• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH AKADEMIS PERDA LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "NASKAH AKADEMIS PERDA LAHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN DI "

Copied!
120
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Identifikasi Masalah

Kondisi fisik geografis wilayah Kabupaten Lombok Utara yang sebagian besar merupakan pertanian lahan kering dengan topografi bergelombang, menimbulkan permasalahan yang kompleks dalam upaya mencapai kemandirian, keamanan, dan kedaulatan pangan. Konversi lahan terjadi pada lahan pertanian pangan produktif, karena kondisi geografis dengan topografi datar mempunyai daya tarik lebih. Perluasan konversi lahan semakin meningkat pesat dari tahun ke tahun akibat pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi serta perkembangan perdagangan dan industri.

Kesadaran masyarakat dan aparat pemerintah mengenai perlindungan lahan pertanian pangan produktif masih perlu ditingkatkan agar konversi lahan pertanian pangan produktif dapat dikendalikan secara bijaksana. Rendahnya posisi tawar petani cenderung mengalah ketika terjadi tarik menarik antara kepentingan dan pengembang antara mempertahankan usaha pertaniannya dengan melepaskan lahan pertaniannya dengan konsesi peningkatan nilai jual lahan pertanian. Relatif lebih rendahnya manfaat bersih usaha pertanian dibandingkan usaha industri, komersial, dan jasa membuat sulit untuk mempertimbangkan legalitas konversi lahan dari lahan pertanian ke non-pertanian, sehingga perlindungan terhadap lahan pertanian pangan produktif relatif sulit dilakukan, kecuali melalui kebijakan politik dalam upaya menjamin kinerja, kemandirian, keamanan dan kedaulatan pangan.

Permasalahan tersebut merupakan tugas mulia pemerintah yang harus dipenuhi meskipun dalam kondisi dan situasi sulit dengan cara melindungi atau melestarikan dan mengembangkan sumber daya lahan pertanian pangan agar tersedia secara berkelanjutan.

Tujuan dan Manfaat Penyusunan Naskah Akademis

Beberapa daerah di Indonesia telah menerbitkan peraturan daerah Perlindungan Pangan Berkelanjutan Lahan Pertanian (PLP2B). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang Insentif Gizi Berkelanjutan dan Perlindungan Lahan Pertanian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5179);

Metode Pendekatan

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Konsep Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Kawasan berupa kawasan luas yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan, serta unsur pendukung tempat dilaksanakannya pertanian pangan yang berfungsi mendukung kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional, disebut Pertanian Pangan Berkelanjutan. Daerah. Yang dimaksud dengan lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah lahan sawah beririgasi teknis, semi teknis, sederhana dan tadah hujan. Lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah lahan pertanian pangan produktif yang dapat dibudidayakan dengan indeks tanam minimal 100% sampai dengan 300%, atau dapat ditanami padi dan/atau palawija minimal satu kali dan maksimal tiga musim tanam dalam setahun.

Lahan pertanian pangan berupa sawah harus dilindungi sebagai bagian dari upaya mencapai kemandirian, keamanan, dan kedaulatan pangan. Oleh karena itu, lahan pertanian pangan berkelanjutan harus dilindungi dari konversi lahan yang dapat mengakibatkan berkurangnya luas lahan sawah. Lahan cadangan untuk pertanian pangan berkelanjutan dapat berupa lahan terlantar, lahan yang ditumbuhi ilalang/semak belukar, bekas hutan, rawa, gambut, ladang, tegalan dan/atau kebun yang rusak/tidak produktif.

Dengan mempertimbangkan kondisi vegetasi di wilayah Kabupaten Lombok Utara, maka kawasan ini merupakan kawasan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

Strategi Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Pengaturan budidaya tanaman perkebunan dirinci dalam peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan secara tegas menyebutkan lokasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan. Pada prinsipnya lahan pertanian pangan berkelanjutan diartikan sebagai bagian dari suatu kawasan budidaya yang khusus digunakan sebagai tempat menanam tanaman pangan (padi dan palawija). Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah lahan sawah beririgasi teknis, beririgasi semi teknis, beririgasi sederhana, dan tadah hujan yang terlindung dari konversi tanah.

Setiap areal lahan pertanian pangan yang mengalami konversi harus dilakukan penggantian sebelum dilakukan konversi lahan dari lahan pertanian ke lahan non pertanian pada kawasan cadangan pertanian pangan berkelanjutan pada kelipatan luas tertentu. Lahan pertanian pangan pengganti harus mencakup paling sedikit 3 (tiga) kali luas lahan pertanian lahan basah melalui pembukaan lahan persawahan baru pada lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan yang telah disiapkan prasarana dan sarana irigasinya. Petani pemilik lahan memiliki akses terbaik terhadap lahan pertanian pangan dibandingkan dengan status petani bagi hasil (petani, penggarap, istri, atau buruh tani).

Oleh karena itu, lahan pertanian pangan yang produktif harus dihubungkan dengan jaringan irigasi teknis, semi teknis atau sederhana.

