• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUSEUM DIRGANTARA MANDALA DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "MUSEUM DIRGANTARA MANDALA DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
190
0
0

Teks penuh

(1)

MUSEUM DIRGANTARA MANDALA DI KOTA MAKASSAR

ACUAN PERANCANGAN

Di Ajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Ujian Sarjana Arsitektur

Oleh :

NOVITA AYU PURNAMA SARI TAMMU 45.12.043.024

PRODI ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2019

(2)

Dekan Fakultas Teknik,

Dr. Ridwan, S.T., M.Si.

NIK/NIDN: D.091012101

HALAMAN PENGESAHAN ACUAN PERANCANGAN MUSEUM DIRGANTARA MANDALA

DI KOTA MAKASSAR

Disusun oleh :

NOVITA AYU PURNAMA SARI TAMMU

NIK/NIDN: 0908077301 45 12 043 024

Menyetujui :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Syamsuddin Mustafa,ST. MT NIK/NIDN : 0905067602

Syahril Idris, S.T.,M.SP NIDN : 0928047002

Ketua Program Studi Arsitektur,

Nasrullah, S.T., M.T.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahamat dan hidyah-Nya yang senantiasa dilimpahakan kepada penulis, sehingga bisa menyelasaikan Tugas Akhir Acuan Perancangan dengan judul “MUSEUM DIRGANTARA DI KOTA MAKASSAR” sebagai syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

Dalam penyusunan skripsi ini banyak hambatan serta rintangan yang penulis hadapi namun pada akhirnya dapat melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbgai pihak baik secara moral maupun spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Syam Fitriani Asnur, ST.,MT Selaku Ketua Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

2. Bapak Syamsuddin Mustafa, ST.,MT Selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Acuan Perancangan.

3. Bapak Syahril Idris, ST.,MSP, Selaku Dosen Pembimbing dan Penasehat Akademik yang telah banyak membantu memberikan arahan, dorongan dan motivasi selama masa perkuliahan maupun penyusunan Tugas Akhir Acuan Perancangan ini.

(4)

4. Seluruh jajaran Dosen dan Staf Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa Makassar.

5. Seluruh Staf Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian dan membantu kelancaran penelitian ini.

6. Terkhusus kepada kedua Orang Tua, Saudara, dan Orang Terkasih yang memberikan doa dan dukungan dan selama proses penyusunan Acuan ini.

7. Sahabat – sahabat terkasih penulis Besse Amhariani dan Marlina yang telah tulus menemani, saling memberi arahan dan dorongan, serta bekerja sama dalam membuat Tugas Akhir Acuan Perancangan ini. dan teman-teman angkatan 2012 yang telah banyak memberikan semangat sehingga Acuan Perancangan ini dapat terselesaikan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu memberikan dukungan.

Penulis mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk mendorong penelitian-penelitian selanjutnya.

Makassar, Februari 2019

Novita Ayu Purnama Sari Tammu

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Dan Sasaran Pembahasan ... 4

D. Lingkup Pembahasan ... 5

E. Metode Dan Sistematika Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM A. Tinjauan Umum Museum ... 9

1. Sejarah Museum ... 9

2. Pengertian dan tipe – tipe museum ... 10

3. Pengertian Museum Menurut Para Ahli ... 15

4. Fungsi Museum ... 16

5. Struktur Organisasi Museum ... 17

B. Regulasi Terhadap Permuseuman di Indonesia ... 19

(6)

1. Peran museum dalam kehidupan berbangsa ... 19

2. Strategi pengembangan museum di Indonesia ... 20

3. Perkembangan museum di Indonesia ... 21

C. Program Kegiatan Museum ... 23

1. Pelaku kegiatan... 23

2. Aktivitas pelaku kegiatan ... 23

D. Tugas Pokok Museum ... 27

1. Mengumpulkan benda koleksi ... 27

2. Tugas pemeliharaan dan penyelematan ... 28

3. Tugas pameran ... 28

4. Tugas penelitian ... 29

5. Tugas pendidikan... 29

BAB III. TINJAUAN KHUSUS PENGADAAN MUSEUM DIRGANTARA DI MAKASSAR A. Tinjauan Umum ... 30

1. Kondisi fisik kota Makassar ... 30

2. Pola umum tata ruang kota Makassar ... 33

3. Pertumbuhan kepariwisataan Makassar ... 37

B. Tinjauan Khusus Pengadaan Museum Dirgantara di Kota Makassar ... 38

1. Kondisi museum dirgantara yang ada saat ini... 38

2. Potensi pengadaaan museum dirgantara di kota makassar ... 52

C. Tinjauan Tentang Pelestarian Koleksi Museum Dirgantara ... 54

(7)

1. Jenis benda koleksi yang ada di museum dirgantara

mandala yogyakarta ... 54

2. Faktor penyebab kerusakan benda koleksi museum... 55

3. Upaya pelestarian ... 55

BAB IV KESIMPULAN A. Kesimpulan Umum ... 56

B. Kesimpulan Khusus ... 56

BAB V PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN A. Pendekatan Acuan Makro ... 57

1. Dasar penetapan kota ... 57

2. Pendekatan penentuan lokasi ... 57

3. Pendekatan perancangan site... 65

B. Pendekatan Acuan Mikro ... 68

1. Pendekatan kebutuhan dan besaran ruang ... 68

2. Pendekatan pengelompokan dan hubungan ruang ... 72

3. Pendekatan bentuk dan tampilan bangunan ... 73

4. Pendekatan sistem struktur dan material ... 75

5. Pendekatan utilitas bangunan ... 83

6. Pendekatan tata ruang dalam bangunan ... 87

7. Pendekatan tata ruang luar bangunan ... 87

BAB VI ACUAN PERANCANGAN A. Acuan Perancangan Makro ... 88

1. Acuan penentuan lokasi ... 88

(8)

2. Acuan penentuan site / tapak... 89

B. Acuan Perancangan Mikro ... 90

1. Acuan kebutuhan ruang ... 90

2. Acuan besaran ruang ... 93

3. Acuan bentuk dan tampilan bangunan ... 104

4. Acuan sistem struktur dan material ... 104

5. Acuan utilitas bangunan... 105

6. Acuan tata ruang dalam bangunan ... 108

7. Acuan tata ruang luar bangunan ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 115

LAMPIRAN ... 116

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pesawat terbang pertaman di dunia ……… 1

Gambar 2.1 Skema Struktur Organisasi Museum ……… 17

Gambar 2.3 Skema Struktur Organisasi Museum ………. 18

Gambar 2.3 Skema Pola Kegiatan Pengelola ………. 24

Gambar 2.4 Skema Pola Kegiatan Pengunjung ………. 25

Gambar 3.1 Peta Kota Makassar ………. 30

Gambar 3.2 Gambar 3.3 Peta tata ruang kota Makassar………. Struktur Organisasi Museum Dirgantara 36 Mandala Yogyakarta ………. 43 Gambar 3.4

Gambar 3.5

Ruang Utama Museum Dirgantara

Mandala Yogyakarta ………..

Ruang Kronoloogi Museum Dirgantara

Mandala Yogyakarta ……….

44

45 Gambar 3.6

Gambar 3.7

Gambar 3.8

Gambar 3.9

Ruang Seragam TNI-AU ……….

Ruang Kotama dan Ruang Kasau Museum

Dirgantara Mandala Yogyakarta ……….

Ruang Alutsista Museum Dirgantara

Mandala Yogyakarta ……….

Ruang Alutsista Museum Dirgantara

Mandala Yogyakarta ……….

