• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM FILM SURAU DAN SILEK

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM FILM SURAU DAN SILEK"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NILAI-NILAI YANG TERKANDUNG DALAM FILM SURAU DAN SILEK

Fathur Rachman Anasri, Ali Nupiah

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah, IAIN Batusangkar. Kode Pos 27151

E-mail: fathurrachmananasri@gmail.com Copyright © 2022

Abstract: The main problem in this thesis is the Da'wah Values Contained in Surau and Silek Films. The purpose of this discussion is to find out the values of da'wah related to aqidah values, moral values, worship values, sharia values, and muamalah values contained in the surau and silek films. As is the case today, the film is also a medium for delivering messages, meanings and information to the audience. This research was conducted by watching and observing the da'wah values contained in the surau and silek films. This research uses descriptive qualitative research method with content analysis approach. The steps in collecting this research data are by means of observation, literature study and documentation. The results of this study indicate that the surau and silek films have many religious messages that can be learned and are easy to understand. This film cannot be watched by everyone, because this film focuses on Islamic teachings and non-Muslims will have difficulty watching the film because they are not familiar with the terms in the film.

Keywords: Surau and Silek Film, Values, Da'wah PENDAHULUAN

ilm ini dimulai sejak akhir abad ke-18 ketika para ahli kimia mencoba membuat alat yang bisa merekam gambar.

Pada awal abad ke-19 barulah film menjadi media yang populer dan dapat dinikmati oleh segala lapisan masyarakat dari kelompok elit hingga yang buta huruf.

Pada awalnya film diputar melalui kinestoskop yang hanya dapat ditonton seorang diri pada sirkus keliling. Pada saat teknolologi proyeksi dan pita selouid ditemukan, film mulai menjadi penanda penting komunikasi massa. Sekumpulan orang yang tak saling kenal menonton

pada satu layar yang sama dan di ruangan yang sama. Bioskop pertama menempati ruang pertunjukan seni atau ruang semi permanen mulai didirikan sebagai tempat orang-orang berkumpul untuk menonton.

Namun setelah munculnya televisi, film pun mulai diputar pula di televisi. (Herlina, 2019, hal. 18-19) Menurut Biran dalam buku ajar Film Sebagai Gejala Komunikasi Massa karangan Dr. Redi Panuju dijelaskan bahwa sejarah film pertama terjadi di Prancis, tepatnya pada 28 Desember 1895, ketika Lumiere bersaudara telah membuat dunia terkejut.

Mereka telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di depan publik, yakni di

F

(2)

Café de Paris. Film-film buatan Lumiere yang diputar pada pertunjukkan pertama itu adalah tentang para laki laki dan wanita yang sedang bekerja di pabrik, juga tentang kedatangan kereta api di stasiun La Ciotat, bayi yang sedang makan siang dan kapal kapal yang meninggalkan pelabuhan.

Setelah Perang Dunia Kedua, film sebagai industri di dominasi produksi Amerika Serikat. Bahkan di Amerika dalam industri perfilman dunia sudah dimulai sejak perang dunia kedua, yakni pada tahun 1920-an dan 1930-an. Untuk keperluan pengambilan gambar dibuatlah studio film berupa studi alam dan rumah rumah besar, yang kemudian dikenal sebagai Holywood. Sebuah kawasan wilayah di bagian Los Angeles, California, Amerika Serikat. Hollywood kini dikenal sebagai industri tempat produksi film-film terbaik dan ternama di dunia. Hollywood pun seakan menjadi pusat dari industri entertainment di seluruh dunia. Film-film barat dan film Amerika banyak diproduksi di Hollywood sehingga disebut sebagai film Hollywood. Film Hollywood selalu dinanti tiap tahunnya di bioskop di seluruh dunia dan banyak yang populer serta sukses meraih predikat box office dunia.

Teknologi yang ditemukan Lumiere itu kemudian mendunia dengan cepat karena juga didukung oleh teknologi proyektor berfilm 2,75 inci yang lebih unggul keluaran The American Biograph ciptaan Herman Casler pada tahun 1896.

(Puju, 2019, hal. 31-33) Sejak film menyebar luas di seluruh dunia, film menjadi sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Di Indonesia pun

film menjadi sesuatu yang tak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat.

Di Indonesia, sejarah film mulai dikenal oleh masyarakat kita sejak awal abad ke-20. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah iklan di surat khabar pada masa itu. Iklan dari De Nederlandsche Bioscope Maatschappij yang dipasang di surat khabar Bintang Betawi, Jumat 30 November 1900 menyatakan “….bahoewa lagi sedikit hari ija nanti kasih lihat banyak hal…” Dalam surat khabar yang sama terbitan 4 Desember 1900, ada iklan yang berbunyi:…Besok hari Rebo 5 Desember Pertornjoekan Besar Jang Pertama di dalam satoe roemah di Tanah Abang Kebondjaer (MANAGE) moelai poekoel Toedjoe malem…”. Pada 5 Desember 1900 jam 7 malam, bioskop yang masih belum diberi nama itu (kemudian diberi nama The Roijal Bioscope) mulai dioperasikan di tanah Abang Kebonjae, inilah bioskop pertama di Indonesia.

Pada saat itu, seni pertunjukkan yang sedang digemari masyarakat adalah komedi stamboel (ejaan lama u ditulis oe, seperti Soeharto dibaca Suharto) atau sering disebut Opera Melayu. Antara tradisi pertunjukkan film dengan komedi stamboel ada kemiripannya, yakni semacam sandiwara keliling yang diadakan di sebuah tenda yang ditutup kain besar. Penontonnya bukan hanya kalangan pribumi akan tetapi semua golongan, seperti keturunan China, Arab, maupun orang Belanda. Sampai tahun 1920-an, film belum mampu menyaingi popularitas komedi stamboel itu. Barulah pada tahun 1930-an, bioskop mampu mematikan pertunjukan keliling. Hal

(3)

tersebut dikarenakan dari segi tema, pada waktu itu produksi film mengambil mitos atau cerita yang sudah popular sebelumnya seperti hikayat atau cerita rakyat. Pada masa itu berdiri banyak perusahaan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan film. Film Terang Boelan menjadi box offeice, sehingga setelah itu banyak artis artis pertunjukkan keliling yang hijrah menjadi pemain atau aktris film.

Pada masa pendudukan Jepang, film dijadikan sebagai alat propaganda.

Film lebih bermakna bagi kegiatan perang karena film lebih banyak ditonton rakyat dan durasi pertunjukkan juga tidak sepanjang sandiwara. Pada masa itu lebih dari 30 film diproduksi yang sebagian besar berisi propaganda Jepang. Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, perfilman Indonesia belum menunjukkan perkembangan yang berarti karena situasi politik menyebabkan kreativitas seni kurang terakomodasi dalam kekuasaan.

Kemerdekaan seharusnya memberi nafas baru yang lebih segar dalam perfilman nasional. Namun demikian, ternyata situasi politik yang sering tidak stabil menyebabkan situasi kurang kondusif. Era pemerintahan Soekarno mencirikan kepentingan politik yang sangat berbeda yang berimplikasi pada kebijakan yang berbeda pula pada industri film. Pada era Soekarno, perang dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet turut mempengaruhi politik di Indonesia.

Soekarno berpendapat, budaya populer seperti musik, sastra, dan film seharusnya mencerminkan identitas bangsa, sehingga semua aliran kebarat-baratan ditolak.

Semangat nasionalisme yang diawali

dengan kemunculan film Terang Boelan menunjukkan berbagai upaya untuk melahirkan film yang serba Indonesia, baik dalam hal pemilihan artis, modal, ide cerita dan tema.

Diakuinya kemerdekaan Indonesia secara internasional (1949) dan perginya Belanda secara formal dari negeri ini, menempatkan situasi tahun 1949-1951 pada masa transisi. Pertumbuhan ekonomi mulai meningkat menjadi tujuh persen.

Berbagai momentum perfilman nasional terjadi, mulai dari lahirnya Perusahaan Film Nasional (Perfini) dan Persatuan Indonesia (Persari) di tahun 1950. Untuk lebih mempopulerkan film Indonesia, Djamaluddin Malik mendorong adanya Festival Film Indonesia (FFI) pertama pada tanggal 30 Maret-5 April 1955, setelah sebelumnya duet Usmar Ismail dan Djamaluddin Malik mendirikan PPFI (Persatuan Produser Film Indonesia). Film Lewat Jam Malam karya Usmar Ismail tampil sebagai film terbaik dalam festival ini. Film ini merupakan karya terbaik Usmar Ismail, dan sekaligus terpilih mewakili Indonesia dalam Festival Film Asia II. Sebuah film yang menyampaikan kritik sosial yang sangat tajam mengenai para bekas pejuang setelah kemerdekaan.

Film-film penting lainnya dalam periode ini adalah, The Long March (Darah dan Doa, Umar Ismail, 1950), Si Pintjang garapan Kotot Suwardi (1951), dan ―Turang garapan Bachtiar Siagian (1957). Film Darah dan Doa ini dianggap sebagai film asli pertama buatan Indonesia karena diproduksi oleh PERFINI dan yang mengerjakan semuanya orang Indonesia asli (pribumi), bahkan Usmar Ismail disebut Soekarno sebagai sutradara

(4)

Indonesia yang sesungguhnya. Usmar Ismail sempat mengenyam pendidikan sinematografi di Amerika Serikat pada tahun 1952. Tahun 1956 ditandai dengan munculnya film musikal pertama di Indonesia yaitu film Tiga Dara.

(Manurung, 2016, hal. 152)

Sama halnya seperti film yang sempat viral pada 27 April 2017 yaitu film Surau dan Silek yang di sutradarai oleh Ariif Malinmudo. Film ini sempat menghebohkan indonesia terutama Sumatera Barat, karena film ini memiliki latar cerita di Sumatera Barat. Surau dan Silek ini merupakan film yang bercerita tentang anak kecil yang bernama adil ingin belajar silek. Awalnya adil dan kawan-kawannya dilatih oleh mamaknya, namun karena malu dikampung mamak adil pergi marantau dan adil menjadi tidak punya guru lagi untuk latihan. Setelah kesana kemari mencari guru, adil dan kawan-kawannya bertemu dengan seorang kakek yang beliau pensiunan dosen sekaligus pandeka di kampung itu dan adil meminta beliau untuk mengajarinya silek, namun si kakek memberi tau adil bahwa ada 3 hal yang harus dilakukan sebelum belajar silek, yaitu sholat, sholawat, silek.

Ketiga hal tersebut saling berkaitan karena di Minangkabau silek dan ibadah tidak bisa di pisahkan. Karena adil dan kawan- kawannya masih belum lengkap sholatnya sikakek pun belum menerima ketiga anak itu untuk latihan silek. Setelah mendapat nasehat dari istri sikakek barulah kakek tersebut mau melatih adil dan kawan- kawan. Adil dilatih di sebuah surau yang ada di kampungnya. Sebelum latihan adail dan kawan-kawannya di ajarkan ilmu agama dan setelah belajar agama barulah

mereka latihan silek yang dimulai dengan membaca niat dan doa. Karena pada dasarnya di Minangkabau surau bukan hanya berfungsi sebagai tempat sholat, namun surau juga berfungsi untuk tempat belajar agama dan belajar silek yang merupakan beladiri asli Minangkabau.

Film surau dan silek ini memiliki nilai- nilai dakwah yang dapat kita teladani.