Keadaan Alam

Aksesibilitas petani terhadap lahan pertanian produktif berasal dari aspek sosial dan juga dari aspek fisik yaitu penyediaan infrastruktur jalan pertanian yang terhubung dengan jalan umum. Lahan cadangan pangan dapat digunakan sebagai lahan pangan pengganti akibat adanya konversi lahan sawah menjadi lahan non pertanian. Sawah yang ada adalah sawah beririgasi teknis, sawah beririgasi semi teknis, sawah beririgasi sederhana (irigasi desa), dan sawah air hujan.

Diantara sawah beririgasi yang ada di Kabupaten Lombok Utara, sawah beririgasi tersebut terletak di. Sawah yang telah berubah fungsi dari lahan pertanian produktif menjadi lahan non pertanian harus dilakukan penggantian di luar Kecamatan Tanjung dan di luar Kecamatan Pemanang melalui upaya penciptaan padi baru. sawah yang 3 (tiga) kali lebih luas dari sawah yang dialihfungsikan. Sebagian lahan persawahan di Kecamatan Tanjung dan Kecamatan Selamat masih dijadikan persawahan namun disasar sebagai lokasi agrowisata yaitu mengutamakan atraksi pertanian tradisional.

Tanaman padi dapat ditanam sepanjang tahun dengan tiga musim pada sawah beririgasi teknis, dua musim tanam pada irigasi semi teknis (MH dan MK-1), sedangkan padi gogo ditanam pada sawah pada musim tanam hujan (MH).

Gambar 2.1. Rata-rata Suhu Udara di Kabupaten Lombok Utara.
Gambar 2.1. Rata-rata Suhu Udara di Kabupaten Lombok Utara.

Kondisi Geografis

Tingkat kemiringan lahan di Kabupaten Lombok Utara sangat bervariasi dan diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kelas kemiringan dengan rincian tingkat kemiringan dan >40%. Analisis vegetasi yang menentukan vegetasi dominan pada suatu kawasan menunjukkan bahwa pada kawasan hutan Kabupaten Lombok Utara seperti dilansir Idris, dkk. 2013) dan Subagio (?) didominasi oleh dadap (Erytrhina variegate), gamal (Gliricidiasepium), pohon ara (Ficus gibbosa), pohon jati (Tectona grandis), kelanju (Dianium guineense), kemiri (Aleurites moluccana), lembokek, rosewood , mahoni (Switenia Macrophylla), udang klokos, mending, suango, cempaka, rajumas, kaliandra, suren, durian, odang, kenari, bajur, sengon (Pharaseriantes falcataria), dll. Empat dari lima jenis tanaman perkebunan tersebut merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Lombok Utara yaitu kelapa, kakao, kopi dan cengkeh, sedangkan tanaman jambu mete banyak yang rusak dan belum diremajakan.

Dari areal persawahan tersebut, sebagian sudah dan akan dialihfungsikan menjadi lahan non pertanian. Jumlah penduduk Kabupaten Lombok Utara sebanyak 210.133 jiwa (KLU Dalam Angka, 2015), sebagian besar suku Sasak dan sebagian kecil suku lain sebagai pendatang, seperti: Bali, Mbojo, Samawa, Jawa, dan lain-lain. Jenis kelamin perempuan mendominasi struktur penduduk Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2015 yaitu sebanyak 106.643 jiwa, sedangkan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 103.490 jiwa (KLU dalam Angka, 2015).

Secara spasial, jumlah penduduk Kabupaten Lombok Utara tersebar merata di lima kecamatan, dengan Kecamatan Bayan mempunyai jumlah penduduk terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya.

Tabel  2.3  Tata  Guna  Lahan  di  Kabupaten  Lombok  Utara  Tahun  2012  dan 2014
Tabel 2.3 Tata Guna Lahan di Kabupaten Lombok Utara Tahun 2012 dan 2014

Kajian Praktik Empiris

  • Pengalaman Daerah Lain
  • Pemanfatan Lahan Pertanian

Produksi padi menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu dari 59.280 ton pada tahun 2009 menjadi 71.761 ton pada tahun 2014, hal ini disebabkan oleh peningkatan luas panen dan produktivitas budidaya padi. Jika produksi beras dikonversi menjadi beras dengan laju konversi 0,62 maka produksi beras pada tahun 2014 sebanyak 44.491 ton, sedangkan dengan jumlah penduduk 210.133 jiwa dibutuhkan beras sebanyak 22.064 ton. Dalam penyajian data produksi sering terjadi overestimasi, terutama pada hasil pengamatan dengan metode panen dan perkalian dengan menggunakan luas sawah dan luas panen.

Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur (Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 6 Tahun 2013 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan), dan Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sebagian besar areal persawahan dapat ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan; sedangkan lahan terlantar (lahan kosong), lahan yang ditumbuhi semak belukar, bekas hutan, ladang/huma.

EVALUASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Penetapan lahan cadangan untuk pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf c merupakan bagian dari penetapan dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Konversi lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan perubahan fungsi lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian yang bersifat permanen atau sementara. Lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai produksi pangan berkelanjutan dilindungi dan dilarang untuk dikonversi.

