaku pada anak-anak dan remaja.

Dalam penelitian ini, pewawancara terlatih tersedia untuk membantu orang tua mengisi CBCL/6-18. Versi Brasil dari Laporan Diri Inventarisasi Depresi Anak yang divalidasi dengan baik (CDI; Kovacs, 2004; Gouveia, Barbosa, de Almeida, &Gaião , 1995) digunakan untuk menilai keberadaan dan keparahan gejala depresi pada anak usia sekolah.

Analisis: Analisis data dilakukan dengan SPSS v 21

Hasil Peneliti menyoroti di sini tiga temuan utama yang direplikasi di seluruh penelitian. Pertama, sejalan dengan Ceciletal. dan penelitian sebelumnya, Peneliti menemukan bahwa jenis penganiayaan saling terkait dan sering terjadi bersama satu sama lain (Herrenkohl&Herrenkohl, 2009). Pelecehan emosional dan penelantaran adalah jenis penganiayaan yang paling umum, sementara pelecehan seksual adalah yang paling jarang dilaporkan di seluruh penelitian.Kedua, temuan ini mendukung efek kumulatif dari penganiayaan pada gejala kejiwaan. Peneliti mengamati bahwa keparahan gejala meningkat secara linier dengan jumlah jenis penganiayaan yang dilaporkan, dan bahwa hubungan ini lebih kuat untuk gejala yang dinilai oleh diri sendiri vs. Informan.

Secara khusus, Peneliti menemukan bahwa pelecehan emosional

(13)

secara independen terkait dengan gejala kejiwaan di atas dan di atas pengaruh faktor sosiodemografi dan jenis penganiayaan lainnya.

Subskala terdiri dari lima item - dua yang menilai tindakan spesifik perilaku yang terkait terutama dengan penolakan/negatif orang tua (yaitu memanggil nama, mengatakan hal-hal yang menyakitkan), dua yang menggambarkan perasaan batin yang mungkin tidak hanya terjadi sebagai respons terhadap pelecehan emosional, tetapi juga terhadap orang lain. jenis penganiayaan (yaitu merasa dibenci, berpikir bahwa orang tua berharap mereka tidak pernah dilahirkan) dan satu item yang berkaitan dengan penilaian subjektif partisipan dari pengalaman (yaitu 'Saya percaya saya dilecehkan secara emosional'). Akibatnya, tidak jelas apakah asosiasi yang diamati mencerminkan sesuatu yang khusus untuk pelecehan emosional, atau apakah mereka dapat mengindeks sesuatu yang lebih luas intrinsik untuk semua bentuk penganiayaan

Keterkaitan

dengan Disertasi Penelitian ini sangat bermanfaat untuk disertasi saya dimana efek kumulatif dari penganiayaan pada gejala kejiwaan. Peneliti mengamati bahwa keparahan gejala meningkat secara linier dengan jumlah jenis penganiayaan yang dilaporkan. Pelecehan emosional secara independen terkait dengan gejala kejiwaan di atas dan di atas pengaruh faktor sosiodemografi dan jenis penganiayaan lainnya.

Subskala terdiri dari lima item - dua yang menilai tindakan spesifik perilaku yang terkait terutama dengan penolakan/negatif orang tua Ringkasan

rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(14)

Literature Review 7 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Jennifer E. Khoury , Masako Tanaka , Melissa Kimber , Harriet L. MacMillan, Tracie O. Afifi, Michael Boyle, Laura Duncan, Divya Joshi,

Katholiki Georgiades, Andrea Gonzalez

Judul: Examining the unique contributions of parental and youth maltreatment in association with youth mental health problem Jurnal : Child Abuse & Neglect 124 (2022) 105451

Halaman: 1-12

Tujuan Penelitian Penelitian ini berfokus pada sampel anak usia remaja (14-17 tahun) yang mengalami penganiayaan dari orang tua (Youth experience of maltreatment/YM) dan menguraikan hubungan antar keduanya (PCM dan

(15)

YM) mulai dari masalah internal dan eksternal remaja dengan memperhitungan faktor proksimal (pola asuh, depresi pada orang tua) serta menilai laporan dari sisi orang tua dan remaja mengenai psikopatologi pada remaja.

Teori Child maltreatment atau penganiayaan anak sudah menjadi isu global yang kerap terjadi antar generassi. Bukti ilmiah menunjukan orang tua yang mengalami penganiayaan semasa kanak-kanak (parental history of childhood maltreatment/PCM) cederung melakukan hal yang sama terhadap anak-anak mereka di kemudian hari, sehingga risiko Kesehatan mental ini terjadi turun-temurun (Madigan et al., 2019; Plant et al., 2018).

Kerangka teoritis dari Bronfenbrenner dan Morris pada tingkatan bioekologi memberikan pemahaman bagaimana PCM, YM dan faktor lingkungan yang lebih proksimal terkait dengan perkembangan masalah internalisasi dan eksternalisasi. Model Bioekologi (Bronfenbrenner dan Evans, 2000; Bronfenbrenner dan Morris, 2006) menekankan pentingnya interaksi antara individu dan lingkungannya, yang disebut proses proksimal. Dampak dari proses ini pada perkembangan anak tergantung pada individu (termasuk faktor biologis), konteks lingkungan proksimal dan distal langsung mereka, dan periode waktu tertentu dimana proses ini berlangsung. Dalam penelitian ini, Peneliti memeriksa hubungan distal antara PCM dan psikopatologi remaja, serta hubungan yang lebih proksimal antara pengalaman langsung remaja (yaitu, YM) dan faktor-faktor yang terkait dengan hubungan orang tua-anak.

