• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Praktikum Keperawatan Gawat Darurat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Modul Praktikum Keperawatan Gawat Darurat"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

PRAKTIKUM PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

(Emergency Nursing)

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS BINAWAN

2023

(2)

VISI DAN MISI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

A. VISI

Menjadi program studi pendidikan Profesi Ners yang berdaya saing global dan terdepan di Indonesia dengan Keunggulan Kesehatan Respirasi Tahun 2025

B. MISI

1. Melaksanakan pendidikan dan pembelajaran serta penelitian dan pengabdian masyarakat di bidang keperawatan sesuai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan menghasilkan lulusan yang mampu melakukan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan kesehatan respirasi, serta berkiprah secara aktif dalam pembangunan kesehatan tingkat nasional dan global.

2. Mengintegrasikan penelitian dan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan dosen dalam proses pembelajaran dalam bidang kesehatan dan keperawatan guna menunjang pengembangan ilmu, teknologi dan profesi perawat.

3. Menyelenggarakan tata kelola program studi yang kredibel, transparan, adil, dan bertanggung jawab yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan Tinggi 4. Menyediakan pelayanan pendidikan profesi ners yang bermutu dan komprehensif.

C. TUJUAN

1. Menghasilkan lulusan yang mampu melakukan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan kesehatan respirasi, serta berkiprah secara aktif dalam pembangunan kesehatan tingkat nasional dan global.

2. Menghasilkan karya ilmiah dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat serta bermanfaat bagi peningkatan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

D. STRATEGI

1. Peningkatan proses belajar mengajar yang menekankan kepada kemampuan asuhan keperawatan yang berkaitan dengan kesehatan respirasi, dengan peningkatan kompetensi dosen dan ketersediaan sarana prasarana yang komprehensif.

2. Peningkatan kualifikasi dan kompetensi dosen sebagai peneliti, dengan penyediaan unit khusus di fakultas (kasubag) dan tingkat universitas (LPPM) serta sarana publikasi jurnal ilmiah (Binawan Student Journal, Jurnal Impuls).

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya Modul Praktikum Keperawatan Gawat Darurat / Emergency Nursing ini dapat diselesaikan dan Alhamdulillah telah terbit. Modul Praktikum Emergency Nursing ini disusun untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembelajaran praktikum mahasiswa Program Studi Keperawatan Universitas Binawan sesuai dengan pedoman penilaian pencapaian kompetensi KKNI.

Modul Praktikum Keperawatan Gawat Darurat / Emergency Nursing dapat digunakan sebagai panduan bagi mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran praktikum mata kuliah Emergency Nursing. Modul ini menjelaskan tentang pembelajaran dalam kegiatan praktikum Keperawatan Gawat Darurat / Emergency Nursing. Setting pelaksanaan proses pembelajaran praktikum Emergency Nursing di Laboratorium atau dengan mempelajari kasus di tatanan klinis secara nyata. Mahasiswa diharapkan dapat berpikir kritis dalam melakukan proses asuhan keperawatan dengan memiliki kognitif skill, teknical skill dan personal skill dengan baik.

Penyusun mempunyai harapan besar modul ini dapat memberikan manfaat dan dapat membantu mahasiswa maupun dosen dalam memahami dan menyusun asuhan keperawatan sebelum praktik di Lapangan atau klinik. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan modul ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penyusun bersedia menerima saran dan kritik dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakan modul ini di kemudian hari. Semoga dengan adanya modul ini dapat membantu proses belajar mengajar dengan lebih baik lagi.

Penyusun

Tim Dosen

(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul………....i

Visi, Misi, Tujuan & Strategi Program Studi Pendidikan Profesi Ners ………...ii

Kata Pengantar……….iii

Daftar Isi ………..….. .iv

Daftar Gambar ……….v

Daftar Tabel……….vi

Pendahuluan A. Diskripsi Singkat………...………1

B. Relevansi………...…1

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah ……….1

D. Petunjuk Praktikum Bagi Mahasiswa………2

E. Petunjuk Bagi Pengajar/Fasilitator………2

Modul Praktikum Melakukan Triage…………...……….……….…3

Modul Praktikum Manajemen Jalan Nafas………..15

Modul Praktikum Pemasangan Bidai………...28

Modul Praktikum Pengambilan Darah……….40

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Head-tilt, Chin-lift Maneuver ………..……...17

Gambar 2.2. Jaw-thrust Maneuver dengan in-line immobilization……….18

Gambar 2.3. Oropharyngeal Airway………...19

Gambar 2.4. Nasopharyngeal Airway……….20

Gambar 2.5. Abdominal Thrust………...21

Gambar 2.6. Chest Thrust………21

Gambar 2.7. Back Blow………...22

Gambar 3.1. Bidai Keras………..………...28

Gambar 3.2. Bidai Traksi……….28

Gambar 3.3. Bidai Improvisasi………29

Gambar 3.4. Gendongan………..29

Gambar 3.5. Teknik Pembidaian Secara Umum………..32

Gambar 3.6. Teknik Pembidaian Lengan Atas………...…………..33

Gambar 3.7. Teknik Pembidaian Lengan Bawah……….34

Gambar 4.1. Bagan Gangguan Asam Basa………..42

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Klasifikasi Triage Berdasarkan Prioritas Perawatan………...………..6

Tabel 1.2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)………...7

Tabel 1.3. Langkah-langkah Tindakan Melakukan Triage………....9

Tabel 1.4. Checklist Tindakan Melakukan Triage………...11

Tabel 2.1. Checklist Tindakan Pembebasan Jalan Nafas Pada Pasien Tersedak…...…...25

Tabel 3.1. Checklist Tindakan Pemasangan Bidai………...36

Tabel 4.1. Nilai Gas Darah Arteri Normal………...41

Tabel 4.2. Gangguan-gangguan Asam Basa ………...41

Tabel 4.3. Langkah-Langkah Tindakan Pengambilan AGD………43

Tabel 4.4. Checklist Tindakan Pengambilan AGD………..48

(7)

PENDAHULUAN

A. Diskripsi Singkat

Mata kuliah Emergency Nursing akan memberikan analisis yang komprehensif tentang situasi keperawatan gawat darurat dari sudut pandang fisiologis, patologis dan psikososial. Mata kuliah ini berisi teori/konsep yang mendukung asuhan keperawatan gawat darurat termasuk konsep penyakit dan prinsip-prinsip penanganannya baik dari aspek medis maupun keperawatan serta memberikan informasi klinis dan teoritis terkini dan komprehensif di bidang perawatan gawat darurat. Panduan pembelajaran ini dirancang untuk membantu mahasiswa berpartisipasi aktif selama perkuliahan baik pembelajaran tatap muka maupun tutorial untuk membahas kasus kasus kegawatdaruratan.

B. Relevansi

Modul Praktikum Keperawatan Gawat Darurat / Emergency Nursing berisi pembelajaran praktikum pemberian Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan dengan mengaplikasikan ilmu biomedik seperti biologi, histologi, biokimia, anatomi, fisiologi, patofisiologi, ilmu keperawatan medikal bedah, ilmu penyakit dalam, farmakologi, nutrisi, bedah dan rehabilitasi. Sehingga prasyarat untuk mengikuti mata kuliah dan praktikum Emergency Nursing adalah mahasiswa harus menyelesaikan mata kuliah Anatomi Fisiologi, Pathofisiologi, Farmakologi, MSN 1, MSN 2, dan CMSN.

C. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah

1. Mahasiswa memahami konsep dan teori penyakit kegawatdaruratan dan asuhan keperawatan yang akan diberikan.

2. Mahasiswa memahami trend dan issue terkini dalam pemberian asuhan keperawatan pasien pada keadaan gawat darurat.

3. Mahasiswa mampu menerapkan konsep dan teori pada pasien gawat darurat.

D. Petunjuk Praktikum Bagi Mahasiswa

1. Mahasiswa berpakaian rapi dan menggunakan jas laboratorium saat praktikum.

2. Mahasiswa yang tidak menggunakan jas laboratorium tidak boleh mengikuti praktikum.

(8)

3. Mahasiswa yang akan melakukan praktikum harus berambut rapi dan pendek. Bagi mahasiswa yang berambut panjang harus menggunakan hairnet.

4. Dilarang berteriak atau membuat keributan saat jam praktikum di laboratorium.

5. Dilarang menggunakan handphone selama jam praktikum di dalam laboratorium.

6. Mahasiswa harus mengikuti instruksi dan prosedur sesuai dengan Modul Praktikum selama jam praktikum di laboratorium.

E. Petunjuk Bagi Pengajar/Fasilitator

1. Pahami Capaian Pembelajaran Mata Kuliah dalam modul ini.

2. Motivasi peserta didik untuk membaca dengan seksama materi yang disampaikan dan berikan penjelasan untuk hal-hal yang dianggap sulit;

3. Motivasi peserta didik untuk mengerjakan latihan-latihan/tugas terkait dengan materi yang dibahas;

4. Identifikasi kesulitan peserta didik dalam mempelajari modul terutama materi- materi yang dianggap penting;

5. Jika peserta didik mengalami kesulitan, mintalah peserta didik mendiskusikan dalam kelompok/kelas dan berikan kesimpulan;

6. Motivasi peserta didik untuk mengerjakan evaluasi proses pembelajaran untuk setiap materi yang dibahas dan mendiskusikannya dengan teman sejawat;

7. Bersama peserta didik dilakukan penilaian terhadap kemampuan yang dicapai peserta didik.

(9)

UNIVERSITAS BINAWAN

MODUL PRAKTIKUM MELAKUKAN TRIAGE

No. Dok : 01 SOP/UBN/KEP/23 No. Rev : 000 Tgl Berlaku : 07/03/2023 Hal : 1- 11

1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah :

Mahasiswa mampu melakukan tindakan penggunaan Triage secara benar.

2. Tujuan khususnya adalah setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

a. Menyebutkan pengertian Triage b. Menyebutkan tujuan Triage c. Menyebutkan prinsip Triage d. Menyebutkan tipe Triage

e. Menyebutkan klasifikasi dan penentuan prioritas Triage f. Menyebutkan alur dalam proses Triage.

g. Melakukan pengkajian dalam Triage h. Menetapkan masalah dalam Triage

i. Menentukan prioritas ancaman dalam Triage 3. Uraian Singkat Materi

a. Pengertian

Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien.

Penggunaan Triage mulai diterapkan di instalansi gawat darurat pada akhir tahun 1950 dan awal tahun 1960. Penggunaan triage di unit gawat darurat disebabkan oleh peningkatan jumlah kunjungan ke unit gawat darurat yang dapat mengarah pada

(10)

lamanya waktu tunggu penderita dan keterlambatan di dalam penanganan kasus- kasus kegawatan.

b. Tujuan Triage

Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi kondisi mengancam nyawa dan untuk menetapkan tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.Dengan triage tenaga kesehatan akan mampu :

1) Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien.

2) Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan lanjutan

3) Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses penanggulangan/pengobatan gawat darurat

c. Prinsip Triase

Didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat darurat. Dalam prinsip triase diberlakukan system prioritas, prioritas adalah penentuan/penyeleksian mana yang harus didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul dengan seleksi pasien berdasarkan :

1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit.

2) Dapat mati dalam hitungan jam.

3) Trauma ringan.

4) Sudah meninggal.

Pada umumnya penilaian korban dalam triage dapat dilakukan dengan:

1) Menilai tanda vital dan kondisi umum korban 2) Menilai kebutuhan medis

3) Menilai kemungkinan bertahan hidup 4) Menilai bantuan yang memungkinkan 5) Memprioritaskan penanganan definitive 6) Tag Warna.

(11)

Prinsip dalam pelaksanaan triase :

1) Triase seharusnya dilakukan segera dan tepat waktu 2) Pengkajian seharusnya adekuat dan akurat

3) Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

4) Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi 5) Tercapainya kepuasan pasien

d. Tipe Triage

1) Tipe 1 : Traffic Director or Non Nurse

• Hampir sebagian besar berdasarkan system triage.

• Dilakukan oleh petugas yang tak berijasah.

• Pengkajian minimal terbatas pada keluhan utama dan seberapa sakitnya.

• Tidak ada dokumentasi.

• Tidak menggunakan protocol.

2) Tipe 2 : Cek Triage Cepat

• Pengkajian cepat dengan melihat yang dilakukan perawat beregristrasi atau dokter.

• Termasuk riwayat kesehatan yang berhubungan dengan keluhan utama.

• Evaluasi terbatas.

• Tujuan untuk meyakinkan bahwa pasien yang lebih serius atau cedera mendapat perawatan pertama.

3) Tipe 3 : Comprehensive Triage

• Dilakukan oleh perawat dengan pendidikan yang sesuai dan berpengalaman 4 sampai 5 sistem katagori

• Sesuai protocol

e. Klasifikasi Dan Penentuan Prioritas

1) Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi :

Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat

(12)

Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan

Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat.

2) Klasifikasi berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi:

Tabel 1.1 Klasifikasi Triage Berdasarkan Prioritas Perawatan

KLASIFIKASI KETERANGAN

Gawat darurat (P1) Keadaan yang mengancam nyawa / adanya gangguan ABC dan perlu tindakan segera, misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran, trauma mayor dengan perdarahan hebat Gawat tidak darurat (P2) Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak

memerlukan tindakan darurat. Setelah dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya Darurat tidak gawat (P3) Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi

memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar, tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur minor / tertutup, sistitis, otitis media dan lainnya

Tidak gawat tidak darurat (P4) Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda klinis ringan / asimptomatis. Misalnya penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya

(13)

Tabel 1.2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)

KLASIFIKASI KETERANGAN

Prioritas I (Merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka bakar) tingkat II dan III > 25%

Prioritas II (Kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.

Penanganan dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.

Prioritas III (Hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan Prioritas 0 (Hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat

parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala kritis.

f. Alur dalam proses Triage

1) Pasien datang diterima petugas / paramedic UGD

2) Diruang triase dilakukan anamneses dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.

3) Bila jumlah penderita / korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).

4) Penderita dibedakan menurut kegawatannya dengan memberi kode warna :

Segera – Immediate (Merah). Pasien mengalami cedera mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Misalnya : Tension pneumothorax, distress pernafasan (RR<30x/menit), perdarahan internal, dll.