45

46

47

47

(10)

Gambar 3.10 Ruang Diaroma Museum Dirgantara

Mandala Yogyakarta ………. 48

Gambar 3.11 Ruang Minat Dirgantara Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta ………. 49

Gambar 3.12 Ruang Mini Theater Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta ………. 49

Gambar 3.13 Ruang Simulator Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta ………. 50

Gambar 3.14 Koleksi Pesawat yang ada di luar Gedung Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta ………. 51

Gambar 5.1 Peta rencana tata ruang kota makassar ………. 59

Gambar 5.2 Sketsa lokasi alternativ I ………. 62

Gambar 5.3 Sketsa lokasi alternativ II ………. 63

Gambar 5.4 Sketsa lokasi alternativ III ………. 64

Gambar 5.5 Sketsa site alternativ terpilih ………. 66

Gambar 5.6 Pondasi garis ………. 78

Gambar 5.7 Pondasi poer plat ………. 78

Gambar 5.8 Pondasi tiang pancang ....………. 79

Gambar 5.9 Pondasi sumuran ………. 79

Gambar 5.10 Struktus system rangka ………. 80

Gambar 5.11 Struktur space frame ………. 82

Gambar 5.12 Struktur kabel ………. 83

Gambar 5.13 Struktur lipat ……….... 84

(11)

Gambar 6.1 Peta lokasi terpilih ……… 91

Gambar 6.2 Peta site terpilih ………. 91

Gambar 6.3 Sistem pembuangan sampah ………. 109

Gambar 6.4 Granit ………. 110

Gambar 6.5 Aspal ………. 110

Gambar 6.6 Paving Block ………. 111

Gambar 6.7 Dinding kramik pada toilet ………. 111

Gambar 6.8 Baja Galvanis ………. 111

Gambar 6.9 Dinding kaca ………. 112

Gambar 6.10 cat tembok ………. 112

Gambar 6.11 Pohon trembesi, palem raja, tabebuya ………. 112

Gambar 6.12 Rumput gajah mini ………. 113

Gambar 6.13 Aspal ………. 113

Gambar 6.14 lampu jalan ………. 114

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Wisatawan Yang Pernah Berkunjung

ke Sulawesi Selatan ... 38

Tabel 5.1 Pembobotan Penentuan Lokasi... 61

Table 5.2 Pembobotan Site ……… 65

Table 5.3 Pendekatan hubungan ruang ……… 70

Table 6.1 Rekapitulasi kebutuhan ruang ……… 105

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap, dan dapat terbang dengan tenaga sendiri . Secara umum istilah pesawat terbang sering juga disebut dengan pesawat udara atau kapal terbang atau cukup pesawat dengan tujuan pendefenisian yang sama sebagai kendaraan yang mampu terbang di atmosfer atau udara. Namun dalam dunia penerbangan, istilah pesawat terbang berbeda dengan pesawat udara, istilah pesawat udara jauh lebih luas pengertiannya karena telah mencakup pesawat terbang dan helikopter.

Pesawat terbang yang lebih berat dari udara ini diterbangkan pertama kali oleh Wright Bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) dengan menggunakan pesawat rancangan sendiri yang dinamakan Flyer yang diluncurkan pada tahun 1903 di sekitar Amerika Serikat.

Gambar 1.1 Pesawat terbang pertaman di dunia (Sumber : https://www.penemu.co/penemu-pesawat-terbang/)

(14)

Seiring berjalannya waktu, dari tahun ketahun tercipta bebagai macam pesawat terbang mulai dari pesawat tempur hingga pesawat komersil.

Museum merupakan salah satu wadah yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat mengenai informasi atau gambaran mengenai pesawat dan dunia kedirgantaraan. Museum Pesawat telah dibangun di beberapa negara seperti amerika, singapura, india, dll. Di Indonesia Museum Dirgantara pertama kali di buat oleh TNI AU di Jakarta tepatnya di jalan Tanah Abang Bukit, yang bernama Meseum Dirgantara Mandala dan di resmikan pada tanggal 4 April 1969 oleh Panglima AU Laksamana Roesmin Noerjadin, lalu di pindahkan pada tanggal 29 Juli 1978 di Yogyakarta dalam komplek Pangkalan TNI AU Lanud Adisutjipto. Museum Dirgantara Mandala berisi koleksi benda – benda sejarah dan dokumentasi tentang seluruh kegiatan dan peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU. Kemudian, adapula museum yang bernama Museum Angkut yang didirikan pada tanggal 9 maret 2014 di Kota Batu, Malang Jawa Timur. Museum ini memiliki koleksi 300 jenis angkutan tradisional hingga modern dan salah satu koleksinya yaitu replika Pesawat Presiden RI. Indonesia pun pernah membuat 2 pesawat yang di rancang oleh Mantan Presiden ke-3 RI Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie. Beliau merancang pesawat tipe N 250 PA-1 dengan versi Gatotkaca diluncurkan Agustus 1995, dan N-250 PA-2 diberi nama versi Krincing Wesi yang diluncurkan Agustus 1996.

Museum Dirgantara dianggap perlu di bangun di Kota Makassar sebagai sarana edukasi kedirgantaraan bagi masyarakat kawasan Indonesia Timur,

(15)

khususnya Kota Makassar. Selain itu Makassar merupakan kota yang strategis dari segi letak ataupun akses transportasi yang mana dapat dijangkau dari daerah lain di Sulawesi Selatan, maupun dari kawasan Timur Indonesia. Tentu saja hal ini merupakan acuan dasar perlunya di bangun Museum Dirgantara sebagai yang pertama di Kawasan Bagian Timur Indonesia.

Dilihat dari minimnya ruang hijau yang tersedia di daerah perkotaan serta pemanasan global maka penambahan ruang hijau sebagai upaya mendukung perkembangan suatu kota juga perlu diperhatikan. Penerapan Arsitektur ramah lingkungan dapat membantu mengurangi panas radiasi matahari serta membuat bangunan ramah lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di atas, maka untuk memudahkan proses penulisan guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas diperlukan adanya perumusan masalah. Berangkat dari pernyataan tersebut di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah yang selanjutnya dirumuskan dari segi arsitektural maupun non arsitektural sebagai berikut:

1. Non Arsitektural

a. Bagaimana cara mengidentifikasi benda-benda kedirgantaraan yang ada di Indonesia?

b. Bagaimana agar keberadaan museum semaksimal mungkin memenuhi aspirasi para pengunjung, pengelola, dan semua unsur lain yang ada didalamnya, yaitu fungsi rekreasi, edukasi, ekonomi, reservasi,

(16)

konservasi, dalam rangka pelestarian dan pengembangan kepariwisataan?

2. Arsitektural

a. Bagaimana konsep dasar / acuan penentuan lokasi dan site yang strategis sesuai dengan master plan kota makassar yang mendukung kegiatan operasional museum ?

b. Bagaimana konsep dasar penentuan tapak museum dirgantara ? c. Bagaimana konsep dasar pola mikro museum dirgantara ?

d. Bagaimana konsep dasar bentuk bangunan dengan penerapan arsitektur ramah lingkungan?

e. Bagaimana konsep dasar struktur bangunan museum dirgantara ? f. Bagaimana konsep dasar sistem utilitas museum dirgantara ? g. Bagaimana konsep dasar landscape museum dirgantara?

C. Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1. Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan yakni perencanaan Museum Dirgantara yang dapat menunjang kegiatan pelestarian, pandidikan, penelitian dan rekreasi secara optimal. Sehingga masyarakat mendapatkan sarana edukasi yang lengkap mengenai kedirgantaraan serta dapat pula menjadi monument tentang kedirgantaraan di kawasan Timur Indonesia khususnya kota Makassar.

(17)

2. Sasaran Pembahasan

Merancang sebuah Museum Dirgantara berdasarkan konsep arsitektur ramah lingkungan dan ekonomis yang diterapkan melalui pengolahan elemen-elelemn bangunan. Pengolahan tata ruang luar dan dalam, menjadi sebuah rancangan yang utuh dan terintegrasi dengan baik melalui setiap elemen-elemen bangunan dan fungsi ruang, yang menjadikan bangunan tidak hanya sebagai tempat pameran tetapi juga sebagai tempat edukasi bagi pelajar dan masyarakat.

D. Lingkup Pembahasan

Perencanaan dan perancangan Museum Dirgantara ini dibatasi oleh lingkup pembahasan mengenai perencanaan Museum Dirgantara baik dari tata ruang dalam maupun tata ruang luar yang dilihat dari perilaku dan pendidikan tentang kedirgantaraan terhadap pelajar dan masyarakat dan juga tata cara pameran.

Aspek - aspek tersebut kemudian dianalisa hingga dirumuskan menjadi sebuah konsep perencanaan dan perancangan, dan kemudian diwujudkan dalam rancangan ke dalam sebuah Museum Dirgantara di kota Makassar.

E. Metode dan Sistematika Pembahasan 1. Metode Pembahasan

a. Pengumpulan Data

Metode pengamatan dan pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah ;

(18)

1) Metode Primer

Metode ini dilakukan untuk memperoleh data secara langsung dan sesuai dengan kondisi sebenarnya. Pengumpulan data dengan metode ini dilakukan dengan cara:

a) Observasi

Melakukan pengamatan dan peninjauan secara langsung sebuah Museum. Selebihnya mengamati sebuah Museum Dirgantara Mandala TNI-AU yang menjadi studi kasusnya.

2) Wawancara

Berkaitan dengan memperoleh data-data untuk mengetahui segala aktivitas dan sarana-sarana yang diperlukan dalam sebuah Museum Dirgantara Mandala TNI-AU

a) Metode Sekunder

Metode ini dilakukan untuk memperoleh teori dan informasi pendukung yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir dengan cara studi pustaka, yaitu dengan mempelajari referensi yang berkaitan dengan masalah dan subyek yang akan dibahas. Referensi dapat diperoleh melalui berbagai media, baik media cetak, buku maupun media elektronik.