Pengalihan fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan hanya dapat dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah dalam rangka pengadaan tanah untuk kepentingan umum; atau bencana terjadi. Selain untuk kepentingan umum tersebut, konversi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan juga dapat dilakukan untuk memperoleh lahan untuk kepentingan umum lainnya yang ditentukan oleh undang-undang. Rencana pembangunan harus sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau rencana rinci tata ruang.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12

4. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan Konversi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5185); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 tentang Sistem Informasi Pertanahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5283);

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

Perancangan kawasan peruntukan pertanian merupakan upaya menata kawasan pengembangan pertanian dalam wilayah kabupaten/kota dengan memperhatikan hasil identifikasi potensi dan kondisi wilayah kabupaten/kota. Perancangan kawasan peruntukan pertanian ditujukan pada sentra-sentra produksi pertanian baik pada kawasan eksisting maupun pada kawasan lain. Dalam mempersiapkan desain kawasan peruntukan pertanian, rencana pembangunan makro-regional harus diperhitungkan, termasuk Rencana Pembangunan Tahunan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang.

Selain itu, rencana makro harus memperhatikan orientasi kebutuhan pasar nasional dan regional, keberadaan lembaga usaha dan ketersediaan infrastruktur, serta pemanfaatan potensi sumber daya yang tersedia. Inventarisasi dan identifikasi data dan informasi berupa data non spasial (data tekstual maupun numerik) dan geodata/peta sebagai bahan analisis keseluruhan potensi dan kondisi lahan pertanian di suatu wilayah. Penyusunan peta sebaran lokasi sentra produksi pertanian yang ada, potensi wilayah pengembangan, jumlah dan kapasitas unit pengolahan hasil pertanian serta sarana dan prasarana pendukung serta ketersediaannya.

Penyusunan skala prioritas prasarana pertanian diperlukan dalam rangka penetapan kawasan pertanian tertentu berdasarkan hasil analisis spasial dan non spasial yang relevan dengan potensi pengembangannya. Rekomendasi pedoman pemanfaatan kawasan peruntukan pertanian sesuai dengan barang pada wilayah kabupaten/kota telah dilakukan dalam upaya optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian. Rekomendasi pedoman pemanfaatan kawasan dibuat oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk kemudian disampaikan kepada Tim Penyusun Rencana Tata Ruang Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bahan.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

Landasan Sosiologis

Landasan Yuridis

ARAH JANGKAUAN, RUANG LINGKUP, ISTILAH DAN

Arah Jangkauan dan Ruang Lingkup Pengaturan

Sasaran dan arah yang akan diwujudkan, arah ruang lingkup pengaturan rancangan peraturan daerah ini adalah terkait dengan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagai instrumen hukum untuk melindungi lahan pertanian agar tidak berubah fungsinya, termasuk pangan produktif. lahan pertanian. Selain itu, terdapat komitmen Pemerintah Daerah untuk mempertahankan lahan pertanian milik masyarakat sebagai tanah abadi dengan menyediakan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memberikan kompensasi kepada pemilik tanah yang tanahnya dijadikan tanah abadi agar dapat dimanfaatkan secara lestari. lahan pertanian pangan.

Materi Muatan

Setiap kegiatan pengubahan lahan pertanian untuk pangan berkelanjutan, kecuali ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), dikenakan sanksi administratif berupa

PENUTUP

Saran

Gambar

Gambar 2.1. Rata-rata Suhu Udara di Kabupaten Lombok Utara.
Tabel  2.1.  Curah  Hujan  dan  Jumlah  Hari  Hujan  di  Kabupaten  Lombok  Utara
Tabel  2.2    Luas  Areal  dan  Luas  Tanam  di  Wilayah  Jaringan  Irigasi  di  Kabupaten Lombok Utara
Tabel  2.3  Tata  Guna  Lahan  di  Kabupaten  Lombok  Utara  Tahun  2012  dan 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

(3) Dalam melaksanakan program sertipikasi tanah pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, instansi yang membidangi urusan pertanahan berkoordinasi dengan Menteri

Untuk mengetahui dan menjelaskan sejauh mana kesesuaian konsep dan pengaturanya pemanfaatan tanah bekas kawasan hutan untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan

Untuk mengetahui dan menjelaskan sejauh mana kesesuaian konsep dan pengaturanya pemanfaatan tanah bekas kawasan hutan untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan

(3) Dalam melaksanakan program sertipikasi tanah pada Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, instansi yang membidangi urusan pertanahan berkoordinasi dengan Menteri

312 berkelanjutan di Kabupaten Labuhanbatu Utara positif, (2) Peran pemuda terhadap pembangunan pertanian lahan pangan berkelanjutan di Kabupaten Labuhanbatu Utara positif,

(1) Penyelenggaraan sistem Informasi nasional meliputi penyelenggaraan Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

[I] Pengalihan fungsi lahan non pertanian pangan menjadi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 3 huruf c, terutama dilakukan terhadap tanah

24 2 Setiap pejabat pemerintah daerah yang berwenang menerbitkan izin pengalihfungsian lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam