• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfometri Ovarium Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) yang Terpapar Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Morfometri Ovarium Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) yang Terpapar Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.) "

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

Morfometri Ovarium Mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) yang Terpapar Ekstrak Brotowali (Tinospora crispa L.)

Saddam Husen1), Rina Widiana1) Ramadhan Sumarmin2) 1. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

2. Jurusan Biologi FMIPA UNP Padang saddamhusen76@gmail.com

Brotowali is a traditional medicine plants, have potential be contraception. The plant have barberin, kolumbin, glukosid, pikokarotin and active substance at brotowali is alkaloid, have antiproliferative in reproduction cells. Oosit in ovarium is active cell proliferative. This aimed is research to find out morfometri ovarium of mice a treatment brotowali extract. This research is experiment research used completely randomized design, with 4 treatments and 6 replications.

The treatments given was various dosage of brotowali extract, they are P1 ( given extract solvent / CMC 5 % ), (P2) a dosage of 5x10-2 mg/bb, (P3) 6x10-2 mg/bb and (P4) 7x10-2 mg/bb. This research was conducted in February 2014 in Zoology Laboratory of Biology FMIPA UNP. The parameter observed length of ovarium, wide of ovarium, sum of corpus luteum and diameter of corpus luteum. The data analisys by ANOVA. The result shows that brotowali extract not significant p < 0,05 to length of ovarium, wide of ovarium, sum of corpus luteum and diameter of corpus luteum.

Keyword : Tinospora crispa L., Alkaloid, Ovarium, Mus musculus L. Swiss Webster PENDAHULUAN

Di Indonesia, laju pertumbuhan penduduk terus menunjukkan peningkatan. Untuk mengendalikan hal ini, pemerintah mencanangkan suatu program berupa program keluarga berencana (KB). Untuk mendukung pelaksanaan program ini, pemerintah menyediakan berbagai alat kontrasepsi yang bertujuan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Pengaturan siklus reproduksi terhadap KB antara lain, pengaturan secara biologik, pengaturan secara kontrasepsi, pengaturan secara mekanik, pengaturan secara kimiawi, dan pengaturan secara bedah atau sterilisasi. Jenis-jenis kontrasepsi tersebut memiliki pengaruh dan efek samping terhadap pengguna KB tersebut (Syahrum, 1994).

Diantara jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah brotowali (Tinospora crispa L.) Brotowali (Tinospora crispa L.) memiliki banyak kandungan senyawa kimia, seperti pada akar brotowali mengandung senyawa antimikroba, berberin dan kolumbin. Dalam tanaman brotowali mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida, pikroretosid, harsa, zat pahit pikroretin, tinokrisposid, berberin, palmatin, kolumbin dan pikrotoksin (Kresnadi, 2003).

Harbon dalam Sumarmin (2001) menyatakan akibat adanya alkaloid, triterpenoid, dan terpenoid pada suatu ekstrak dapat menyebabkan terjadinya interferensi ekstrak pada poros hipotalamus, hipofisis, dan gonad. Sebagai akibat kurangnya FSH dan LH menyebabkan dominasi hormon estrogen meningkat.

Berdasarkan hal tersebut, maka telah dilakukan penelitian morfometri ovarium mencit (Mus musculus L. Swiss Webster) yang terpapar ekstrak brotowali (Tinospora crispa L.) dengan tujuan untuk mengetahui penelitian morfometri ovarium mencit

(Mus musculus L. Swiss Webster) yang terpapar ekstrak brotowali (Tinospora crispa L.).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Februari 2014 di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Mikroskop Stereo, mikrometer, jarum gavage, kaca objek, timbangan analitik digital, lumpang, alu, inkubator, cotton bud, cawan petri, corong, desikator, gelas ukur, nerava Ohaus, hotplate, pipet tetes, spuit suntik, alumanium foil, batang pengaduk, kertas saring, kertas label, tissue, baskom plastik, alat tulis, kawat penutup kandang, botol plastik tempat minum hewan uji, pisau, kuas, wadah pakan dan kamera digital.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : mencit (Mus musculus L.) betina, ekstrak batang Brotowali (Tinospora crispa L.), pelet makan mencit, air, sekam, methanol, ammonium sulphate 10

%, potassium ferrycianide 2 %, alkohol 70 %, CMC 5

% ( Carboxy Methyl Cellulose ), aquades dan NaCl Fisiologis.