3) Analisis

Dengan mengacu pada Museum Dirgantara Mandala TNI-AU yang ada hingga saat ini dipilih untuk dianalisis untuk mendapatkan bagian- bagian dari perkembangan Museum baik dunia maupun di Indonesia.

(19)

Selanjutnya dengan menerapkan konsep arsitektur pada desain museum dirgantara akan memberikan wadah yang tepat untuk memamerkan semua benda- benda koleksi Museum Dirgantara yang ada dengan memperhatikan tata ruang dalam dan luar serta memberikan keleluasaan pada ruang dalam dengan segala fasilitas yang diberikan untuk masyarakat dan pelajar.

4) Kesimpulan

Merupakan bagian akhir yang menyimpulkan desain yang akan dipakai sebagai perancangan Museum Dirgantara di kota Makassar tersebut.

2. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM MUSEUM DIRGANTARA

Berisi uraian singkat mengenai teori umum yang berkaitan dengan Museum Dirgantara, termasuk di dalamnya adalah sejarah dan koleksi museum.

BAB III TINJAUAN KHUSUS MUSEUM DIRGANTARA DI KOTA MAKASSAR

Berisi data terkait, yang meliputi data koleksi benda – benda bersejarah Museum Dirgantara, serta data ketertarikan masyarakat terhadap kedirgantaraan di Kota Makassar.

(20)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi suatu kesimpulan yang bersifat arsitektural dari seluruh hasil perencanaan dan perancangan yang sebagai penyusunan konsep pendekatan perencanaan.

BAB V PENDEKATAN ACUAN PERANCANGAN

Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan sifat bangunan yang ingin dicapai ( informatif dan fleksibel ) serta dasar-dasar ukuran yang standard untuk sebuah Museum Dirgantara. Landasan teori akan digunakan sebagai dasar pemikiran untuk tahap analisis.

BAB VI ACUAN PERANCANGAN

Berisi mengenai berbagai analisi antara lain analisi pelaku yang berkegiatan di dalam tapak, anailisis ruang yang kemudian mendapatkan dimensi ruang yang telah dihitung, analisis berbagai karya arsitektur ke dalam perancangan arsitektural dan analisis tapak.

(21)

BAB II

TINJAUAN UMUM MUSEUM A. Tinjauan Umum Museum

1. Sejarah Museum

Secara etimologis, museum berasal dari kata Yunani, Μουσεῖον atau mouseion, yang sebenarnya merujuk kepada nama kuil untuk sembilan Dewi Muses, anak-anak Dewa Zeus yang melambangkan ilmu dan kesenian.

Bangunan lain yang diketahui berhubungan dengan sejarah museum adalah bagian kompleks perpustakaan yang dibangun khusus untuk seni dan sains, terutama filsafat dan riset di Alexandria oleh Ptolemy I Soter pada tahun 280 SM. Museum berkembang seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan manusia semakin membutuhkan bukti-bukti otentik mengenai catatan sejarah kebudayaan.

Di Indonesia, museum yang pertama kali dibangun adalah Museum Radya Pustaka. Selain itu dikenal pula Museum Gajah yang dikenal sebagai yang terlengkap koleksinya di Indonesia, Museum Wayang, Persada Soekarno, Museum Tekstil serta Galeri Nasional Indonesia yang khusus menyajikan koleksi seni rupa modern Indonesia. Pada awalnya, museum bermula sebagai tempat untuk menyimpan koleksi milik individu, keluarga atau institusi kaya. Benda-benda yang disimpan biasanya merupakan karya seni dan benda-benda yang langka, atau kumpulan benda alam dan artefak arkeologi.

(22)

2. Pengertian dan tipe – tipe museum

Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. Karena itu ia bisa menjadi bahan studi oleh kalangan akademis, dokumentasi kekhasan masyarakat tertentu, ataupun dokumentasi dan pemikiran imajinatif pada masa depan. Sejak tahun 1977, setiap tanggal 18 Mei diperingati sebagai Hari Museum Internasional

Museum memiliki beragam tipe, dari institusi yang besar dan mencakup banyak kategori, hingga institusi kecil yang memusatkan diri kepada subjek tertentu, lokasi, atau seseorang. Selain itu terdapat museum universal yang koleksinya merepresentasikan dunia dan biasanya koleksinya di antaranya seni, ilmu pengetahuan, sejarah dan sejarah alam.

Tipe dan ukuran museum tercermin dalam koleksinya. Sebuah museum biasanya memiliki koleksi inti yang merupakan benda terpenting di bidangnya. Kategori museum-museum tersebut di antaranya:

1. Museum Arkeologi

Museum arkeologi merupakan museum yang mengkhususkan diri untuk memajang artefak arkeologis. Museum arkeologi banyak yang bersifat museum terbuka (museum yang terdapat di ruang terbuka atau Open Air Museum). Di Indonesia, contoh dari museum arkeologi adalah Museum Trowulan di Trowulan, Jawa Timur.

(23)

2. Museum Seni.

Museum seni, lebih dikenal dengan nama galeri seni, merupakan sebuah ruangan untuk pameran benda seni, mulai dari seni visual yaitu di antaranya lukisan, gambar, dan patung. Beberapa contoh lainnya adalah seni keramik, seni logam dan furnitur. Contoh dari museum seni ini di Eropa adalah merbach-Cabinet di Basel, yang awalnya merupakan koleksi pribadi yang dijual kepada pemerintah kota Basel pada tahun 1661, dan menjadi museum untuk umum sejak tahun 1671. Saat ini, museum ini bernama Kunstmuseum Basel.

Museum yang mengkhususkan diri sebagai museum seni, merupakan suatu hal yang baru. Salah satu yang pertama adalah Hermitage Museum di Saint Petersburg yang dibangun pada tahun 1764. Di Indonesia,

contoh dari museum seni adalah Museum Affandi yang terletak di Yogyakarta.

3. Museum Biografi

Museum Biografi merupakan museum yang didedikasikan kepada benda yang terkait dengan kehidupan seseorang atau sekelompok orang, dan terkadang memajang benda-benda yang mereka koleksi. Beberapa museum terletak di dalam rumah atau situs yang terkait dengan orang yang bersangkutan pada saat dia hidup. Contoh dari museum ini adalah Museum Edith Piaf di Paris. Di Indonesia, contoh museum biografi adalah Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution yang terletak di Jakarta Pusat, DKI Jaya.

(24)

4. Museum anak

Museum anak merupakan institusi yang menyediakan benda pameran dan program acara untuk menstimulasi pengalaman informal anak.

Berlawanan dengan museum tradisiona; yang memiliki peraturan untuk tidak menyentuh benda pameran, museum ini biasanya memiliki benda yang dirancang untuk dimainkan oleh anak-anak. Museum anak kebanyakan

merupakan organisasi nirlaba dan dikelola oleh sukarelawan atau oleh staf profesional dalam jumlah yang kecil.[8] Contoh dari museum anak ini adalah Museum Anak Kolong Tangga yang terletak di Yogyakarta. Pada museum ini terdapat beberapa mainan anak tradisional.

5. Museum Universal

Museum universal atau dikenal pula dalam bahasa Inggris sebagai Museum encyclopedic, merupakan museum yang umum kita jumpai.

Biasanya merupakan institusi besar, yang bersifat nasional, dan memberikan informasi kepada pengunjung mengenai berbagai variasi dari tema lokal dan dunia. Museum ini penting karena meningkatkan rasa keingin-tahuan terhadap dunia. Contoh museum universal adalah British

Museum di London, Inggris.

6. Museum etnologi

Museum Indonesia di TMII dibangun dengan Arsitektur Bali, merupakan museum etnologi yang memajang berbagai artefak dan cara hidup suku bangsa di Indonesia. Museum etnologi merupakan museum

(25)

yang mempelajari, mengumpulkan, merawat, dan memamerkan artefak dan objek yang berhubungan dengan etnologi dan antropologi. Museum seperti ini biasanya dibangun di negara yang memiliki kelompok etnis atau etnis minoritas yang berjumlah banyak. Contoh dari museum ini adalah Museum Indonesia di TMII.

7. Rumah Bersejarah

Museum rumah bersejarah, atau yang lebih dikenal dengan rumah bersejarah merupakan yang terbanyak jumlahnya di dunia dari kategori museum sejarah. Museum ini biasanya beroprasi dengan dana yang terbatas dan staff yang sedikit. Kebanyakan dikelola oleh relawan dan sering kali tidak memenuhi syarat untuk menjadi museum profesional. Contoh dari rumah bersejarah ini di Indonesia adalah Museum Sasmita Loka Ahmad Yani.

