BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Perilaku konsumtif
a. Pengertian perilaku konsumtif
Menurut Sukari, dkk (2013) perilaku konsumtif adalah perilaku individu yang ditunjukkan untuk mengonsumsi secara berlebihan dan tidak terencana terhadap jasa dan barang yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan dan lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan, sehingga tanpa pertimbangan yang matang seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk macam- macam keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri.
Menurut Dikria & Mintarti (2016) perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana. Tidak terencananya pembelian barang atau jasa diakibatkan karena tidak membuat anggaran belanja yang didasarkan pada skala prioritasnya.
Perilaku konsumtif erat kaitannya dengan pembelian impulsif.
Menurut Fattah dkk., (2018) pembelian impulsive merupakan pembelian tanpa ada perencanaan yang muncul dengan dorongan yang kuat untuk membeli tanpa pikir panjang, muncul secara spontan, ada kesenangan
dan penuh gairah dalam membeli karena proses keputusan pembelian dibuat pada tingkat bawah sadar manusia. Menurut Tambunan dan Tulus dalam (Dikria dan Mintarti, 2016) perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal.
Perilaku konsumtif ini terkesan tidak memiliki manfaat yang baik bagi pelakunya, karena selain dapat menguras pendapatan tetapi juga dapat menimbulkan sifat boros.
Menurut Fattah dkk., (2018) menyatakan bahwa perilaku konsumtif sering terjadi pada remaja, hal ini berkaitan dengan sifat remaja yang masih dalam masa antara masa kanak-kanak dan masa dewasa. Remaja masih bersifat labil dan kurang dapat mengontrol dirinya sendiri. Tahapan peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa ini ditandai dengan perubahan dalam aspek fisik, sosial, dan psikologis. Perubahan tersebut bermuara pada upaya menemukan identitas diri. Menurut Sumartono dalam (Dikria dan Mintarti, 2016) perilaku konsumtif dapat diartikan sebagai suatu tindakan memakai produk yang tidak tuntas, artinya belum habis sebuah produk yang dipakai seseorang telah menggunakan produk jenis yang sama dari merek lainnya atau dapat disebutkan, membeli barang karena adanya hadiah yang ditawarkan atau membeli suatu produk karena banyak orang memakai barang tersebut.
Berdasarkan pendapat mengenai perilaku konsumtif di atas, yang dimaksud perilaku konsumtif dalam penelitian ini yaitu tindakan mahasiswa dalam mengkonsumsi barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan sehingga menimbulkan pemborosan dan pengeluaran yang tidak tepat guna. Remaja sering kali tidak dapat membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
b. Teori perilaku konsumtif
Behaviorism theory (Teori perilaku) yang dipelopori oleh Skinner (1981) menganggap bahwa semua perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan manusia berada (Cervone, Pervin, 2012). Rifa’I dan Anni (2012) mendefinisaikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku. Perilaku dalam belajar sifatnya bisa berwujud perilaku yang tampak (overt behavior) atau perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Dalam memahami teori perilaku dapat dilihat dari beberapa pendekatan, yaitu pendekatan psikodinamika (psychoanalytic theory), pendekatan behavioristik, dan pendekatan humanistic.
a) Pendekatan Psikodinamika (psychoanalytic theory)
Teori psikodinamika dipelopori oleh Freud (1856 – 1939).
Teori psikodinamika menjelaskan bahwa tingkah laku manusia adalah hasil tenaga yang beroperasi di dalam pikiran yang sering tidak disadari oleh individu (Fattah dkk., 2018) Menurut pendekatan psikodinamika ini tingkah laku manusia ditenukan dan dikontrol oleh
kekuatan psikologis, naluri-naluri irasional yang memang sudah ada sejak manusia itu dilahirkan.
b) Pendekatan Behavioristik
Pendekatan ini dicetuskan oleh Watson (1878 – 1958).
Asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa tingkah laku manusia sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan. Sikap dan perilaku yang ditampilkan menurut teori ini diartikan sebagai hasil belajar dan stimulus dari kondisi belajar sese orang pada masa lampau, seperti pengalaman belajar. Gagasan utama dalam aliran behavioristik ini adalah bahwa untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik, dan materrialistik, sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengondisian.
c) Pendekatan Humanistik
Teori humanistik muncul pada pertengahan abad ke-20 sebagai reaksi dari teori psikodimika dan teori behavioristik. Penganut teori ini antara lain adalah Rogers (1902 – 1987) dan Maslow (1908 – 1970). Tingkah laku bukan berasal dari ketidaksadaran dan bukan juga dari proses pengkondisian (conditioning). Teori ini menolak bahwa perilaku dipengaruhi oleh keadaan diluar diri manusia.
Manusia sebagai aktor utama dalam pembentukan perilaku bukan menjadi reaktor dari stimulus-stimulus yang berasal dari luar diri manusia.
Ferrinadewi dalam (Fattah dkk., 2018) menyatakan bahwa pada dasarnya teori behavioral merupakan proses belajar yang terjadi sebagai hasil respon konsumen terhadap peristiwa-peristiwa eksternal.