Metode Subjek penelitian : Sampel penelitian berasal dari Penelitian Kesehatan Anak Ontario 2014 (Ontario child helath Studi/OCHS).

OCHS adalah penelitian epidemiologi lintas sektoral di seluruh provinsi tentang kesehatan anak dan remaja dengan data yang dikumpulkan dari Oktober 2014–2015. Sampel probabilitas 6537 rumah tangga/keluarga (respon 50,8%) dengan 10.802 anak berusia 4 hingga 17 tahun berpartisipasi. Rumah tangga/keluarga dipilih berdasarkan desain survei 3 tahap yang melibatkan pengambilan sampel klaster daerah pemukiman dan stratifikasi berdasarkan tempat tinggal (perkotaan, pedesaan) dan pendapatan (wilayah dan rumah tangga diklasifikasikan silang berdasarkan 3 tingkat pendapatan: <20, 20 hingga 80, dan > persentil ke-80). Sampel yang memenuhi syarat untuk analisis dalam penelitian ini terdiri dari remaja berusia 14-17

(16)

tahun dan pengasuh utama mereka (n = 2910) (yaitu, orang yang paling berpengetahuan, untuk kesederhanaan, selanjutnya disebut sebagai orang tua).Pemilihan kelompok usia ini memungkinkan Peneliti untuk menilai penganiayaan anak yang dilaporkan orang tua dan remaja (masing-masing PCM dan YM) dan kesehatan mental.

Alat Ukur:

- Pengalaman orang tua dan remaja tentang penganiayaan anak Paparan kekerasan fisik diklasifikasikan sebagai satu atau lebih dari berikut ini: 1) ditampar di wajah, kepala atau telinga, atau dipukul dengan benda yang keras tiga kali atau lebih; 2) ditekan, dicengkeram atau didorong, atau dilempar sesuatu untuk menyakiti mereka tiga kali atau lebih; dan 3) ditendang, digigit, ditinju, dicekik, dibakar, atau diserang secara fisik satu kali atau lebih. Riwayat pelecehan seksual responden dinilai sebagai satu atau lebih dari berikut ini: 1) mencoba atau dipaksa melakukan aktivitas seksual yang tidak diinginkan dengan diancam, ditekan, atau disakiti dengan cara tertentu satu kali atau lebih; dan 2) disentuh secara seksual, artinya menyentuh atau menyambar/ditangkap atau mencium atau membelai yang tidak dikehendaki responden sebanyak satu kali atau lebih.Pennelasan lebih detail dapat dilihat langsung di jurnal.

- Masalah internalisasi dan eksternalisasi

Timbangan Perilaku Emosional OCHS (OCHS-EBS; Boyle et al., 2019a; Duncan et al., 2019) digunakan untuk menilai ukuran dimensi yang dilaporkan orang tua dan diri sendiri dari masalah eksternalisasi dan internalisasi remaja. OCHS-EBS menangkap masalah internalisasi (27 item) termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kecemasan umum, gangguan kecemasan terpisah, dan gangguan kecemasan sosial, dan masalah eksternalisasi (25 item) termasuk gangguan hiperaktif defisit perhatian, gangguan menentang- lawan, dan perilaku kekacauan. OCHS-EBS memiliki opsi respons '0=tidak pernah atau tidak benar', '1=kadang-kadang atau agak benar' dan '2=sering atau sangat benar'. Item dijumlahkan untuk menghasilkan skor skala untuk masalah internalisasi dan eksternalisasi; skor yang lebih tinggi menunjukkan keparahan yang lebih besar dari masalah emosional dan perilaku. OCHS-EBS memiliki sifat psikometrik yang kuat (Boyle et al., 2019; Duncan et al., 2019), termasuk konsistensi internal dalam sampel saat ini - Kesehatan mental orang tua

Kesehatan mental orang tua (termasuk kecemasan dan depresi) dinilai menggunakan skala K6 (Furukawa et al., 2003), yang

(17)

dikembangkan untuk digunakan dalam Survei Wawancara Kesehatan Nasional AS (National Helath Interview Survey/NHIS) untuk mengukur tekanan psikologis nonspesifik. Orang tua menilai sejauh mana mereka merasa gugup, putus asa, gelisah atau gelisah, tertekan, tidak berharga, dan bahwa sudah berusaha untuk hal-hal tersebut, dari (1) Setiap saat, (2) Sebagian besar waktu, (3) Beberapa waktu, (4) Sedikit waktu, dan (5) Tidak ada waktu.

- Praktik pengasuhan yang positif

Orang tua menyelesaikan kuesioner laporan diri tentang praktik pengasuhan positif dalam 6 bulan terakhir, yang dikembangkan secara khusus untuk penelitian OCHS 2014. Item parenting positif dipilih atau diadaptasi dari National Longitudinal Survey of Children and Youth dan laporan anak dari Parent Behavior Inventory (Lovejoy et al., 1999) setelah melakukan reduksi item empiris menggunakan kumpulan data. Lima item berfokus pada sejauh mana orang tua menikmati kegiatan bersama anak mereka, mendengarkan ide/pendapat anak mereka, memberikan perawatan dan perhatian kepada anak, menghibur sang anakketika dia bersedih, dan berbicara tentang hal-hal baik yang dilakukan sang anak. Setiap item diberi skor dari (0) Tidak pernah sampai (4) Selalu.

