• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai nilai Konseling perkawinan dalam tradisi Merariq Suku Sasak Lombok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Nilai nilai Konseling perkawinan dalam tradisi Merariq Suku Sasak Lombok"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Fokus Penelitian

Tujuan

Manfaat

Kajian Teori

  • Tradisi Perkawinan di Indonesia
  • Tradisi Merariq Suku Sasak
  • Nilai-Nilai Konseling Perkawinan
  • Pengertian Konseling Perkawinan
  • Tujuan Konseling perkawinan
  • Fungsi Konseling Perkawinan
  • Asas-Asas dalam Konseling Perkawinan

Telaah Pustaka

Kerangka Pikir

  • Metode Penelitian

Sistematika Pembahasan

TRADISI MERARIQ SUKU SASAK DI PULAU LOMBOK

Prosedur Tradisi Merariq

  • Tahapan/Prosedur dalam Tradisi Merariq
  • Perbedaan Tahapan dalam Prosesi Tradisi Merariq

Dalam penelitiannya mengenai tradisi merariq, Nazwa mengatakan bahwa midang dilakukan oleh laki-laki yang mempunyai perasaan terhadap perempuan. Biasa kalau sudah ada kesepakatan antara pihak perempuan sama laki-laki, baru istilahnya di paling, diambil sama pihak laki-laki. 109 Dan tempat yang tidak terdeteksi itu biasanya di salah satu rumah keluarga pihak laki-laki yang dijadikan sebagai tempat peseboan.

Nyelabar ini suatu proses keluarga calon mempelai laki-laki membawa informasi kepada keluarga si perempuan bahwa si perempuan itu telah dibawa merariq oleh si pihak laki-laki ini. Ia mengatakan: setelah beberapa hari, pihak laki-laki melapor ke kawilnya bahwa dia sudah merariq. Akhirnya kawilnya ini memberitahu ke keluarga perempuan bahwa anaknya sudah diambil oleh laki-laki ini.

Berbagai pertimbangan, perempuan memberikan pertimbangan kepada pihak laki-laki, laki-laki memberikan pertimbangan kepada pihak perempuan supaya tidak terlalu tinggi. Oleh karena itu pihak laki-laki berusaha untuk mendapatkan perwalian dan persetujuan terhadap perempuan yang telah dilarikannya. Dalam bukunya, Harfin Zuhdi mengatakan bahwa Bait janji dalam tradisi merariq adalah kedatangan para utusan dari pihak keluarga laki-laki ke pihak keluarga perempuan untuk membicarakan beberapa masalah terkait dengan penyelesaian adat sorong serah seperti jumlah pisuke (permintaan),.

Pisuke menurut Harfin Zuhdi merupakan permintaan pihak keluarga perempuan kepada keluarga pihak laki-laki sebagai bentuk kesukarelaan antara keduanya. Saat itu terjadi tawar menawar harga pisuke antara utusan pihak keluarga laki-laki dan keluarga pihak perempuan. Arte gegawan merupakan segenap harta benda yang harus dibawa dalam upacara sorong serah oleh pihak keluarga laki-laki ke rumah.

Kegiatan ini dilakukan secara bersamaan seluruh anggota keluarga mempelai laki-laki bersama masyarakat berkunjung kerumah mempelai perempuan. Menurut Harfin Zuhdi bales onas nae yaitu kunjungan pihak pengantin laki-laki kepada keluarga pengantin perempuan setelah nyongkolan dan ajikrama. Biasanya kedua pengantin menginap beberapa malam, sebagai pengenalan yang agak intim bagi pengantin laki-laki terhadap sanak keluarga pihak perempuan.169.

Tradisi Merariq Menurut Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat

Dimana tiap daerah di suku Sasak ini memiliki tradisi dan budaya lokal yang berbeda yang menciptakan variasi dalam pelaksanaannya. Tahapan merariq dalam tradisi suku Sasak memiliki makna yang bervariasi dan dapat diinterpretasikan berbeda oleh para tokoh. Semua tahapan dilaksanakan sebagaimana mestinya sesuai dengan adat dan budaya yang ada dalam suku Sasak.