Respon terhadap stimuli eksternal merupakan hasil proses belajar yang terjadi dalam benak konsumen, terdiri dari 2 (dua) pendekatan, yaitu:
1) Classical Conditioning
Pendekatan ini berpendapat bahwa organisme termasuk manusia adalah bentuk yang pasif yang dapat dipertunjukkan sejumlah stimuli secara berulang-ulang. Hingga akhirnya stimulus tersebut terkondisikan dan manusia pasti akan menunjukkan respon yang sama untuk stimuli tersebut.
2) Instrumental Conditioning
Pendekatan ini terjadi ketika konsumen belajar untuk menghubungkan antara stimulus dengan respon tertentu ketika ada dorongan untuk melakukan hal tersebut. Artinya konsumen hanya akan menghubungkan stimulus dengan respon bila terdapat sesuatu yang mendorongnya atau insentif misalkan rasa puas, atau apa saja yang merupakan penghargaan atau hadiah baginya.
c. Ciri-ciri perilaku konsumtif
Konsumtif merupakan perilaku yang ditandai dengan timbulnya keinginan untuk mengkonsumsi suatu barang tanpa berpikir kegunaannya. Perilaku konsumtif tidak terlepas dari keputusan
pembelian dalam kehidupan sehari-hari. ciri-ciri perilaku konsumtif adalah perilaku pembelian tidak dilandasi pertimbangan, kepuasan pembelian hanya sesaat, konsumen merasa bersalah dan menyesal setelah membeli.
Menurut Sumartono (dalam Endang 2013) seseorang dikatakan konsumtif apabila:
1) Membeli produk karena iming-iming hadiah 2) Membeli produk karena kemasannya menarik
3) Membeli produk demi menjaga penampilan dan gengsi
4) Membeli produk atas pertimbangan harga bukan berdasarkan manfaat dan kegunaan
5) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan
6) Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi
7) Mencoba lebih dari dua produk sejenis tapi berbeda merek d. Indikator perilaku konsumtif
Selain itu, menurut Putri, dkk (2020) mengemukakan bahwa aspek-aspek sikap konsumtif merupakan indikator perilaku konsumtif.
Adapun indikator tersebut yaitu:
1) pembelian impulsif.
Pembelian barang yang semata-mata hanya didasari oleh hasrat yang tiba-tiba atau keinginan sesaat tanpa melalui pertimbangan dan perencanaan serta keputusan dilakukan di tempat pembelian.
2) Pemborosan.
Pembelian yang lebih mengutamakan keinginan daripada kebutuhan sehingga menyebabkan seseorang menggunakan uang untuk bermacam-macam keperluan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokok.
3) Mencari kesenangan.
Pembelian suatu barang yang bertujuan untuk mendapatkan pujian dari orang lain, berbelanja hanya untuk mencari kesenangan saja.
2. Literasi Keuangan
a. Pengertian literasi keuangan
Menurut Fattah dkk., (2018) Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok pada saat ini, karena pendidikan digunakan untuk menunjang proses kehidupan. Begitu pula proses dalam pemenuhan kebutuhan atau sering disebut dengan konsumsi. Pemenuhan kebutuhan memerlukan pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan keuangan supaya dalam mengkonsumsi tidak terjadi tindakan yang irasional. Ilmu keuangan telah diakui sebagai hal penting di berbagai negara.
Pemerintah di seluruh dunia tertarik untuk menemukan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan tingkat melek keuangan bagi warga
negaranya karena kurangnya literasi keuangan tersebar luas di berbagai kalangan termasuk remaja. Cara untuk meningkatkan literasi keuangan diantaranya adalah melalui penciptaan atau perbaikan strategi nasional untuk pendidikan keuangan dengan tujuan menawarkan kesempatan belajar melek keuangan di berbagai jenjang pendidikan.
Terdapat beberapa istilah dalam keuangan, seperti istilah financial literacy, financial knowledge , dan financial education. Houston (2010) dalam (Fattah dkk., 2018) mengatakan literacy memiliki arti kemampuan atas tiga hal yaitu: pemahaman (pengetahuan kata, operasi symbol, dan matematika), penggunaan (kamampuan membaca, menulis, dan mengalkulasi) yang berhubungan dengan prose, dokumen dan informasi kuantitatif.
b. Aspek-aspek literasi keuangan
Aspek yang digunakan dan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat literasi keuangan masih menjadi perdebatan di antara para ahli.
Belum ada instrument pasti yang menjadi dasar dalam mengukur tingkat literasi keuangan seseorang Fattah dkk., (2018).
c. Indikator literasi keuangan
Adapun indikator pada literasi keuangan menurut Yushita, (2017), antara lain :
1) Pengetahuan umum tentang keuangan
Menurut S.P Wagland dan S. Taylor (2009) dalam Yushita, (2017) , pengetahuan keuangan tentang mencakup pengetahuan
keuangan pribadi, yakni bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran, serta memahami konsep dasar keuangan. Konsep dasar keuangan tersebut mencakup perhitungan tingkat bunga sederhana, bunga majemuk, pengaruh inflasi, opportunity cost, nilai waktu uang, likuiditas suatu aset, dan lain-lain.
