Perpustakaan sekolah sendiri sebagai unit di sekolah harus mengikuti visi, misi dan tujuan lembaga. Struktur organisasi perpustakaan sekolah tentunya akan sangat berbeda dengan beberapa jenis perpustakaan yang telah dijelaskan di atas. Hal ini dikarenakan faktor-faktor kerja perpustakaan sekolah di perpustakaan sekolah tidak serumit yang dihadapi perpustakaan nasional, perpustakaan umum, dan perpustakaan perguruan tinggi.
Kenyataannya, masih banyak perpustakaan sekolah di Indonesia yang belum tersedia stafnya, sehingga tidak memungkinkan untuk mengembangkan struktur organisasi di perpustakaan itu sendiri. Pada perpustakaan sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah, kepala perpustakaan berada di bawah komando langsung direktur. Perbedaan utama struktur organisasi perpustakaan tingkat ini dengan perpustakaan sekolah dasar adalah pada bagian layanan teknologi informasi dan komunikasi.
Perpustakaan sekolah dapat menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perpustakaan, termasuk sumber daya manusia yang dimiliki oleh perpustakaan yaitu tenaga perpustakaan. Banyak perpustakaan sekolah saat ini yang masih belum memiliki jumlah pustakawan yang ideal, sehingga belum bisa beradaptasi dengan bentuk struktur organisasi di atas. Biasanya dapat dengan mudah dijumpai di perpustakaan khusus seperti rumah sakit, lembaga hukum, rumah ibadah dan lain-lain; dan perpustakaan sekolah.
Hal ini menyebabkan munculnya banyak pustakawan satu orang, termasuk saat ini di banyak perpustakaan sekolah di Indonesia (Wicaksono, 2013).
Latihan
Selain itu, masih banyak sekolah yang hanya memiliki satu pustakawan atau satu orang pustakawan yang bertanggung jawab atas seluruh pengelolaan perpustakaan sekolah. Tidak memiliki rekan kerja, sehingga akan sulit untuk meminta bantuan, nasehat atau berbagi dalam rangka tugas dan tanggung jawabnya. Diawasi dan dikoordinasikan dengan supervisor yang bukan pustakawan atau tidak memiliki latar belakang ilmu perpustakaan dan tidak banyak mengetahui pekerjaan pustakawan satu orang.
Diciptakan karena kondisi organisasi yang kurang baik, seperti kebutuhan finansial atau sumber daya manusia di perpustakaan, tidak dianggap sebagai kebutuhan utama organisasi.
Rangkuman
Tes Formatif
- Kompetensi Kependidikan
- Kompetensi Kepribadian
- Kompetensi
- Kompetensi Pengelolaan Informasi
Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional Nomor 10 Tahun 2017 tentang Standar Nasional Perpustakaan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menjelaskan siapa yang dapat mengangkat Kepala Perpustakaan…. Dalam struktur organisasi perpustakaan sekolah dasar yang bertanggung jawab atas pelayanan teknis dan pelayanan pengguna. Namun, pustakawan sekolah berperan dalam memilih dan mengembangkan koleksi perpustakaan sesuai dengan kurikulum yang diterapkan sekolah.
Sebagai pengelola, pustakawan sekolah mengelola semua sumber daya yang tersedia, termasuk anggaran yang diperlukan untuk mengembangkan program perpustakaan. Sedangkan perpustakaan khusus dan perpustakaan sekolah masih jarang karena sebagian besar perpustakaan tidak terlalu besar dan membutuhkan banyak sumber daya manusia. Keberadaan tenaga perpustakaan sekolah diatur lebih lanjut oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 25 Tahun 2008 tentang Standarisasi Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah.
Dalam lampiran peraturan ini dijelaskan bahwa perpustakaan kepala sekolah/madrasah dapat melalui jalur guru atau tenaga kependidikan. Sementara itu, kepala perpustakaan sekolah/madrasah melalui jalur tenaga kependidikan harus memenuhi salah satu syarat, yaitu memiliki gelar diploma dua (D2) Ilmu Perpustakaan dan Informasi bagi pustakawan dengan masa kerja minimal 4 tahun atau memiliki ijazah dua (D2) non-ilmu perpustakaan dan informasi dengan sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan/lembaga 4 tahun yang ditetapkan oleh negara dengan manajemen sekolah minimal. menghormati Selain itu, Peraturan ini juga menjelaskan kompetensi yang harus dimiliki oleh Kepala Sekolah/Perpustakaan Madrasah yaitu.