Pada saat penulis ikut menonton film tersebut di Bioskop XXI Plaza Andalas Padang, penulis mengamati bahwa peminat dari film tersebut didominasi oleh para remaja. Namun ada fenomena yang peneliti amati disaat film surau dan silek ini diputarkan ulang pada 7 November 2020, ketika terjadi adegan penyampaian nasehat atau pesan agama dalam film tersebut ada beberapa adegan saat penyampain nasehat si tokoh yang dinasehati tidak menirama pesan yang disampaikan, maka terjadi ketidak sampaian pesan kepada orang yang di nasehati. contohnya pada saat adegan ada suara azan dan salah seorang teman adil memberitahu kepada gurunya mak Rustam bahwa sudah terdengar suara azan yang menandakan waktu shalat akan tetapi mak rustam malah menjawab beko selah isya tu waktunyo panjang sampai menjelang subuah, disitu terjadi ketidak sampaian pesan karena mak Rustam menolak ajakan sholat. Pada hakikatnya dakwah merupakan sesuatu yang penting dalam masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari dakwah sudah melekat dalam diri setiap muslim. Dalam pengertiannya dakwah secara etimologi, maka dakwah dapat diartikan memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong ataupun memohon. Sedangkan dalam tata bahasa

(5)

arab, dakwah adalah bentuk mashdar dari kata kerja da’a, yad’u, da’watan, yang memiliki arti memanggil, menyeru, atau mengajak. (An-Nabiry F. B., 2008, hal.

17). Allah berfirman dalam surah Ali- imran ayat 104 yang berbunyi:

نُكَ لَۡو ت

َ

لَِّإ َنوُعتدَي ٞةَّم ُ

أ تمُكنِّ م ِّتيَ ت

لۡٱ َنوُرُم ت

أَيَو

ِّب ِّفوُرتعَم ت لٱ ِّنَع َنتوَهتنَيَو

ِّر َكنُمتلٱ ُمُه َكِّئ ََٰٓلْوُأَو

َنوُحِّلتفُم ت لٱ ١٠٤

Yang artinya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.

Pada surat ini allah menjelaskan tentang amar ma’ruf nahi munkar yang berarti perintah untuk menegakan kebenaran dan melarang yang salah, karena pada dasarnya dalam berdakwah kita di haruskan menyampaikan kebenaran dan melarang yang salah.

Pada permasalahan inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian untuk lebih memahami bagaimana makna pesan agama dalam film suarau dan silek, dengan memfokuskan penelitian terhadap nilai-nilai dakwa. Maka peneliti tertarik meneliti dan memfokuskan penelitian ini pada film Surau dan Silek dengan judul

“Nilai-nilai Dakwah yang Terkandung dalam Film Surau dan Silek”.

KAJIAN PUSTAKA Nilai-nilai

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pengertian nilai adalah sifat-sifat yang penting dan berguna bagi manusia, atau

sesuatu yang menyempurnakan manusia dengan hakikatnya. Contohnya nilai etik, yakni nilai untuk manusia pribadi yang utuh, seperti kejujuran, yang berkaitan dengan akhlak, benar atau salah yang dianut atau dilakukan oleh manusia.

Sedangkan menurut Amril Mansur dalam jurnal Alfikra, beliau menjelaskan bahwa tidak mudah untuk mendefenisikan tentang nilai, namun paling tidak pada tataran prasis, nilai dapat disebut sebagai sesuatu yang menarik, dicari, menyenangkan, diinginkan, dan disukai dalam pengertian yang baik atau berkonotatif positif. (Mansur, 2006, p. 46)

Dalam jurnal Jizarah dijelaskan bahwa seorang alhi filsuf bernama Scheler memberi pandangan bahwa nilai merupakan kualitas objektif.

Keberadaanya tidak tergantung pada benda. Seseorang tidak dapat memahami nilai dari benda yang bernilai, karena nilai mendahului bendanya. Nilai adalah kualitas apriori yang artinya bukan hanya tidak tergantung pada semua objek yang bereksistensi, tetapi juga tidak tergantung pada tanggapan seseorang. Nilai bersifat mutlak, tidak berubah, sehingga tidak terpengaruh oleh perbuatan seseorang.

Pengetahuan seseorang tentang nilai dapat bersifat relative, tetapi bukan nilai itu yang bersifat relative. (Jirzanah, 2008, hal.

87)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka peneliti berpendapat bahwa nilai merupakan suatu tujuan yang hendak dicapai,nilai juga merupakan kumpulan sikap perasaan atau anggapan terhadap sesuatu hal yang mengenai baik buruk,

(6)

benar salah, patut tidak patut, ataupun penting tidak penting. Apabilah nilai sudah melekat dalam diri seseorang maka nilai itulah yang akan dijadikan sebagai pedoman dan petunjuk dalam bertingkah laku.

Dakwah

Dilihat dari segi etimologi dakwah dapat diartikan memanggil, mengundang mengajak, menyeru, mendorong ataupun memohon. Pada ilmu bahasa arab dakwah dapat merupakan bentuk kata kerja dari da’a, yad’u, da’watan, yang berarti memanggil, menyeru, atau mengajak.

Kata-kata dakwah ini dapat kita temui pada hadist Rasulullah S. A. W, maupun dalam beberapa ayat al-qur’an. Adapun salah satu ayat yang sejalan dengan pengertian dakwah yaitu surah yunus ayat 25 yang berisi tentang seruan. (An-Nabiry F. b., 2008, hal. 17)

Yang artinya: Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang Lurus (Islam).

Pada buku meneliti jalan dakwah dijelaskan bahwa ada beberapa pendapat ahli menganai pengertian dakwah secra istilah, yaitu:

Pertama menurut Dr. Muhammad Sayyid Al-Wakil mendefenisikan dakwah adalah mengajak dan mengumpulkan manusia untuk kebaikan serta membimbing mereka kepada petunjuk dengan cara beramar makruf nahi munkar.

Lalu menurut Dr. H. M. Mansyur Amin berpendapat bahwa dakwah adalah suatu aktivitas yang mendorong manusia

memeluk agama islam melalui cara yang bijak, dengan materi ajaran islam, agar mereka mendapat kesejahteran dunia dan kebahagian akhirat. Sementara itu menurut Prof. Dr. M. Quraish Shihab mengatakan bahwa dakwah adalah seruan atau ajakan kepad keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.

1. Tujuan Dakwah

Buku metodologi dan pengembangan ilmu dakwah menjelaskan bahwa dakwah memiliki beberapa tujuan yaitu:

a. Mengajak orang-orang non Islam untuk memeluk agama Islam

b. Mengislamkan orang Islam, yang berarti meningkatkan kualitas iman.