Beberapa tokoh agama menilai bahwa merariq bertentangan dengan ajaran Islam karena melibatkan tindakan yang dianggap tidak sesuai dengan nilai- nilai agama, seperti pelecehan seksual dan perzinaan. Namun di Lombok ini merariq memang sudah adat dan kebiasaan suku Sasak sehingga dianggap lumrah. Tradisi merariq memang ada yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam, tetapi tidak semua orang mengerti terkait hal tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menurut perspektif agama, tradisi merariq kurang sesuai dengan tata acara yang diajarkan dalam syariat Islam karena terdapat hal-hal yang dapat menimbulkan kemaksiatan atau zina sebelum terjadinya akad nikah. Masyarakat etnis Sasak menganggap merariq merupakan ciri khas masyarakat Sasak yang harus dipertahankan keberadaannya selama merariq dilakukan sesuai dengan ketentuan adat dan agama. Menurut masyarakat yang memegang memegang teguh adat ini berpendapat bahwa tradisi merariq ini adalah tradisi yang sudah lumrah dilakukan pada suku Sasak ini karena memang sudah bertahun-tahun menjadi adat dalam sebuah perkawinan di suku Sasak Lombok.

Namun ada anggapan masyarakat bahwa tradisi merariq sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini, prosesnya dinilai cukup berbelit-belit, kerap menimbulkan konflik, banyak orang tua yang heran anaknya tiba-tiba diambil darinya. Dari perbedaan pandangan terhadap tradisi merariq oleh tokoh adat, agama, dan masyarakat dalam suku Sasak di atas, peneliti dapat menarikkesimpulan bahwa setiap kelompok memiliki perspektif yang unik dan cenderung tercermin dari nilai- nilai, keyakinan, serta peran mereka dalam masyarakat. Berikut adalah kesimpulan yang dapat diambil yakni tokoh adat cenderung menekankan pentingnya memelihara dan meneruskan tradisi budaya, sementara tokoh agama fokus pada konsistensi dengan nilai-nilai moral dan etika agama.

Tokoh agama dapat menunjukkan tantangan terhadap nilai-nilai agama dalam tradisi merariq, mempertanyakan kesesuaian dengan ajaran agama tertentu. Namun pandangan tokoh agama tersebut diklarifikasi oleh pandangan tokoh adat yang menyatakan bahwa tradisi merariq mencerminkan kesatuan antara adat dan agama, menekankan bahwa keduanya saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Dalam beberapa kasus, pandangan ini menunjukkan upaya untuk memadukan nilai-nilai adat dan agama dalam pelaksanaan tradisi merariq.

NILAI-NILAI KONSELING PERKAWINAN DALAM TRADISI

Nilai-Nilai dalam Konseling Perkawinan

Nilai-Nilai Konseling Perkawinan dalam Tradisi Merariq Suku Sasak

Prosesi-prosesi dalam tradisi merariq meliputi pra perkawinan (berayean atau pacaran), merariq (membawa lari seorang gadis), besejati dan beselabar (proses pemberitahuan informasi kepada khalayak), betikah atau akad nikah, bait janji;Pisuke, ajikrame,dan arte gegawan, begawe atau pesta, nyongkolan (seremonial perkawinan), dan bales onas nae (kunjungan balasan sebagai salam perpisahan). Fokus penelitian dalam proposal skripsi ini yaitu membahas mengenai bagaimana prosesi tradisi merariq pada suku Sasak dan bagaimana nilai-nilai konseling perkawinan yang terkandung di dalamnya. Diharapakan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi di dalam penelitian lanjutan tentang nilai-nilai konseling perkawinan dalam tradisi merariq suku Sasak.

Dan sementara yang berkaitan dengan judul penulis teliti ini membahas tentang Nilai-Nilai Konseling Perkawinan dalam Tradisi Merariq Suku Sasak. Fungsi Nilai-Nilai Budaya Merariq (Kawin Lari) Pada Masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok Sebagai Alternatif Bahan Ajar Seni Budaya di Sekolah Menengah dan fungsi nilai-nilai budaya merariq (kawin lari) pada masyarakat suku sasak di Pulau Lombok. Perbedaannya terletak pada variabel dan fokus permasalahan penelitian sebab penelitian ini membahas tentang nilai-nilai konseling perkawinan dalam tradisi merariq suku Sasak Lombok.

Setelah mengetahui semuanya, maka peneliti bisa mengetahui apa saja nilai-nilai konseling perkawinan yang terkandung dalam tradisi merariq suku Sasak. Data data yang dicari dalam penelitian ini berupa tulisan-tulisan mengenai tradisi merariq pada suku sasak dan nilai-nilai konseling perkawinan. Penelitian ini menggambarkan dengan rinci nilai-nilai konseling perkawinan yang terkandung dalam tradisi merariq suku Sasak Lombok.

