• Tidak ada hasil yang ditemukan

MULTIKULTURALISME PERSPEKTIF GUS DUR DAN IMPAKNYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MULTIKULTURALISME PERSPEKTIF GUS DUR DAN IMPAKNYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Batasan dan Rumusan Masalah

Salah satu tokoh yang mempengaruhi terwujudnya perdamaian dalam perbedaan adalah Gus Dur dan salah satu cara penerapan konsep multikulturalisme adalah melalui pendidikan yang akan dikhususkan pada pendidikan agama Islam. Dari identifikasi masalah tersebut, peneliti membatasi dan memfokuskan penelitian pada pandangan Gus Dur tentang multikulturalisme dan dampaknya terhadap pendidikan agama Islam.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Metode Penelitian

62. . relevan untuk menyelesaikan permasalahan terkait perspektif multikultural Gus Dur dan dampaknya terhadap pendidikan agama Islam. Menentukan ciri-ciri pesan yaitu dengan melakukan pemahaman mendalam terhadap gagasan atau pemikiran multikulturalisme Gus Dur lalu apa dampaknya terhadap pendidikan agama Islam.

Sistematika Pembahasan

Penarikan kesimpulan merupakan langkah terakhir dalam penelitian ini yaitu dampak pemikiran multikulturalis Gus Dur terhadap pendidikan agama Islam. Bab ketiga memuat biografi Gus Dur yang meliputi latar belakang keluarga, pendidikan, sosial politik, karya dan penghargaan yang diterimanya.

LANDASAN TEORI

Pengertian Multikulturalisme

33 Hilmy Masdar, Menggagas Paradigma Pendidikan Berbasis Multikulturalisme, Jurnal Ulumuna, Vol. kesetaraan) dan pengakuan (valuasi) yang kuat dalam berbagai definisi multikulturalisme.34. Multikulturalisme pada hakikatnya merupakan pandangan dunia yang kemudian dapat diterjemahkan ke dalam berbagai kebijakan penerimaan realitas keagamaan, pluralistik, dan multikultural dalam kehidupan masyarakat.

Hubungan Konsep Multikulturalisme dengan Pluralisme

Berbagai elemen yang ada dalam masyarakat dipandang dan ditentukan dalam posisi yang setara dan setara untuk menciptakan keadilan antar elemen budaya yang berbeda.56. Pluralisme di sini juga bisa berarti kebijakan politik yang mendukung terpeliharanya kelompok yang berbeda suku, pola budaya, agama, dan lain sebagainya.

Pendidikan Agama Islam

  • Hakikat Pendidikan Agama Islam
  • Kurikulum Pendidikan Agama Islam
  • Tujuan Pendidikan Agama Islam
  • Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
  • Metode Pendidikan Agama Islam

Dan secara fungsional dapat digunakan untuk mewujudkan nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. Arifin, Pendidikan Islam: Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal.

Telaah Pustaka/Penelitian yang Relevan

Ada banyak jenis metode pengajaran dan tidak ada satu metode pun yang paling cocok untuk semua materi pelajaran dan dalam semua situasi. Masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, diperlukan keahlian guru dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan. Kedua, disertasi Aristophan Firdaus yang berjudul 'Pemikiran Gus Dur (Gus Dur) tentang Nilai-Nilai Humanistik dan Implikasinya Terhadap Resolusi Konflik di Indonesia.'95 Inti dari penelitiannya adalah untuk menyelidiki pemikiran Gus Dur tentang Islam dan dunia humanistik. nilai-nilai yang ada dalam diri Gus Dur sendiri.

Dan gagasan beliau dalam menyikapi keberagaman suku, ras, budaya, dan agama di Indonesia adalah dengan menempatkan setiap keberagaman pada tempat yang sama secara adil tanpa diskriminasi, sehingga seluruh masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan yang sama. Sedangkan penelitian ini lebih fokus pada analisis perspektif multikulturalisme Gus Dur dan dampaknya terhadap pendidikan agama Islam.

Kerangka Berpikir

Konflik-konflik yang terjadi tentunya dapat diatasi dengan menerapkan sikap multikulturalisme, yaitu dengan menghargai dan menghormati keberagaman yang ada. Berdasarkan permasalahan tersebut, pemikiran inovatif Gus Dur tentang multikulturalisme dapat menjadi solusi terhadap berbagai macam permasalahan atau problematika yang timbul dari keberagaman Indonesia. Dalam penerapannya ada kaitannya dengan multikulturalisme, hal ini berkaitan dengan pendidikan yaitu bagaimana menerapkan sikap saling menghormati dan saling menghormati untuk menciptakan perdamaian dalam negeri, dan lebih khusus lagi mengarah pada pendidikan agama Islam.

Karena pendidikan agama Islam mengajarkan kebaikan, kebenaran dan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya, maka multikulturalisme dapat mempengaruhi pendidikan agama Islam.

Latar Belakang Keluarga

Gus Dur menghabiskan masa kecilnya di pesantren milik kakeknya Hasyim Asy'ari (pendiri Pondok Pesantren Tebuireng) dan Kiai Bisri Syamsuri (pendiri Pondok Pesantren Denanyar). Kemudian pada usia empat tahun, Gus Dur tinggal bersama ayahnya di Menteng, Jakarta Pusat, yang pada saat itu Wahid Hasyim dipercayakan menjadi kepala Shumubu, semacam kantor utusan agama atas permintaan pemerintah Jepang.99. Sejak tinggal di Jakarta bersama ayahnya, Gus Duro dibimbing langsung oleh ayahnya sekaligus memperoleh wawasan yang cukup.

Sejak saat itu, Gus Dur dikenalkan dengan orang-orang yang mempunyai ideologi dan latar belakang berbeda dengan dirinya. Wahid Hasyim dan Gus Dur bersama Argo Sutjipto, penerbit yang merupakan temannya, mengalami kecelakaan sekitar pukul 01.00 siang, namun ambulans dari Bandung baru tiba di lokasi kejadian sekitar pukul 04.00 sore.

Latar Belakang Pendidikan

Ayahnya pernah menawarinya untuk bersekolah di sekolah elit, namun Gus Dur lebih memilih sekolah biasa. Untuk menuntaskan pendidikan Gus Dur, diatur agar ia bersekolah di Pondok Pesantren Al-Munawwir di Krapyak tiga kali seminggu. Kemampuan bahasa Inggris Gus Dur meningkat dan ia mampu membaca tulisan dalam bahasa Perancis, Belanda dan Jerman selama berada di Yogyakarta.

Setelah lulus dari Sekolah Menengah Ekonomi (SMEP) di Yogyakarta pada tahun 1957, Gus Dur mulai bersekolah penuh di pesantren. Selanjutnya apa yang memotivasi Gus Dur untuk berangkat ke MC Gill University di Kanada untuk mempelajari Studi Islam secara mendalam.

Latar Belakang Sosial dan Politik

Pada tahun 1990, ICMI menawarkan Gus Dur untuk bergabung dengan lembaga ini, namun ia menolak dan malah mendirikan forum demokrasi, dengan menuduh ICMI adalah lembaga yang dibuat oleh penguasa dengan unsur sektarian. Keith Loveard dan Dirk Vlasblon yang merupakan koresponden majalah Asiaweek di Jakarta menempatkan Gus Dur sebagai tokoh paling berkuasa di Asia pada peringkat 24 (1996) dan 20 (1997). Hal ini terlihat jelas dari tindakan Gus Dur di awal tahun 90an yang mengkritik kebijakan rezim Soeharto yang tidak demokratis dan otoriter.

Pada tahun 1998, muncul tokoh-tokoh reformis yaitu: Megawati, Amin Rais, Partai Islam Sultan Hamengu Buwono dan Gus Dur pun tak ketinggalan mendeklarasikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang banyak didukung oleh kalangan NU.

Karya-Karya

493 Tulisan Gus Dur, Terbagi dalam Berbagai Bentuk. 112 Setelah tahun 2000, terbit tiga buku lain yang berisi kumpulan tulisan Gus Dur, yaitu Kumpulan Kolom dan Artikel Gus Dur di Era Pengunduran Diri (60 artikel), Gus Dur Bertutur (2 artikel) dan Universalisme dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam (20 artikel yang dimuat di Kompas). Gus Dur tidak pernah mendapat gelar secara institusi, namun ia cerdas, progresif, dan mempunyai ide-ide cemerlang. Dengan bahasa yang sederhana dan lancar bahkan dalam penyampaiannya secara lisan, Gus Dur diakui sangat komunikatif.

Seperti yang dikatakan Greg Barto115, meskipun Gus Dur berpendidikan dan tidak mempunyai gelar Barat, namun berbagai tulisannya menunjukkan bahwa ia adalah seorang intelektual yang maju, dan catatan kaki jarang ditemukan dalam berbagai tulisannya.

Penghargaan Yang Diperoleh

Gus Dur menjadi pemimpin besar dan diakui karena pemikirannya dan gerakan sosial yang dibangunnya berdampak kuat terhadap demokrasi, keadilan, dan toleransi beragama di Indonesia. Pada 11 Agustus 2006, GirlsArivia dan Gus Dur menerima Tasrif Award-AJI sebagai Pejuang Kemerdekaan Pers 2006. Gus Dur menerima penghargaan dari Mebel Valor yang berpusat di Los Angeles, karena Gus Dur diyakini berani membela kelompok minoritas.

Beragamnya penghargaan yang diraih Gus Dur menunjukkan bahwa kemampuannya sebagai seorang intelektual, aktivis kemanusiaan, dan tokoh pro demokrasi tidak perlu diragukan lagi. Meski Gus Dur tidak memiliki gelar sarjana, namun kehadiran gelar doktor dari beberapa negara menunjukkan bahwa Gus Dur adalah seorang intelektual maju yang kemampuan keilmuannya luar biasa.