Islam dan ihsan kaum muslimin sehingga mereka menjadi orang- orang yang mengamalkan Islam secara keseleuruhan (kaffah).

c. Menyebarkan kebaikan dan mencegah timbulnya dan tersebarnya bentuk-bentuk kemaksiatan yang akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan individu dan masyarakat sehingga menjadi masyarakat yang tenteram dengan penuh keridhaan Allah SWT

d. Membentuk individu dan masyarakat yang menjadikan Islam sebagai pegangan dan pandangan hidup dalam segala segi khidupan baik politik, ekonomi, sosial dan budaya. (Hasan, 2013, hal. 49-50) 2. Unsur-unsur Pendukung Dakwah

(7)

Beberapa unsur-unsur pendukung dakwah, yaitu:

a. Da’i

Da’i adalah orang yang melaksanakan dakwah baik secara lisan, tulisan ataupun perbuatan dan baik sebagai individu, kelompok atau berbentuk organisasi atau lembaga. Dai’i sering di sebut dengan mubaligh ( orang yang menyampaikan ajaran islam ). Dai’i merupakan unsur dakwah yang paling penting, sebab tanpa da’i islam hanya sekedar ideologi yang tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat. bagaimanapun baiknya ideologi islam yang harus di sebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan tetap sebagai cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada manusia yang menyebarkannya. (Hasan, 2013, hal.

58) b. Mad’u

Buku meneliti jalan dakwah menjelaskan bahwa Mad’u atau penerima dakwah adalah seluruh umat manusia, baik laki-laki ataupun perempuan, tua maupun muda, miskin maupun kaya, muslim

ataupun non muslim,

kesemuanyamenjadi objek dari kegiatan dakwah Islam ini, semua berhak menerima ajakan dan seruan ke jalan Allah.

c. Materi dakwah

Pada umumnya materi yang disampaikan dalam dakwah adalah ajaran-ajaran yang disyariatkan

dalam islam. Ajaran-ajaran Islam yang menitikberatkan pada bangunan akhlakul karimah, yang wajib untuk disampaikan kepada manusia yang nantinya diharapkan supaya ajaran-ajaran tersebut dapat diketahui, dipahami, dihayati, serta diamalkan dalam bingkai kehidupan sehari-hari, sehingga hidup senantiasa berada dalam suasanan religi, yang tentunya sesuai dengan tuntunan agama Islam. (An-Nabiry F. B., 2008, hal. 230-234)

Materi dalam dakwah kiranya dapat kita ringkaskan menjadi beberapa pokok pembahsan, diantaranya:

1) Akidah

Secara etimologi akidah berasal dari kata aqada yang berarti ikatan atau keterkaitan dua utas tali dalam satu buhul yang bersambung.

Akidah berarti pula janji, karena janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua orang yang mengadakan perjanjian. Sedangkan menurut terminologi akidah dalam islam berarti keimana atau keyakinan seseorang terhadap allah, yang menciptakan semesta beserta isinya dengan segala sifat dan pertumbuhannya. Seseorang yang menjadikan islam sebagai akidahnya , berarti ia sudah terikat oleh segala sikap dan tingkah laku sehari-hari. Akidah juga disebut sebagai iman. (Aminah, 2014) 2) Akhlak

(8)

Akhlak secara etimologi berasal kata khuluk yang berari budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Sedangkan secara terminologi akidah adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan denan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

(Supadie, 2011) 3) Ibadah

Istilah ibadah dalam lingkup keilmuan islam telah lama dikenal seperti yang terungkap dalam al- qur’an dan buku-buku keislaman.

Dalam ajaran islam, setiap perbuatan yang dilandasi oleh niat karena Allah, dalam rangka melaksanakan kewajiban termasuk kategori ibadah. (An-Nabiry F. b., 2008, hal. 256)

4) Syariat

Syariat atau ditulis dengan syari’’ah, secara harfiah adalah jalan ke sumber (mata) air yakni jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim, syariat merupakan jalan hidup muslim, ketetapan- ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya, baik berupa larangan maupun berupa perintah, meliputi seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia.jika dilihat dari segi ilmu hukum, syari’at adalah norma hukum yang berarti dasar yang sudah ditetapkan Allah, dan wajib diikuti oleh orang Islam bedasarkan iman yang berkaitan dengan akhlak, baik dalam

hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia dan benda dalam masyarakat.

(Nurhayati, 2018) 5) Muamalah

Secara etimologi muamalah diartikan sebagai bertindak,saling berbuat dan saling mengamalkan.

Sedangkan secara terminologi arti muamalah terbagi dalam arti luas dan arti sempit, dalam arti sempit adalah aturan-aturan Allah swt yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya

untuk memenuhi atau

mendapatkan alat-alat keperluan jasmani dengan cara yang baik, sedangkan dalam arti luasnya muamalah diartikan peraturan- peraturan Allah swt yang harus diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia dalam urusannya dengan hal duniawi dalam pergaualan sosial. (Munib, 2018)

d. Media dakwah

Media dakwah juga dijelaskan dalam buku meneliti jalan dakwah karangan Fathul Bahri An-Nabiry pada halaman 236-237, dalam buku ini dijelaskan media dakwah yang dapat dimafaatkan antara lain:

1) Lisan

Dakwah bil lisan yaitu penyampaian informasi atas pesan dakwah melalui lisan.

Termasuk dalam bentuk lisan

(9)

adalah ceramah, khutbah, tausiyah, pengajian, pendidikan agama, kuliah, diskusi, seminar, nasihat, dan lain sejenisnya.

2) Tulisan

Dakwah bil qalam yaitu penyampaian materi dakwah dengan menggunakan media tulisan. Termasuk dalam jenis ini adalah buku-buku, surat kabar, risalah, buletin, brosur.

Dalam memanfaatkan media ini, hendaknya ditampilkan dengan gaya bahasa yang lancar, mudah dicerna, dan menarik minat publik, baik mereka yang awam maupun kaum terpelajar.

