91
JKGT VOL. 5, NO.1, July (2023) 91-96, DOI : 10.25105/jkgt.v5i1.16891 (Tinjauan Pustaka)
Mouthwashes: a review on its efficacy in preventing dental caries
Eko Fibryanto1, Lidia Santoso2
1Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Trisakti
2Program Sarjana Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Unviersitas Trisakti Email: [email protected]
ABSTRACT
Background: Biofilm plays an important role in the etiology of caries, and can be removed through chemical approach using mouthwash, which has some advantages over the mechanical one. Nowadays, there are a lot of mouthwashes with many active ingredients that have been developed. Aim: To review some mouthwashes’ efficacy in preventing dental caries.Discussion:
As recent studies showed that Streptococcus mutans can’t be the sole predictor of caries risk, it is suggested that the mouthwashes are also tested on the other cariogenic bacteria, to better estimate its role in reducing caries risk. It has also been proven that as an adjunctive method, mouthwashes has the ability to decrease oral microbial load and cariogenic plaque, even though the most effective way in controlling caries is still mechanical tooth brushing with fluoride toothpastes. However, long-term clinical studies are still needed to confirm the efficacy of some mouthwashes in caries prevention.Conclusion:
Mechanical tooth cleaning using fluoride toothpastes remains the main and most effective way in controlling caries. The use of mouthwash, despite its potential in reducing caries risk, is limited to some people with certain conditions as an alternative method, or as an adjunction to the mechanical tooth cleaning for increasing its efficacy.
Keywords: cetylpyridinium chloride, chlorhexidine gluconate, dental caries, fluoride, mouthwash
PENDAHULUAN
Langkah-langkah untuk mencegah dan mengatasi karies gigi telah dikembangkan, diuji, dan diterapkan di banyak populasi serta dianggap bermanfaat bagi jutaan orang. Namun, banyak penduduk dunia masih memiliki masalah dengan karies.1 Global Burden of Disease Study 2017 menyatakan bahwa karies gigi permanen diderita oleh sebanyak kurang lebih 2,3 miliar orang dan Riskesdas 2018 mencatat bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%.2,3
Karies gigi adalah demineralisasi jaringan keras gigi karena asam yang diproduksi oleh spesies asidogenik dan asidurik di dalam mulut.4 Komponen penting dalam etiologi karies adalah plak gigi atau biofilm, kumpulan mikrobiota mulut yang kaya akan matriks polimer ekstraseluler (EPS). Beberapa mikroorganisme yang ditemukan dalam plak kariogenik adalah Streptococcus sp., Lactobacillus sp., Bifidobacterium sp., Actinomyces sp., dan Prevotella sp.5
Plak gigi dapat dihilangkan dengan cara mekanis menggunakan sikat gigi, benang gigi, tusuk gigi, dan sikat interdental, serta cara kimiawi menggunakan obat kumur.
Meskipun sikat gigi umum digunakan, sebagian besar penduduk tidak dapat menyikat gigi secara efektif.6 Bagi pasien dengan cacat mental, fisik, atau tidak memiliki keterampilan serta motivasi untuk menyikat gigi, obat kumur dapat membantu dalam mengontrol plak gigi.7 Obat kumur juga mampu mencapai daerah yang sulit dijangkau oleh sikat gigi dan dapat digunakan pasca prosedur bedah mulut, seperti ekstraksi gigi.8
Saat ini, tersedia obat kumur dengan berbagai macam bahan aktif, baik bahan kimia, seperti klorheksidin glukonat, cetylpyridinium chloride, fluor, enzim antibakteri, triclosan, minyak atsiri, maupun bahan alam.9 Banyaknya jenis obat kumur di seluruh dunia pun semakin berkembang dari tahun ke tahun, mulai dari hanya 15 jenis pada tahun 1970, hingga mencapai kurang lebih 113 jenis pada tahun 2012.10 Dengan terdapat banyaknya obat kumur yang beredar di pasaran, perlu diketahui tingkat efektivitas dari setiap obat kumur tersebut, khususnya
dalam mencegah karies. Oleh karena itu, tujuan dari ulasan ini adalah memberikan gambaran mengenai tingkat efektivitas beberapa jenis obat kumur dalam mencegah karies.