8. Museum sejarah

Museum sejarah mencakup pengetahuan sejarah dan kaitannya dengan masa kini dan masa depan. Beberapa di antara museum tersebut memiliki benda koleksi yang sangat beragam, mulai dari dokumen, artefak dalam berbagai bentuk, benda sejarah yang terkait dengan even kesejarahan tersebut. Ada beberapa macam museum sejarah, di antaranya, rumah bersejarah yang merupakan bangunan yang memiliki nilai sejarah atau arsitektural yang tinggi. Kedua adalah situs bersejarah yang menjadi museum, seperti Pulau Robben. Ketiga adalah museum ruang terbuka atau disebut juga dengan nama open air museum. Pada museum ini, para

(26)

masyarakat yang berada di dalamnya berusaha untuk membuat ulang kehidupan pada suatu waktu dengan sebaik mungkin, termasuk di antaranya bangunan dan bahasa. Contoh museum sejarah di Indonesia adalah Museum Sumpah Pemuda dan Museum Fatahillah.

9. Museum maritime

Museum maritim merupakan museum yang mengkhususkan diri kepada peresentasi sejarah, budaya atau arkeologi maritim. Mereka menceritakan kaitan antara masyarakat dengan kehidupan yang berkaitan dengan air atau maritim. Terdapat beberapa jenis museum maritim, di antaranya Museum arkeologi maritim yang menceritakan mengenai kaitan arkeologi dengan maritim. Museum ini biasanya memajang dan mengawetkan kapal karam dan artefak yang terkait dengan lingkungannya.

Museum sejarah maritim, merupakan museum yang mengedukasi masyarakat mengenai sejarah maritim di suatu komunitas atau masyarakat.

Contoh dari museum ini adalah Museum Maritim San Francisco dan Mystic Seaport. Museum militer maritim. Contoh dari museum ini adalah Museum Nasional Angkatan Laut Amerika Serikat. Contoh lainnya adalah Museum Laut, Udara dan Luar Angkasa Intrepid.

10. Museum Militer dan Perang

Museum militer merupakan museum yang mengkhususkan diri terhadap sejarah militer. Benda yang biasa dipamerkan pada museum ini contohnya adalah senjata, seragam militer, dan bahkan kendaraan perang.

(27)

Contoh dari museum ini adalah Museum Benteng Vredeburg dan Museum Monumen Yogya Kembali di Yogyakarta.

Museum dirgantara sendiri termasuk dalam kategori museum militer dan perang karna seluruh koleksi pesawat merupakan pesawat temur dan militer.

3. Perngertian Museum Menurut Para Ahli

Untuk lebih mengetahui pengertian museum, berikut pendapat beberapa para ahli mengenai museum :

a. Ambrose dan Crispin (1993)

Menurutnya, definisi museum adalah bagian dari pranata sosial dalam masyarakat, karena museum dipergunakan sebagai wahana memberikan pengetahuan, pendidikan, dan perkembangan kepada setiap komunitas atau publik.

b. ICOM (International Council of Museum)

Menurut organisasi internasional dibawah UNESCO ini, mengartiakan bahwa museum adalah stau lembaga yang memiliki sifat tetap, karena museum tidak mencari keuntungan dari masyarakat dan terbuka untuk umum.

c. Association of Museum (1998)

Museum adalah suatu badan yang bersifat legat dalam mengumpulkan, menyelamatkan atau meneriam artefak.

(28)

d. Wikipedia

Museum adalah institusi permanen nirlaba,melayani kebutuhan publik dengan sifat terbuka dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonversi, meriset, mengkomunikasikan dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan dan kesenangan.

4. Fungsi Museum

Museum merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat, baik itu untuk study tour, penelitian maupun rekreasi.

Sebenarnya museum juga keberadaannyaa sangat diperlukan. Seperti yang kita ketahui bahwa di museum terdapat benda-benda yang bisa memperluas wawasan kita. Namun ternyata fungsi museum tidak hanya sesederhana itu.

Berdasarkan hasil musyawarah umum ke-11 International Council of Museum (ICOM) pada tahun 1974 di Denmark, dikemukakan 9 fungsi museum. Kesembilaan fungsi museum tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya 2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah

3. Konservasi daan preservasi

4. Penyebaran dan perataan ilmu untuk umum 5. Pengenalan dan penghayatan kesenian 6. Visualisasi warisan alam dan budaya

7. Cerminan pertumbuhan peradaban umat manusia

(29)

MAINTENANCE PERLENGKAPAN

KEUANGAN PERSONALIA ADMINISTRASI

TATA USAHA

8. Pembangkit rasa bersyukur dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa

5. Struktur organisasi museum.

Berdasarkan surat keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan 001/01/1991 tentang Struktur Organisasi Pengelolaan Museum adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Skema Struktur Organisasi Museum (Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kemudayaan)

KEPALA MUSEUM DIREKTORAT

PERMUSEUMAN

KEMENTRIAN

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KONSERVASI PREPARASI

EDUKASI

TENAGA FUNGSIONAL

(30)

KONSERVASI PREPARASI

EDUKASI KURATOR

TENAGA TEKNIS

Tujuan dari penyusunan pola organisasi museum adalah untuk lebih memudahkan koordinasi, bidang tanggung jawab kerja masing-masing seksi maupun sistem administrasi keluar dan kedalam kegiatan pengelolaan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan staf dinas kepariwisaa dan kebudayaan kota makassar, pada umumnya struktur organisasi untuk museum-museum khusus atau museum yang berada di bawah naungan pemerintah daerah berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing museum. Untuk museum Makassar misalnya ada Namanya Dewan Pakar (kuator senior) yang bertugas memberikan masukan-masukan dan nasehat secara umum dan teknis kepada kepala museum dan juga melakukan penelitian langsung.

Gambar 2.2 Skema Struktur Organisasi Museum (Sumber : Pemerintah Kota makassar)

PEMERINTAH KOTA MAKASSAR

DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN

MAINTENANCE PERLENGKAPAN

KEUANGAN

PERSONALIA ADMINISTRASI

TATA USAHA

DEWAN PAKAR KEPALA MUSEUM

(31)

B. Regulasi Terhadap Permuseuman di Indonesia 1. Peran museum dalam kehidupan berbangsa

Dalam pembinaan dan pengembangan kesadaran masyarakat melalui pendidikan, museum mempunyai peranan penting guna mengajak masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan, karena memalalui dari museum, masyarakat akan memahami informasi secara edukatif. Selain itu, keberadaan museum juga merupakan perwujudan dari perhatian masyarakat terhadap sejarah kebudayaan “ Museum berfungsi sebagai wadah pelindung sekaligus sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Karena di dalamnya terdapat usaha penyimpanan, pengawetan, penyelidikan, dan penyuguhan karya-karya kebudayaan yang tersimpan di dalam masyarakat” (Tap MPR No.IV/1999 tentang GBHN).

Oleh karena itu, museum sangatlah berperan dalam menumbuhkan kebanggaan dan kepribadian suatu bangsa. Secara rinci peranan museum antara lain :

a. Memajukan dan mendorong pengembangan kebudayaan nasional guna mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa.

b. Menghindarkan bangsa dari kemiskinan nilai sejarah dan hasil kebudayaannya serta usaha untuk mendekatkan manusia dengan lingkungannya.

(32)

c. Memberi kesempata seluas-luasnya kepada masyarakat guna dapat menyelidiki dan meneliti sendiri benda-benda yang dianggap mempunyai nilai sejarah bagi kehidupan manusia.

d. Memberi kenikmatan dari hasil koleksi bagi khalayak ramai dengan suasana reakif dalam museum.

2. Strategi pengembangan museum di Indonesia

Strategi dasar yang menjadi usaha pembangunan museum di Indonesia dengan melihat prospek pengembangan dan keadaan museum pada umumnya.

a. Pembinaan permuseuman 1) Non fisik

Dengan pengelolaan museum melalui pelatihan, kursus, dan peningkatan tenaga Pembina agar dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, yang mengatur tentang pengolaan museum.

2) Fisik

a) Meningkatkan pelayanan permuseuman dengan usaha pengadaan museum-museum baru yang memperhatikan misi pokoknya serta aspirasi tingkat kebutuhan masyarakat yang diseduaikan dengan tingkat sosialnya.

b) Peningkatan kualitas penyajian materi koleksi atau penyempurnaan program dan tata pameran yang kreatif yang dapat menarik minat masyarakat.