3) Audio visual

Dakwah dengan audio visual merupakan cara penyampaian yang meransang pengelihatan serta pendengaran audien atau penonton. Jenis media dakwah ini adalah televisi, film, sinetron, drama, teater, dan lain sebagainya. Terkadang, pesan yang disampaikan media ini cenderung lebih mudah diterima oleh penonton, bahkan dapat membentuk karakter mereka. Materi dakwah yang dikemas dalam bentuk hiburan akan cenderung lebih disukai dari

pada dakwah yang

disampaikan melalui ceramah keagamaan.

4) Lingkungan keluarga

Suasana Keluarga mempunyai kontribusi yang kuat dalam kelancaran dakwah.

Ikatan keluarga itu senantiasa bernapaskan Islami, maka akidah dan amaliahnya pun akan semakin kuat. Dakwah dalam keluarga akan selalu berjalan dengan baik, bahkan dapat mempengaruhi cara berpikir keluarga lain.

5) Organisasi Islam

Organisasi Islam adalah sekumpulan umat terorganisir, yang bergerak dalam bidang keagamaan, khususnya disini adalah Islam. Organisasi Islam

akan memperhatikan

pentingnya jalinan ukhwah islamiyah. Menjembatani antara umat dengan petunjuk agama, menuntun kepad kebenaran, dengan mengadakan berbagai acara keagamaan yang diikuti oleh organisasi tersebut. Salah satu yang menjadi agenda kerjanya adalah turut serta dalam menyebarkan dakwah Islam. Diantara organisasi Islam yang terbesar di Indonesia antara lain Nadhatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan lain sebagainya (An-Nabiry F. B., 2008, hal. 236-237)

e. Metode dakwah

(10)

Metode dakwah adalah jalan yang ditempuhuntuk menyampaikan dakwadakwah maupun penerimanya.ah.

Tujuan diadakannya metode dakwah adalah untuk memberikan kemudahan dan keserasian, baik bagi pembawa.

Buku meneliti jalan dakwah juga menjelaskan bahwa metode dakwah memiliki beberapa macam, yaitu:

1) Dakwah bil hikmah

Dakwah bil hikmah bisa diartikan sebagai kemampuan seseorang da’i dalam melaksanakan tuga dakwahnya, yang menyajikan dakwah dengan berbagai strategi dan pendekatan jitu, efektif, dan efesien karena luasnya pengetahuan dan banyaknya pengalaman lika-liku dakwah.da’i tahu benar tentang waktu, tempat, dan keadaan manusia yang dihadapinya, sehingga ia dapat memilih metode yang tepatuntuk menyampaikan dakwah, serta menempatkan segala sesuatu itu pada tempatnya.

2) Dakwah bil mau’izatil hasanah Mau’izatil hasanah ialah kalimat atau ucapan yang di ucapkan oleh seseorang da’i atau muballiqh, disampaikan dengan cara yang baik, berisikan petunjuk-petunjuk kearah kebajikan, diterangkan dengan

gaya bahasa yang sederhana, supaya yang disampaikan itu dapat ditangkap, dicerna, dihayati, dan ditahap selanjutnya dapat di amalkan.

3) Dakwah bil mujadalah

Metode untuk mengajak manusia kepada Allah memang sangat banyak dan beragam. Paling umum digunakan adalah komunikasi verbal, untuk menyampaikan pesan kepada akal, perasaan, dan hati, baik ungkapan maupun tulisan.

Tahap-tahap tertentu sebuah pembicaraan sering berlanjut dengan diskusi bahkan perdebatan. Padahal tidak semua da;i menguasai dan memahami dengan benar berbagai persoalan agama, baik dalam bentuk

penafsiran maupun

aplikasinya.karena bentuknya yang demikian, maka dakwah dengan pendekatan mujadalah akan menuntut adanya profeionalisme dari para da’i.

4) Dakwah bil hal

Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan seseorang melalui perbuatan yang nyata. Contoh dari dakwah bil hal adalah infaq, membangun masjid, menyumbang untuk anak yatim, dan lain sebagainya.

5) Dakwah bil qalb

Semua metode dakwah itu memang sangat pentinguntuk diterapkan, namun yang jauh lebih

(11)

signifikan, adalah berdakwah dengan hati (bil qalb). Pasalnya, hatilah yang menggerakan perubahan diri seseorang ketika lisan dan perilaku tidak mempan.

(An-Nabiry F. B., 2008, hal. 240- 253)

A. Film surau dan Silek

Pada 27 April2017 sempat viral film dengan judul Surau dan Silek yang di sutradarai oleh Arief Malinmudo. Film ini sempat menghebohkan Indonesia terutama Sumatera Barat, karena film ini memiliki latar cerita di Sumatera Barat. Film surau dan silek memiliki genre drama dan keluarga yang dipadukan dengan penyampaian pesan agama, namun juga di campurkan dengan komedi-komedi yang dapat membuat penonton tertawa.

Film surau dan silek ini dibintangi oleh Gilang Dirga, Dewi Irawan, Komo Ricky, Praz Teguh, Yusri Katil, Dato A Tamimi, Bintang Khairafi, Muhammad Razi, Bima Jousant, Randu Arini, dan F Barry Cheln. Film ini bercerita tentang seorang anak yatim yang bernama Adil yang ingin mengangkat derajat keluarganya dengan cara memenangkan turnamen silek. Alur ceritanya dibuka dengan diperlihatkan Adil yang sedang bertanding silat tapi karena ada kecurangan dari musuhnya Hardi, Adil pun kalah di pertandingan tersebut.

Setelah pertandingan tersebut Rustam sebagai pelatih Adil Menasehatinya dengan berkata “kalah karano di curangi ndak talalu mamalukan” Disaat rustam sedang menasehati Adil dan kawan-

kawannya terdengarlah suara azan, kawan Adil bernama Dayat memberitahu Rustam bahwa waktu sholat sudah masuk namun Rustam menjawab “ beko selah waktu isya tu panjang sampai subuah” lalu datanglah Cibia kawan dari Rustam yang mengajak mereka sholat dan akhirnya Adil dan kawan-kawannya mengikuti Cibia pergi Sholat.