TINJAUAN PUSTAKA a.Klorheksidin glukonat
Klorheksidin glukonat (CHX) adalah bisbiguanida bermuatan positif yang dapat terserap ke berbagai tempat bermuatan negatif, termasuk membran mukosa, pelikel saliva, serta plak.11 CHX memiliki spektrum antimikroba luas serta substantivitas lama yang memperpanjang efek CHX.12 Akan tetapi, penggunaan CHX dapat menimbulkan efek samping, seperti perubahan sensasi rasa, rasa terbakar, dan deskuamasi mukosa mulut, pewarnaan pada gigi, xerostomia, peningkatan kalkulus, parestesia mulut, dan pembengkakan kelenjar parotis.13,14
CHX dapat mencegah pembentukan pelikel dan mengganggu stabilitas membran luar bakteri sehingga mencegah penyerapan dinding sel bakteri dan pengikatan plak. Hal ini menyebabkan kerusakan membran dan hilangnya senyawa dengan berat molekul besar serta koagulasi dan pengendapan sitoplasma.15 Pada konsentrasi rendah (0,02%-0,06%), CHX memiliki efek bakteriostatik, sedangkan pada konsentrasi tinggi (>0,1%), CHX memiliki efek bakterisid.13 Dua konsentrasi paling umum dari CHX adalah 0,2% dan 0,12%.11 Lama waktu berkumur CHX adalah 30 detik, sebelum tidur dan setelah makan, dengan rentang minimal 30 menit setelah menyikat gigi.7
Dalam sebuah ulasan, ditemukan bahwa terdapat delapan studi yang menyatakan bahwa penggunaan obat kumur CHX dapat menurunkan jumlah Streptococcus mutans dalam saliva dan satu studi yang melaporkan bahwa obat kumur CHX dapat menurunkan jumlah Lactobacillus sp. secara signifikan, akan tetapi hanya pada hari ke-7 dan 14 setelah penggunaan.16 Penggunaan CHX sebagai tambahan pada prosedur pemeliharaan kebersihan mulut secara mekanis juga terbukti mampu mengurangi plak secara signifikan selama 4-6 minggu dan 6 bulan.17
92 Dalam tatalaksana karies, penggunaan CHX hanya
dibatasi pada pasien dengan risiko karies tinggi.18 Sebuah ulasan yang menelusuri efek penggunaan CHX dalam bentuk gel dan varnish terhadap pencegahan karies pada anak-anak dan remaja, memberikan hasil yang inkonklusif. Penggunaan produk yang mengandung CHX juga tidak disebutkan dalam beberapa pedoman klinis pencegahan karies, salah satunya “Guideline on Caries- risk Assessment and Management for Infants, Children, and Adolescents” yang dikeluarkan oleh American Academy of Pediatric Dentistry pada tahun 2013.19 Meskipun demikian, aplikasi varnish CHX empat kali setahun pada orang tua dilaporkan mampu menurunkan inisiasi dan progresi lesi karies akar.18
b.Cetylpyridinium chloride
Cetylpyridinium chloride (CPC) adalah senyawa amonium kuaterner mono kationik yang terdiri dari nitrogen kuartener yang dihubungkan dengan satu atau lebih rantai samping hidrofobik.20 Cetylpyridinium chloride memiliki spektrum antimikroba yang luas dan merupakan agen permukaan kationik aktif (surfaktan) yang teradsorpsi dengan mudah ke permukaan mukosa mulut.21 Dibandingkan dengan CHX, CPC dianggap memiliki efek samping yang lebih sedikit.22
Pada konsentrasi rendah, CPC mengganggu osmoregulasi dan homeostasis sel, sedangkan pada konsentrasi tinggi, CPC menyebabkan disintegrasi membran dan bocornya isi sitoplasma.20 Cetylpyridinium chloride telah terbukti menghambat koagregasi bakteri sehingga menghambat maturasi plak dan sintesis glukan oleh GTF, serta mengalami adsorpsi ke email yang tertutup pelikel sehingga meningkatkan substantivitas dan menghambat koadhesi bakteri.21
Masih terdapat sedikit bukti penggunaan CPC sebagai agen antikaries pada anak-anak, meskipun penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat kumur CPC 0,05%
preoperatif pada anak-anak berusia 10-15 tahun efektif dalam mengurangi bakteri aerob maupun anaerob.