Anggaran
Anggaran perpustakaan sekolah dapat diartikan sebagai perkiraan atau perhitungan pendapatan atau penerimaan yang diterima perpustakaan sekolah dan daftar serta pengeluaran/pengeluaran yang dibutuhkan oleh perpustakaan sekolah dalam suatu periode (Sumiati et al., 2018). Penyusunan anggaran didasarkan pada rencana kegiatan atau program yang telah disiapkan sebelumnya oleh staf perpustakaan dan pemangku kepentingan, setelah itu dihitung biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Proses ini dilakukan oleh staf yang terlibat dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, termasuk kepala sekolah.
Oleh karena itu, pustakawan termasuk kepala perpustakaan sekolah harus memahami proses anggaran sekolah, jadwal siklus anggaran, dan kegiatan khusus perpustakaan sekolah sehingga kebutuhan perpustakaan dapat diketahui dengan baik dan dianggarkan ke dalam anggaran sekolah. Sumiati et al., (2018) menjelaskan bahwa unsur-unsur rencana anggaran perpustakaan sekolah dapat mencakup biaya pembelian sumber daya baru, seperti pembelian koleksi berupa buku, majalah, dan bahan rekaman lainnya; biaya promosi perpustakaan; biaya pembelian perlengkapan kantor dan keperluan administrasi; biaya berbagai kegiatan pameran dan promosi; serta biaya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, termasuk biaya perangkat keras dan perangkat lunak. Dalam pengelolaan perpustakaan sekolah, Standar Perpustakaan Sekolah Nasional mengamanatkan bahwa anggaran tahunan perpustakaan sekolah minimal 5% dari total anggaran sekolah tidak termasuk biaya staf dan pemeliharaan dan pemeliharaan gedung.
Tentunya banyaknya sumber pendanaan perpustakaan sekolah harus dimanfaatkan untuk memaksimalkan potensi yang ada agar perpustakaan mendapat dukungan material untuk mengoptimalkan layanannya. Sumber dana yang disediakan oleh perpustakaan sekolah baik secara mandiri maupun melalui peran sekolah secara umum dapat dibagi menjadi beberapa aspek. Pengembangan koleksi dapat dikaitkan dengan pengadaan koleksi baik kuantitatif maupun kualitatif di perpustakaan sekolah.
Perpustakaan sekolah sangat perlu untuk dapat cepat beradaptasi dengan kurikulum yang digunakan oleh sekolah. 2018) Dalam proses perencanaan kebutuhan anggaran perpustakaan sekolah, pegawai perpustakaan tentunya harus memperhatikan ketersediaan sumber daya eksternal, selain yang sudah dimiliki perpustakaan. Pada tahap ini, anggaran harus dialokasikan untuk pengembangan sumber daya tersebut, termasuk pengembangan rencana jangka panjang perpustakaan sekolah ke depan.
Keberadaan tenaga perpustakaan sekolah diatur lebih lanjut oleh pemerintah melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standarisasi Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah. Sumber anggaran perpustakaan sekolah dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau yayasan dan/atau sumbangan sukarela, termasuk dana dari tanggung jawab sosial perusahaan. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 29 menjelaskan bahwa tenaga perpustakaan terdiri dari dua golongan yaitu.
Gedung/Ruang Perpustakaan
Standar Nasional Perpustakaan Sekolah menekankan bahwa gedung/ruangan perpustakaan sekurang-kurangnya terdiri dari koleksi, ruang baca, ruang kerja, dan ruang multimedia. Sedangkan Standar Nasional Indonesia (SNI) menetapkan area pengumpulan 45%, area baca 25%, area staf 15% dan area lainnya 15%. Penyediaan area ruang harus ideal sesuai aturan atau pedoman yang ada agar fungsi perpustakaan dapat dimaksimalkan.