(33)

c) Memperhatikan faktor-faktor yang dapat meningkatkan nilai museum seperti faktor-faktor yang dapat meningkatkan nilai museum seperti faktor lokasi, faktor publikasi, dll.

d) Pengelolaan museum secara makro dapat berupa ;

(1) Distribusi museum secara merata yang disesuaikan dengan tujuan dan tingkat pelayanan serta didasarkan pada segi potensi pengembangannya.

(2) Koordinasi dalam berbagai segi oprasional agal diperoleh tingkat pelayanan yang lebih efektif melalui programyang terencana, terpadu, dan terkendali dalam berbagai kegiatan antara museum.

b. Proporsi pengadaan museum

Proporsi pengadaan museum didasarkan pada potensi pendukung dan kondisi permuseuman saat ini, maka diharapkan adanya distribusi dalam ha pengadaan museum untuk masa yang akan dating terutama mengingat kondisi geografis negara kita yang terdiri dari ribuan pulu.

3. Perkembangan museum di Indonesia

Menurut sejarah, tumbuhnya museum di Indonesia dapat diurut sebagai berikut :

a. Di Indonesia museum mulai dikenal sejak abad ke-17 yakni pada zaman penjajahan belanda yakni sebagai Gedung tempat pengumpulan benda kuno atau peninggalan sejarah seperti alat-alat persenjataan tradisional, karya seni, patung purba, dll.

(34)

b. Tahun 1862 oleh Rumphius, didirikan museum De Ambonsche Rariteitenkamer. Koleksinya adalah kumpulan barang-barang aneh bagi ilmu pengetahuan.

c. Sebagai usaha untuk menunjukkan seni dan ilmu pengetahuan di Jakarta pada tanggal 24 april 1778oleh pemerintah Belanda colonial didirikan museum Bataviaasch Genoothschap Va Kunsten en Weteschappen (Museum Nasional).

d. Museum Aceh diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jendral H.M.A Stewart tanggal 31 Jui 1915.

e. Than 1922 seorang warga Surabaya keturunan jerman bernama Von Faber merintis berdirinya museum Stedelijk Historish Museum Surabaya, sekarang museum Mpu Tantular.

f. Pada tahun 1935 oleh Java Institute di dirikan museum Sasono Budoyo di Yogyakarta yang merupakan museum pertama di Indonesia.

Dan sampai saat ini telah berdiri kurang lebih 262 museum dalam segala bentuk dan fungsinya, baik itu museum negeri provinsi yang berada di bawah Depdiknas maupun museum museum pemerintah yang bernaung dibawah departemen luar negeri dari Depdiknas,misalnya Departemen Perhubungan, Departemen Pertambangan, dll. Museum pemerintah dibawah Departemen di luar Depdiknas berjumlah 130 buah (Suyati HS,2000;1).

Hal ini dikarenakan oeh perhatian pemerintah yang terus meningkat terutama dalam penyempurnaan kelembagaan, pembinaan, dan

(35)

pembangunan fasilitas, sejalan dengan kegiatan pembangunan secara umum.

C. Program Kegiatan Museum 1. Pelaku kegiatan

a. Kegiatan pengelola 1) Administrator 2) Kurator 3) Konservator 4) Preparator 5) Pustakawan 6) Karyawan biasa b. Pengunjung

1) Wisatawan

2) Pelajar dan mahasiswa 3) Peneliti

4) Masyarakat umum 2. Aktifitas pelaku kegiatan

a. Kegiatan pengelola

1) Administrator; memberikan informasi, mengawasi kegiatan, mengadakan kegiatan apresiatif.

2) Kurator; mengawasi benda koleksi, mengadakan ceramaf 3) Konservasi; menangati kegiatan studio dan laboratorium 4) Prevarator; menangani perpustakaan.

(36)

5) Karyawan biasa; menangani bidang keamanan Gedung, benda koleksi, servis untuk pengunjung, pengelola dll.

Gambar 2.3 Skema Pola Kegiatan Pengelola (Sumber : Pemerintah Kota makassar)

b. Kegiatan pengunjung 1) Apresiasi

Mencari informasi dan menyimak koleksi, menikmati dan mengamati obyek pameran temporer, diskusi/ceramah, membaca koleksi perpustakaan.

2) Rekretif

Menikmati dan mengawasi koleksi, menikmati dan mengawasi obyek pameran serta menikmati suasana museum.

Parkir Pengelola

Ruang sesuai bidang masing-masing

Pulang

Pulang Datang

(37)

Mengikuti kuiah umum

Makan &

Minum Membeli

Souvenir Membaca Buku

Membeli Tiket

Gambar 2.4 Skema Pola Kegiatan Pengunjung (Sumber : Pemerintah Kota makassar) 3) Jenis kegiatan

a) Kegiatan pameran

Berupa peragaan dan pameran yang di tangani oleh bidang pameran dan alat peraga serta bidang pendidikan, denga jenis pameran yaitu :

(1) Pameran tetap

Pameran ini diselenggarakan dalam jangka waktu sekurang- kurangnya 3-5 tahun sekali.

Masuk Parkir

Datang

Informas

Mendaftar Pameran

Audio Visual

Membeli Tiket

Membeli Tiket

(38)

(2) Pameran temporer

Pameran ini diselenggarakan dalam jangka waktu yang agak singkat, biasanya 1-4 minggu sekali.

(3) Pameran keliling

Diselenggarakan daam jangka waktu tertentu.

b) Kegiatan preservasi dan konservasi (1) Mengumpulkan benda-benda koleksi (2) Meneliti benda koleksi

(3) Memproduksi benda koleksi untuk peragaan c) Kegiatan pendidikan kegiatan

(1) Non formal

(a) Peragaan materi dalam bentuk aplikasi teknologi, yang dapat dilakukan secara rombongan maupun individu tanpa pemandu.

(b) Pemutaran film slide bagian dengan tujuan memberikan informasi tentang sejarah dan kebudayaan.

(2) Formal

Kegiatan ini menyangkut pembinaan pengelolaan museum melalui seminar, penataran maupun kursus.

d) Kegiatan penelitian

(1) Kegiatan penelitin intern, dilakukan oleh pengelola untuk kepentingan pengetahuan.

(39)

(2) Kegiatan penelitian ekstern, dilakukan oleh pengunjung untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.

e) Kegiatan rekreasi

Kegiatan ini berlangsung secara komunikatif dimana pengunjung di beri kesempatan menggunakan alat peraga tertentu sehingga memberi pengalaman mengesankan.

f) Kegiatan administratif

Secara keseluruhan mengatur tentang sistem manajemen efesiensi dan efektifitas pelayanan berupa pengelolaan sistem administrasi dan prosedur.

g) Kegiatan penunjang

Sebagai kegiatan penunjang pelaksanaan kegiatan, baik secara intern maupun ekster yang bersiifat servis (pelayanan), teknis yang diperlukan kepada pengelola dan pengunjung.

D. Tugas Pokok Museum

1. Tugas pengumpulan benda koleksi

Yang dikumpulkan adalah benda-benda yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan materi persyaratan koleksi umum.

a. Persyaratan benda koleksi untuk dijadikan koleksi adalah :

1) Harus dapat diidentifikasi mengenai bentuk, type, gaya, fungsi, makna, asal secara historis dan geografis, serta periodenya.

2) Benda yang berkaitan dengan peristiwa penting dalam sejarah.

3) Replika, miniature, maupun diaroma.

(40)

4) Dokumen grafika, foto, peta, dll 5) Naskah yang asli.

6) Karya seni dan karya yang patut mendapat perlindungan dan perawatan sebagai unika.

b. Cara pengumpulannya : 1) Barang sitaan 2) Pembelian

3) Barang sumbangan 4) Pesanan/dibarter

2. Tugas pemeliharaan dan penyelamatan a. Tugas ini menyangkut dua segi yaitu :

1) Segi teknis, benda-benda harus sudah menjadi koleksi 2) Sebelum disimpan harus mendapat perhatian yang khusus.

b. Segi administrasi meliputi ; 1) Inventaris

2) Katalog 3. Tugas pameran

Memamerkan koleksi merupakan tugas utama museum, dan untuk mendapat tujuan museum yang sebenarnya ditentukan oleh :

a. Sistem pameran

b. Daya Tarik pengunjung

c. Memberikan kenikmatan bagi pengunjung d. Menonjolkan nilai benda koleksi

(41)

e. Penggolongan pemeran museum f. Pameran tetap dalam ruang tertutup

g. Pameran tidak tetap (temporer) 4. Tugas Penelitian

Museum sebagai pusat penelitian ilmu pengetahuan, dimana benda- benda koleksi dikumpukan untuk perlengkapan prasarana dan riset. Salah satu penelitian adalah mengumpulkan bahan/data actual berupa benda- benda yang dianggap termasuk ruang lingkup penelitian. Untuk riset, berupa ruang koleksi, ruang perpustakaan, referensi benda, koleksi film, slide, foto dan sebagainya. Untuk publikasi dan percetakan/penerbita.