Penelitian ini adalah eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan dan 6 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah: (A.) (P1): pemberian CMC 5 %, (B.) Perlakuan 2 (P2): pemberian ekstrak brotowali dosis 5 X 10-2 mg/bb, (C.) Perlakuan 3 (P3):

pemberian ekstrak brotowali dosis 6 X 10-2 mg/bb, (D.) Perlakuan 4 (P4): pemberian ekstrak brotowali dosis 7X 10-2mg/bb.

(2)

Analisis Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara statistik. Data bersifat parametik diuji dengan ANOVA. Data parametric yang diuji adalah panjang ovarium, lebar ovarim, jumlah korpus luteum dan diameter korpus luterum.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Panjang Ovarium Kanan

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata panjang ovarium kanan pada perlakuan P2 40,50 µm, 32 42,50 µm dan P4 42,83 µm, sedangkan panjang ovarium pada P1 adalah 44,00 µm. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan panjang ovarium.

Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan panjang ovarium (Tabel 2).

Tabel 2. Rata-rata Panjang Ovarium Kanan Mencit Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Panjang

Ovarium Kanan (µm)

P1 44,00

P2 40,50

P3 42,50

P4 42,83

Berdasarkan hasil pada Tabel 2 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (0,78) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara panjang ovarium pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

2. Panjang Ovarium Kiri

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata panjang ovarium kiri pada perlakuan P2 40,33 µm, P3 42,83 µm dan P4 42,33 µm, sedangkan panjang ovarium pada P1 adalah 44,67 µm. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan panjang ovarium.

Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan panjang ovarium (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-rata Panjang Ovarium Kiri Mencit Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Panjang

Ovarium Kiri (µm)

P1 44,67

P2 40,33

P3 42,83

P4 42,33

Berdasarkan hasil pada Tabel 3 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (0,70) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara panjang ovarium pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

3. Lebar Ovarium Kanan

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata lebar ovarium kanan pada perlakuan P2 30,33 µm, P3

29,50 µm dan P4 30,67 µm, sedangkan lebar ovarium pada P1 adalah 30,00 µm. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan lebar ovarium. Begitupun halnya antara P1dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan lebar ovarium (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-rata Lebar Ovarium Kanan Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Lebar Ovarium Kanan (µm)

P1 30,00

P2 30,33

P3 29,50

P4 30,67

Berdasarkan hasil pada Tabel 4 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (0,10) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara lebar ovarium pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

4. Lebar Ovarium Kiri

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata lebar ovarium kiri pada perlakuan P2 29,33 µm, P3 30,00 µm, dan P3 31,00 µm, sedangkan lebar ovarium pada P1 adalah 31,33 µm. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan lebar ovarium. Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan lebar ovarium (Tabel 5).

Tabel 5. Rata-rata lebar ovarium kiri Setiap Perlakuan Perlakuan Rata-Rata Lebar Ovarium

Kiri (µm)

P1 31,33

P2 29,33

P3 30,00

P4 31,00

Berdasarkan hasil pada Tabel 5 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (0,44) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara lebar ovarium pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

5. Jumlah Korpus Luteum Ovarium Kanan

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata jumlah korpus luteum ovarium kanan pada perlakuan P2 4,33 buah, P3 4,00 buah, dan P4 4,67 buah, sedangkan jumlah korpus luteum pada kontrol adalah 5,17 buah. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan jumlah korpus luteum. Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan jumlah korpus luteum (Tabel 6).

(3)

Tabel 6. Rata-rata Jumlah Korpus Luteum Ovarium Kanan Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Korpus Luteum Ovarium Kanan

P1 5,17

P2 4,33

P3 4,00

P4 4,67

Berdasarkan hasil pada Tabel 6 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (1,97) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara jumlah korpus luteum pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

6. Jumlah Korpus Luteum Ovarium Kiri

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata jumlah korpus luteum ovarium kiri pada perlakuan P2 4,33 buah, P3 4,33 buah dan 43 4,67 buah, sedangkan jumlah korpus luteum pada P1 adalah 5,00 buah.

Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan jumlah korpus luteum. Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan jumlah korpus luteum (Tabel 7).

Tabel 7. Rata-rata Jumlah Korpus Luteum Ovarium Kiri Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Jumlah Korpus Luteum Ovarium Kiri

P1 5,00

P2 4,33

P3 4,33

P4 4,67

Berdasarkan hasil pada Tabel 7 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (1,05) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara jumlah korpus luteum pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

7. Diameter Korpus Luteum Ovarium Kanan Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata diameter korpus luteum ovarium kanan pada perlakuan P2 13,33 µm, P3 14,67 µm dan P4 13,50 µm, sedangkan rata-rata diameter korpus luteum pada P1adalah 13,83 µm. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan rata-rata diameter korpus luteum.

Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan rata-rata diameter korpus luteum (Tabel 8).

Tabel 8. Rata-rata Diameter Korpus Luteum Ovarium Kanan Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Diameter Korpus Luteum Ovarium Kanan (µm)

P1 13,83

P2 13,33

P3 14,67

P4 13,50

Berdasarkan hasil pada Tabel 8 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (0,60) < Ftabel

(3,10). Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara diameter korpus luteum pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

8. Diameter Korpus Luteum Ovarium Kiri

Pada hasil penelitian ini didapatkan rata-rata diameter korpus luteum ovarium kiri pada perlakuan P2 13,50 µm, P3 13,00 µm dan P4 13,00 µm, sedangkan rata–rata diameter korpus luteum pada P1 adalah 14,38 µm. Antara perlakuan P2-P4 tidak terdapat perbedaan rata-rata diameter korpus luteum.

Begitupun halnya antara P1 dengan semua perlakuan tidak terdapat perbedaan rata-rata diameter korpus luteum (Tabel 9).

Tabel 9. Rata-rata Diameter Korpus Luteum Ovarium Kanan Setiap Perlakuan

Perlakuan Rata-Rata Diameter Korpus Luteum Ovarium Kiri (µm)

P1 14,38

P2 13,50

P3 13,00

P4 13,00

Berdasarkan hasil pada Tabel 9 setelah dilakukan uji ANOVA didapatkan Fhitung (1,22) < Ftabel (3,10).

Hasil ini sekaligus menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara diameter korpus luteum pada semua perlakuan setelah diberi perlakuan.

B. PEMBAHASAN

1. Panjang dan Lebar Ovarium

Ekstrak Brotowali berpengaruh tidak nyata terhadap ukuran ovarium. Hal ini diduga zat aktif alkaloid tidak mempengaruhi struktur ovarium. Besar kecilnya ukuran ovarium dipengaruhi oleh aktifitas reproduksi dan optimalitas fungsi ovarium. Hal ini sejalan dengan pendapat Rugh (1968) yang menyatakan bahwa ukuran ovarium dipengaruhi oleh aktivitas reproduksi dan optimalitas fungsi ovarium.

Semakin tinggi aktivitas reproduksi dan optimalitas fungsi ovarium maka ukuran ovarium semakin besar, dan sebaliknya apabila aktivitas reproduksi dan optimalitas fungsi ovarium rendah maka ukuran dari ovarium tersebut semakin kecil.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak brotowali tidak mempengaruhi ukuran ovarium tetapi mempengaruhi jumlah oosit dalam ovarium. Hal

(4)

ini dikarenakan zat aktif alkaloid yang terkandung dalam ekstrak brotowali mampu masuk kedalam folikel ovarium maka jumlah oosit yang dihasilkan berkurang.