MULTIKULTURALISME PERSPEKTIF GUS DUR DAN

Pribumisasi Islam

Gagasan “Indigenisasi Islam” tersaji dalam dua tulisan Gus Dur, yakni artikel bertajuk “Apakah Salah Mempribumikan. Tim 123 INCreS, Melampaui Simbol-simbol: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur (Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2000), hal. Benar apa yang dikatakan Greg Barton bahwa Gus Dur adalah sosok yang mencintai budaya Islam tradisional (dalam hal ini khazanah pemikiran Islam yang dihasilkan para ulama terdahulu).

138 Zainal Arifin Thoha, Kenyelenehan Gus Dur, Gugatan Pemuda NU dan Tantangan Budaya, (Yogyakarta: Gama Media, 2001), hal. Gus Dur hadir di tengah-tengah masyarakat untuk memberikan jalan tengah bagi Islam untuk eksis sebagai rahmatal lil 'alamin sebagai agama yang mampu menanamkan nilai-nilai sosial dalam kehidupan yang majemuk dan majemuk.

Demokrasi dan Hak Asasi Manusia

Zuhairi Misrawi menilai Gus Dur telah memperlakukan kelompok minoritas, terutama kelompok tertindas, sebagai warga negara. Gus Dur selalu menekankan bahwa kelompok minoritas mempunyai hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya yang sama dengan hak kelompok. Dalam buku Islamku, Islammu dan Islam Kita, Gus Dur menegaskan, umat Islam Indonesia harus mengembangkan visi Islam yang berorientasi nasional.

Gus Dur selalu menegaskan bahwa Islam yang berkembang di Indonesia berbeda dengan Islam yang berkembang di Arab Saudi. 159 Sapto Wahyono, Demokratisasi di Indonesia: Studi Banding Pemikiran Gus Dur dan Nurcholish Madjid, skripsi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010.

Humanisme dalam Pluralitas Masyarakat

Pemikiran Gus Dur mengenai toleransi dan dialog antar umat beragama atau antar agama melekat dalam pemikirannya mengenai multikulturalisme. Pertama, Gus Dur berpendapat bahwa perbedaan agama cenderung merupakan perbedaan dalam tataran kemanusiaan. Sebab Gus Dur sadar, banyak hal yang tersembunyi dalam kehidupan seseorang selama hidup di dunia ini, dan hanya Tuhan yang mengetahuinya.

Pemikiran tersebut bisa ditelusuri ketika Gus Dur menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Gus Dur berpendapat bahwa pluralitas di dunia ini tidak bisa dihindari dalam kehidupan manusia.

Karakteristik Multikulturalisme

Konsep dan pemikiran Gus Dur mengenai pendidikan agama Islam terlihat jelas pada gagasannya tentang reformasi pesantren. Dengan demikian, kita dapat melihat hasil pemikiran Gus Dur tentang pendidikan agama Islam di Indonesia dalam konsep pendidikan Islam. Salah satu gagasan yang dikemukakan Gus Dur dalam upaya mengembangkan pendidikan agama Islam didasarkan pada konsep pendidikan agama Islam.

Menurut Gus Dur, cara pendidikan dalam Islam adalah pendidikan agama Islam harus beragam, mengingat kondisi geografis penduduk Indonesia yang beragam. Dalam karir dan kehidupannya, Gus Dur lebih mengabdikan dirinya pada dunia pendidikan, khususnya pengembangan pendidikan agama Islam di dunia pesantren. Dari segi strategi politik, pandangan Gus Dur terhadap nilai-nilai pendidikan agama Islam diungkapkan secara manusiawi.

Dalam hal ini pemikiran Gus Dur tidak lepas dari pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam yang terus mengembangkan masyarakat melalui jalur pendidikan.

Aktualisasi Sikap Multikulturalisme

Impak Multikulturalisme terhadap Pendidikan Agama Islam

  • Kurikulum Pendidikan Agama Islam
  • Strategi Pendidikan Agama Islam

PENUTUP

Saran

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, lembaga pendidikan pada umumnya harus dapat memberikan perhatian khusus terhadap multikulturalisme pada umumnya dan di Indonesia khususnya. Kami berharap penelitian ini dapat menjadi landasan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, tentunya dengan pendekatan, perspektif dan metode guna menemukan teori-teori baru dan semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya mengenai multikulturalisme yang mempunyai pengaruh terhadap Islam. Pendidikan agama. Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA (Pusat Kurikulum-Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional.

Fani Reza, Iredho, “Menjaga Kerukunan Umat Beragama Dalam Perspektif Pluralisme Keagamaan. Kajian Konflik Keagamaan di Indonesia”, Indo-Islamika: Jurnal Kajian Islam Interdisipliner di Indonesia, Jakarta UIN Syarif Hidayatullah, Vol. Integrasi PAI dan PKn; Menguji PAI Berwawasan Multikultural, dalam Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikulturalisme, ed.

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Perspektif Islam Kurikulum sebagai acuan pelaksanaan pendidiakn dalam pendidikan Islam dikenal denga kata manhaj yang memiliki arti