- Faktor sosio-demografis

Faktor sosio-demografis dalam analisis Peneliti termasuk jenis kelamin remaja, usia remaja, pendidikan orang tua (dikotomisasi dengan lebih tinggi/kurang dari SMA), kemiskinan keluarga (variabel gabungan yang diturunkan dari ukuran keluarga, lokasi geografis, dan pendapatan rumah tangga menggunakan garis batas kemiskinan dikotomis ), orang tua tunggal (rumah tangga dua orang tua, orang tua tunggal), latar belakang imigran, dan daerah tempat tinggal (pedesaan, perkotaan kecil hingga menengah, perkotaan besar).

Analisis: Analisis statistik Peneliti menggunakan prosedur SURVEYREG di SAS (v.9.4) untuk memperhitungkan desain sampel dan mendapatkan kesalahan standar yang akurat untuk memperkirakan model regresi multivariat.

Hasil Penelitian ini meneliti hubungan antara PCM, YM, dan faktor risiko proksimal (masalah kesehatan mental orang tua, pola asuh positif), dan masalah internalisasi dan eksternalisasi remaja. Temuan penelitian menunjukkan: 1) asosiasi unik antara subtipe tertentu dari PCM atau YM dan masalah internalisasi dan eksternalisasi pemuda;

2) perlunya mempertanggungjawabkan YM ketika memeriksa peran PCM; 3) peran kesehatan mental orang tua dan pola asuh positif dalam memperhitungkan hubungan antara PCM dan hasil kesehatan

(18)

mental remaja; dan 4) pentingnya mengkaji asosiasi tersebut di atas dengan menggunakan informan ganda masalah kesehatan mental remaja. Bersama-sama, temuan ini menjelaskan efek antargenerasi dari penganiayaan anak, dan kompleksitas asosiasi yang harus dipertimbangkan.

Keterkaitan dengan Disertasi

Temuan ini menunjukan bahwa pelecehan emosional memiliki efek antargenerasi yang unik, seperti pengalaman orang tua dan remaja yang mengalami pelecehan emosional. Secara keseluruhan, temuan ini menunjukkan bahwa pelecehan emosional membawa efek antargenerasi yang bertahan lama. Temuan ini menunjukkan bahwa pelecehan emosional harus menjadi fokus khusus untuk pencegahan dan upaya intervensi penganiayaan masa kanak-kanak. Orang tua yang mengalami penganiayaan selama masa kanak-kanak mereka berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental dan kesulitan mengasuh anak (Savage et al., 2019; Warmingham et al., 2020).

Kesulitan-kesulitan ini pada gilirannya dapat berdampak pada regulasi stres dan kemampuan regulasi emosi anak (Khoury et al., 2021; Silk et al., 2006; Warmingham et al., 2020), yang terkait erat dengan masalah kesehatan mental.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(19)

Literature Review 8 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa

/ NIM Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA) Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Waldo E. Johnson Jr, Marquitta S. Dorsey, Lauren M. Rich , LaShaun L. Brooks

Judul: “Remain calm, negotiate or defer but by all means, call me”:

Father-son communication to keep sons safe from violence involvement

and victimization

Jurnal : Journal of Applied Developmental Psychology (2020)

(20)

101213

Halaman: 1-13 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan menguji tentang bagaimana cara ayah berkulit hitam dalam peran figure ayah melakukan komunikasi dengan anak lelaki mereka untuk menjaga anak lelakinya tetap aman dari keterlibatan terhadap tindak kekerasan.

Teori

Johnson, Rich, & Keene, (2016) dan Richardson (2010) dalam penelitian mereka menyatakan bahwa ayah kulit hitam dan figure ayah adalah asset dalam sumber daya dalam keluarga dan lingkungan social sekitar yang dapat membantu anak-anak mereka untuk terhindar dari tindak kekerasan dan menjaganya agar tetap aman.

Ritual “ngobrol sama ayah” sebelumnya tidak pernah dianggap dan terlihat tidak penting bagi masyarakat di luar komunitas kulit hitam, sampai pada peristiwa penembakan yang kerap terjadi terhadap anak- anak berkulit hitam yang memicu protes internasional terhadap tragedy yang dianggap raisis tersebut, hingga munculnya kampanye dengan slogan “black lives matter”.

Metode Subjek penelitian : Partisipan penelitian sebanyak 27 pasang ayah dan anak mengenai cara mereka berkomunikasi.

Alat ukur : Indepth Interview Metode : Kualitatif

Hasil

Relasi yang terjalin antara ayah kulit hitam dan anaknya adalah asset sumber daya perlindungan anak dari ancaman kekerasan lingkungan yang kerap tidak dapat diprediksi. Keakraban hubungan antara anggota keluarga juga merupakan modal anak untuk dapat bertumbuh kembang di lingkungan sosial yang tidak menentu, namun tetap terhindar dari ancaman menjadi korban kekerasan. Nasihat dan strategi yang ayah berikan, membantu sang anak membangun kepercayaan diri dalam menghadapi keputusasaan. Dukungan yang ayah berikan juga berkontribusi pada ketahanan pribadi sang anak.

Keterkaitan dengan Disertasi

Informasi pada artikel ini sangat bermanfaat dalam penulisan disertasi saya dimana komunikasi orang tua terutama ayah kepada anak akan membangun kepercayaan diri dalam menghadapi keputus asaan. Dukungan ayah juga berkontribusi pada ketahanan anak.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan

(21)

sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 9 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes

(22)

Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: D.G.M. Eijgermans, Y. Fang, D.E.M.C. Jansen, W.M.

Bramer, H. Raat, W. Jansen

Judul: Individual and contextual determinants of children’s and adolescents’ mental health care use: A systematic review

Jurnal : Children and Youth Services Review 131 (2021) 106288 Halaman: 1-12

Tujuan

Penelitian Tinjauan sistematis ini bertujuan untuk menggambarkan penelitian kuantitatif pada individu dan determinan kontekstual penggunaan perawatan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja di bawah usia 18 tahun.