Sementara itu, dalam sebuah penelitian in vitro, CPC 0,01% mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis, dan Lactobacillus acidophilus.23 CPC dengan konsentrasi 0,025-0,1% juga menunjukkan aktivitas antibiofilm terhadap S. mutans selama fase biofilm awal, sementara CPC dengan konsentrasi 0,075-0,1% memiliki aktivitas antibiofilm terhadap S. mutans pada fase biofilm yang matang.24 c.Fluor
Senyawa fluor yang terkandung dalam obat kumur adalah natrium fluorida (NaF), natrium monofluorofosfat (Na2PO3F), amina fluorida (AmF), aluminium fluorida (AlF3), dan stannous fluorida (SnF2).25 Konsentrasi yang paling umum untuk orang dewasa adalah NaF 0,2% (900 ppm F), sedangkan konsentrasi yang lebih rendah, yaitu NaF 0,05% (225 ppm F) direkomendasikan untuk anak- anak kurang dari 12 tahun.26
Fluor mampu menghambat demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi lesi karies awal. Fluor juga menghambat produksi asam bakteri dengan mengganggu aktivitas enzim dan produksi glukan.27 Dari 37 percobaan yang melibatkan 15.813 anak-anak dan remaja, ditemukan bahwa penggunaan obat kumur fluor secara rutin dan di bawah pengawasan, dapat mengurangi karies dalam jumlah besar pada gigi permanen.28 Penggunaan NaF 0,05% pun lebih disarankan untuk pencegahan karies dibandingkan dengan CHX.13 Obat kumur berfluor juga mampu memperlambat perkembangan lesi karies, walaupun tidak menghambat seluruh prosesnya.29
Fluor dalam obat kumur juga dapat dikombinasikan dengan bahan antibakteri lainnya, seperti CPC, sehingga dapat meningkatkan kekuatan email sekaligus menurunkan jumlah bakteri. Suatu penelitian melaporkan bahwa penambahan NaF tidak berpengaruh terhadap efek antibakteri CPC 0,075%, sehingga kombinasi NaF dengan CPC dalam sebuah formulasi obat kumur cukup disarankan.30
d.Enzim antibakteri peroksidase
Obat kumur yang bertujuan untuk melawan sistem peroksidase bakteri mengandung empat jenis enzim, yaitu lisozim, laktoferin, oksidase glukosa, dan laktoperoksidase (LPO). Obat kumur ini mampu membantu memulihkan aktivitas antimikroba alami saliva untuk menghilangkan xerostomia, gingivitis, dan halitosis.7
Enzim LPO membentuk sistem LPO bersama dengan ion tiosianat, iodida, atau bromida dan hidrogen peroksida (H2O2). Dengan adanya H2O2, LPO mengoksidasi ion tiosianat menjadi ion hipotiosianit, yang memiliki efek antibakteri. Banyak studi in vitro mencatat efek LPO pada S. mutans, baik saat digunakan sendiri maupun saat dikombinasikan dengan laktoferin, lisozim, atau imunoglobulin. Obat kumur yang mengandung sistem LPO juga mampu mengurangi retensi biofilm yang diproduksi oleh bakteri mulut maupun bakteri nonpatogen di luar mulut.31
e.Triclosan
Triclosan memiliki spektrum antimikroba luas, toksisitas rendah, efek antiinflamasi, dan mampu mengurangi plak. Mekanisme kerja triclosan adalah merusak membran plasma dengan meningkatkan permeabilitasnya dan menghambat enzim yang menyerupai tripsin. Triclosan memiliki muatan negatif sehingga substantivitasnya rendah dan biasanya memerlukan penambahan kopolimer, seperti gantrez.
Dalam suatu formulasi obat kumur, triclosan biasanya digunakan dalam konsentrasi 0,03%.12
Dalam sebuah penelitian klinis pada anak-anak selama 21 hari, penggunaan obat kumur yang mengandung xylitol, NaF, dan triclosan memiliki efek penurunan jumlah S. mutans yang sama dengan obat kumur CHX.32 Akan tetapi, penelitian lain melaporkan bahwa penggunaan obat kumur yang mengandung NaF dan triclosan pada anak-anak dengan risiko karies tinggi, tidak menunjukkan pengurangan S. mutans dalam saliva yang lebih baik dibandingkan obat kumur yang hanya mengandung NaF. Dengan adanya kekhawatiran mengenai resistensi bakteri yang disebabkan oleh triclosan, maka penggunaan obat kumur triclosan mungkin tidak disarankan pada anak-anak.33
f.Minyak atsiri
Fraksi minyak atsiri atau essential oils (EO) yang digunakan dalam obat kumur mengandung formula tetap dari timol 0,064%, eukaliptol 0,092%, mentol 0,042%, dan metil salisilat 0,060% dengan alkohol 22%.34 Zat-zat ini secara kimiawi diklasifikasikan sebagai senyawa fenolik, tidak bermuatan, memiliki substantivitas rendah, dan kapasitas interaksi yang tinggi dengan plak.12 Kelima zat ini merupakan komposisi dari obat kumur Listerine®, akan tetapi karena timol, eukaliptol, mentol, dan metil salisilat merupakan hasil ekstraksi (fraksi) dari minyak atsiri, Listerine® tidak tergolong ke dalam obat kumur herbal.35
Pada konsentrasi tinggi, EO dapat menyebabkan gangguan pada dinding sel dan pengendapan protein sel, sedangkan pada konsentrasi rendah, dapat menyebabkan
93 inaktivasi enzim esensial. Efek samping dari EO adalah
dapat menyebabkan pewarnaan pada gigi, rasa terbakar, dan rasa pahit.12,34
Obat kumur Listerine® mampu membunuh bakteri S.