2) Tabungan dan pinjaman
Menurut Garman dan Forgue (2010:376) dalam Yushita, (2017), tabungan adalah akumulasi dana berlebih yang diperoleh dengan sengaja mengkonsumsi lebih sedikit dari pendapatan.
3) Asuransi
Menurut Mehr dan Cammack (1980:16) dalam Yushita, (2017), asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi risiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit eksposur (exposure) dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian, kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung.
4) Investasi
Menurut Garman dan Forgue (2010:376) dalam Yushita, (2017), investasi adalah menyimpan atau menempatkan uang agar bisa bekerja sehingga dapat menghasilkan uang yang lebih banyak. Cara yang sering digunakan seseorang dalam berinvestasi yakni dengan meletakkan uang ke dalam surat berharga termasuk saham, obligasi dan reksa dana, atau dengan membeli real estate.
3. Modernitas Individu
a. Pengertian modernitas individu
Modernitas Individu Perubahan manusia menuju ke arah yang lebih maju disebut modernisasi. Menurut Hardiman (2003) dalam (Kumalasari & Soesilo, 2019) “modernitas individu tampak sebagai peralihan dari situasi yang lebih primer, partisipasif, determinatif dan tertutup ke situasi yang lebih sekunder, distantif, kreatif dan terbuka”.
Mahasiswa banyak yang mengikuti tren fashion, belanja online, mengikuti perkembangan gadget bahkan berlibur di tempat-tempat yang terkenal. Selain itu, banyaknya pusat pembelanjakan juga menambah daya tarik mahasiswa untuk mengunjunginya. Hal ini dapat mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa.
Modernitas merupakan hasil dari sebuah proses rasionalisasi struktur yang membangun tingkatan rasionalitas yang tinggi ke dalam lembaga utama masyarakat.
b. Indikator modernitas individu
Modernitas memiliki beberapa indikator ndikator menurut Anita, dkk (2018:5) sebagai berikut :
1) Individu modern harus mempunyai keterbukaan terhadap hal yang sifatya baru
2) Individu modern harus siap menerima perubahan sosial
3) Harus mempunyai perencanaan yang jelas
4) Harus mempunyai keyakinan bahwa lingkungannya harus dapat diperhatikan
5) Mempunyai partisipasi yang tinggi dan percaya bahwa pendidikan adalah kebutuhan
6) Bersifat optimis dan tidak cepat menyerah 4. Uang Saku
a. Pengertian uang saku
Uang saku merupakan pendapatan yang diperoleh seorang anak dari orang tuanya, dimana uang saku ini dapat mempengaruhi bagaimana pola konsumsi seseorang (Wahyudi, 2017). Umumnya semakin tinggi uang saku, semakin tinggi pula kegiatan konsumsi seseorang. Menurut Fiqriyah (2016) uang saku merupakan uang yang diberikan oleh orang tua kepada anak yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhannya selama berada di sekolah. Pemberian uang saku akan memberikan pengalaman realistis dan secara langsung kepada anak dalam mengelola keuangannya.
Uang saku merupakan uang yang diberikan untuk membeli sesuatu yang diperlukan oleh pelajar dalam memenuhi kebutuhan seperti membeli alat tulis, makanan, minuman, dan lain sebagainya (Malikah, 2016).
Pengelolaan uang saku adalah manajemen mengalokasikan pendapatan berupa uang saku mahasiswa yang berasal dari orangtua yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari, setiap minggu
atau setiap bulan. Uang saku tersebut merupakan bentuk pengembangan tanggungjawab mahasiswa.
b. Indikator uang saku
. Menurut Indrianawati Entika (2018: 23) adapun yang menjadi indikator atau alat ukur dalam uang saku terdiri dari :
1) Literasi keuangan/Pemanfaatan uang saku
Literasi keuangan adalah seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan seseorang individu untuk membuat keputusan dengan sumber daya keuangan mereka.
2) Pemberian dari orangtua
Pemberian uang saku dari orangtua yang dalam periode tertentu mengharuskan seorang mahasiswa mengelola uang saku yang diterima dengan baik agar cukup memenuhi kebutuhan sampai periode yang ditentukan.
3) Penghasilan/Pendapatan sendiri
Penghasilan/Pendapatan adalah suatu tambahan ekonomis seseorang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Pendapatan yang diperoleh biasanya digunakan untuk konsumsi akibat perubahan gaya hidup.
5. Kontrol Diri
a. Pengertian kontrol diri
Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat digunakan dan dikembangkan oleh individu dalam menghadapi kondisi di
lingkungan sekitar. Menurut Gufron dan Rini (2010) dalam (Kumalasari & Soesilo, 2019) kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang membawa ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri dapat dijadikan pengendali tingkah laku sebelum mutuskan sesuatu untuk bertindak.
b. Indikator kontrol diri
Menurut Patty, dkk, (2016) Kontrol diri dapat diukur menggunakan empat aspek yaitu :
1) Kontrol terhadap pemikiran (kognitif) adalah kemampuan dari individu untuk mengendalikan pikiran sehingga menghasilkan sikap yang positif atau mengarah kepada perilaku yang objektif.
2) Kontrol terhadap impulse (dorongan hati) adalah kemampuan individu untuk mengendalikan diri serta bertindak secara bijak terhadap setiap dorongan hati negatif yang muncul secara tiba-tiba.
3) Kontrol terhadap emosi adalah kemampuan individu untuk memiliki kesadaran diri dalam hubungan dengan diri sendiri maupun dengan orang lain.
4) Kontrol terhadap unjuk kerja adalah kemampuan individu untuk memperoleh nilai yang lebih baik dalam jangka waktu panjang, karena mereka akan lebih baik dalam mengerjakan tugas tepat waktu, mencegah dari aktivitas-aktivitas untuk menunda-nunda waktu saat bekerja, belajar
dengan efektif, memilih mata pelajaran dengan tepat dan mampu menjaga emosi negatif yang merusak kinerja.
6. Lingkungan Teman Sebaya
a. Pengertian lingkungan teman sebaya
Menurut Hidayah & Bowo, (2018) Lingkungan teman sebaya tersebut merupakan lingkungan kedua yang sangat berpengaruh atas diri seseorang setelah lingkungan keluarganya, hubungan sosial terjadi di dalam lingkungan teman sebaya tersebut sehingga akan memberikan pengaruh terhadap seseorang. Dengan adanya interaksi yang terjadi pada lingkungan teman sebaya akan memberikan berbagai dampak pada seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif pada orang tersebut. Selain itu lingkungan teman sebaya juga menjadi lingkungan yang memberikan kenyamanan pada seseorang yang berada pada lingkungan teman sebaya tersebut. Hal itu juga terjadi pada mahasiswa, antar mahasiswa dalam lingkungan teman sebayanya merasakan kenyamanan apabila dapat saling bercerita, mulai dari masalah pribadi, pengalaman, penampilan, dan sebagainya yang akan memberikan pengaruh kepada mahasiswa lainnya pada lingkungan teman sebayanya.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Dewi (2017) pada mahasiswa menunjukkan adanya hubungan positif dan signifikan antara lingkungan teman sebaya dengan perilaku konsumtif pada mahasiswa.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pengaruh lingkungan teman sebaya maka semakin tinggi pula perilaku konsumtifnya. Dan
sebaliknya, semakin rendah pengaruh lingkungan teman sebaya, maka akan semakin rendah pula perilaku konsumtifnya.
b. Indikator lingkungan teman sebaya
Menurut Fitriani, (2020) variabel lingkungan teman sebaya terdiri dari lima indikator, yaitu :
1) Interaksi sosial yang dilakukan
2) Kebiasaan yang dilakukan teman sebaya 3) Keinginan meniru
4) Sikap solidaritas
5) Dorongan dan dukungan teman sebaya
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu No Peniliti, Tahun dan
Identitas Jurnal
Variabel Yang Digunakan
Hasil Penelitian
1 Kumalasari & Soesilo, (2019)
Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol.12, No.1, 2019
p-ISSN: 0216-7085 e-ISSN: 2579-3780
Variabel Independen:
Literasi Keuangan (X1), Modernitas Individu (X2), Uang Saku (X3) dan Kontrol Diri (X4)
Variabel Dependen:
Perilaku Konsumtif (Y)
1. literasi keuangan berpengaruh secara negatif terhadap perilaku konsumtif 2. Berdasarkan hasil
penelitian modernitas individu berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 3. Tingkat kepemilikan uang
saku mahasiswa berpengaruh terhadap perilaku konsumtif
4. Kontrol diri mahasiswa ternyata berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 2 Ciptasari et al., (2017) Variabel Independen: 1. Berdasarkan hasil
Jurnal Riset Pendidikan Ekonomi (JRPE)
Volume: 2, Nomor: 1 e-ISSN: 2540-9247
Literasi Keuangan (X1), Pengetahuan Ekonomi (X2), dan Modernitas Individu (X3)
Variabel Dependen:
Perilaku Konsumtif (Y)
analisis uji t, dikatakan bahwa terdapat
pengaruh negatif yang signifikan secara parsial antara literasi keuangan terhadap perilaku konsumtif
2. Hasil analisis uji t dikatakn bahwa terdapat ada
pengaruh yang signifikan secara parsial antara pengetahuan ekonomi terhadap perilaku konsumtif
3. Hasil analisis uji t, dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara modernitas individu terhadap perilaku konsumtif 3 Qurotaa’yun & Krisnawati
(2019)
Journal Accounting and Finance
Edisi Vol. 3 No. 1 E-ISSN 2581-1088
Variabel Independen : Pengaruh Literasi Keuangan (X1)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
Literasi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan negatif terhadap perilaku konsumtif
4
Dewi et al., (2017)
Journal of Economic Education
VOL 6 NO 1 p-ISSN 2301-7341 e-ISSN 2502-4485
Variabel Independen : Pengaruh Lingkungan Keluarga(X1), Teman Sebaya (X2), Pengendalian Diri (X3), dan Literasi Keuangan (X4).