Keesokan paginya disekolah terlihat kesal karena kalahh di pertandingan langsung menghajar Hardi dan terjadilah perkelahian antara Adil dan Hardi disekolah. Lalu mereka pun dipanggil oleh kepala sekolah dan di beri hukuman membersihkan teras sekolah. Pada malam harinya Rustam yang sedang makan mengeluh pada Ibunya karena orang yang seumurannya yang merantau sudah terlihat sukses. Ketika sedang makan Rustam dihampiri oleh Adil dan kedua kawannya untuk berlatih silek. Keesokan harinya Cibia mengetahui bahwa Rustam telah pergi merantau dan langsung memberi tahu Adil dan kawan-kawannya dan Adil langsung pergi kerumah Rustam untuk memastikannya. Sesampai di rumah Rustam, Ibu Rustam menjelaskan pada adil dan kawan-kawannya alasan dari kepergian Rustam, ibunya berkata bahwa

Rustam marantau supayo bisa jadi guru yang patuik untuak anak-anak dikampuang bisuak Dil”. Saat disekolah Hardi yang mengetahui kepergi Rustam langsung mengejek Adil karena Adil tidak memiliki guru silek lagi dan terjadilah perkelahian antara Adil dan Hardi, namun perkelahian tersebut dihentikan oleh

(12)

kawan Adil yang bernama Dayat dan Kurip.

Pada malam hari Adil dinasehati oleh ibunya karena Adil ketahuan berkelahi di sekolah dan ibunya berkata

“ tigo hal yang dibaok mati, yang pertamo ilmu yang bermanfaat, sadakah jariyah, dan doa anak yang sholeh”. Keesokan paginya Adil berkumpul dengan Dayat dan Kurip untuk mencari guru silek yang baru karena turnamen sudah semakin dekat. Saat sedang mencari guru silek mereka bertemu dengan Rani yang akan pergi jalan pulang, lalu mereka melanjutkan pencariannya lagi. Dalam pencariannya mencari guru silek Adil dan kawan-kawannya bertemu dengan sebuah perguruan yang di curigai sebagai perguruan setan. Saat sampai di perguruan tersebut Adil dan kawan-kawannya mencium bau-bau kemenyan di perguruan tersebut, dan terjadilah percakapan antara Adil dan guru silek tersebut. Adil bertanya apa saja syarat untuk bergabung di perguruan itu dan guru tersebut menjawab ”Syarat masuak perguruan ko cukuik baok ayam hitam yang matonyo celek, itiak yang kakinyo patah, dan guntiang nan bakaraik”. Setelah menanya syarat tersebut mereka langsung pergi pulang.

Setelah mencari guru Adil dan kawan-kawannya pulang dan singgah di surau dan mereka bertemu dengan seorang kakek yang meminta tolong untuk mengambilkan sendalnya dan menyuruh mereka untuk sholat. Keesokan harinya disekolah sedang mengadakan study tour namun Adil tidak ikut karena tidak

memiliki biaya untuk ikut, karena tidak ikut study tour, Adil membantu tetangganya menjemur padi, tidak disangka Dayat dan Kurip ternyata tidak ikut juga. Saat sedang di rumah Adil memberikan uang hasil membantu tetangganya ke ibunya kemudian Adil, Dayat dan Kurip menghabiskan waktu bersama dengan membantu tetangga memanen ikan. Pada sore hari Adil dan Kurip berkelahi karena berbeda pendapat tentang tujuan mereka belajar silek dan Kurip berkata “untuak iko ang baraja silek, barajalah taruih sampai takuik urang jo ang”.

Keesokan harinya disekolah Rani bertanya kenapa Kurip dan Adil tidak bersama dan Kurip menjawab bahwa Adil bersikeras hendak ikut turnamen padahal mereka tidak punya guru silek. Sesampai di rumah Rani bercerita dengan kakeknya tentang kawannya yang ingin mencari guru silek dan kakek Rani menyarankan untuk mereka berguru dengan kakek Johar, karena dulunya Kakek Johar adalah pandeka di kampuang Bancah. Lalu mereka pun pergi kerumah kakek Johar dan kakek johar tidak mau melatih Adil dan kawan-kawannya, karena kakek johar tidak mau silek dijadikan gaya-gayaan.

Lalu kakek johar berkata “urang kini ko baraja silek untuak ado otot sajo, kalau baraja silek untuak mamanangan turnamen mungkin lah banyak perguruan silek di kampuang ko”.

Paginya disekolah Rani mengajak Adil dan kawan-kawannya untuk menemui kakek Johar. Ketika mereka bertemu kakek Johar, beliau bertanya

(13)

untuk apa mereka belajar silek, pertama Adil menjawab “awak nio manang di turnamen silek dek patang dicurangi dek si Hardi”, lalu giliran Dayat yang menjawab “Supayo rani suko ka awak gaek”, dan terakhir giliran Kurip memberi alasan kenapa dia ingin belajar silek ”kalau awak Cuma untuak paga diri se gaek, soalnyo awak ndk suko bacakak”.

Selanjutnya kakek Johar menanyakan apakah sholat mereka sudah lengkap dan ketiga anak tersebut menjawab masih belum. Karena sholat Adil dan kawan- kawannya kakek Johar menolak mereka bertiga.

Malam harinya istri kakek Johar membujuk kakek Johar untuk mengajari Adil dan kawan-kawannya dan akhirnya kakek Johar pun merenung. Keesokan paginya kakek Johar menjemput Adil dan kawan-kawannya disekolah , karena kakek Johar sudah setuju untuk mengajari Adil dan kawan-kawannya. Sebelum belajar silek, kakek Johar mengajri ketiga anak ini mengaji, dan kakek Johar menasehati mereka dengan berkata “kalau awak baraj silek awak baraj mengendalikan diri, mengdalikan emosi.

Dalam silek minang dikatokan musuah pantang dicari, bauso pantang dielakan.Silek Minang sabananyo adaolah bagian dari amar makruf nahi mungkar, lahia silek mancari kawan, batin silek mancari tuhan”.