mutans dan S. sobrinus baik dalam keadaan planktonik ataupun biofilm, mengurangi jumlah koloni yang terbentuk, dan mengurangi terjadinya demineralisasi secara signifikan.36 Sebuah ulasan yang meneliti beberapa studi jangka pendek (kurang dari 3 bulan) dan panjang (3-6 bulan), juga menyimpulkan bahwa obat kumur Listerine® memilik efek antiplak yang baik. Pada suatu penelitian yang membandingkan efek antibakteri timol, eukaliptol, mentol, metil salisilat, dan Listerine®, tercatat bahwa campuran eukaliptol, metil salisilat, dan timol memiliki efek yang tertinggi terhadap S. mutans, lebih tinggi dibandingkan Listerine®, sehingga disarankan bahwa formulasi obat kumur Listerine® dapat dimodifikasi demi mengoptimalkan efek antibakterinya.35
Studi lain yang membandingkan efek antibakteri EO (kayu manis, tea-tree oil, manuka, limau gedang, arnica, eukaliptus, Listerine®, timol, dan mentol) secara tunggal maupun dikombinasi dengan CHX terhadap S. mutans dan Lactobacillus plantarum, menemukan bahwa kayu manis menunjukkan efek antimikroba yang tertinggi, diikuti oleh manuka, tea-tree oil, dan timol. Kombinasi CHX dan EO juga memiliki efek antibakteri yang lebih tinggi terhadap biofilm S. mutans dan L. plantarum. Studi ini pun menyimpulkan bahwa EO dapat dikembangkan untuk perawatan antikaries.37
g.Delmopinol
Delmopinol adalah surfaktan amina tersier yang dikembangkan sebagai agen antiplak untuk mengurangi plak dan gingivitis. Delmopinol dapat mengganggu pembentukan matriks bakteri dan menghambat agregasi bakteri. Delmopinol juga mampu melekat pada email yang dilapisi saliva dan mengurangi vitalitas bakteri serta memudahkan pelepasan plak dengan menyikat gigi.
Delmopinol memiliki beberapa efek samping sementara, seperti lidah yang mati rasa, perubahan rasa makanan, dan xerostomia.38
Delmopinol menunjukkan efek yang setara dengan obat kumur yang mengandung EO dan CHX dalam menghambat pertumbuhan S. mutans dan Lactobacillus sp.39 Sementara itu, studi in vitro lain menunjukkan bahwa kombinasi antara delmopinol dan NaF dengan konsentrasi rendah dapat menghambat adaptasi asam dalam biofilm dan mencegah penurunan pH biofilm secara lebih efektif dibandingkan pada penggunaan kedua bahan tersebut secara terpisah.40
h.Povidone-iodine
Povidone-iodine (PVP-I) terdiri dari kompleks polimer polivinilpirolidon (povidon) dan unsur iodium.41 Diiodin (iodin bebas) yang terlepas dari polivinilpirolidon, akan memasuki porin bakteri, menyebabkan protein di dalam sitoplasma menjadi teroksidasi.42 Formulasi umum PVP- I untuk dijadikan obat kumur adalah PVP-I 1%.41 Menurut sebuah studi yang meneliti tentang pencegahan early childhood caries (ECC) pada 83 anak, aplikasi topikal PVP-I 10% dapat menurunkan insidensi karies pada anak. Pada studi lain, ditemukan pula bahwa PVP-I 10% dapat menurunkan jumlah S. mutans dalam saliva.41 Obat kumur PVP-I juga mampu menurunkan viabilitas bakteri S. mutans, S. sobrinus, dan S. gordonii pada biofilm hingga 50% serta menghambat pembentukan koloni ketiga bakteri tersebut.36
i.Natrium bikarbonat
Dalam sebuah penelitian mengenai efek berkumur dengan natrium bikarbonat (NaHCO3) 0,6% terhadap pH saliva dan mikroba oral, NaHCO3 terbukti dapat meningkatkan pH saliva sehingga membantu mencegah demineralisasi email dan meningkatkan kapasitas buffering saliva sehingga mengurangi keasaman lingkungan mulut. Selain itu, NaHCO3 juga dapat mengubah atau menurunkan virulensi bakteri yang berperan penting dalam menyebabkan karies. Kelebihan NaHCO3 sebagai obat kumur adalah biayanya yang murah, memiliki rasa yang tawar, dan tidak memiliki efek samping.43
j.Oktenidin dihidroklorida
Oktenidin dihidroklorida (OCT) adalah bispiridinamin yang telah menjadi agen antiseptik di banyak negara Eropa sejak 1995. Sama seperti CHX, OCT berikatan dengan dinding sel bakteri yang bermuatan negatif, menyebabkan terjadinya autolisis dan kematian sel. Oktenidin dihidroklorida memiliki spektrum antimikroba luas, tingkat toksisitas rendah, serta bersifat antiplak. Saat ini, tersedia obat kumur yang mengandung OCT 0,1% dengan 2-fenoksietanol 2%.44
Telah terbukti bahwa OCT 0,1% dapat mengurangi jumlah S. mutans dan Lactobacillus sp. pada saliva secara signifikan, serta dapat mencegah pertumbuhan mikroba oral 12-16 jam setelah berkumur.45 Oktenidin dihidroklorida juga mampu mengurangi pembentukan dan ketebalan biofilm serta menginduksi gangguan pada biofilm yang matang secara in situ.46 Efek samping yang biasa ditimbulkan oleh obat kumur ini adalah pewarnaan gigi dan dorsum lidah, rasa pahit, dan rasa kebas ringan pada lidah.45
k.Natrium hipoklorit
Natrium hipoklorit (NaOCl) banyak digunakan sebagai bahan pemutih baju, pembersih luka, serta bahan irigasi saluran akar. Natrium hipoklorit telah dilaporkan memiliki efek antibakteri terhadap bakteri kariogenik pada tubulus dentin serta efek antiplak. Ketika bercampur dengan air, NaOCl dihidrolisis menghasilkan asam hipoklorit dan ion hipoklorit. Asam hipoklorit dapat berdifusi menembus dan mengubah potensial redoks dinding sel bakteri, sehingga mengurangi kemampuan biofilm untuk menghasilkan asam.47 Obat kumur NaOCl 2% telah diteliti mampu menghambat S. mutans, S. sanguinis, dan L. acidophilus, tetapi kurang efektif dibandingkan dengan NaOCl murni.
Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya efek antagonistik dengan bahan obat kumur lainnya. Kekurangan obat kumur ini adalah memiliki rasa yang kurang enak.23 l.Benzethonium chloride
Benzethonium chloride (BTC) adalah senyawa amonium kuaterner kationik yang dapat menyebabkan perubahan integritas membran sitoplasma dan inaktivasi enzim sehingga menyebabkan denaturasi protein. Akan tetapi, BTC memiliki toksisitas yang tinggi.48 Obat kumur yang mengandung BTC 0,01% dilaporkan efektif dalam membunuh S. mutans dan S. sobrinus secara in vitro, tetapi efeknya masih lebih rendah dibandingkan Listerine® dan CHX.36
m.Nanopartikel
Nanopartikel adalah partikel yang memiliki satu atau lebih dimensi eksternal berukuran 1-100 nm. Nanopartikel dapat ditemukan di alam dan banyak digunakan dalam tabir surya, pasta gigi, dan resin komposit.49 Beberapa nanopartikel logam atau oksida logam, seperti emas (Au), perak (Ag), seng oksida (ZnO), titanium dioksida (TiO2), dan magnesium oksida (MgO), dilaporkan memiliki efek antibakteri terhadap bakteri Gram positif dan negatif. Obat
94 kumur yang mengandung nanopartikel Ag berkonsentrasi
rendah terbukti dapat membunuh S. mutans. Obat kumur yang mengandung garam seng (seng glukonat dan seng klorida) atau ZnO juga memiliki aktivitas antibakteri yang tinggi terhadap S. mutans secara in vitro. Walaupun tidak bersifat toksik, obat kumur ZnO dilaporkan dapat menyebabkan diskolorasi email. Selain nanopartikel anorganik, nanopartikel organik, seperti kitosan, juga mampu menganggu pembentukan biofilm S. mutans ketika digunakan dalam bentuk obat kumur.50
n.Bahan alam
Bahan alam telah dibuktikan aman dan mengandung komponen aktif yang berpotensi memiliki efek terapeutik, salah satunya polifenol, yang dilaporkan memiliki efek antikaries. Penggunaan bahan alam, seperti Lippia sidoides, triphala, Emblica officinalis, Terminalia chebula, Stevia rebaudiana, cranberi, dan kopi hijau sebagai obat kumur, menunjukkan pengurangan jumlah S.
mutans yang sebanding dengan CHX.51
DISKUSI
Karies merupakan penyakit kronis multifaktorial yang dimediasi oleh biofilm. Kebiasaan diet yang buruk, kebersihan mulut yang rendah, dan mikroorganisme yang berhubungan dengan karies, terlibat dalam pembentukan ekosistem kariogenik yang kaya akan asam hasil metabolisme mikroorganisme. Telah menjadi anggapan umum bahwa Streptococcus sp. merupakan penghuni awal plak gigi, dengan S. mutans sebagai agen etiologi karies utama karena kemampuannya memetabolisme karbohidrat menjadi glukan, yang menyebabkan plak menjadi resisten terhadap antimikroba dan sulit dihilangkan.5 Jumlah S. mutans dalam saliva dilaporkan memiliki korelasi dengan tingkat risiko karies, baik pada anak-anak maupun dewasa.52 Meskipun demikian, penelitian terbaru menyatakan bahwa S. mutans tidak dapat dijadikan satu-satunya faktor penentu risiko karies, bahkan telah ditemukan bahwa karies dapat berkembang tanpa adanya S. mutans. Sementara itu, bakteri lain, seperti S. sobrinus, Eikenella corrodens, dan Tannerella forsythia, justru kemungkinan memiliki peranan penting dalam memprediksi risiko karies.53 Oleh karena itu, pengujian suatu agen antikaries sebaiknya juga dilakukan terhadap penurunan jumlah bakteri kariogenik lain selain S. mutans dalam saliva, untuk memperkirakan efek bahan tersebut dalam mencegah karies dengan lebih tepat.