Perpustakaan sekolah harus berlokasi strategis, mudah diakses dari semua akses jalan dan tidak berisik. Dalam banyak kasus, perpustakaan sekolah tidak ditempatkan secara strategis, biasanya di belakang atau di sudut sekolah. Selain itu, tata ruang diatur sedemikian rupa sehingga kegiatan teknis atau staf perpustakaan juga dapat berjalan maksimal.
Di ruang pertemuan dan ruang baca, ruang isolasi harus diatur agar pengguna tidak saling mengganggu saat menggunakan perpustakaan. Perpustakaan harus mengatur warnanya agar tidak terang dan tidak suram, harus memperhatikan rambu-rambu dan petunjuk, dan harus mendapatkan dekorasi yang tidak berlebihan, sehingga dapat menarik pengunjung. Pencahayaan perpustakaan dapat memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan ruangan yang alami dan dapat dipadukan dengan lampu listrik yang tidak silau.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, ruang perpustakaan diatur dan dipisahkan antara ruang staf dan ruang pengguna. Pelaksanaan pekerjaan personel yang membutuhkan konsentrasi tinggi atau pekerjaan teknis lainnya harus ditempatkan di ruangan terpisah, tidak terlihat oleh pengguna.
Perabot & Perlengkapan
Seiring dengan perkembangan teknologi, beberapa perpustakaan sekolah telah mengganti pintu periksa manual dengan pintu periksa otomatis berbasis RFID (Radio Frequency Identification). Keberadaan lemari katalog kini sudah jarang digunakan oleh perpustakaan sekolah karena kebanyakan sudah beralih menggunakan katalog komputerisasi. Perpustakaan wajib menyediakan rak untuk koleksi majalah dan surat kabar karena tidak dapat digabungkan dengan koleksi cetak/umum berupa buku yang ada di perpustakaan.
Tentunya penyediaan perabot dan perlengkapan perpustakaan memerlukan perencanaan yang matang untuk memastikan bahwa perabot dan perlengkapan tersebut benar-benar dibutuhkan dan berfungsi dengan baik. Khusus untuk perpustakaan dengan anggaran yang sangat terbatas, perlu dilakukan inventarisasi perabot dan peralatan yang diperlukan. Termasuk kesesuaian peralatan dengan orang yang akan menggunakannya, baik pengguna maupun pejabat, serta ruang untuk furnitur dan peralatan.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan perabot dan perlengkapan di perpustakaan sekolah. satu. Perpustakaan harus menghitung dan dapat memprediksi perkembangan koleksi yang dikelolanya, sehingga dapat menyesuaikan inventaris dan peralatan yang diperlukan. b. Setiap jenis pelayanan tentunya membutuhkan perabot dan perlengkapan tertentu, dan tidak sama untuk setiap pelayanan.
Selain itu, untuk menentukan kebutuhan, juga perlu menghitung staf perpustakaan yang akan menempati setiap bagian atau layanan di perpustakaan. Menurut standar ini, perpustakaan sekolah menyediakan ruang sekurang-kurangnya 56 m2 untuk SD/MI, 126 m2 untuk SMP/MTS dan 168 m2 untuk SMA, MA, SMK, dan MAK. Selain menyediakan ruang yang ideal, perpustakaan sekolah juga harus menyediakan perabot dan perlengkapan yang berfungsi untuk menjamin keberlangsungan perpustakaan.
Selanjutnya tata ruang gedung/ruangan perpustakaan sekolah yang maksimal memperhatikan aspek luas ruangan, lokasi, perencanaan fisik, desain interior, pencahayaan, suhu dan kelembaban, lingkungan yang lebih hijau. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan perabot dan peralatan di perpustakaan sekolah: Jumlah dan jenis koleksi yang dimiliki, baik cetak maupun tidak, serta rencana pengembangan koleksi jangka menengah dan panjang.
Semua peralatan yang ada di perpustakaan dan fungsinya untuk mendukung berfungsinya perpustakaan disebutkan. Perpustakaan perlu menghitung dan dapat memprediksi perkembangan koleksi yang dikelolanya sehingga dapat menyesuaikan perabot dan perlengkapan yang diperlukan, hal ini merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan perabot dan perlengkapan perpustakaan di kawasan ini.