Teori Masalah kesehatan mental menurut Organisasi Kesehatan Dunia/WHO (2020), didefinisikan sebagai pengalaman yang berkaitandenganmasalahperilaku, emosi, pikiran atau hubungan.

Mereka dapat sangat bervariasi; dari masalah dalam fungsi psikososial, hingga gangguan perkembangan kognitif, hingga masalah dalam konteks anak (Daamen&Schouten, 2018).

Metode Metode penelitian ini merupakan penelitian sistematic review.

Tinjauan sistematis ini terdaftar di PROSPERO (ID:

CRD42019122581) pada tanggal 5 Maret 2019, dan Pernyataan PRISMA digunakan sebagai pedoman, lihat Tambahan 1 (Moheretal., 2009).empat topik yang mewakili: perawatan kesehatan mental, anak- anak, penggunaan perawatan kesehatan, dan jenis studi (studi terkontrol, kohort, dan internasional).

Hasil Tinjauan sistematis ini memberikan gambaran tentang determinan individu dan kontekstual dari penggunaan perawatan kesehatan mental, berdasarkan studi longitudinal berbasis populasi. Bukti yang baik/bagus dari hubungan dengan penggunaan perawatan kesehatan mental ditemukan untuk tujuh faktor penentu, yaitu skrining untuk masalah kesehatan mental, komposisi keluarga selain dua orang tua biologis, penggunaan perawatan kesehatan mental sebelumnya, tingkat masalah secara keseluruhan, masalah eksternalisasi, perilaku nakal dan gangguan / dampak. Tidak ada hubungan' ditemukan untuk tiga faktor penentu, yaitu usia, urbanisasi, dan keluhan somatik. Bukti tidak konsisten untuk enam faktor penentu, yaitu jenis kelamin, posisi sosial ekonomi, latar belakang etnis, masalah internalisasi, perilaku

(23)

agresif dan depresi/kecemasan. Hanya sedikit bukti yang tersedia pada 27 faktor penentu.

Keterkaitan dengan Disertasi

Untuk menigkatkan akses perawatan terhadap isu kesehatan mental, penting untuk mengidentifikasi karakteristik anak-anak yang lebih mungkin menerima perawatan dibandingkan dengan yang lain.

Pengetahuan ini dapat membantu menciptakan strategi pencegahan dan pengobatan yang lebih baik, memfasilitasi intervensi dini dengan menargetkan sub kelompok tertentu.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 10 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA) Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes

(24)

Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Suyadi, Issaura Dwi Selvi

Judul: Online learning and child abuse: the COVID-19 pandemic impact on work and school from home in Indonesia

Jurnal : Heliyon Halaman: 1-9

Tujuan Penelitian Studi ini menentukan hubungan pembelajaran online terhadap potensi kekerasan anak selama bekerja (WFH) dan sekolah dari rumah (SFH) karena

pandemi COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini difokuskan pada kekerasan yang dilakukan oleh orang tua yang mendampingi anak- anak mereka belajar di rumah sambil bekerja dari rumah. Stres terjadi karena meningkatnya tuntutan pekerjaan kantor dan kesulitan dalam mendampingi belajar anak. Faktor-faktor ini memiliki memicu kekerasan fisik, verbal, dan emosional anak, serta menelantarkan.

Teori

Kekerasan emosional merupakan perlakuan non-fisik yang tidak Nampak namun langsung dirasakan efeknya oleh anak. Kekerasan emosional menyakiti anak-anak secara mental sehingga berdampak pada pertumbuhan emosi mereka (Komber et al., 2019). Tindakan ini meliputi meremehkan, menyalahkan, mengancam, menakut-nakuti, mendiskriminasi, mengejek, menjelek-jelekan dan segala bentuk penolakan non-fisik lainnya. Kekerasan anak secara emosional ini melukai fungsi perilaku, social serta psikologis anak, menjadikan anak hidup dalam luka batin sepanjang waktu.

Metode Subjek penelitian : Sebanyak 317 responden tersebar di beberapa kota di Indonesia berpartisipasi dalam penelitian ini. Mereka terdiri dari orang tua yang dipilih secara terbuka berdasarkan kepemilikan anak usia 3–12 tahun.

Alat ukur : mengisi kuesioner yang dibagikan melalui Google Forms.

Berdasarkan pengalaman mereka mendampingi anak-anak dalam pembelajaran online, mereka sangat diharapkan untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Data responden datang dari berbagai daerah di Indonesia.

Analisis : Data kemudian dianalisis mengikuti Miles dan Huberman (2020) tahapan, meliputi reduksi, display, dan verifikasi. Kuesioner hasilnya disajikan dalam grafik batang. Selanjutnya, data rahasia

(25)

adalah

dianalisis dengan metode interpretasi.

Hasil Hasilnya menunjukan bahwa terdapat kekerasan atau pelecehan fisik, emosi serta verbal yang dialami anak selama proses belajar secara daring berlangsung. Hal ini terjadi karena anak-anak sering dianggap mengabaikan pelajarannya dan penyalahgunaan gawai. Di sisi lain, tingkat stress orang tua meningkat karena harus menjalani peran ganda sebagai orang tua dan guru.