Tujuan utama perawatan karies adalah mengurangi progresi keparahan lesi atau meningkatkan terjadinya remineralisasi pada lesi yang telah terbentuk, sehingga kontrol plak hanya menjadi sebagian dari strategi perawatan karies, bersama dengan konsumsi gula dan fluor yang tepat. Sejauh ini, cara yang paling efektif untuk mengontrol terjadinya karies adalah dengan penggunaan pasta gigi berfluor, yang menggabungkan penghilangan plak secara mekanis melalui penyikatan dengan efek kimiawi ion fluor yang menurunkan progresi karies.18 Penggunaan obat kumur berbahan fluor setelah menyikat gigi, dapat membantu menggantikan sisa ion fluor dari pasta gigi pada permukaan gigi yang terhilang karena berkumur dengan air atau obat kumur lain yang tidak mengandung fluor.30
Obat kumur telah terbukti efektif dalam mengurangi jumlah bakteri dalam mulut.51 Penggunaan obat kumur bersama dengan pembersihan gigi secara mekanis juga dapat menurunkan plak kariogenik secara lebih efektif dibandingkan dengan hanya pembersihan secara mekanis.
Suatu ulasan pun menyarankan penggunaan obat kumur
sebagai metode tambahan pembersihan gigi pada pengguna alat ortodontik karena mampu menurunkan jumlah plak kariogenik.29
Dari hasil ulasan ini, terdapat beberapa obat kumur yang masih perlu menjalani uji klinis jangka panjang untuk membuktikan efektivitasnya dalam mencegah karies. Selain itu, diperlukan juga penelitian mengenai efek obat kumur terhadap penurunan bakteri kariogenik selain S. mutans dalam saliva.
KESIMPULAN
Meskipun terdapat beberapa obat kumur yang berpotensi maupun telah menunjukkan efektivitas dalam mencegah karies, pembersihan secara mekanis menggunakan pasta gigi berfluor tetap menjadi cara yang utama dan paling efektif dalam mencegah karies.
Pembersihan secara kimiawi menggunakan obat kumur, hanya menjadi metode alternatif pembersihan pada individu dengan kondisi tertentu, atau metode tambahan dalam membersihkan gigi demi meningkatkan efektivitas pembersihan gigi secara mekanis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Frencken JE, Sharma P, Stenhouse L, Green D, Laverty D, Dietrich T. Global Epidemiology of Dental Caries and Severe Periodontitis – A Comprehensive Review. J Clin Periodontol. 2017;44:S94–105.
2. World Health Organization. Oral Health [Internet]. 2020.
Available from: https://www.who.int/news-room/fact- sheets/detail/oral-health
3. Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2018.
4. Eriksson L, Lif Holgerson P, Esberg A, Johansson I.
Microbial Complexes and Caries in 17-Year-Olds with and without Streptococcus mutans. J Dent Res. 2018;97(3):275–
82.
5. Chen X, Daliri EBM, Tyagi A, Oh DH. Cariogenic Biofilm:
Pathology-related Phenotypes and Targeted Therapy.
Microorganisms. 2021;9(6):1311.
6. Gupta D, Nayan S, Tippanawar HK, Patil GI, Jain A, Momin RK, Gupta RK. Are Herbal Mouthwash Efficacious Over Chlorhexidine on the Dental Plaque?. Pharmacognosy Res.
2015;7(3):277–81.
7. Parashar A. Mouthwashes and Their Use in Different Oral Conditions. Sch J Dent Sci. 2015;2(2B):186–91.
8. Renuka S, Muralidharan NP. Comparison in Benefits of Herbal Mouthwashes with Chlorhexidine Mouthwash: A Review. Asian J Pharm Clin Res. 2017;10(2):3–7.
9. Sykes LM, Comley M, Kelly L. Availability, Indications for Use and Main Ingredients of Mouthwashes in Six Major Supermarkets in Gauteng. S Afr Dent J. 2016;71(7):308–13.
10. Manipal S, Hussain S, Wadgave U, Duraiswamy P, Ravi K.
The Mouthwash War - Chlorhexidine vs. Herbal Mouth Rinses: A Meta-analysis. J Clin Diagn Res.
2016;10(5):ZC81–3.
11. Kapoor D, Kaur N, Nanda T. Efficacy of Two Different Concentrations of Chlorhexidine Mouth-Rinse on Plaque Re- growth. Indian J Dent. 2011;2(2):11–5.
12. de Araujo DB, de Jesus Campos E, de Almeida Bastos IH, de Paula DM, Junior ERT, de Araujo RPC. Mouthrinses: Active Ingredients, Pharmacological Properties and Indications.
RGO - Rev Gaúcha Odontol [Internet]. 2012;60(3):349–57.
13. Brookes ZLS, Bescos R, Belfield LA, Ali K, Roberts A.
Current Uses of Chlorhexidine for Management of Oral Disease: A Narrative Review. J Dent. 2020;103:103497.
14. Kaur K, Kour S. Short Term Side Effects of 0.2% and 0.12%
Chlorhexidine Mouthwash. IP Int J Periodontol Implantol.
2020;4(4):138–40.
15. Prasad KARV, John S, Deepika V, Dwijendra KS, Reddy BR, Chincholi S. Anti-Plaque Efficacy of Herbal and 0.2%
95
Chlorhexidine Gluconate Mouthwash: A Comparative Study. J Int Oral Health. 2015;7(8):98–102.