Jumlah oosit yang berkurang menyebabkan ukuran oosit menjadi besar untuk memenuhi ruang kosong pada ovarium, sehingga pemberian ekstrak brotowali tidak berpengaruh terhadap ukuran ovarium. Melles (1992 dalam Puspitasari, 2014) menyatakan bahwa alkaloid mempengaruhi pembentukan, perkembangan dan pematangan folikel ovarium serta gangguan proses ovulasi. Gordon (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jumlah oosit yang diperoleh yaitu, umur, jenis hewan, siklus estrus, morfologi ovarium, kondisi tubuh dan nutrisi, status reproduksi, faktor genetik dan faktor lingkungan.

2. Jumlah dan Diameter Korpus Luteum

Ekstrak Brotowali berpengaruh tidak nyata terhadap rata-rata jumlah korpus luteum, hal ini disebabkan karena zat aktif pada brotowali tidak mempengaruhi aktifitas reproduksi dan optimalitas fungsi ovarium, karena morfologi ovarium yang baik mendukung optimalitas fungsi ovarium yang akan menjadikan ovarium berkualitas baik yang berfungsi untuk menghasilkan oosit dan mempertahankan jumlah korpus luteum. Hal ini sejalan dengan pendapat Rugh (1968) yang menyatakan bahwa ukuran ovarium dipengaruhi oleh aktifitas reproduksi dan optimalitas fungsi ovarium, apabila ukuran ovarium normal jumlah telur yang di ovulasi normal, dan jika jumlah telur yang di ovulasi normal maka jumlah korpus luteum yang dihasilkan juga normal. Ukuran ovarium kiri dan kanan berbeda sesuai dengan jumlah korpus luteum dan folikel-folikel pada ovarium tersebut (Nalbandov, 1990).

Ekstrak brotowali juga berpengaruh tidak nyata terhadap rata-rata diameter korpus luteum, pada P1 tidak berbeda nyata dengan diameter korpus luteum pada P2, P3 dan P4. Hal ini dikarenakan jumlah dari korpus luteum dari ovarium normal, jika rata-rata jumlah korpus luteum normal maka rata-rata diameter korpus luteum juga normal . Sejalan dengan pendapat Toliehere (1979) yang mengatakan bahwa diameter korpus luteum berkaitan dengan jumlah korpus luteum.

PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak brotowali tidak berpengaruh nyata terhadap morfometri ovarium yang meliputi panjang ovarium, lebar ovarium, jumlah korpus luteum, dan diameter korpus luteum. Ekstrak brotowali dapat digunakan sebagai alternatif obat KB karena tidak mempengaruhi morfologi ovarium.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan teori yang didapatkan, penulis menyarankan supaya melakukan penelitian mengenai

pengaruh ekstrak brotowali terhadap histologis ovarium atau parameter lainnya dari syarat obat KB.

DAFTAR PUSTAKA

Gordon, J.D. and Sperof L. 2003. Hand Book For Clinical Gynecologic, Endocrynology, and Fertility. Philadelphia. Lippincott Williams

& Wilkins

Kresnady, 2003, Khasiat dan manfaat brotowali Si Pahit Yang menyembuhkan. PT Agro Media Pustaka: Tangerang

Nalbandov,A.V.1990. Fisiologi Reproduksi Mamalia Dan Unggas. UI Press: Jakarta

Puspitasari, Yenny. 2014. Efek Ekstrak Etanol Biji Pepaya (Carica Papaya Linn) Terhadap Kadar 17-Β Estradiol Dan Folikulogenesis Pada Mencit Betina (Mus Musculus).

Nursing Faculty at STIKes Surya Mitra Husada. Veterinaria Medika Vol 7, No. 1 Rugh, Robert. 1968. The Mouse Its Reproduction and

Development. Burgess Publishing Company : Minneapolis

Syahrum, Mohamad Hatta. 1994. Reproduksi dan Embriologi : Dari Satu Sel menjadi Organisme. Jakarta : fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa : Bandung

Referensi

Dokumen terkait

Several factors of assessment in the selection of superior brood stock that can be considered in the cultivation of goldfish cultivators are; ideal body weight, fish movement,

Сонымен, 3% ұнтақталған арша жемісі қосылған нанның антиоксиданттық белсенділігінің мәні бақылау үлгісімен салыстырғанда 2 есе жоғары, бұл сәйкесінше 15,5 және 7,5 мг/100 г құрайды..