Keterkaitan

dengan Disertasi Tingkat stress orang tua turut berkontribusi terhadap kekerasan kepada anak.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 11 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

(26)

Nama mahasiswa

/ NIM Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA) Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Vagner dos Santos, Paulo Henrique Dourado da Silva, Lenora Gandolfi

Judul: Parents’ use of physical and verbal punishment: cross- sectional study in underprivileged neighborhoods

Jurnal : J Pediatr (Rio J). 2018; 94(5) Halaman: 511---517

Tujuan Penelitian Penelitian ini juga menyelidik keterkaitan antara pengaruh sekolah dan pola asuh ibu terkait dengan Kesehatan mental anak dan remaja dengan semua bentuk atau metode pendisiplinan

Teori

Penggunaan disiplin fisik dan verbal yang keras oleh orang tua saat membesarkan anak tetap menjadi tantangan global di berbagai kelas sosial, budaya, bahasa, agama, dan etnis yang berbeda. Meskipun ada upaya untuk mengurangi jumlah, tingkat keparahan, dan konsekuensi dari kekerasan orang tua, sejumlah besar CA terus terkena pelecehan ini, terutama di kalangan keluarga berpenghasilan rendah.

Penghasilan rendah sangat terkait dengan pelecehan orang tua (yaitu, CA yang tinggal dalam keluarga dengan sumber daya ekonomi terbatas berisiko lebih tinggi terhadap disiplin yang keras). Namun, tidak sepenuhnya jelas mengapa dan bagaimana faktor-faktor ini terkait. Selain itu, CA yang dianiaya kehilangan lebih banyak hari sekolah daripada teman sebayanya yang tidak, dan dengan demikian kinerja sekolah mungkin muncul sebagai peristiwa penjaga yang terkait dengan pelecehan orang tua.

Metode

Subjek penelitian : Total, ada 401 rumah tangga dalam satu wilayah bertetangga. Penelitian ini berfokus pada peran ibu sebagai partisipan, atau orang dewasa yang terlibat langsung dalam pengasuhan anak. Pada akhirnya hanya ada 397 pastisipan yang berhasil peneliti ambil datanya.

Alat ukur : Penelitian ini dilakukan dengan metode cross-sectional (silang) di sekita wilayah ibukota Brazil, yaitu di dua wilayah kelas ekonomi bawah di kota Ceilândia. Karakter dari wilayah ini antara lain, kualitas hidup yang kurang baik, minim sumber daya sepertihanya terdapat satu sekolah, layanan Kesehatan yang tidak

(27)

memadai, dan transportasi umum yang tidak dapat diandalkan.

Analisis : Semua analisis dilakukan dengan menggunakan SAS/STAT (2011) versi 9.3. Analisis dilakukan sambil mempertimbangkan bobot strata dan klaster

Hasil

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian anak dan remaja (CA) telah terpapar metode pendisiplinan Moderate Verbal Dicipline (MVD) dan Moderat physical Dicipline (MPD) lebih dari tiga kali dalam tiga tahun terakhir. Ibu menggunakan MVD dan MPD lebih intents jika dibandingkan ayah. MVD seperti berteriak dan membentak serta MPD seperti memukul bokong adalah bentuk yang paling umum ditemui. Anak laki-laki juga didapati lebih sering menerima metode MVD, MPD bahkan HVD. Pada satu tahun terakhir, berteriak dan memukul adalah bentuk disiplin verbal dan fisik yang paling umum dan sering terjadi. MVD dan MDP terbukti signifikan meningkat menjadi HPD.

Gambaran yang lebih mungkin saja berkaitan dengan factor lingkungan sosial yang kurang mampu, minimnya sumber daya serta stress yang parah sehinga mengakibatkan pola pengasuhan yang tinggi resiko. Dengan demikian, prevelensi dalam kurun waktu satu tahun terakhir membuktikan bahwa keterbatasan ekonomi memiliki hubungan negative dengan kekerasan oleh orang tua. Ibu, lebih sering menggunakan pendisiplinan moderat dibandingkan ayah. Motivasi mereka yaitu orang tua ingin mengajarkan anaknya tentang hal yang benar dan salah. Penelitian menunjukan bahwa Kesehatan mental ibu yang buruk dan beban berlebih dalam rumah tangga dapat menyebabkan penggunaan metode pendisiplinan yang keras.

Keterkaitan dengan Disertasi

Artikel ini sangat bermanfaat untuk disertasi ini, orang tua menganggap bahwa metode verbal disipline dan physical disiplin merupakan salah satu pola asuh yang diterapkan para ibu pada anak- anaknya dan dianggap sebagai metode mendisiplinkan anak.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

(28)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 12 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa

/ NIM Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA) Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Chaiwat Rerkswattavorn, Wandee Chanprasertpinyo

Judul: Prevention of child physical and verbal abuse from traditional child discipline methods in rural Thailand

Jurnal : Heliyon 5 (2019) Halaman: 1-6

Tujuan Penelitian Untuk menyelidiki efek dari program pengasuhan tanpa kekerasan terhadap pengetahuan dan sikap subjek tentang kekerasan fisik dan verbal dalam pendisiplinan anak.

Teori

Pelecehan verbal adalah bentuk kekerasan interpersonal yang digunakan untuk mengerahkan kekuasaan atau kendali atas korban.

Pelecehan verbal memicu kesedihan, rasa sakit, dan kesusahan melalui intimidasi atau intimidasi serangan verbal dimaksudkan untuk mempermalukan, melecehkan, mempermalukan, menghina, atau mengancam orang yang rentan. Pelecehan verbal adalah salah satu bentuk pelecehan yang paling umum dan juga paling diabaika pada anak-anak. Sering kali hal itu dianggap sebagai bentuk

"pendisiplinan" atau "tangguh". cinta". Cara pandang yang jahil ini dapat menyebabkan anak mengalami konsekuensi yang menghancurkan. Paparan agresi verbal orang tua memiliki telah terbukti memberikan efek psikiatris merugikan yang bertahan lama Metode

Subjek Penelitian : Uji coba terkontrol secara acak ini mendaftarkan penduduk desa yang memiliki anak di bawah asuhan di daerah pedesaan Thailand.