Pada saat latihan silek kakek Johar menyuruh mereka bertafakur sebelum latihan dengan membaca shalawat nabi dan surat alfatiha. Saat adil sedang latihan dirumahnya, Ibu Adil memberinya baju

silek bekas ayahnya dulu, kemudian keesokan harinya Adil dan kawan- kawannya latihan dengan giat. Setelah sekian lama berlatih sampailah di hari pendaftaran turnamen dan ketiga anak tersebut mendaftar turnamen ditemani oleh kakek Johar. Saat mendaftar Hardi memberitahu guru sileknya bahwa Adil telah mempunyai guru silek yang baru dan ternyata kakek johar adalah lawan dari guru sileknya Hardi. Pada malam harinya guru hardi yang bernama Masri menghentikan kakek Johar yang hendak jalan pulang dan Masri melukai perut kakek Johar dengan senjata tajam.

Keesokan harinya di rumah sakit istri kakek Johar meminta pada ketiga anak tersebut untuk mendoakan kesembuhan kakek Johar. Sampailah disaat pertandingan silek dan saat bertanding Adil menghadapi lawan- lawannya dan sesampai di final Adil bertemu lagi dengan Hardi. Saat bertanding dengan Hardi adil di curangi oleh Hardi dengan cara Hardi mengelapkan balsem ke wajah Adil, disaat itu adil menutup wajahnya dan mengingat allah dan mengingat kembali pesan dari ibunya. Disaat Hardi ingin memukul Adil yang sedang kesakitan, Adil pun sambil menutup matanya menjatuhkan Hardi dan pertandingan pun dimenangkan oleh Adil dan film pun berakhir.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dimana dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis data dengan metode analisis

(14)

konten. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan metode alamiah. (Moleong, 2006).

Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Ahmadi, 2014).

Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana penyampaian nilai- nilai dakwah dalam film surau dan silek.

Penyampaian nilai-nilai dalam film surau dan silek ini dilihat dari penyampaian dakwah yang di sampaikan dalam film.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan peneliti mengenai nilai-nilai dakwah yang terkandung dalam film Surau dan Silek, maka nilai-nilai dakwah yang peneliti temukan berupa:

a. Nilai-nilai Akidah

Berdasarkan pengamatan peneliti nilai akidah yang terdapat pada film Surau dan Silek terdapat pada saat adegan Adil, Dayat, dan Kurip sedang mencari guru silek dan mereka menemukan perguruan setan, di adegan tersebut terdapat nilai akidah yang mana terlihat rusaknya

akidah seseorang karena telah syirik atau percaya kepada selain Allah.

Dalam film tersebut juga di perlihatkan tendang akidah yang menyimpang, ada adegan yang melihatkan bahwa tidak semua perguruan silek yang bertujuan mendekatkan diri pada Allah, namun masih ada perguruan silek yang mengambil ilmu kepada selain Allah atau melakukan perbuatan syirik. Padahal allah telah melarang untuk melakukan perbuatan syirik, yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 48 yang berbunyi:

َّنِّإ ََّللّٱ ِّهِّب َكَ تشُۡي ن َ

أ ُرِّفتغَي لَ َ ۦ

َكِّلََٰذ َنوُد اَم ُرِّفتغَيَو

ِّب تكِّ تشُۡي نَمَو ُُۚء ٓاَشَي نَمِّل ِّ َّللّٱ

ِّدَقَف َٰٓىَ َتَتفٱ اًميِّظَع اًمتثِّإ

٤٨

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.

Lalu nilai akidah laiinya terlihat saat Gaek Johar memberi nasehat pada Adil, Dayat dan Kurip bahwa dalam basilek bukan hanya belajar beladiri melainkan mendekatkan diri pada Allah, karena dalam basilek memiliki akidah atau kepercayaan pada Allah merupakan hal yang sangat penting. Dan terkahir nilai akidah terdapat pada adegan saat di pertandingan Adil berserah diri pada

(15)

Allah dengan membaca surat yasin ayat 82.

b. Nilai-nilai Akhlak

Berdasarkan pengamatan peneliti terdapat dua macam nilai akhlak dalam film Surau dan Silek, yaitu akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau akhlak karimah ( akhlak mulia) dan Akhlak mazmumah (akhlak tercela) atau akhlak sayyi’ah (akhlak yang jelek).

Nilai-nilai akhlak mahmudah atau akhlak karimah terdapat saat Dayat dan Kurip melerai Hardi dan Adil berkelahi di sekolah. Lalu akhlak terpuji lainnya terlihat ketika Adil, Dayat, dan Kurip menolong orang yang sedang membutuhkan bantuan dan mereka menolong orang lain dengan ikhlas.

Sedangkan aklahk mazmumah atau akhlak sayyi’ah tedapat pada adegan saat adil tidak mengakui kekalahannya saat bertanding di final melawan Hardi dan Adil mengatakan bahwa Hardi telah berbuat curang saat di pertandingan. Lalu perbuatan tercela lainnya terdapat pada adegan saat Masri ingin balas dendam pada Johar karena pernah kalah di masa lalu dan johar membuat matanya buta sebelah.

Trakhir perbuatan tercela atau jelek terdapat pada adegan saat masri mengoleskan balsem ke tangan Hardi dan Hardi mengelapkan balsem tersebut ke mata Adil, Masri dan Hardi melakukan segala cara agar mereka dapat menang di turnamen tersebut.

c. Nilai-nilai Ibadah

Berdasarkan pengamatan peneliti ada tiga nilai ibadah dalam film Surau

dan Silek, yaitu tentang sholat, mengaji, dan sedekah jariyah. Nilai sholat terdapat pada awal mulai film yang mana pada awal-awal film sudah di dengarkan suara adzan dan ajakan untuk melaksankana sholat.

Lalu terdapat pada adegan lainya saat Amak menasehati Rusatam mengenai pentingnya menjaga sholat lima waktu. Terkahir pada adegan saat Gaek Johar memberitahu Adil, Dayat, dan Kurip bahwa sholat merupakan salah satu syarat wajib untuk belajar silek, karena solat merupakan tiang agama. Sholat dan silek merupakkan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Nilai mengenai mengaji juga diperlihatkan dalam adegan film yang mana pada saat sebelum latihan Gaek Johar menyuruh Adil, Dayat dan Kurip untuk mengaji, karena mengaji memiliki pahala yang berlipat ganda.