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Ada pengaruh negatif dan signifikan lingkungan keluarga terhadap perilaku konsumtif
2. Ada pengaruh positif dan signifikan teman sebaya terhadap perilaku konsumtif
3. Ada pengaruh negatif dan signifikan literasi keuangan terhadap perilaku konsumtif 5 Pulungan & Febriaty, (2018)
Jurnal Riset Sains Manajemen Volume 2, Nomor 3, 2018
ISSN: 2597-4726
Variabel Independen:
Gaya Hidup (X1) Dan Literasi Keuangan (X2).
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. gaya hidup berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 2. literasi keuangan
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa
6 Romadloniyah & Setiaji, (2020)
Economic Education Analysis Journal 9 (1)
Variabel Independen : Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1),
1. status sosial ekonomi orang tua menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh status sosial
(2020)
p-ISSN 2252-6544 e-ISSN 2502-356X
Konformitas (X2), Dan Literasi Keuangan (X3)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
ekonomi orang tua terhadap perilaku konsumtif
2. konformitas menunjukkan bahwa secara parsial terdapat pengaruh konformitas terhadap perilaku konsumtif 3. Ada pengaruh Literasi
keuangan terhadap perilaku konsumtif
7 Mawo et al., (2017)
Journal of Economic Education
p-ISSN 2301-7341 e-ISSN 2502-4485
Variabel Independen : Pengaruh Literasi Keuangan (X1), Konsep Diri C(X2) dan Budaya (X3)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Literasi keuangan secara parsial berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumtif
2. Hasil penelitian menunjukan konsep diri berpengaruh terhadap perilaku konsumen 3. Hasil penelitian
menunjukan budaya berpengaruh terhadap perilaku konsumen
8 Prihastuty &
Rahayuningsih, (2018) Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Vol. 03, No. 02
E-ISSN : 2502-8308 P- ISSN : 2579-7980
Variabel Independen : Financial Literacy (X1), Financial Behavior (X2), Financial Attitude (X3), Dan Demografi (X4).
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Financial Literacy berpengaruh terhadap Perilaku Hasilnya adalah tidak berpengaruh secara signifikan
2. Financial Behavior berpengaruh terhadap Perilaku Konsumtif. Hasilnya adalah berpengaruh secara signifikan,
3. Financial Attitude berpengaruh terhadap perilaku KonsumtifHasilnya adalah berpengaruh secara signifikan
4. Demografi berpengaruh terhadap Perilaku
Konsumtif hasilnya adalah tidak berpengaruh secara signifikan
9. Halimatussakdiyah et al., (2019)
Journal of Economic Education
VOL 8 NO 1 p-ISSN 2301-7341 e-ISSN 2502-4485
Variabel Independen : Influence of Life Style (X1) and Financial Literacy (X2)
Variabel Dependen : Consumptive
Behavior (Y)
1. literasi keuangan berpengaruh terhadap perilaku konsumtif
2. Gaya hidup mempengaruhi perilaku konsumtif
10 Ridhayani & Johan, (2020) Journal of Consumer, Vol.
05, No. 01, 29-45
Variabel Independen : Financial Literacy (X1) and Reference Group
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi keuangan
E-ISSN:2460-89632020 toward (X2)
Variabel dependen : Consumptive Behavior (Y)
menunjukkan pengaruh negatif yang signifikan perilaku konsumtif 2. kelompok referensi
memiliki aberpengaruh positif signifikan terhadap perilaku konsumtif.
11 Rozaini & Sitohang, (2020) Jurnal Manajemen Bisnis Eka Prasetya (JMBEP) 2020, Vol. 6, No. 2
p-ISSN: 2477-6718 e-ISSN: 2716-3393
Variabel Independen : Pengelolaan Uang Saku (X1) Dan Modernitas (X2)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan variabel Pengelolaan Uang Saku terhadap Perilaku Konsumtif
2. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan variabel Modernitas terhadap Perilaku Konsumtif 12 Hidayah & Bowo, (2018)
Economic Education Analysis Journal (3 ) (2018)
p-ISSN 2252-6544 e-ISSN 2502-356X
Variabel Independen : Uang Saku (X1), Locus Of Control (X2), Dan Lingkungan Teman Sebaya (X3)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. terdapat pengaruh positif dan signifikan uang saku terhadap perilaku perilaku konsumtif 2. terdapat pengaruh negatif
dan signifikan locus of control terhadap perilaku perilaku konsumtif
3. terdapat pengaruh positif dan signifikan
lingkungan teman sebaya terhadap perilaku
konsumtif 13 Fauzziyah & Widayati
(2020)
Journal of Economic
Education and
Entrepreneurship 1 (1) (2020)
p-ISSN 2721-835X e-ISSN 2746-1076
Variabel Independen : Besaran Uang Saku (X1) Dan Lingkungan Teman Sebaya (X2)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. pengaruh besaran uang saku berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif
2. pengaruh lingkungan teman sebaya
berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif
14 Risnawati et al., (2018) Jurnal Pendidikan:
Teori, Penelitian, dan Pengembangan
Volume: 3 Nomor: 4 2018
Variabel Independen : Pendidikan Ekonomi Keluarga (X1), Gaya Hidup(X2),
Modernitas Individu (X3), dan Literasi Ekonomi (X4)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. ekonomi keluarga berpengaruh secara
langsung terhadap perilaku konsumtif.