5. Tugas pendidikan

Pendidikan non formal, adalah salah satu kegiatan museum dalam melkukan tugasnya dengn memberikan bimbingan berupa metode dan sistem edukatif kultural dalam rangka menanamkan daya aspirasi bangsa dan penghayatan nilai-nilai warisan budaya yang ada Indonesia.

Pendidikan formal adalah melaksanakan penataran-penataran yang menyangkut bidang permuseuman.

(42)

BAB III

TINJAUAN KHUSUS

PENGADAAN MUSEUM DIRGANTARA DI MAKASSAR A. Tinjauan Umum.

1. Kondisi Fisik Kota Makassar a. Letak Geografis

Kota Makassar mempunyai posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah selatan dan utara dalam propinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan Barat ke wilayah kawasan Timur Indonesia dan dari wilayah utara ke wilayah selatan Indonesia.

Gambar 3.1 Peta Kota Makassar

(Sumber : https://syafraufgisqu.wordpress.com

(43)

Dengan kata lain, wilayah kota Makassar berada koordinat 119 derajat bujur timur dan 5,8 derajat lintang selatan dengan ketinggian yang bervariasi antara 1-25 meter dari permukaan laut. Kota Makassar merupakan daerah pantai yang datar dengan kemiringan 0 - 5 derajat ke arah barat, diapit dua muara sungai yakni sungai.Tallo yang bermuara di bagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara di selatan kota. Luas wilayah kota Makassar seluruhnya berjumlah kurang lebih 175,77 Km2 daratan dan termasuk 11 pulau di selat Makassar ditambah luas wilayah perairan kurang lebih 100 Km². Batas – batas wilayah kota Makassar sebagai berikut :

a. Batas Utara : Kabupaten Pangkajene Kepulauan b. Batas Selatan : Kabupaten Gowa

c. Batas Timur : Kabupaten Maros d. Batas Barat : Selat Makassar

Jumlah kecamatan di kota Makassar sebanyak 14 kecamatan dan memiliki 143 kelurahan dengan 994 RW dan 4.996 RT. Diantara kecamat-an tersebut, ada tujuh kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu kecamatan Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya.

b. Hidrologi dan Klimatologi

Kota Makassar adalah kota yang letaknya berada dekat dengan pantai, membentang sepanjang koridor Barat dan Utara, lazim dikenal sebagai kota dengan ciri “Waterfront City”, di dalamnya mengalir

(44)

beberapa sungai yamg kesemuanya bermuara ke dalam kota (Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang). Sungai Jeneberang misalnya, yang mengalir melintasi wilayah Kabupaten Gowa dan bermuara ke bagian selatan Kota Makassar merupakan sungai dengan kapasitas sedang (debit air 1-2 m/detik). Sedangkan Sungai Tallo dan Sungai Pampang yang bermuara di bagian utara Makassar adalah sungai dengan kapasitas rendah berdebit kira-kira hanya mencapai 0-5 m/detik di musim kemarau.

Sebagai kota yang sebagian besar wilayahnya merupakan daerah dataran rendah, yang membentang dari tepi pantai sebelah barat dan melebar hingga ke arah Timur sejauh kurang lebih 20 km dan memanjang dari arah selatan ke utara merupakan koridor utama kota yang termasuk dalam jalur-jalur pengembangan, pertokoan, perkantoran, pendidikan, dan pusat kegiatan industri di Makassar. Dari dua sungai besar yang mengalir di dalam kota secara umum kondisinya belum banyak dimanfaatkan, seperti menjadikannya sebagai jalur alternatif baru bagi transportasi kota. Berdasarkan keadaan cuaca serta curah hujan, Kota Makassar termasuk daerah yang beriklim sedang hingga tropis. Dua tahun terakhir suhu udara rata-rata Kota Makassar berkisar antara 26,7 oC sampai dengan 29,5 oC. Pada tahun 2015 curah hujan terbesar terjadi pada bulan Januari, Desember, Februari, dan Maret, dengan rata-rata curah hujan 220,6 mm dan jumlah hari hujan rata-rata berkisar 11 hari.

(45)

2. Pola umum tata ruang kota Makassar

Kota Makassar, yang merupakan kota transit dan kota pelabuhan.

Selain dari kedudukannya sebagai Ibukota Provinsi Sulawesi Selatan,juga sebagai pusat pengembangan dan pelayanan di kawasan Timur Indonesia. Sebagai ibukota provinsi, pembangunan fisik yang sangat pesat, tidak hanya bertumbuh secara konsentris di pusat kota, tetapi akan berkembang secara merata sampai ke pinggiran kota.

pembangunan yang pesat ini terkadang tidak lagi mengikuti konsep tata ruang yang sudah diundangkan, melainkan bertumbuh mengikuti keinginan para pelaku pembangunan itu sendiri. akibatnya kota bertumbuh kurang terkendali, yang berujung pada kesemberawutan dan ketidak seimbangan lingkungan.

Kota Makassar sebagai ibukota provinsi tentu saja sangat pesat pertumbuhan kotanya,dan tentu saja banyak tantangan yang dihadapi dalam membangun kotanya. Tantangan ini terkait dengan fenomena baru yang muncul karena pengaruh globalisasi dan perdagangan bebas.

pengaruh akibat peningkatan drastis jumlah penduduk perkotaan yang menuntut peningkatan sarana dan prasarana fisik perkotaan, begitupun masalah keterbatasan lahan perkotaan, degradasi lingkungan dan kemiskinan kota merupakan masalah utama pemerintah kota untuk mengantisipasinya kedepan.

Pola pemanfaatan ruang kota Makassar pada dasarnya telah diatur dalam dokumen Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tahun 2001

(46)

dalam 9 bagian wilayah kota dengan pembagian fungsi yaitu fungsi utama dan fungsi penunjang. Kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2005-2015. tetapi dalam implementasi pemanfaatan ruangnya banyak terjadi pergeseran peran dan fungsi dari pemanfaatan ruangnya dan menyimpang dari seharusnya, seperti yang diatur dalam peraturan daerah tersebut. Terjadinya pergeseran fungsi, misalnya dari fungsi untuk perkantoran menjadi perdagangan, dari ruang terbuka hijau untuk publik menjadi ruang untuk perdagangan, atau perubahan dari fungsi utama menjadi fungsi penunjang atau sebaliknya.

Sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Kota Makassar 2005-2015, bahwa ruang lingkup rencana tata ruang kota Makassar diatur sebagai berikut:

a. Ruang Lingkup RTRW Kota mencakup strategi dan struktur pemanfaatan ruang wilayah Kota sampai dengan batas ruang daratan, ruang lautan,dan ruang udara sesuai dengan peraturan per Undang-Undangan yang berlaku.

b. RTRW Kota sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini berisi : 1. Asas, Visi dan Misi pembangunan, serta tujuan penataan ruang

Kota Makassar.

2. Kebijakan dan strategi pengembangan tata ruang.

(47)

3. Struktur dan pola pemanfaatan ruang.

4. Pengelolaan kawasan lindung dan pemanfaatan kawasan budidaya.

5. Pengendalian pemanfaatan ruang.

6. Hak, kewajiban dan peran serta masyarakat.

Kemudian lebih dipertegas lagi dalam Pasal 3 yang menyatakan bahwa RTRW Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun berasaskan:

7. Pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu,serasi, selaras, seimbang, berdaya guna, berhasil guna, berbudaya dan berkelanjutan.

8. Keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum.

9. Tata ruang sebagai perwujudan dari bentuk struktur pemanfaatan ruang yang terjadi karena adanya interaksi antar komponen supply dan demand yang mengikuti mekanisme sistem peraturan formal dan informal yang berlaku. umumnya sistem ini diadakan oleh pemerintah, ditambah dengan pola-pola mekanisme pasar yang umum. dalam pengaturan ini pemerintah melakukannya dengan perangkat aturan baik berupa peraturan dari pemerintah/daerah, maupun berupa insentif yang berupa investasi publik untuk infrastruktur umum.

(48)

10. Berkaitan dengan itu, keikut sertaan masyarakat dalam program penataan ruang, juga menjadi isu yang masih selalu diperdebatkan.

Disatu pihak ada yang menyalahkan ketiadaan partisipasi masyarakat, dan dipihak lain, justru menuding pemerintah yang tidak aspiratif terhadap kebutuhan dan kepentingan rakyat.