Pengukuran : Penelitian ini dijadwalkan dalam tiga tahap berikut dengan interval 3 bulan: sebelum program (P0); 3 bulan setelah program (P1); dan 6 bulan setelah program (P2). Kami membandingkan pengetahuan dan sikap skor mata pelajaran pada setiap tahap. Instrumen penilaian dirancang dalam bentuk angket dan referensinya didasarkan pada panduan untuk disiplin yang efektif

(29)

dengan: American Academy of Pediatrics

Analisis: Semua analisis statistik dilakukan menggunakan IBM SPSS Statistics versi 22 untuk Windows. Variabel kategori hadir sebagai proporsi dan persentase. Variabel kontinu dikirim ke Uji Kolmogorov-Smirnov untuk memverifikasi distribusi normal dan disajikan sebagai deviasi standar rata-rata (SD). Membandingkan data kategorikal antara dua kelompok, analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan Chisquare uji. Karena masalah data terdistribusi non-normal, analisis pasangan dengan uji peringkat bertanda Wilcoxon dilakukan untuk membandingkan rata-rata skor pengetahuan dan sikap tentang kedisiplinan anak selama tahapan (P0 vs. P1, P1 vs. P2, dan P0 vs. P2) baik dalam intervensi atau kelompok kontrol. Signifikansi statistik diterima pada p-value <0,05. Ukuran efek dihitung dan diklasifikasikan sebagai kecil (d 0,2), sedang (d 0,5), dan besar (d 0,8) dengan menggunakan Cohen

Hasil

Sebanyak 85 subjek terdaftar dalam penelitian ini: 50,6% (n = 43) pada kelompok kontrol dan 49,4% (n = 42) dalam kelompok intervensi. Pada kelompok intervensi skor pengetahuan meningkat setelah dilakukan intervensi (P1), menurun 3 bulan kemudian (P2), tetapi masih lebih tinggi dari skor pada P0 (p = < 0,001). Skor sikap meningkat setelah intervensi di P1 dan dipertahankan di P2 (p =

<0,001). Pada kelompok kontrol, data tidak menunjukkan adanya perbedaan mengenai pengetahuan dan sikap terhadap disiplin anak.

Keterkaitan

dengan Disertasi Program parenting efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan mengubah sikap pada anak. Intervensi dapat diterapkan secara efektif di masyarakat pedesaan karena kesederhanaannya, kemudahan penggunaan, dan tidak ada teknologi yang diperlukan. Parenting ini dapat diimplementasikan sebagai salah satu wujud dukungan sosial yang penulis ambil pada disertasi ini.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(30)

Literature Review 13 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA) Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Michelle Maiuolo, Frank P. Deane, Joseph Ciarrochi Judul: Parental Authoritativeness, Social Support and Help-seeking for

Mental Health Problems in Adolescents

Jurnal : Journal of Youth and Adolescence (2019) 48 Halaman: 1056–1067

Tujuan Penelitian

Menganalisis hubungan dukungan sosial orang tua terhadap pencarian bantuan terkait kesehatan mental pada remaja.

Teori

Empat gaya pengasuhan utama diidentifikasi oleh Baumrind (1991) dan mereka dicirikan oleh level mereka tuntutan, digambarkan sebagai kemampuan orang tua untuk menetapkan batasan dan memantau perilaku, dan daya tanggap, digambarkan sebagai kemampuan orang tua untuk memberikan dukungan dan pengasuhan.

Berwibawa mengasuh anak terdiri dari keseimbangan antara tuntutan dan tanggap. Sebaliknya, otoriter pola asuh terdiri dari tingkat tuntutan yang tinggi dengan tingkat tuntutan yang rendah daya tanggap. Gaya pengasuhan permisif dicirikan oleh daya tanggap yang tinggi dan permintaan yang rendah, dan Gaya menolak-mengabaikan dibuktikan oleh orang tua yang tidak menuntut atau responsif

(31)

(Baumrind, 1991).

Metode

Subjek Penelitian: Data yang digunakan dalam penelitian ini dikumpulkan secara longitudinal dua tahun dari siswa yang menghadiri 17 sekolah Katolik di New South Wales dan Queensland yang berpartisipasi dalam Australian Character Study pada tahun 2013 dan 2014. sampel awal tahun 2013 terdiri dari 1720 siswa kelas 11.

Alat ukur: Sebuah kuesioner identik, dengan penambahan item penilaian pencarian bantuan, diberikan kepada kelompok siswa yang sama pada tahun 2014 dengan jumlah sampel 1582.