2. gaya hidup tidak berpengaruh secara
langsung terhadap perilaku konsumtif
3. modernitas individu tidak berpengaruh secara
langsung terhadap perilaku konsumtif
4. tidak ada pengaruh langsung literasi ekonomi
terhadap perilaku konsumtif 15 Dikria & Mintarti, (2016)
Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol.09, No.2, 2016
p-ISSN: 0216-7085, e- ISSN: 2579-3780
Variabel Independen : Literasi Keuangan (X1) Dan Pengendalian Diri (X2)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Terdapat pengaruh negatif antara literasi keuangan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa
2. Terdapat pengaruh negatif antara pengendalian diri terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 16 Yudasella & Krisnawati,
(2019)
Jurnal Mitra Manajemen Vol. 3 No.6 Juni (2019) ISSN 2614-0365 e-ISSN 2599-087X
Variabel Independen : Literasi Keuangan (X1)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
Literasi Keuangan berpengaruh secara negatif signifikan terhadap Perilaku Konsumtif
17 Fattah et al., (2018) Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi Volume 4 Nomor 1 (2018)
p-ISSN 2548-8961 e- ISSN 2548-7175
Variabel Independen : Literasi Keuangan (X1) dan Pengendalian Diri (X2)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Literasi Keuangan memiliki hubungan yang negative signifikan terhadap perilaku konsumtif
2. pengendalian diri memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap perilaku konsumtif 18 Rozaini & Harahap
(2019)
NIAGAWAN Vol 8 No 3 November 2019
p-ISSN : 2301-7775 e- ISSN : 2579-8014
Variabel Independen : Mata Kuliah Ekonomi Syariah (X1), Dan Uang Saku (X2)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara mata kuliah ekonomi syariah terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 2. Terdapat pengaruh yang
positif dan signifikan antara uang saku terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 19 Mutrofin, (2018)
Jurnal Pendidikan Ekonomi, Vol.11, No.1, 2018
p-ISSN: 0216-7085, e- ISSN: 2579-3780
Variabel Independen : Pengaruh Status Sosisl Ekonomi Orang Tua (X1), Kontrol Diri (X2) Dan Respon Pada Iklan (X3)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Tidak terdapat pengaruh pada variabel status sosial ekonomi orang tua terhadap pola perilaku konsumtif Mahasiswa 2. Terdapat pengaruh yang
signifikan pada variabel kontrol diri terhadap pola perilaku konsumif Mahasiswa
3. Terdapat pengaruh yang signifikan pada variabel respon pada iklan terhadap pola perilaku konsumif Mahasiswa
20 Agusti & Selvia, (2019) Variabel Independen : 1. Variabel literasi ekonomi
NIAGAWAN Vol 8 No 2 Juli 2019
p-ISSN : 2301-7775 e- ISSN : 2579-8014
Literasi Ekonomi (X1) Dan Modernitas (X2)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
ada pengaruh negatif (tidak positif) dan signifikan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 2. Variabel modernitas ada
pengaruh negatif (tidak positif) dan signifikan terhadap perilaku konsumtif mahasiswa 21 Saidek et al., (2020)
Jurnal Ekonomi Syariah Volume 3, Edisi 2 (Desember 2020) e- ISSN:
2656-968X, p-ISSN:
2685-4228
Variabel Independen : Literasi Keuangan (X1)
Variabel Dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
Literasi keuangan memiliki pengaruh terhadap perilaku konsumtif
22 Rismayanti & Oktapiani, (2020)
Nusantara Journal of Economics Vol. 02 No. 02
Desember 2020
ISSN:2714-5204
Variabel Independen : Uang Saku (X1) dan Gaya Hidup (X2)
Variabel dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Uang Saku berpengaruh positif signifikan
terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa 2. Gaya Hidup berpengaruh
positif signifikan terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa
23 Nurachma & Arief, (2017) Economic Education Analysis Journal EEAJ 6 (2) (2017) p-ISSN 2252- 6544 e-ISSN 2502-356X
Variabel Independen : Status Sosial Ekonomi Orang Tua (X1) , Kelompok Teman Sebaya (X2) Dan Financial Literacy (X3)
Variabel dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
1. Ada pengaruh positif status sosial ekonomi orang tua terhadap perilaku
konsumtif
2. Ada pengaruh positif kelompok teman sebaya terhadap perilaku konsumtif
3. Ada pengaruh negatif financial literacy terhadap perilaku konsumtif
24 Tripambudi & Indrawati, (2018)
Jurnal Empati, April 2018, Volume 7 (Nomor 2), Halaman 189
Variabel Independen : Kontrol Diri (X1)
Variabel dependen : Perilaku Konsumtif (Y)
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara variable kontrol diri dengan variabel perilaku konsumtif
C. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Perilaku Konsumtif
Behaviorism theory (Teori perilaku) yang dipelopori oleh Skinner (1981) menganggap bahwa semua perilaku manusia dipengaruhi olih lingkungan manusia berada (Cervone, Pervin, 2012). Fattah dkk (2018) Behaviorism theory (Teori perilaku) terdapat pendekatan behavioristik, sikap dan perilaku yang ditampilkan menurut teori ini diartikan sebagai hasil belajar dan stimulus dari kondisi belajar seseorang pada masa lampau, seperti pengalaman belajar. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan tersebut berkaitan dengan literasi keuangan, karena pengalaman belajar membantu seseorang dalam perilaku konsumtifnya.