16. Coelho ASEC, Paula ABP, Carrilho TMP, da Silva MJRF, Botelho MFRR, Carrilho EVVF. Chlorhexidine Mouthwash as an Anticaries Agent: A Systematic Review. Quintessence Int. 2017;48(7):585–91.
17. James P, Worthington H V, Parnell C, Harding M, Lamont T, Cheung A, et al. Chlorhexidine Mouthrinse as an Adjunctive Treatment for Gingival Health. Cochrane Database Syst Rev. 2017;3(3):CD008676.
18. Figuero E, Nóbrega DF, García-Gargallo M, Tenuta LMA, Herrera D, Carvalho JC. Mechanical and Chemical Plaque Control in the Simultaneous Management of Gingivitis and Caries: A Systematic Review. J Clin Periodontol.
2017;44:S116–34.
19. Walsh T, Oliveira-Neto JM, Moore D. Chlorhexidine Treatment for The Prevention of Dental Caries in Children and Adolescents (Review). Cochrane Database Syst Rev.
2015;(4):CD008457.
20. Mao X, Aue DL, Buchalla W, Hiller KA, Maisch T, Hellwig E, et al. Cetylpyridinium Chloride: Mechanism of Action, Antimicrobial Efficacy in Biofilms, and Potential Risks of Resistance. Antimicrob Agents. Chemother. 2020;64(8):1–
14.
21. Williams MI. The Antibacterial and Antiplaque Effectiveness of Mouthwashes Containing Cetylpyridinium Chloride With and Without Alcohol in Improving Gingival Health. J Clin Dent. 2011;22(6):179–82.
22. de Miranda SLF, Damaceno JT, Faveri M, Figuelredo LC, Soares GMS, Feres M, Bueno-Silva B. In Vitro Antimicrobial Effect of Cetylpyridinium Chloride on Complex Multispecies Subgingival Biofilm. Braz Dent J.
2020;31(2):103–8.
23. Evans A, Leishman SJ, Walsh LU, Seow WK. Inhibitory Effects of Antiseptic Mouthrinses on Streptococcus mutans, Streptococcus sanguinis and Lactobacillus acidophilus. Aust Dent J. 2015;60(2):247–54.
24. Pandit S, Cai JN, Jung JE, Lee YS, Jeon JG. Effect of Brief Cetylpyridinium Chloride Treatments During Early and Mature Cariogenic Biofilm Formation. Oral Dis.
2015;21(5):565–71.
25. Reshetnyak VY, Nesterova O V, Admakin OI, Dobrokhotov DA, Avertseva IN, Dostdar SA, et al. Evaluation of Free and Total Fluoride Concentration in Mouthwashes via Measurement with Ion-Selective Electrode. BMC Oral Health. 2019;19(1):1–8.
26. Larsson K, Stime A, Hansen L, Birkhed D, Ericson D.
Salivary Fluoride Concentration and Retention After Rinsing with 0.05 and 0.2% Sodium Fluoride (NaF) Compared with a New High F Rinse Containing 0.32% NaF. Acta Odontol Scand. 2020;78(8):609–13.
27. Iqbal K, Asmat M, Jawed S, Mushtaque A, Mohsin F, Hanif S, et al. Role of Different Ingredients of Tooth Pastes and Mouthwashes in Oral Health. J Pakistan Dent Assoc.
2011;20(03):163–70.
28. Marinho VCC, Chong LY, Worthington HV, Walsh T.
Fluoride Mouthrinses for Preventing Dental Caries in Children and Adolescents (Review). Cochrane Database Syst Rev. 2016;7(7):CD002284.
29. Pithon MM, Sant’Anna LIDA, Baião FCS, dos Santos RL, Coqueiro RS, Maia LC. Assessment of The Effectiveness of Mouthwashes in Reducing Cariogenic Biofilm in Orthodontic Patients: A Systematic Review. J Dent.
2015;43(3):297–308.
30. Latimer J, Munday JL, Buzza KM, Forbes S, Sreenivasan PK, McBain AJ. Antibacterial and Anti-Biofilm Activity of Mouthrinses Containing Cetylpyridinium Chloride and Sodium Fluoride. BMC Microbiol. 2015;15(1):1–8.
31. Magacz M, Kędziora K, Sapa J, Krzyściak W. The Significance of Lactoperoxidase System in Oral Health:
Application and Efficacy in Oral Hygiene Products. Int J Mol Sci. 2019;20(6):1443.
32. Subramaniam P, Nandan N. Effect of Xylitol, Sodium Fluoride and Triclosan Containing Mouth Rinse on
Streptococcus mutans. Contemp Clin Dent. 2011;2(4):287–
90.
33. Perala SR, Bhupathiraju P. Efficacy of Four Fluoride Mouth Rinses on Streptococcus mutans in High Caries Risk Children – A Randomized Controlled Trial. J Clin Diagn Res. 2016;10(9):ZC56–60.