Analisis: Analisis gesekan dilakukan antara peserta yang menyelesaikan survei pada tahun 2013 dan 2014 (n = 1588) dan mereka yang tidak menyelesaikan survei 2014 (n = 132). Analisis gesekan membandingkan kedua kelompok pada variabel minat termasuk jenis kelamin, orang tua otoritas, dukungan sosial dari orang tua, dan psikologis kesejahteraan. Untuk jenis kelamin, tes chi- kuadrat menunjukkan tidak ada perbedaan dalam proporsi mereka yang memberikan data di keduanya poin waktu dibandingkan dengan mereka yang tidak menyediakan data untuk tahun 2014, X2 = 2,3, p = 0,13. Serangkaian uji-t sampel independen mengungkapkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pada semua variabel penelitian (semua ps > 0,05)

Hasil

Remaja mengalami tingkat masalah kesehatan mental yang tinggi tetapi enggan untuk mencari bantuan profesional. Orang tua memainkan peran integral dalam proses pencarian bantuan untuk anak-anak remaja mereka. Otoritas dan dukungan orang tua telah diidentifikasi sebagai berkontribusi pada hasil kesehatan mental yang lebih baik dan pengurangan hambatan mencari bantuan pada anak- anak mereka. Itu Studi saat ini meneliti pengaruh otoritas dan dukungan orang tua pada niat dan perilaku mencari bantuan di 1582 siswa (49% perempuan) di 17 sekolah (usia rata-rata = 17,7, rentang 16–18). Semua data tersedia untuk 1032 peserta di dua titik waktu yang dikumpulkan satu tahun terpisah. Indeks pengasuhan positif yang bersamaan dikaitkan dengan bantuan yang lebih besar mencari niat dari sumber profesional, bahkan ketika tekanan gender dan psikologis dapat dikendalikan.

Keterkaitan

dengan Disertasi Artikel ini sangat bermanfaat bagi disertasi saya. Dalam artikel ini terdapat informasi bahwa otoritas orang tua dan dukungan orang tua tidak memprediksi pencarian bantuan yang sebenarnya dinilai satu tahun kemudian. Studi tersebut menyoroti potensi peran orang tua dalam mempengaruhi pencarian bantuan dan menyarankan penelitian

(32)

lebih lanjut diperlukan pada variabel orang tua lainnya dan anteseden sosial untuk mencari bantuan.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

Literature Review 14 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Christina Kamis

Judul: The Long-Term Impact of Parental Mental Health on Children’s Distress Trajectories in Adulthood

Jurnal : Society and Mental HealthVolume 11, Issue 1, March 2021

(33)

Halaman: Pages 54-68 Tujuan

Penelitian Menganalisis hubungan lamanya paparan issue kesehatan mental orang tua pada peningkatan tekanan/stress anak saat tumbuh menjadi dewasa

Teori

Pengalaman ini membentuk lintasan kesehatan mental selama awal hingga pertengahan masa dewasa. Selain itu, penelitian ini memperluas pemahaman tentang masalah kesehatan mental orang tua dengan mengeksplorasi sumber heterogenitas penting dalam pengalaman ini. Hasil yang disajikan di sini memperkuat sifat stres yang terus-menerus terkait dengan kesehatan mental orang tua dan menggarisbawahi bahwa anak-anak dengan paparan yang lebih intens terhadap stresor ini berada pada risiko yang lebih besar dari tekanan yang meningkat selama masa dewasa.

Metode

Subjek Penelitian : Data penelitian ini berasal dari enam periode (2007-2017) Panel Study of Income Dynamics (PSID). PSID adalah sampel rumah tangga AS yang mewakili secara nasional.

Alat ukur: Kesehatan mental orang dewasa diukur menggunakan Skala Distres Psikologis Non-Spesifik K-6 pada setiap periode analisis. Skala ini adalah versi singkat dari skala K-10 yang awalnya dikembangkan oleh Kessler dan rekan (2003) dan mengukur seberapa sering responden merasa gugup, putus asa, gelisah/gelisah, bahwa segala sesuatunya adalah upaya, begitu sedih hingga tidak ada yang dapat menghiburnya/ dia bangun, dan / atau tidak berharga dalam 4 minggu terakhir. Kategori respons mencakup “tidak ada”, “sedikit”,

“beberapa”, “sebagian besar”, dan “sepanjang waktu”. Skor pada setiap item dijumlahkan untuk menghasilkan skala mulai dari 0 hingga 24. Karena mayoritas skor responden sangat rendah pada skala K-6, skor kesusahan dicatat untuk mengatasi kemiringan [yaitu, ln(“K-6”+1 )].

Analisis data: Analisis data panel Hasil

Dengan menggunakan enam gelombang data dari Panel Study of Income Dynamics (2007-2017) dan Childhood Retrospective Circumstances Study (2014) (N = 3.240), makalah ini memperkirakan bagaimana pengalaman masa kanak-kanak dengan masalah kesehatan mental orang tua membentuk lintasan stres anak di masa dewasa. . Temuan menunjukkan bahwa mereka yang mengalami kesehatan mental orang tua yang buruk secara konsisten memiliki tekanan yang lebih besar daripada rekan mereka yang tidak terpapar selama masa dewasa. Paparan yang lebih parah dan lebih

(34)

lama terhadap masalah kesehatan mental orang tua berhubungan dengan tekanan yang lebih besar di masa dewasa. Jenis kelamin orang tua yang menderita tidak memprediksi perbedaan dalam kesehatan mental orang dewasa, tetapi individu yang terpapar kesehatan mental ibu dan ayah yang buruk memiliki tekanan terbesar di masa dewasa. Bersama-sama, hasil menunjukkan bahwa kesehatan mental orang tua selama tahun-tahun formatif anak-anak merupakan prediktor signifikan dari tekanan hidup dan bahwa heterogenitas dalam pengalaman ini sesuai dengan lintasan kesehatan mental yang unik.

Keterkaitan

dengan Disertasi Penelitian ini sangat bermanfaat untuk penyusunan proposal disertasi saya. Adapun informasi yang didapatkan pada paper ini adalah mereka yang mengalami kesehatan mental orang tua yang buruk secara konsisten memiliki tekanan yang lebih besar daripada rekan mereka yang tidak terpapar selama masa dewasa. Paparan yang lebih parah dan lebih lama terhadap masalah kesehatan mental orang tua berhubungan dengan tekanan yang lebih besar di masa dewasa.