Berdasarkan pembahasan dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa dalam tahapan tradisi merariq mengandung nilai-nilai konseling perkawinan. Untuk itu besar harapan peneliti kepada peneliti lain untuk meneliti dan menganalisis nilai-nilai konseling perkawinan dalam tradisi merariq suku Sasak Lombok ini.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dapat diketahui bahwa nilai- nilai konseling perkawinan meliputi nilai pendidikan, nilai agama, nilai kesopanan, nilai solidaritas (kerja sama), keterbukaan dan kejujuran, empati, komunikasi, memberikan arahan dan penerimaan. Prosesi merariq dalam suku Sasak Lombok melibatkan serangkaian tahapan yang kaya dengan makna dan budaya yang mencerminkan nilai-nilai dan norma-norma yang dipegang oleh masyarakat suku Sasak. Tradisi merariq memiliki sepuluh tahapan yang dibagi menjadi dua tahapan yakni pra perkawinan dan pasca perkawinan.

Kemudian tahapan dalam pasca perkawinan yakni bait janji, sorong serah, begawe, nyongkolan dan bales onas nae. Dari semua tahapan tersebut tentu memiliki nilai dan makna yang mengantarkan pada tujuan pernikahan yang sesungguhnya. Pada tahap pra perkawinan yakni midang, besejati beselabar, bait wali, dan betikah lebih banyak memuat nilai-nilai konseling perkawinan berupa nilai pendidikan, nilai agama, dan nilai komunikasi.

Kemudian pada tahap pasca perkawinan yakni tahap bait janji, sorong serah, begawe, nyongkolan, dan bales onas nae lebih banyak memuat nilai pendidikan, komunikasi, empati, kerja sama, serta nilai agama.

Saran

Namun kajian nilai-nilai konseling perkawinan dalam tradisi merariq yang dilakukan peneliti ini belum bisa dikatakan sempurna karena keterbatasan waktu, metode, serta pengetahuan dan kemampuan analisis yang dimiliki peneliti. Bimbingan dan Konseling pada Tradisi Masyarakat di Desa Sepande Sidoarjo), Jurnal Al- Tazkiah, Vol 10, Nomor 1, 2021. Khazanan Pendidikan Islam Berbasis Kearifan Lokal: Analisis Nilai Dalam Tradisi Manjau-Maju Perkawinan Adat Lampung Saibatin.

Sistem Perkawinan Masyarakat Sasak (Interpretasi atas Dialektika Agama dengan Tradisi Merariq Masyarakat Lombok, NTB) Skripsi. Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Merariq Pada Masyarakat Suku Sasak Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol 9, Nomor 2, 2021. Merariq) di Suku Bangsa Sasak di Desa Wanasaba Lombok Jurnal of Anthropology, Vol 2, Nomor 1, Maret 2022.

Merariq) di Suku Sasak Jurnal Mahasiswa Indonesia, Vol 1 Nomor 1, 2023 Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol 3 Nomor 1, 2020. Ovy Septi Vane dan Elly Malihah, Transformasi Nilai-Nilai Bararak Bako Dalam Tradisi Perkawinan Masyarakat Kota Solok. Roy Kembar Habibi dan Eny Kusdarini, Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Melestarikan Tradisi Pernikahan Pepadun di Lampung Utara Jurnal Antropologi Isu-isu sosial budaya, Vol 22, Nomor 1, 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Pola Komunikasi Tokoh Agama Terhadap Masyarakat Desa- Padamara Dalam Memasuki Nilai-Nilai Islam Pada Proses Tradisi Merariq .... Aktivitas Komunikasi Dalam Proses Tradisi Merariq

perkawinan di suku Sasak yaitu kawin lari atau merariq dan nilai luhur yang terkandung

Sedangkan makna nilai harga diri dari karakter seorang perempuan terlihat pada adegan yang diperankan oleh tokoh Risna sangat berkaitan dengan sikap gengsi oleh

Apabila hakim mengabulkan dispensasi perkawinan berdasakan kemaslahatan, maka hakim berhak mengabulkan permohonan dan mengizinkan pemberian dispensasi perkawinan dalam

Nilai tata krama terlihat pada fungsi tambahan tangga luar Bale, dimana masyarakat Sasak Limbungan memanfaatkan tangga luar sebagai tempat beristirahat, yang

Sea Nono Heu bagi masyarakat Suku Amarasi di Timor adalah suat tahapan yang dipandang sangat penting dalam perkawinan secara adat, dimana setelah pengantin pria telah menjalankan