34. Van der Weijden FA, Van der Sluijs E, Ciancio SG, Slot DE.
Can Chemical Mouthwash Agents Achieve Plaque/Gingivitis Control? Dent Clin North Am.
2015;59(4):799–829.
35. Vlachojannis C, Chrubasik-Hausmann S, Hellwig E, Al- Ahmad A. A Preliminary Investigation on The Antimicrobial Activity of Listerine®, Its Components, and of Mixtures Thereof. Phytother Res. 2015;29(10):1590–4.
36. Oyanagi T, Tagami J, Matin K. Potentials of Mouthwashes in Disinfecting Cariogenic Bacteria and Biofilms Leading to Inhibition of Caries. Open Dent J. 2012;6(1):23–30.
37. Alshehri FA. The Use of Mouthwash Containing Essential Oils (LISTERINE®) to Improve Oral Health: A Systematic Review. Saudi Dent J. 2018;30(1):2–6.
38. Luís HS. Effect of an Essential-Oil and a Delmopinol Mouthrinse on Dental Plaque and Gingival Bleeding. Res Rev J Dent Sci. 2016;4(3):52–9.
39. Luls HS, Luis L, Bernardo M. In Vitro Study of The Effect of An Essential Oil and A Delmopinol Mouth Rinse on Dental Plaque Bacteria. Indian J Dent Res. 2016;27(6):648–
51.
40. Neilands J, Troedsson U, Sjödin T, Davies JR. The Effect of Delmopinol and Fluoride on Acid Adaptation and Acid Production in Dental Plaque Biofilms. Arch Oral Biol.
2014;59(3):318–23.
41. Amtha R, Kanagalingam J. Povidone-Iodine in Dental and Oral Health: A Narrative Review. J Int Oral Health.
2020;12(5):407–12.
42. Lachapelle JM, Castel O, Casado AF, Leroy B, Micali G, Tennstedt D, et al. Antiseptics in The Era of Bacterial Resistance: A Focus on Povidone Iodine. Clin Pract.
2013;10(5):579–92.
43. Chandel S, Khan MA, Singh N, Agrawal A, Khare V. The Effect of Sodium Bicarbonate Oral Rinse on Salivary pH and Oral Microflora: A Prospective Cohort Study. Natl J Maxillofac Surg. 2017;8(2):106–9.
44. Lorenz K, Jockel-Schneider Y, Petersen N, Stölzel P, Petzold M, Vogel U, et al. Impact of Different Concentrations of An Octenidine Dihydrochloride Mouthwash on Salivary Bacterial Counts: A Randomized, Placebo-Controlled Cross- Over Trial. Clin Oral Investig. 2018;22(8):2917–25.
45. Grover V, Mahendra J, Gopalakrishnan D, Jain A. Effect of Octenidine Mouthwash on Plaque, Gingivitis, and Oral Microbial Growth : A Systematic Review. Clin Exp Dent Res. 2021;(July 2020):1–15.
46. Reda B, Dudek J, Martínez-Hernández M, Hannig M. Effects of Octenidine on the Formation and Disruption of Dental Biofilms: An Exploratory In Situ Study in Healthy Subjects.
J Dent Res. 2021;100(9):950–9.
47. Mishra R, Chandrashekar KT, Tripathi VD, Hazari A, Sabu BS, Sahu A. Comparative Evaluation of Efficacy of 0.2%
Sodium Hypochlorite (Hi Wash) Mouthwash with 0.2%
Chlorhexidine Mouthwash on Plaque-Induced Gingivitis: A Clinical Trial. J Indian Soc Periodontol. 2019;23(6):534–8.
48. de Sousa V, Guedes OA, Estrela LR, Volpato LER, Borba AM, Estrela CR. Antibacterial Effect of Mouthwashes Against Streptococcus mutans, Staphylococcus aureus and Enterococcus faecalis. RSBO. 2021;18(1):44–51.
49. Schmalz G, Hickel R, van Landuyt KL, Reichl FX.
Nanoparticles in Dentistry. Dent Mater. 2017;33(11):1298–
314.
50. Carrouel F, Viennot S, Ottolenghi L, Gaillard C, Bourgeois D. Nanoparticles as Anti-Microbial, Anti-Inflammatory, and Remineralizing Agents in Oral Care Cosmetics: A Review of the Current Situation. Nanomaterials. 2020;10(1):140.
51. Jacob B, Nivedhitha MS. Comparative Assessment of the Antibacterial Efficacy of Natural Products and Chlorhexidine Mouthwash Against Streptococcus mutans: A Systematic Review. J Clin Diagn Res. 2018;12(12):1–7.
96
52. Pannu P, Gambhir R, Sujlana A. Correlation between the Salivary Streptococcus mutans Levels and Dental Caries Experience in Adult Population of Chandigarh, India. Eur J Dent. 2013;7(2):191–5.
53. Inquimbert C, Bourgeois D, Bravo M, Viennot S, Tramini P, Llodra JC, et al. The Oral Bacterial Microbiome of Interdental Surfaces in Adolescents According to Carious Risk. Microorganisms. 2019;7(9):1–24.