Tunda – Delayed (Kuning). Pasien memerlukan tindakan definitive tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan laserasi terkontrol,

(14)

fraktur tertutup pada ekstremitas dengan perdarahan terkontrol, luka bakar

<25% luas permukaan tubuh, dll.

Minimal (Hijau). Pasien mendapat cidera minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya : laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.

Expextant (Hitam). Pasien mengalami cidera mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dll.

Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna : merah, kuning, hijau, & hitam.

Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung diberikan pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah sakit lain.

Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase merah selesai ditangani.

Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan untuk pulang.

Penderita kategori triase hitam (meninggal) dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

a. Alat dan Bahan

• Gloves bersih (sesuai kebutuhan)

• Celemek/apron

• Masker

• Stetoskop

• Tensimeter

• Thermometer

• Penlight

• Jam tangan

• Pulpen/spidol

• Formulir Pengkajian

(15)

4. Langkah-langkah Tindakan

Tabel 1.3. Langkah-langkah Tindakan Melakukan Triage

No. Tindakan Keterangan

1 Mencuci tangan dan menggunakan Standard precautions.

2 Menerima pasien yang dating ke IGD sambal memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga.

3 Mempersilakan pasien berbaring serta mengatur posisi klien dengan tepat.

4 Mengkaji data subjektif kepada pasien dan keluarga yang meliputi :

• Identitas pasien

• Keluhan utama

• Riwayat penyakit

• Pengobatan yang dilakukan.

5 Mengkaji data objektif meliputi :

• Tingkat kesadaran

• Jalan nafas (Airways)

• Fungsi paru (Breathing)

• Sirkulasi (Circulation)

• Tanda Tanda Vital (Tekanan darah, Nadi, Suhu, RR)

6 Menganalisa untuk merumuskan masalah keperawatan dengan cepat dan tepat.

7 Menentukan prioritas triage pasien :

• Prioritas 1 (Merah)

• Prioritas 2 (Kuning)

• Prioritas 3 (Hijau)

• Prioritas 4 (Hitam)

8 Merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas diagnose keperawatan (bersifat

(16)

aplikatif dan independen/dependen sesuai kebutuhan pasien)

9 Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan prioritas diagnose keperawatan.

10 Melepaskan handscoon dan mencuci tangan 11 Mendokumentasikan dengan benar.

5. Latihan Soal

1) Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien tidak bernafas setelah dilakukan tindakan dengan membuka airway pasien bisa kembali bernafas, tetapi tidak bernapas spontan. Dikategori apakah pasien ini.

a. Kategori hijau b. Kategori hitam c. Kategori Merah d. Kategori kuning

2) Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien bernapas spontan, RR<30 x /menit, CRT< 2 detik, Nadi <100 x/menit dan setelah perawat memberi perintah mengangkat kedua tangan pasien dapat mengangkat kedua tangan tetapi dengan gerakan lambat dikategorikan apakah pasien ini.

a. Kategori hijau b. Kategori Kuning c. Kategori merah d. Kategori hitam

3) Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien bernapas dyspnea, RR<30 x /menit, CRT>2 detik, Nadi >100 x/menit. Dikategorikan apakah pasien ini.

a. Kategori hijau b. Kategori kuning c. Kategori Merah d. Kategori hitam

(17)

4) Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien tidak bernafas setelah dilakukan tindakan dengan membuka airway pasien masih tidak bernafas. Dikategorikan apakah pasien ini.

a. Kategori hijau b. Kategori Hitam c. Kategori merah d. Kategori kuning

5) Disuatu daerah yang terkena bencana tanah longsor terdapat 25 korban dengan luka-luka ringan,13 korban luka berat dengan perdarahan, 7 korban meninggal dan 9 orang tidak diketemukan. Untuk kode triage pada korban dengan luka ringan dengan warna?

a. Merah b. Kuning c. Hijau d. Hitam

6. Latihan Tindakan

a. Mahasiswa membaca dan mempelajari kasus dengan seksama.

b. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3-4 orang per kelompok.

c. Masing-masing melakukan ketrampilan yang dipelajari secara bergantian dengan atau tanpa pasien simulasi, dengan 1 orang sebagai perawat, 1 orang sebagai pasien, dan 1/2 orang sebagai pengamat dengan membawa checklist Tindakan Melakukan Triage.

Tabel 1.4. Checklist Tindakan Melakukan Triage

No.

Aspek Yang Dinilai

Sangat baik

Dengan Baik

Dengan arahan

Tidak Sesuai Arahan

Tidak Mampu

4 3 2 1 0

1 Mencuci tangan dan menggunakan Standard precautions.

(18)

2 Menerima pasien yang datang

ke IGD sambal

memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga.

3 Mempersilakan pasien berbaring serta mengatur

posisi klien dengan tepat.

4 Mengkaji data subjektif kepada pasien dan keluarga yang meliputi :

• Identitas pasien

• Keluhan utama

• Riwayat penyakit

• Pengobatan yang dilakukan.

5 Mengkaji data objektif meliputi :

• Tingkat kesadaran

• Jalan nafas (Airways)

• Fungsi paru (Breathing)

• Sirkulasi (Circulation)

• Tanda Tanda Vital (Tekanan darah, Nadi, Suhu, RR)

6 • Menganalisa untuk merumuskan masalah keperawatan dengan cepat dan tepat.

7 Menentukan prioritas triage pasien :

• Prioritas 1 (Merah)

• Prioritas 2 (Kuning)

(19)

• Prioritas 3 (Hijau)

• Prioritas 4 (Hitam) 8 Merencanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan prioritas diagnose keperawatan (bersifat aplikatif dan independen/dependen sesuai kebutuhan pasien) 9 Melakukan tindakan

keperawatan sesuai dengan prioritas diagnose keperawatan.

10 Melepaskan handscoon dan mencuci tangan

11 Mendokumentasikan dengan

benar.

TOTAL SCORE

Penilaian : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 = Σ maksimal skor

Maksimal Skor : 44

7. Latihan Pendokumentasian Tindakan Keperawatan TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nama Ruangan :

No.Rekam Medis : No. Kamar / Tempat Tidur :

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan Tanda Tangan

(20)

8. Referensi

Pusponegoro, D Aryono. 2010. Buku Panduan Basic Trauma and Cardiac Life Support, Jakarta : Diklat Ambulance AGD 118

Kartikawati, N.D. 2013. Buku Ajar Dasar-Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta : Salemba Medika

9. Status Dokumen

Proses Penanggung Jawab

Tanggal

Nama Tandatangan

1. Perumusan Dr.Ns. Aan Sutandi, S.Kep, M.N Dosen Pengampu

06/03/2023

2. Pemeriksaan

& Persetujuan

Dr. Ns. Aan Sutandi, S.Kep, M.N Ketua Program Studi Keperawatan

06/03/2023

3. Penetapan Dr. Aliana Dewi, S.Kp., M.N Dekan Fakultas

06/03/2023

(21)

UNIVERSITAS BINAWAN

MODUL PRAKTIKUM MANAJEMEN JALAN NAFAS

No. Dok : 02 SOP/UBN/KEP/23 No. Rev : 000 Tgl Berlaku : 07/03/2023 Hal : 1-12

1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah :

Mahasiswa mampu melakukan tindakan manajemen jalan nafas secara benar.

2. Tujuan khususnya adalah setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

a. Menyebutkan pengertian manajemen jalan nafas.

b. Menjelaskan tujuan fisioterapi dada.

c. Menyebutkan alat-alat yang diperlukan untuk fisioterapi dada.

d. Mendemonstrasikan latihan fisioterapi dada secara benar.

3. Uraian Singkat Materi a. Pengertian

Manajemen jalan nafas adalah prosedur medis yang dilakukan untuk mencegah obstruksi jalan napas untuk memastikan jalur nafas terbuka antara paru-paru pasien dan udara luar. Hal ini dilakukan dengan membuka jalan nafas atau mencegah obstruksi jalan napas yang disebabkan oleh lidah, saluran udara itu sendiri, benda asing, atau bahan dari tubuh sendiri, seperti darah dan cairan lambung yang teraspirasi.

Manajemen jalan nafas merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi dan membutuhkan keterampilan yang khusus dalam penatalaksanaan keadaan gawat darurat, oleh karena itu hal pertama yang harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula atau maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau berulang. Kejadian yang berupa kematian dini karena masalah airway seringkali masih dapat dicegah,

(22)

dan dapat disebabkan oleh kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway, ketidakmampuan untuk membuka airway, kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru, perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang, kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi dan aspirasi isi lambung.

Dalam airway manajemen terdapat tiga jenis airway definitif yaitu: pipa orotrakeal, pipa nasotrakeal, dan airway surgical (krikotiroidotomi atau trakeostomi) . Penentuan pemasangan airway definitif didasarkan pada penemuan-penemuan klinis antara lain adanya apnea, ketidakmampuan mempertahankan airway yang bebas dengan cara-cara yang lain, kebutuhan untuk melindungi airway bagian bawah dari aspirasi darah atau vomitus, ancaman segera atau bahaya potensial sumbatan airway, adanya cedera kepala yang membutuhkan bantuan nafas (GCS <8), ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi yang adekuat dengan dan pemberian oksigen tambahan lewat masker wajah.

b. Tujuan Manajemen Jalan Nafas

Membebaskan jalan napas untuk menjamin jalan masuknya udara ke paru secara normal sehingga menjamin kecukupan oksigenase tubuh.

c. Alat dan Bahan

• Gloves bersih (sesuai kebutuhan)

• Celemek/apron

• Masker

• Stetoskop

4. Langkah-langkah Tindakan

a. Teknik-teknik mempertahankan airway 1) Head-tilt

Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi terlentang dan horizontal, kecuali pada pembersihan airway dimana bahu dan kepala pasien harus direndahkan dengan posisi semilateral untuk memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda asing. Kepala diekstensikan dengan cara meletakkan

(23)

satu tangan di bawah leher pasien dengan sedikit mengangkat leher ke atas.

Tangan lain diletakkan pada dahi depan pasien sambil mendorong / menekan ke belakang. Posisi ini dipertahankan sambil berusaha dengan memberikan inflasi bertekanan positif secara intermitten.

Gambar 2.1. Head-tilt, Chin-lift Maneuver 2) Chin-lift

Jari - jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang, yang kemudian secara hati – hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut, ibu jari dapat juga diletakkan di belakang gigi seri (incisor) bawah dan, secara bersamaan, dagu dengan hati – hati diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan hiperekstensi leher. Manuver ini berguna pada korban trauma karena tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas rulang leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi patah tulang dengan cedera spinal.

3) Jaw-thrust

Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua tangan pada mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada angulus mandibula, jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri berada pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan kiri berada pada mentum mandibula. Kemudian mandibula diangkat ke atas melewati molar pada maxila.

(24)

Gambar 2.2. Jaw-thrust Maneuver dengan in-line immobilization 4) Oropharyngeal Airway

Indikasinya adalah untuk membebaskan sumbatan airway atas, mencegah pangkal lidah menyumbat airway, dan berfungsi sebagai bite-block pada penanganan jalan nafas yang lebih advance yakni proteksi pipa endotrakeal dan memfasilitasi suctioning oral dan faringeal.

Tekniknya yaitu posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Kemudian pilih ukuran pipa orofaring yang sesuai dengan pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-faring dari tragus (anak telinga) sampai ke sudut bibir. Masukkan pipa orofaring dengan tangan kanan, lengkungannya menghadap ke atas (arah terbalik), lalu masukkan ke dalam rongga mulut. Setelah ujung pipa mengenai palatum durum putar pipa ke arah 180 derajat. Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan kedua ibu jari tangan menekan sambil mendorong pangkal pipa oro- faring dengan hati-hati sampai bagian yang keras dari pipa berada diantara gigi atas dan bawah, terakhir lakukan fiksasi pipa orofaring. Periksa dan pastikan jalan nafas bebas (Lihat, rasa, dengar). Fiksasi pipa oro-faring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa, rekatkan plester sampai ke pipi pasien.

(25)

Gambar 2.3. Oropharyngeal Airway 5) Nasopharyngeal Airway

Indikasi :

Penggunaan nasopharyngeal airway optimal untuk pemeliharaan airway pada pasien-pasien setengah sadar ataupun tidak sadarkan diri. Alat ini lebih tidak mudah menyebabkan stimulasi gag reflex dan juga muntah pada pasien dibandingkan dengan penggunaan oropharyngeal airway dan tepat digunakan pada pasien yang giginya menggertak ataupun tidak mau membuka mulutunya.

Teknik :

Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Pilihlah ukuran pipa nasofaring yang sesuai dengan cara menyesuaikan ukuran pipa naso-faring dari lubang hidung sampai tragus (anak telinga). Pipa nasofaring diberi pelicin dengan KY jelly (gunakan kasa yang sudah diberi KY jelly). Masukkan pipa naso-faring dengan cara memegang pangkal pipa naso-faring dengan tangan kanan, lengkungannya menghadap ke arah mulut (ke bawah). Masukkan ke dalam rongga hidung dengan perlahan sampai batas pangkal pipa. Patikan jalan nafas sudah bebas (lihat, dengar, rasa).

(26)

Gambar 2.4. Nasopharyngeal Airway b. Membuka jalan nafas pada pasien tersedak

1) Heimlich Manuver/Abdominal Thrust (hentakan pada perut) merupakan teknik mengeluarkan benda asing pada pasien dewasa sadar, langkah – langkah sebagai berikut:

a) Langkah 1

• Memastikan pasien/korban tersedak, tanyakan” apakah anda tersedak?”

• Jika pasien/korban mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernafas serta dapat batuk, mintalah pasien/korban batuk sekeras mungkin agar benda asing dapat keluar dari jalan napas.

• Bila jalan napas pasien/korban tersumbat, dia tidak dapat berbicara, bernapas, maupun batuk dan wajah pasien/korban kebiruan (sumbatan total). Penolong harus segera melakukan langkah berikutnya.

b) Langkah 2

• Bila pasien/korban berdiri, penolong berdiri di belakang pasien/korban, bila pasien/korban duduk penolong berlutut dan berada di belakang pasien/korban.

• Letakkan satu kaki di antara kedua tungkaipasien/korban c) Langkah 3

Lingkarkan lengan anda pada perut pasien/korban dan caripusar

Letakkan 2 jari di atas pusar

Kepalkan tangan yang lain

(27)

Tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada dinding abdomen di atas dua jari tadi.

Minta pasien/korban membungkuk dan genggam kepalan tangan anda dengan tangan yang lain.

Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5 kali).

Periksa bilamana benda asing keluar setiap 5 kali hentakan.

Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau pasien/korban tidak sadar.

Gambar 2.5. Abdominal Thrust 2) Chest Thurst ( Hentakan Dada)

Berikut langkah-langkah manuver tepukan punggung dan hentakan dada pada bayi:

a) Posisikan bayi pada posisi menengadah dengan telapak tangan yang berada diatas paha menopang belakang kepala bayi dan tangan lainnya menekan dada bayi.

b) Lakukan manuver hentakkan (chest thrust) pada dada sebanyak lima kali dengan menggunakan jari tengah dan telunjuk tangan sejajar dengan putting susu bayi.

Gambar 2.6. Chest Thrust

(28)

3) Back Blow

Lalu, balikkan bayi sehingga bayi berada pada posisi menelungkup dan lakukan tepukan di punggung (back blow) dengan menggunakan pangkal telapak tangan sebanyak limakali.

Kemudian, dari posisi menelungkup, telapak tangan penolong yang bebas menopang bagian belakang kepala bayi sehingga bayi berada di antara kedua tangan kita (tangan satu menopang bagian belakang kepala bayi, dan satunya menopang mulut dan wajah

bayi).

Lakukan tepukan pada punggung bayi sebanyak 5 kali, lalu kembali lakukan manuver hentakan/dorongan pada dada bayi dengan posisi telungkup.

Gambar 2.7. Back Blow

c. Evaluasi

Salah satu cara yang paling umum dilakukan umtuk penilaian awal jalan nafas ini adalah “Look-Listen-Feel”.

1) Look artinya melihat gerakan dinding dada. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengembangan dinding dada, retraksi sela iga, trauma pada dinding dada atau leher, emfisema kutis, dan sianosis pada kulit.

2) Listen artinya mendengar aliran udara pernafasan segala perubahan sura harus diidentifikasi dengan baik, mulai dari kualitas, lokasi, atau bahkan ketiadaan suara nafas.

3) Feel yang dimaksud disini adalah merasakan aliran udara pernafasan. Pipi penolong yang biasanya didekatkan di depan rongga mulut pasien untuk

(29)

menilai aliran udara pernafasan. Kita juga harus menilai adanya sumbatan di rongga mulut pasien.

5. Latihan Soal

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan manajemen jalan nafas!

...

...

...

...

...

2) Sebutkan dan jelaskan teknik dalam mempertahankan jalan nafas!

...

...

...

...

...

3) Jelaskan istilah dari “Look-Listen-Feel” !

...

...

...

...

...

6. Latihan Tindakan

a. Mahasiswa membaca dan mempelajari kasus dengan seksama.

b. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3-4 orang per kelompok.

c. Masing-masing melakukan ketrampilan yang dipelajari secara bergantian dengan atau tanpa pasien simulasi, dengan 1 orang sebagai perawat, 1 orang sebagai pasien, dan 1/2 orang sebagai pengamat dengan membawa checklist Tindakan Pembebasan Jalan Nafas Pada Pasien Tersedak.

(30)

Tabel 2.1 Checklist Tindakan Pembebasan Jalan Nafas Pada Pasien Tersedak.

No.

Aspek Yang Dinilai

Sangat baik

Dengan Baik

Dengan arahan

Tidak Sesuai Arahan

Tidak Mampu

4 3 2 1 0

1 Memastikan pasien/korban tersedak, tanyakan” apakah anda tersedak?”

2 Jika pasien/korban mengiyakan dengan bersuara dan masih dapat bernafas serta dapat batuk, mintalah pasien/korban batuk sekeras mungkin agar benda asing dapat keluar dari jalan napas.

3 Bila jalan napas pasien/korban tersumbat, dia tidak dapat berbicara, bernapas, maupun

batuk dan wajah

pasien/korban kebiruan (sumbatan total). Penolong harus segera melakukan

langkah berikutnya.

4 Bila pasien/korban berdiri, penolong berdiri di belakang pasien/korban, bila pasien/korban duduk penolong berlutut dan berada di belakang pasien/korban.

5 Letakkan satu kaki di antara kedua tungkai pasien/korban.

(31)

6 Lingkarkan lengan anda pada perut pasien/korban dan cari pusar.

7 Letakkan 2 jari di atas pusar dan kepalkan tangan yang lain.

8 Tempatkan sisi ibu jari kepalan tangan pada dinding abdomen di atas dua jari tadi.

9 Minta pasien / korban membungkuk dan genggam kepalan tangan anda dengan

tangan yang lain.

10 Lakukan hentakan ke arah dalam dan atas (sebanyak 5

kali).

11 Periksa bilamana benda asing

keluar setiap 5 kali hentakan.

12 Ulangi abdominal thrust sampai benda asing keluar atau pasien/korban tidak sadar.

TOTAL SCORE

Penilaian : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 = Σ maksimal skor

Maksimal Skor : 48

(32)

7. Latihan Pendokumentasian Tindakan Keperawatan TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nama Ruangan :

No.Rekam Medis : No. Kamar / Tempat Tidur :

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan Tanda Tangan

8. Referensi

Advanced Trauma Life Support (ATLS) For Doctors.2015.8th Edition.

Alkatiri, J., Bakri Syakir. 2007. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S., dkk (editor). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

American Association of Nurse Anesthetists (2013). Standards for Nurse Anesthesia Practice Park Ridge, IL: American Association of Nurse Anesthetist

American College of Surgeons Comittee on Trauma. Advanced Trauma Life Support for Doctors (ATLS) Student Course Manual. 8th ed. Chicago, IL : American College of Surgeons ; 2009

Arifin, Zainal. 2012. Penenlitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Bingham, Robert M.; Proctor, Lester T.2008. Airway Management. Pediatric Clinics of North America. 55 (4): 873–886.

(33)

Lockey DJ, Crewdson K, Louis HM. Prehospital anesthesia; The same but different.

829160_

9. Status Dokumen

Proses Penanggung Jawab

Tanggal

Nama Tandatangan

1. Perumusan Ns. Puji Astuti Wiratmo, S.Kep, M.N Dosen Pengampu

06/03/2023

2. Pemeriksaan

& Persetujuan

Dr. Ns. Aan Sutandi, S.Kep, M.N Ketua Program Studi Keperawatan

06/03/2023

3. Penetapan Dr. Aliana Dewi, S.Kp., M.N Dekan Fakultas

06/03/2023

(34)

UNIVERSITAS BINAWAN

MODUL PRAKTIKUM PEMASANGAN BIDAI

No. Dok : 03 SOP/UBN/KEP/23 No. Rev : 000 Tgl Berlaku : 07/03/2023 Hal : 1-10

1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah :

Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan bidai secara benar.

2. Tujuan khususnya adalah setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

a. Menjelaskan pengertian pembidaian.

b. Menyebutkan jenis-jenis bidai.

c. Menjelaskan tujuan atau indikasi prosedur.

d. Menjelaskan prinsip-prinsip prosedur.

e. Menjelaskan langkah-langkah tindakan.

f. Mendemonstrasikan pembidaian secara benar.

3. Uraian Singkat Materi a. Pengertian

Seiring dengan kemajuan zaman, kasus traumatology cenderung meningkat.

Sehingga dokter atau pun perawat dituntut mampu memberikan pertolongan pertama pada pasien yang mengalami kecelakaan. Kasus-kasus traumatology tersebut sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti tergelincir saat berjalan atau saat turun tangga, bahkan patah tulang (fraktur) akibat kecelakaan lalu lintas yang bisa menyebabkan kematian.

Sebagian besar kasus traumatology membutuhkan pertolongan dengan pembidaian.

Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/trauma sistim musculoskeletal untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat (Stevens, 2015).

Pembidaian memegang peranan penting dalam memberikan pertolongan pertama dari trauma musculoskeletal, seperti fraktur ekstremitas, dislokasi sendi, dan sprain (terkilir). Pembidaian yang adekuat akan menstabilkan ekstremitas yang

(35)

mengalami trauma, mengurangi ketidaknyamanan pasien dan memfasilitasi proses penyembuhan jaringan. Tergantung kepada tipe trauma atau kerusakan, pembidaian dapat menjadi satu-satunya terapi atau menjadi tindakan pertolongan awal sebelum dilakukan proses diagnostik atau intervensi bedah lebih lanjut.

b. Jenis – jenis bidai 1) Bidai keras

Umumnya terbuat dari kayu, almunium, karton, plastic atau bahan lain yang kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang palik baik dan sempurna dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi syarat dilapangan. Contoh : bidai kayu

Gambar 3.1. Bidai Keras 2) Bidai traksi

Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang paha. Contoh : bidai traksi tulang paha

Gambar 3.2. Bidai Traksi

(36)

3) Bidai improvisasi

Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.

Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan improvisasi si penolong. Contoh : majalah, Koran, karton dan lain-lain

Gambar 3.3. Bidai Improvisasi 4) Gendongan / belat

Pembidaian dengan menggunakan gendongan dan bebat, umumnya dipakai mitela ( kain segitiga ) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai saran untuk menghentikan pergerakan daerah cedera. Contoh : gendongan lengan

Gambar 3.4. Gendongan

(37)

c. Tujuan / Indikasi Prosedur

Tujuan dilakukan pembidaian yaitu (Stevens, 2015) :

1) Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang yang patah.

2) Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh darah pada bagian distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang yang tajam.

3) Mengurangi nyeri

4) Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen.

5) Mengistirahatkan anggota badan yang patah.

d. Prinsip-Prinsip Prosedur Pembidaian Prinsip pembidaian yaitu (Stevens, 2015) :

1) Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur).

Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.

2) Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka pembidaian dilakukan apa adanya.

3) Pada trauma sekitar sendi, pembidaian harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal.

4) Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.

5) Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.

(38)

6) Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni pada beberapa titik yang berada pada posisi :

a) Superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur.

b) Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama.

c) Inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur.

d) Diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c).

7) Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada bagian yang cedera.

8) Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat.

9) Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

10) Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan kantong es secara berkala untuk mencegah “cold injury” pada jaringan lunak.

Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10 menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit ditinggikan posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

e. Alat dan Bahan

• Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat tetapi ringan.

• Mitela, perban elastis atau pembalut segitiga.

• Kasa steril.

• Hand scoen bersih

(39)

4. Langkah-langkah Tindakan

a. Teknik pembidaian secara umum

• Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap ke dalam.

• Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.

• Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.

• Lengan bawah digendong.

• Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk ke lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah digendong.

• Bawa korban ke rumah sakit.

Gambar 3.5. Teknik Pembidaian Secara Umum b. Teknik pembidaian pada lengan atas

Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi siku membentuk sudut 90%, dengan cara :

Letakkan kain sling di sisi bawalengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada bagian sisi lateral dinding thoraks.

(40)

Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas yang mengalami fraktur.

Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax (pada sisi medial).

Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan menggunakan kain yang lebar.

Gambar 3.6. Teknik Pembidaian Lengan Atas c. Teknik pembidaian pada lengan bawah

• Imobilisasi lengan yang mengalami cedera

• Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara siku sampai ujung telapak tangan

• Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera

• Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat sudut 90° terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan dan hati-hati.

• Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar berada dalam posisi fungsional

• Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel antara siku sampai ujung jari

• Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa pergelangan tangan sudah terimobilisasi

• Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

• Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

(41)

• Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :

• Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira membentuk sudut 10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

Gambar 3.7. Teknik Pembidaian Lengan Bawah 5. Evaluasi Tindakan

Tanyakan kepada pasien apakah sudah merasa nyaman dengan bidai yang dipasang, apakah nyeri sudah berkurang, apakah terlalu ketat atau terlalu longgar. Bila pasien masih merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas di bawah bidai. Longgarkan bidai jika dirasakan terlalu kencang. Lakukan re-evaluasi terhadap ekstremitas segera setelah memasang bidai, meliputi :

• Warna kulit

• Fungsi sensorik dan motorik ekstremitas.

• Pulsasi arteri

• Pengisian kapiler

Perawatan rutin terhadap pasien pasca pemasangan bidai adalah elevasi ekstremitas secara rutin, pemberian obat analgetika dan anti inflamasi, serta anti pruritik untuk mengurangi rasa gatal dan untuk mengurangi nyeri. Berikan instruksi kepada pasien untuk menjaga bidainya dalam keadaan bersih dan kering serta tidak melepasnya lebih awal dari waktu yang diinstruksikan dokter.

(42)

6. Latihan Soal

1) Jelaskan pengertian dari pembidaian ?

………

………

………

………

………

2) Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis bidai !

………

………

………

………

………

3) Sebutkan prinsip-prinsip prosedur pembidaian !

………

………

………

………

………

4) Sebutkan langkah-langkah teknik pembidaian secara umum !

………

………

………

………

………

7. Latihan Tindakan

a. Mahasiswa membaca dan mempelajari kasus dengan seksama.

b. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3-4 orang per kelompok.

(43)

c. Masing-masing melakukan ketrampilan yang dipelajari secara bergantian dengan atau tanpa pasien simulasi, dengan 1 orang sebagai perawat, dan 1/2 orang sebagai pengamat dengan membawa checklist tindakan pemasangan bidai.

Tabel 3.1 Checklist Tindakan Pemasangan Bidai

No.

Aspek Yang Dinilai

Sangat baik

Dengan Baik

Dengan arahan

Tidak Sesuai Arahan

Tidak Mampu

4 3 2 1 0

1 Identifikasi pasien menggunakan minimal dua identitas.

2 Jelaskan tujuan dan Langkah- langkah prosedur.

3 Siapkan alat dan bahan yang

diperlukan.

4 Cuci tangan dan pakai handscoon bersih

5 Atur posisi pasien senyaman mungkin.

6 Buka pakaian yang menutupi area fraktur.

7 Lakukan penghentian perdarahan dengan balut tekan, jika terjadi perdarahan.

8 Lakukan perawawatan luka,

Pada fraktur terbuka atau terdapat luka.

9 Periksa pulsasi, motorik dan

sensorik (PMS).

10 Pasang bidai melewati dua

sendi.

(44)

11 Fiksasi bidai dengan mitela atau perban elastis.

12 Periksa kembali pulsasi, motorik dan sensorik (PMS).

13 Lepaskan hand scoen dan cuci tangan.

14 Dokumentasikan prosedur yang telah dilakukan dan respons klien.

TOTAL SCORE

Penilaian : (Σ skor seluruh aspek yg dinilai) x 100 = Σ maksimal skor

Maksimal Skor = 56

8. Latihan Pendokumentasian Tindakan Keperawatan TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Nama Ruangan :

No.Rekam Medis : No. Kamar / Tempat Tidur :

Tanggal Waktu Tindakan Keperawatan Tanda Tangan

(45)

9. Referensi

Lukman N dan Nurna . 2012. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi Pada Praktik Klinik Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Reeves CJ, dkk. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Stevens, P.J.M., dkk. 2015. Pemberian Pertolongan Pertama dalam Ilmu Keperawatan.

EGC. Jakarta.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta:

Salemba Medika.

http://sekbid123.blogspot.com/2017/10/pembidaian.html

https://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2015/06/cedera-sistem-otot-dan- rangka.html

http://www.ensiklopediapramuka.com/2016

10. Status Dokumen

Proses Penanggung Jawab

Tanggal

Nama Tandatangan

1. Perumusan Ns. Harizza Pertiwi, S.Kep, M.N Dosen Pengampu

06/03/2023

2. Pemeriksaan

& Persetujuan

Dr. Ns. Aan Sutandi, S.Kep, M.N Ketua Program Studi Keperawatan

06/03/2023

3. Penetapan Dr. Aliana Dewi, S.Kp., M.N Dekan Fakultas

06/03/2023

(46)

UNIVERSITAS BINAWAN

MODUL PRAKTIKUM PENGAMBILAN DARAH AGD

No. Dok : 04 SOP/UBN/KEP/23 No. Rev : 000 Tgl Berlaku : 07/03/2023 Hal : 1 -11

1. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah :

Mahasiswa mampu melakukan tindakan pengambilan darah AGD secara benar.

2. Tujuan khususnya adalah setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu:

a. Menyebutkan pengertian AGD.

b. Menjelaskan tujuan & indikasi prosedur pengambilan darah AGD.

c. Menjelaskan prinsip-prinsip prosedur pengambilan darah AGD.

d. Menjelaskan Interpretasi Analisa Gas Darah

e. Mendemonstrasikan pengambilan darah AGD secara benar.

3. Uraian Singkat Materi a. Pengertian AGD

Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang bertujuan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah. AGD juga dapat digunakan untuk menentukan tingkat keasaman atau pH darah. Sel-sel darah merah mengangkut oksigen dan karbon dioksida yang juga dikenal sebagai gas darah ke seluruh tubuh. Saat darah melewati paru-paru, oksigen masuk ke dalam darah sementara karbon dioksida terlepas dari sel darah dan keluar ke paru-paru. Dengan demikian pemeriksaan analisa gas darah dapat menentukan seberapa baik paru-paru dalam bekerja memindahkan oksigen ke dalam darah dan mengeluarkan karbon dioksida dari darah.

Ketidakseimbangan antara oksigen, karbon dioksida, dan tingkat pH darah dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kondisi medis tertentu. Sebagai contoh pada gagal ginjal, gagal jantung, diabetes yang tidak terkontrol, pendarahan, keracunan zat kimia, overdosis obat, dan syok. Gas darah arteri memungkinkan

(47)

untuk pengukuran pH dan juga keseimbangan asam basa, oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.

Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.

Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu:

1) Mekanisme dapar kimia

Terdapat 4 macam dapar kimia dalam tubuh, yaitu: Sistem dapar bikarbonat- asam karbonat, Sistem dapar fosfat, Sistem dapar protein dan Sistem dapar haemoglobin.

2) Mekanisme pernafasan 3) Mekanisme ginjal

Mekanismenya terdiri dari: Reabsorpsi ion HCO3-, Asidifikasi dari garam- garam dapar dan Sekresi ammonia.

b. Tujuan & Indikasi Prosedur

1) Tujuan dilakukan analisa gas darah adalah untuk:

• Menilai fungsi respirasi (ventilasi)

• Menilai kapasitas oksigenasi

• Menilai keseimbangan asam-basa

• Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel

• Efisiensi pertukaran O2 dan CO2

• Mengetahui kadar CO2 dalam tubuh

• Memperoleh darah arterial untuk analisa gas darah atau test diagnostic yang lain.

(48)

2) Indikasi

• Gangguan fungsi paru

• Gangguan fungsi jantung

• Gangguan fungsi ginjal

c. Prinsip-prinsip Prosedur

1) Memeriksa fungsi organ paru yang menjadi tempat sel darah merah mengalirkan oksigen dan karbon dioksida dari dan ke seluruh tubuh.

2) Memeriksa kondisi organ jantung dan ginjal, serta gejala yang disebabkan oleh gangguan distribusi oksigen, karbon dioksida atau keseimbangan pH dalam darah,

3) Pada pasien penurunan kesadaran, gagal nafas, gangguan metabolik berat.

4) Tes ini juga dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas untuk memonitor efektivitasnya

d. Interpretasi Analisa Gas Darah

Tabel 4.1. Nilai Gas Darah Arteri Normal

No. Parameter Sampel arteri

1 pH 7,35-7,45

2 PaCO2 35-45 mmHg

3 PaO2 80-100 mmHg

4 Saturasi Oksigen 95-100%

5 HCO3 22-26 mEq/L

Tabel 4.2. Gangguan-gangguan asam-basa

No. Gangguan PaCO2 HCO3 pH

1 Asidosis Respiratorik ↑ Normal atau ↑ ↓

2 Alkalosis Respiratorik ↓ Normal atau ↓ ↑

3 Asidosis Metabolik Normal atau ↓ ↓ ↓

4 Alkalosis Metabolik Normal atau ↑ ↑ ↑

(49)

Nilai normal dan interpretasi tiap komponen:

1) pH

Rentang nilai normal : 7,35 – 7,45 Asidosis : <7,35 Alkalosis : >7,45 2) PaO2

Rentang nilai normal : 80 – 100 mmHg Hipoksemia ringan : 70 – 80 mmHg Hipoksemia sedang : 60 – 70 mmHg Hipoksemia berat : <60 mmHg 3) SaO2

Rentang nilai normal : 93% – 98%

Bila nilai SaO2 >80% sudah dapat dipastikan bahwa darah diambil dari arteri, kecuali pada gagal napas.