Sehingga pengalaman / stressor masa lampau turut berpengaruh pada kondisi kesehatan mental si anak saat beranjak dewasa.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(35)

Literature Review 15 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman Penulis: Divna M. Haslam, Amelia Tee, Sabine Baker

Judul: The Use of Social Media as a Mechanism of Social Support in

Parents

Jurnal : J Child Fam Stud (2017) 26 Halaman: 2026–2037

Tujuan

Penelitian Penelitian ini mengeksplorasi penggunaan media sosial orang tua dan memeriksa faktor-faktor potensial yang memotivasi penggunaan media sosial orang tua untuk dukungan sosial.

Teori

Metode

Subjek Peneliti: Sebanyak 523 orang tua dengan setidaknya satu anak berusia antara dua sampai 12 tahun (target anak) berpartisipasi dalam penelitian ini.

Alat ukur: Family background questionnaire (Sanders et al. 1999), Child adjustment and parent efficacy scale (CAPES) (Morawska et al.

2014), Multidimensional scale of perceived social support (MSPSS) (Dahlem et al. 1991)

Analisis :

Analisis data untuk uji hipotesis menggunakan regresi berganda.

Hasil

Meningkatnya penggunaan media sosial telah berubah kebiasaan

(36)

komunikasi di antara orang tua dan memberikan kesempatan untuk mengakses dukungan sosial secara online. Sebanyak 523 orang tua menyelesaikan survei online di seluruh Australia. Hasil yang ditunjukkan bahwa orang tua mendukung Facebook, situs web pengasuhan anak dan blog sebagai sumber media sosial yang paling sering digunakan. Mendapatkan informasi dan saran spesifik adalah peringkat teratas alasan orang tua mengakses media sosial untuk tujuan parenting. Serangkaian analisis regresi berganda dilakukan untuk menyelidiki prediktor penggunaan media sosial (Model 1) dan tingkat dukungan sosial online yang dirasakan orang tua (Model 2).

Keterkaitan

dengan Disertasi Analisis Model 1 mengungkapkan bahwa setelah mengendalikan untuk variabel demografis, penggunaan media sosial orang tua diprediksi oleh efikasi diri internet, persepsi terhadap media sosial dan dukungan online. Analisis Model 2 mengungkapkan bahwa setelah mengendalikan variabel demografis, persepsi orang tua terhadap media sosial, dan penggunaan mereka media sosial memprediksi tingkat dukungan sosial online, seperti bahwa semakin banyak orang tua menggunakan media sosial, semakin besar dukungan online yang mereka laporkan menerima. Ketidaksesuaian anak dan self-efficacy pengasuhan tidak memprediksi baik sosial penggunaan media atau dukungan sosial online. Hasilnya menunjukkan bahwa orang tua memang menggunakan media sosial untuk tujuan mengasuh anak, dan itu dapat berfungsi sebagai jenis dukungan sosial.

Ringkasan rancangan kebaruan / yang membedakan dengan yang sudah ditulis pada jurnal sebelumnya

Temuan baru yang akan dihasilkan dalam disertasi ini adalah model kesehatan mental orang tua guna mencegah kekerasan emosional terhadap anak berbasis dukungan sosial. Pada disertasi saya menekankan pada dukungan sosial dari keluarga dan kerabat dekat pada kesehatan mental orang tua sehingga dapat mencegah kekerasan emosional pada anak.

Paraf PA

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes NIP.19660215 200212 2 002

(37)

Literature Review 16 (minimal 25 jurnal internasional) Judul Materi

Kualifikasi

Model Kesehatan Mental Guna Mencegah Kekerasan Emosional Orang Tua Terhadap Anak Berbasis Dukungan Sosial

Nama mahasiswa / NIM

Silvia Nova/ 10211708320 Penasehat

Akademik (PA)

Dr. Shrimarti Rukmini Devy, Dra, M.Kes Penulis, Judul,

Jurnal, Halaman

Penulis: Mary I. Armstrong, Ph.D, Shelly Birnie-Lefcovitch, Ph.D and Michael T. Ungar, Ph.D.

Judul: Pathways Between Social Support, Family Well Being, Quality of Parenting, and Child Resilience: WhatWe Know

Jurnal : Journal of Child and Family Studies, Vol. 14, No. 2, June 2005 ( C _ 2005)

Halaman: 269–281 Tujuan

Penelitian Meninjau konstruksi kesejahteraan keluarga, kualitas pengasuhan anak, dan ketahanan anak serta menjelaskan jalur antara dukungan sosial orang tua, keluarga kesejahteraan, kualitas pengasuhan, dan ketahanan anak dalam keluarga dengan anak dengan masalah emosional yang serius.

Teori

Gottlieb (1983, p. 28) mendefinisikan dukungan sosial sebagai

“informasi verbal dan non-verbal atau saran, bantuan nyata, atau tindakan yang ditawarkan oleh keintiman sosial atau disimpulkan oleh kehadiran mereka dan memiliki efek emosional atau perilaku yang bermanfaat pada penerima.” Definisi ini membuat perbedaan konseptual antara yang berbeda kategori dukungan sosial (Antonucci

& Jackson, 1990; Gottlieb, 1983; Heller, Harga, & Hogg, 1990;

Pearlin, Lieberman, Menaghan, & Mullan, 1981). Jenis-jenisnya dukungan sosial meliputi instrumental, emosional, informasional, bantuan nyata, positif interaksi sosial, kasih sayang, dan harga diri (Cutrona & Suhr, 1992; Sherbourne & Stewart, 1991; Yu, Lee, &

Woo, 2004).

Referensi

Dokumen terkait