Menurut Huston (2010) dalam Fattah et al., (2018), literasi keuangan adalah keterampilan yang dapat membantu orang untuk membuat keputusan keuangan secara efektif. Individu yang melek finansial diharapkan memiliki kemampuan dalam mengatasi masalah keuangan sehari-hari dan membantu dalam mengambil keputusan keuangan. Individu dengan literasi keuangan yang rendah cenderung memiliki masalah dengan pengelolaan keuangan. Perilaku konsumtif merupakan cerminan dari sikap negatif dalam mengelola keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Kumalasari & Soesilo (2019), Mawo & Thomas, (2017), Dikria (2016), Fattah, & Indriayu (2018), Nurachma & Arief, (2017) menyatakan bahwa literasi keuangan berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumtif. Artinya, semakin tinggi tingkat literasi keuangan maka semakin rendah kecenderungan berperilaku konsumtif
2. Pengaruh Modernitas Individu Terhadap Perilaku Konsumtif
Berdasarkan Behaviorism Theory (Teori Perilaku) yang dipelopori oleh Skinner (1981) terdapat pendekatan behavioristik oleh John B Watson (1878-1958), dari teori ini adalah bahwa tingkah laku manusia dapat dikendalikan (Cervone, Pervin, 2012). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan pendekatan tersebut dengan modernitas mahasiswa. Semakin tinggi tingkat modernitas individu akan meningkat pula perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan mahasiswa mengikuti perkembangan zaman dan tidak ingin dianggap ketinggalan zaman, sehingga mereka mengkonsumsi barang atau jasa yang mereka seharusnya tidak butuhkan, namun hanya sebagai keinginan/kesenangan saja Kumalasari &
Soesilo (2019).
Menurut Zainal (2009) dalam Kumalasari & Soesilo (2019) yang mengatakan “ciri modernitas yang membawa dampak materialisme dewasa ini diwakili oleh kehadiran mall, fasilitas dan sarana pendidikan, tempat rekreasi, tempat hiburan, bioskop, perbankan, dan sebagainya”. Berdasarkan hasil penelitian Kumalasari & Soesilo (2019), Agusti dkk., (2019) modernitas individu berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif mahasiswa. Perkembangan zaman membuat mahasiswa masih belum bisa dalam bijak menyikapi perilaku konsumsi mereka. Hal ini dapat dilihat dari seringnya mahasiswa yang mengunjungi tempat-tempat pembelanjaan, bioskop dan tempat yang lagi tren. Berbagai dampak di timbulkan dari
kebiasaan ini yaitu perubahan pada budaya konsumsi yang mengarah ke perilaku konsumtif.
3. Pengaruh Uang Saku Terhadap Perilaku Konsumtif
Teori Keynes (Keynesian Consumption Model) Teori konsumsi Keynes (Putong : 2013) terkenal dengan teori konsumsi dengan Hipotesis Pendapatan Absolut (Absolute Income Hypothesis - AIH) yang pada intinya menjelaskan bahwa konsumsi seseorang dan atau masyarakat secara absolut ditentukan oleh tingkat pendapatan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan antara teori Keynes dan uang saku mahasiswa, Jika dikaitkan dengan penelitian ini maka besar kecilnya perilaku konsumtif mahasiswa sangat dipengaruhi oleh besarnya uang saku. Mahasiswa dengan uang saku yang semakin tinggi, maka menunjukkan perilaku konsumtif yang tinggi, sedangkan mahasiswa dengan uang saku yang semakin rendah, maka menunjukkan perilaku konsumtif yang rendah.
Menurut Hartanto (2016) “uang saku merupakan pendapat yang diperoleh seorang anak dari orang tuanya, dimana uang saku ini dapat mempengaruhi bagaimana pola konsumsi seseorang.Umumnya semakin tinggi uang saku, semakin tinggi pula kegiatan konsumsi seseorang”.