4) PaCO2

Rentang nilai normal : 35 – 45 mmHg

Asidosis respiratorik : >45 mmHg (pH turun) Alkalosis respiratorik : <35 mmHg (pH naik) 5) HCO3

Rentang nilai normal : 22 – 26 mEq/L

Asidosis metabolic : <22 mEq/L (pH turun) Alkalosis metabolic : >26 mEq/L (pH naik) 6) BE

Rentang nilai normal : -2 s/d +2 mEq/L Nilai –(negative) : asidosis Nilai + (positif) : alkalosis BE dilihat saat pH normal.

(50)

Gambar 4.1. Bagan Gangguan Asam Basa e. Alat dan Bahan

• Antiseptik (kapas alkohol)

• Kassa steril

• Spuit yang steril ukuran 3 cc

• Heparin

• Kontainer atau es

• Sarung tangan

• Pengalas

• Bengkok

• Plester dan gunting

• Label bertuliskan data identitas pasien

• Formulir laboratorium

4. Langkah-langkah Tindakan

Tabel 4.3. Langkah-Langkah Tindakan Pengambilan AGD

No. Langkah Tindakan Keterangan

1. Cek catatan medik dan Siapkan formulir laboratorium

2. Cuci tangan

3. Siapkan alat dan bahan

(51)

4. Beri salam, panggil pasien dengan namanya serta jelaskan tujuan dan prosedur.

5. Atur posisi pasien agar nyaman 6. Pakai handscoen bersih

7. Palpasi arteri radial atau brachial dengan jari tangan. Tentukan daerah pulsasi maksimal

8. Stabilisasikan arteri radial dengan melakukan hiperekstensi pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku

9. Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah

10. Pegang kapas alkohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi.

Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dari daerah penusukan 11. Masukkan jarum, dengan sudut 45o-

90o (sesuai dengan lokasi), langsung ke dalam arteri

12. Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang teriihat seperti

"denyutan". Hentikan menusukkan jarum lebih jauh bila teriihat

"denyutan" ini.

(52)

13. Pertahankan posisi dan tunggu sampai terkumpul 2-3 ml (atau sesuai kebutuhan) darah ke dalam spuit.

14. Letakkan kapas alkohol di atas daerah penusukan dan tank jarum;

lakukan penekanan sesegera mungkin dengan menggunakan kapas alkohol tersebut.

15. Keluarkan udara dari spuit;

lepaskan jarum dan buang

16. Ujung jarum ditusukkan ke dalam gabus

17. Pasang label identitas (nama pasien, tanggal, jam, suhu tubuh saat pengambilan, ruangan) di spuit 18. Pelihara kontinuitas penekanan

selama 5 menit (atau selama 10 menit bila klien menerima antikoagulan)

19. Bersihkan daerah penusukan dengan kapas alcohol

20. Monitor tempat penusukan terhadap adanya perdarahan dengan melakukan inspeksi dan palpasi 21. Lakukan balutan tekan (pressure

dressing) jika perdarahan berlanjut 22. Rapihkan peralatan, Lepas

handscoen dan Cuci tangan 23. Dokumentasi

(53)

5. Evaluasi

Saat setelah dilakukan pengambilan darah AGD pasien akan merasa nyeri dan tidak nyaman pada saat pengambilan darah hingga beberapa menit setelahnya, karena pembuluh darah arteri cukup sensitif. Pasien disarankan tidak langsung meninggalkan ruangan untuk memantau hal yang mungkin terjadi, seperti pusing, mual, atau pingsan sesaat setelah darah diambil. Biasanya, pasien dapat menerima hasil tes sekitar 15 menit setelah pengambilan darah. Jika diperlukan analisa lebih lanjut, hasil akan diberikan kepada dokter yang merujuk.

6. Latihan Soal Kasus

Interpretasikan hasil AGD dibawah ini ! 1) pH : 7,59

PaO2 : 89 mmHg PaCO2 : 30 mmHg HCO3 : 24 mEq/L BE : +3

SaO2 : 96%

………

………

………

………

………

2) pH : 7,21 PaO2 : 56 mmHg PCO2 : 51mmHg HCO3 : 18 mEq/L BE : -8

SaO2 : 90%

………

………

………

………

………

(54)

3) pH : 7,19 PaO2 : 65 mmHg PaCO2 : 28 mmHg HCO3 : 14 mEq/L BE : -10 SaO2 : 89%

………

………

………

………

………

4) pH : 7,36 PaO2 : 76 mmHg PaCO2 : 56 mmHg HCO3 : 30 mEq/L BE : -4

SaO2 : 92%

………

………

………

………

………

5) pH : 6,84 PaO2 : 55 mmHg PaCO2 : 55 mmHg HCO3 : 18 mEq/L BE : -6

SaO2 : 70%

………

………

………

(55)

………

………

6) pH : 7,60 PaO2 : 90 mmHg PaCO2 : 35 mmHg HCO3 : 30 mEq/L BE : +4

SaO2 : 96%

………

………

………

………

………

7. Latihan Tindakan

a. Mahasiswa membaca dan mempelajari kasus dengan seksama.

b. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk mencoba ketrampilan dengan membentuk kelompok kecil mahasiswa yang terdiri dari 3-4 orang per kelompok.

c. Masing-masing melakukan ketrampilan yang dipelajari secara bergantian dengan pasien simulasi, dengan 1 orang sebagai perawat, dan 1/2 orang sebagai pengamat dengan membawa checklist Tindakan pengambilan AGD.

Tabel 4.4. Checklist Tindakan Pengambilan AGD

No.

Aspek Yang Dinilai

Sangat baik

Dengan Baik

Dengan arahan

Tidak Sesuai Arahan

Tidak Mampu

4 3 2 1 0

1 Cek catatan medik dan Siapkan formulir laboratorium 2 Cuci tangan

3 Siapkan alat dan bahan

(56)

4 Beri salam, panggil pasien dengan namanya serta jelaskan tujuan dan prosedur.

5 Atur posisi pasien agar nyaman

6 Pakai handscoen bersih 7 Palpasi arteri radial atau

brachial dengan jari tangan.

Tentukan daerah pulsasi maksimal

8 Stabilisasikan arteri radial

dengan melakukan

hiperekstensi pergelangan tangan; stabilisasi arteri brakialis dengan melakukan hiperekstensi siku

Disinfeksi daerah penusukan di sekitar pulsasi maksimal dengan kapas alkohol dengan gerakan sirkuler dari dalam ke luar atau dengan usapan satu arah

9 Pegang kapas alkohol dengan jari tangan dan palpasi pulsasi lagi. Pertahankan jari tangan di daerah proksimal dari

daerah penusukan

10 Masukkan jarum, dengan sudut 45o- 90o (sesuai dengan lokasi), langsung ke dalam

arteri

11 Perhatikan masuknya darah ke dalam spuit yang teriihat

Gambar

Tabel 1.1 Klasifikasi Triage Berdasarkan Prioritas Perawatan
Tabel 1.2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
Tabel 1.3. Langkah-langkah Tindakan Melakukan Triage
Tabel 1.4. Checklist Tindakan Melakukan Triage
+7

Referensi

Dokumen terkait

2.5 Khảo sát các điều kiện nuôi cấy thích hợp cho sinh tổng hợp amylase Các điều kiện nuôi cấy thích hợp cho sinh tổng hợp amylase của các chủng vi nấm nghiên cứu được khảo sát theo