Gambar 3.2 Peta tata ruang kota Makassar

(Sumber : http://geotracking.id/tata-ruang-kota-makassar/)

Berdasarkan Peta Pola dan struktur Salah satu bagian dari Kota makasar diatas ,peruntukan kawasan fungsional dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1. Kawasan Pusat Kota adalah KT yang tumbuh sebagai pusat kota strategis dalam peruntukannya seperti kegiatan pemerintah,sosial,ekonomi dan budaya serta kegiatan pelayanan kota dengan percampuran berbagai kegiatan memiliki fungsi

(49)

2. Kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid

3. kawasan bisnis dan parawisata terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis dan parawisata yang di lengkapi dengan kegiatan.

3. Pertumbuhan Kepariwisataan Makassar

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan mengalami penurunan dilihat dari jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu Makassar pada April 2018 mencapai 1.072 kunjungan. Jumlah wisman tersebut turun sebesar 2,46 persen jika dibandingkan dengan jumlah wisman pada bulan Maret 2018 yang mencapai 1.099 kunjungan. Sementara itu, Jika dibandingkan dengan April 2017 maka terjadi penurunan sebesar 9,08 persen dimana jumlah kunjungan April 2017 sebesar 1.179 kunjungan.

(50)

Tabel 3.1 Jumlah Wisatawan Yang Pernah Berkunjung ke Sulawesi Selatan

No Kebangsaan April 2017 (Kunjungan)

Maret 2018 (Kunjungan)

April 2018 (Kunjungan)

April 2018 dibanding Maret 2018

April 2018 dibanding April 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Singapura 75 82 52 30 -23

2 Malaysia 607 661 722 61 115

3 Jepang 16 13 4 -9 -12

4 Korea Selatan 3 6 2 -4 -1

5 Taiwan 4 2 0 -2 -4

6 Tiongkok 17 12 24 12 7

7 India 7 3 9 6 2

8 Philipina 4 6 3 -3 -1

9 Hongkong 1 14 3 -11 2

10 Thailand 1 1 1 0 0

11 Australia 16 13 15 2 -1

12 Amerika Serikat 29 44 28 -16 -1

13 Inggris 23 13 22 9 -1

14 Belanda 34 13 35 22 1

15 Jerman 31 52 27 -25 -4

16 Perancis 27 54 40 -14 13

17 Rusia 5 2 2 0 -3

18 Saudi Arabia 1 1 0 -1 -1

19 Mesir 0 0 1 1 1

20 Unit Emirat Arab 0 0 0 0 0

21 Bahrain 0 0 0 0 0

22 Lainnya 278 107 82 -25 -196

Jumlah 1.179 1.099 1.027 -27 -107

Persentase -2,46 -9,08

B. Tinjauan Khusus Pengadaan Museum Dirgantara di Kota Makassar 1. Kondisi Museum Dirgantara yang ada saat ini.

Sampai saat ini, di Indonesia hanya terdapat satu Museum Dirgantara yang berada di Kota Yogyakarta. Gagasan awal mendirikan museum di TNI Angkatan Udara (TNI AU) dilandasi oleh adanya upaya untuk pewarisan, pelestarian serta untuk mengabadikan dan mendokumentasikan kegiatan- kegiatan maupun peristiwa-peristiwa bersejarah di lingkungan TNI AU.

Museum merupakan sarana atau media untuk melaksanakan hal tersebut.

(51)

Sebagai langkah awal adalah terbitnya Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara Nomor : 491 Tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumentasi, Sejarah dan Museum Angkatan Udara Republik Indonesia. Perkembangan selanjutnya adalah ketika pada tanggal 21 April 1967, muncul embrio museum yang secara organisasi berada di bawah pembinaan Asisten Direktorat Hubungan Masyarakat Angkatan Udara Republik Indonesia. Pada saat itu, organisasi museum hanya terdiri dari bagian pembinaan benda- benda, bagian administrasi dan deskripsi serta bagian dokumentasi dan pameran.

Melalui Instruksi Menteri/Panglima Angkatan Udara No.2 Tahun 1967 tanggal 30 Juli 1967 tentang Peningkatan Kegiatan Bidang Sejarah, Budaya dan Museum Angkatan Udara, maka titik terang dalam meletakkan rencana kerja pembangunan sebuah museum telah dimulai. Pada tanggal 4 April 1969, Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Roesmin Nurjadin meresmikan berdirinya Museum Pusat Angkatan Udara Republik Indonesia.

Museum ini berlokasi di kawasan Markas Komando Wilayah Udara V (Makowilu), Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta Pusat. Pada lembaga yang lain, yaitu di Lembaga Pendidikan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Bagian Udara Yogyakarta, sudah berdiri Museum Karbol. Pemikiran mulai diarahkan untuk mengintegrasikan kedua museum tersebut. Lokasi yang direncanakan adalah Yogyakarta, dengan dasar pertimbangan bahwa pada tahun 1945-1949 Yogyakarta memegang peranan penting sebagai tempat lahir dan pusat perjuangan TNI Angkatan Udara dan

(52)

menjadi tempat penggodokan para taruna TNI AU sebagai calon perwira serta adanya semangat maguwo yang perlu dilestarikan.

Kepala Staf TNI Angkatan Udara mengeluarkan keputusan No.

Kep/11/IV/1978, tanggal 17 April 1978 menetapkan bahwa Museum Pusat AURI yang semula berkedudukan di Jakarta dipindahkan ke Yogyakarta, diintegrasikan dengan Museum Karbol dengan memanfaatkan bekas gedung Link Trainer yang berada di kawasan kesatrian AKABRI Bagian Udara dan berdasarkan Keputusan Kasau Nomor : Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, nama museum menjadi Museum Pusat TNI AU "Dirgantara Mandala".

Koleksi terus bertambah terutama pesawat terbang, sehingga gedung tersebut tidak dapat menampung serta lokasinya yang sukar dijangkau oleh pengunjung maka museum dipindahkan menempati gedung bekas pabrik gula Wonocatur di area Lanud Adistujipto.

Rehabilitasi gedung tersebut didasarkan kepada Surat Perintah Kepala Staf TNI AU No. Sprin/05/IV/1984 tanggal 11 April 1984 tentang rehabilitasi gedung bekas pabrik gula untuk digunakan sebagai gedung permanen Muspusdirla.Pada tanggal 29 Juli 1984 Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Sukardi meresmikan penggunaan gedung yang sudah direhab tersebut sebagai gedung museum. Luas seluruhnya lebih kurang 8,2 Ha. Luas bangunan seluruhnya yang digunakan 8.765 M2. Tempat ini yang hingga sekarang dipergunakan sebagai museum dan telah dilakukan beberapa kali renovasi dalam rangka penyempurnaan sehingga menjadi tempat yang layak sebagai sebuah museum.

(53)

1. Organisasi

a. Kedudukan dan Fungsi

Pada saat ini, organisasi Muspusdirla mengacu kepada Peraturan Panglima TNI Nomor : 38 Tahun 2013 Tentang Validasi Organisasi dan Tugas Dispenau dan Keputusan Kasau Nomor : Kep/19-PKS/VIII/2014 Tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dalam Jabatan dilingkungan TNI Angkatan Udara, Tanggal 29 Agustus 2014. Berdasarkan kedua peraturan tersebut, Struktur Organisasi Muspusdirla bertanggung jawab langsung kepada Kadispenau sebagai staf pelaksana dalam penyelenggaraan pembinaan koleksi, konservasi, preparasi, dan bimbingan penyuluhan TNI Angkatan Udara. Dalam penyelenggaraan pembinaan koleksi, konservasi, preparasi, dan bimbingan penyuluhan TNI AU, Muspusdirla mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1. Menyusun Rencana Program Kerja Museum Pusat TNI AU dan Monumen PerjuanganTNI AU.

2. Melaksanakan koordinasi dengan badan, instansi terkait di dalam maupun di luar TNI AU dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan koleksi benda-benda museum.

3. Melaksanakan pengendalian dan pembinaan bidang Penelitian, Pemeliharaan dan Penyajian Museum Pusat TNI AU dan Monumen Perjuangan TNI AU.

(54)

4. Melaksanakan pengelolaan dan pelayanan Museum Pusat TNI AU dan Monumen Perjuangan TNI AU.

5. Melaksanakan bimbingan, dan penyuluhan kepada masyarakat tentang keberadaan Museum Pusat TNI AU dan Monumen Perjuangan TNI AU.

6. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Kadispen sesuai bidang tugasnya.

b. Susunan Organisasi dan Jabatan

1. Unsur Pembantu Pimpinan. Muspusdirla dijabat oleh Pamen TNI AU berpangkat Kolonel.

2. Unsur Pembantu Pimpinan.

a. Kasi Koleksi dijabat oleh Pamen TNI AU berpangkat Letkol.

b. Kasi Konservasi dijabat oleh Pamen TNI AU berpangkat Letkol.

c. Kasi Konservasi dijabat oleh Pamen TNI AU berpangkat Letkol.

d. Unsur Pelayanan. Kataud dijabat oleh Pama TNI AU berpangkat Kapten.

(55)

c. Struktur Organisasi

Gambar 3.3 Struktur Organisasi Museum Dirgantara mandala Yogyakarta (Sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org)

4. Koleksi dan Tata Pameran

Koleksi Muspusdirla meliputi benda-benda yang terkait dengan sejarah perjuangan dan perkembangan TNI AU.

Koleksi-koleksi yang dipamerkan terdiri atas benda-benda alutsista TNI AU, seperti pesawat terbang, radar, Senjata, seragam, replika, foto, lukisan, dan diorama. Pembagian ruang pameran adalah sebagai berikut :

(56)

a. Ruang Utama. Memamerkan koleksi berupa replika pataka jajaran Kotama TNI AU, patung empat Pahlawan Nasional TNI AU, lambang Swa Bhuwana Paksa, foto Kepala Staf TNI AU, lukisan, foto tokoh penerima Bintang Swa Bhuwana Paksa, tanda-tanda kehormatan militer serta koleksi tanda pangkat yang pernah digunakan prajurit TNI AU dari awal berdiri sampai dengan sekarang.

Gambar 3.4 Ruang Utama Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : Dokumentasi Penulis)

b. Ruang Kronologi. Memamerkan koleksi dokumentasi yang menggambarkan sejarah perjuangan dan perkembangan TNI AU mulai dari Proklamasi Kemerdekaan RI tahun 1945, koleksi replika pesawat RI-X, dokumentasi sejarah Industri kedirgantaraan, koleksi benda-benda peninggalan peristiwa 29 Juli 1947, koleksi benda-benda peninggalan Pasukan

(57)

Garuda Mulya, foto dokumentasi operasi militer dan operasi non militer, koleksi foto dan benda sejarah Garuda Indonesia Airways serta koleksi foto dan benda sejarah Dinas Kesehatan TNI AU.

Gambar 3.5 Ruang Kronoloogi Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org)

c. Ruang Seragam TNI AU. Memamerkan berbagai koleksi seragam yang pernah digunakan TNI AU sejak tahun 1945 hingga saat ini.

Gambar 3.6 Ruang Seragam TNI-AU Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : Dokumentasi Penulis)

(58)

d. Ruang Kotama dan Ruang Kasau. Memamerkan koleksi foto dan benda yang berkaitan denagan Kotama di jajaran TNI AU, koleksi foto dan benda yang pernah gunakan oleh Para Mantan Kasau yang disertai dengan patung serta koleksi daftar nama lulusan Sekolah Penerbang TNI AU.

Gambar 3.7 Ruang Kotama dan Ruang Kasau Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta

(Sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org)

e. Ruang Alutsista. Memamerkan koleksi pesawat tempur pernah digunakan oleh TNI AU dari tahun 1945 hingga tahun 1970-an, koleksi rudal, radar, senjata, mesin pesawat serta koleksi caisson (ruang hampa udara).

Gambar 3.8 Ruang Alutsista Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : Dokumentasi Penulis)

(59)

Gambar 3.9 Ruang Alutsista Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : Dokumentasi Penulis)

f. Ruang Diorama. Memamerkan berbagai koleksi diorama yang menggambarkan berbagai persitiwa bersejarah dalam pembentukkan TNI AU serta dilengkapi dengan dua buah simulator pesawat P-51 Mustang.

Gambar 3.10Ruang Diaroma Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org)

(60)

g. Ruang Minat Dirgantara. Memamerkan koleksi foto dan lambang skadron, koleksi pesawat Starlite dan pesawat Fisher, koleksi senjata, miniatur pesawat , koleksi buku- buku terbitan TNI AU serta dilengkapi dengan Ruang Mini Theater yang berkapasitas 60 orang untuk memutar film- film sejarah dan dunia kedirgantaraan.

Gambar 3.11 Ruang Minat DirgantaraMuseum Dirgantara Mandala Yogyakarta

Sumber : Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.12 Ruang Mini Theater Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : Dokumentasi Penulis)

(61)

Gambar 3.13 Ruang Simulator Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta (Sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org)

h. Koleksi yang ada diluar. Memamerkan koleksi pesawat Tupolev TU-16 B KS, UF 1 Albatros, PBY-5A Catalina, pesawat A-4 Skyhawk, Pesawat OV-10 Bronco, Helikopter Super Puma NAS 332, peluru kendali SA-75, mobil Gaz dan truk Zeal.

Gambar 3.14 Koleksi Pesawat yang ada di luar Gedung Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta

(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

(62)

Hingga saat ini Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta sebagai salah satu museum pesawat yang ada di Indonesia sejak berdirinya hingga saat ini telah mengumpulkan 3239 buah/potong koleksi yang terbagi menjadi 25 item/kelompok, yang terdiri dari foto, lukisan, tanda kehormatan, pakaian dinas, buku, senjata api, senjata tajam, mesim pesawat, radar, bom atau roket, parasut, hingga diorama yang disusun berdasarkan kronologi peristiwa. Salah satu koleksi menarik adalah diorama Satelit Palapa dan pesawat ruang angkasa Challenger yang mengorbitkan pesawat tersebut. Sejumlah pesawat tempur dan replikanya juga terdapat di museum ini yang kebanyakan berasal dari masa Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan.

Museum Pusat TNI-AU Dirgantara Mandala baru-baru ini mendapat tambahan koleksi berupa Prototype Bom sejumlah 9 buah buatan Dislitbangau yang bekerjasama dengan PT. Pindad dan PT.

Sari Bahari. Bom-bom tersebut merupakan bom latih (BLA/BLP) dan bom tajam (BT) yang memiliki daya ledak tinggi (high explosive), sebagai senjata Pesawat Sukhoi Su-30, F-16, F-5, Sky Hawk, Super Tucano dll. Jika kita melihat jenis-jenis koleksi yang telah berhasil dikumpulkan oleh museum ini maka Museum Dirgantara Mandala termasuk dalam kategori museum umum, sedangkan koleksi pesawat masih sangat terbatas jumlahnya khususnya koleksi Pesawat Terbang Komersil dan koleksi mengenai olahraga dalam bidang kedirgantaraan.

Gambar

Gambar 1.1 Pesawat terbang pertaman di dunia  (Sumber : https://www.penemu.co/penemu-pesawat-terbang/)
Gambar 2.1 Skema Struktur Organisasi Museum  (Sumber : Kementrian Pendidikan dan Kemudayaan)
Gambar 2.4 Skema  Pola  Kegiatan Pengunjung  (Sumber : Pemerintah Kota makassar)  3)  Jenis kegiatan
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Museum Dirgantara mandala Yogyakarta  (Sumber : http://asosiasimuseumindonesia.org)
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Terwujudnya konsep rancangan tata ruang dalam, luar dan komunal dengan suasana rekreatif.  Terwujudnya konsep rancangan pada bentuk, tampilan

Dengan mengangkat salah satu hasil kebudayaan Yogyakarta, yaitu kain lurik lewat pengolahan penampilan bangunan, tata ruang dalam, dan tata ruang luar, diharapkan

PERMASALAHAN atraktif dan dinamis dengan pengolahan tata ruang dalam dan tata ruang luar melalui transformasi Bagaimana wujud rancangan Rumah Retret Pemuda Kristen di Yogyakarta

Bagaimana wujud rancangan Terminal Penumpang Bandar Udara Internasional di Yogyakarta yang komunikatif melalui pengolahan sirkulasi, tata ruang luar, dan tata

Tampilan masa bangunan dengan pengolahan tata ruang dalam dan tata bentuk elemen kelenturan dan keketuatan pemain badminton yang diapadukan dengan analogi elemen shuttlecock

Transformasi desain terdiri dari zona Ritual dan Non-Ritual terkait dengan penciptaan suasana hening melalui pengolahan tata ruang luar dan massa bangunan dengan pendekatan

wujud rancangan Planetarium di Bantul, Yogyakarta yang edukatif dan rekreatif melalui pengolahan tata rupa dan tata ruang bangunan melalui Pendekatan Metafora Rasi Bintang

Konsep rancangan yang diterapkan adalah pengolahan sirkulasi dan Pengolahan tata ruang dalam bersuasana homey, dimana dengan pengolahan sirkulasi pada bangunan ini,