Berdasarkan hasil penelitian Kumalasari & Soesilo (2019), Fauzziyah &
Widayati (2020) uang saku berpengaruh positif terhadap perilaku konsumtif mahasiswa. Hal ini berarti apabila uang saku bertambah/tinggi, maka perilaku konsumtif akan bertambah/tinggi dan sebaliknya apabila uang saku berkurang/rendah, maka perilaku konsumtif akan berkurang/rendah.
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayah & Bowo (2018) bahwa uang saku memiliki pengaruh positif terhadap perilaku konsumtif. Dengan demikian, uang saku berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mahasiswa.
4. Pengaruh Kontrol Diri Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Behaviorism theory (Teori perilaku) yang dipelopori oleh Skinner (1981) terdapat pendekatan behavioristik oleh Watson (1878 – 1958), dari teori ini adalah bahwa tingkah laku manusia sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan dan bisa dikendalikan (Cervone, Pervin, 2012). Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan pendekatan tersebut dengan kontrol diri mahasiswa. Mahasiswa yang mempunyai kontrol diri yang tinggi akan cenderung mengendalikan perilaku konsumtifnya (Krisdayanti, 2020).
Kontrol diri yaitu kemampuan individu dalam mengontrol tindakan langsung terhadap lingkungan, pemahaman makna terhadap peristiwa dan kontrol terhadap alternatif suatu pilihan. Jadi, tinggi rendahnya konsumsi seseorang dilihat dari bagaimana mereka melakukan kegiatan konsumsi Mutrofin, (2018).
Berdasarkan hasil penelitian Kumalasari & Soesilo (2019), Hidayah
& Bowo, (2018) kontrol diri berpengaruh negatif terhadap perilaku konsumtif mahasiswa. Hal ini berarti semakin tinggi kontrol diri mahasiswa maka semakin rendah perilaku konsumtif. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Regina. C. M.Chita , dkk (2015) dalam
Kumalasari & Soesilo, (2019) mengatakan bahwa fase pada masa remaja menajdi 3 yaitu masa remaja awal (13-15 tahun), masa remaja madya (15-17 tahun) dan masa remaja akhir (17-21 tahun). Dalam fasae ini mahasiswa termasuk dalam fase akhir, dimana semakin bertambahnya usia seseorang maka akan semakin baik kontrol dirinya, sehingga mampu mempertimbangkan mana yang baik dan yang tidak baik.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tripambudi & Indrawati (2018) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikansi antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif.
Mahasiswa yang memiliki pengendalian diri yang baik akan mampu mengurangi perilaku konsumtif. Hal ini terjadi karena mahasiswa dapat mengontrol perilaku dan keputusannya. hingga dapat mengurangi perilaku konsumtif yang terjadi.
5. Pengaruh Lingkungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa
Behaviorism theory (Teori perilaku) yang dipelopori oleh Skinner (1981) menganggap bahwa semua perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan manusia berada (Cervone, Pervin, 2012). Dalam hal ini, dapat diartikan bahwa lingkungan teman sebaya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif mahasiswa. Artinya semakin tinggi pengaruh teman sebaya maka semakin tinggi pula perilaku konsumtifnya (Dewi et al., 2017)
Lingkungan teman sebaya merupakan lingkungan dimana remaja belajar untuk hidup bersama orang lain yang bukan anggota keluarganya, lingkungan teman sebaya merupakan suatu lingkngan yang baru, yang
memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada dalam lingkungan keluarga remaja. Dalam penelitian Hidayah & Bowo (2018), Fauzziyah & Widayati, (2020), Nurachma & Arief, (2017) Terdapat pengaruf positif lingkungan teman sebaya terhadap perilaku perilaku konsumtif mahasiswa. Hal ini berarti apabila hubungan dalam lingkungan teman sebaya semakin erat maka perilaku konsumtif mahasiswa dalam lingkungan teman sebaya tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika hubungan dalam suatu lingkungan teman sebaya semakin tidak erat maka perilaku konsumtif mahasiswa dalam lingkungan teman sebaya tersebut juga akan menurun
Berdasarkan teori dan penjelasan yang telah dipaparkan, keseluruhan konsep akan penelitian ini dapat disajikan dalam satu bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut:
H2(+) H1(-)
H3(+)
H4(-) H5(+)
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan teori-teori yang telah disusun, maka dapat disimpulkan hipotesis dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
H1 : Literasi Keuangan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Perilaku Konsumtif
H2: Modernitas Individu berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Konsumtif
H3 : Uang Saku berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Konsumtif
H4 : Kontrol Diri berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Perilaku Konsumtif
Perilaku Konsumtif (Y)
Kontrol Diri (X4) Uang Saku (X3) Modernitas Individu (X2)
Literasi Keuangan (X1)
Lingkungan Teman Sebaya (X5)
H5 : Lingkungan Teman Sebaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap Perilaku Konsumtif