Dan terkahir nilai ibadah yang terdapat dalam film tersebut adalah tentang sedekah jariyah. Film tersebut menjelaskan bahwa ada tiga hal yang akan dibawa saat meninggal, yaitu ilmu yang bermanfaat, sedekah, dan doa anak yang sholeh. Ketiga hal tersebut jika dikerjakan akan menjadi pahala yang mengalir terus menerus oleh orang yang mengerjakannya.

d. Nilai-nilai Syariat

Berdasarkan pengamatan peneliti, nilai syariat yang terdapat dalam film Surau dan Silek terjadi saat adegan ibu Adil menerima zakat dan menjelaskan pada Adil bahwa mereka termasuk

(16)

kepada asnaf nan salapan. Seperti yang kita ketahui membayar zakat wajib hukumnya bagi orang yang mampu seperti yang telah ada dalam rukun islam yang keempat, dan dalam film tersebut telah diperlihatkan adegan membayar zakat ketika seseorang telah memiliki harta yang berlebih.

Membayar zakat hukumnya wajib seperti yang telah dijelaskan dalam surat al-baqarah ayat 110 yang berbunyi:

ْاوُميِّق َ أَو َةَٰوَل َّصلٱ ْاوُتاَءَو َُۚةَٰوَكَّزلٱ

ْاوُمِّ دَقُت اَمَو

َدنِّع ُهوُدِّ َ

تَ ٖ تيَخ تنِّ م مُكِّسُفن َ هَِّّللّٱ ِّلِ

َّنِّإ ََّللّٱ اَمِّب

ٞي ِّصَب َنوُلَمتعَت ١١٠

Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Adegan dalam film tersebut juga menyebutkan ada delapan orang yang termasuk kedalam golongan orang-orang yang dapat menerima zakat, seperti yang telah dijelaskan dalam surat at-taubah ayat 60 yang berbunyi:

اَمَّنِّإ۞

ُتََٰقَد َّصلٱ

َو ِّءٓاَرَقُفتلِّل ِّيِّكَٰ َسَم ت لٱ

َيِّلِّمَٰ َعتلٱ َو

َو اَهتيَلَع ِّةَفَّلَؤُم ت لٱ ِّفَِو تمُهُبو ُلُق

ِّباَقِّ رلٱ َو َيِّمِّرَٰ َغ تلٱ ِّفَِو

ِّليِّبَس ِّ َّللّٱ ِّنتبٱ َو ِّليِّب َّسلٱ َنِّ م ٗة َضيِّر َف

هَِّّللّٱ َو ُ َّللّٱ

ٞميِّكَح ٌميِّلَع ٦٠

sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Jurnal Equilibrum menjelaskan tentang delapan golongan penerima zakat, yaitu:

a. Orang fakir: orang yang sengsara hidupnya, tidak mempunyai harta dan

tenaga untuk memenuhi

penghidupannya.

b. Orang miskin: orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam Keadaan kekurangan.

c. Pengurus zakat: orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan dan membagikan zakat.

d. Muallaf: orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

e. Memerdekakan budak: mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang ditawan oleh orang-orang kafir.

f. Orang berhutang: orang yang berhutang karena untuk kepentingan yang bukan maksiat dan tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara persatuan umat Islam dibayar hutangnya itu dengan zakat, walaupun ia mampu membayarnya.

g. Pada jalan Allah (sabilillah): Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum muslimin. di antara mufasirin ada

(17)

yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup juga kepentingan- kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan lain-lain.

h. Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

(Firdaningsih, 2019)

Film ini mengandung pesan dalam basilek pun akidah atau keyakinan kepada Allah merupakan hal yang penting, karena tujuan dari silek adalah mendekatkan diri dengan Allah, ketika sudah dekat dengan allah maka ibadah yang lain akan mengikut karena sudah memiliki keyakinan pada Allah dan apa yang di perintahkannya sholat, mengaji, dan bersedakah akan otomatis dapat terjalankan dengan ikhlas. Jika di tinjau dari segi komunikasi film ini telah menyampaikan pesan dakwah dengan baik dan jelas. Pesan yang disampaikan dapat dengan mudah dimengerti dan diterima oleh orang yang menangkap pesan tersebut.

Namun masih terdapat kekurangan dalam film ini yang menjadi hambatan penelitian, yakni tidak adanya pesan muamalah dalam film. Hendaknya pada produksi film daerah seperti ini, apalagi film yang berlatar cerita Minangkabau yang menjunjug tinggi adat basandi sarak, syarak basandi kitabullah, bukan hanya nilai-nilai akidah, akhlak, ibadan dan syariat saja yang ditampilkan, tapi juga nilai muamalah, karena muamalah merupakan bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.

KEPUSTAKAAN ACUAN

Ahmadi, R. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Aisah, S. (2015). Nilai-nilai yang terkandung dalam cerita rakyat

"Ence Sulaiman" pada Masayarakat Tomia. Jurnal Humanika.

Aminah, N. (2014). Studi Agama Islam.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

An-Nabiry, F. b. (2008). Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Da'i.

Jakarta: Amzah.

An-Nabiry, F. B. (2008). Meneliti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Da'i.

Jakarta: Amzah.

Firdaningsih, d. (2019). Delpan Golongan Penerima Zakat Analisis Teks dan Konteks. Equlibrum: Jurnal Ekonomi Syariah.

Hasan, M. (2013). Metodologi dan Pengembangan Ilmu Dakwah.

Surabaya: Pena Salsabila.

Hasballah, J. (2008). Nilai-nilai Budi Pekerti dalam Kurikulum. Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry.

Herlina, D. (2019). Literasi Media : Teori dan Fasilitasi. Bandung: PT. remaja Rosdakarya.

Jempa, N. (2017). Nilai-nilai Agama Islam. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran Fakultas Tarbiyah Universitas Muhammadiyah.

(18)

Mansur, A. (2006). Implementasi Klarifikasi dalam Pembelajaran dan Fungsional Etika Islam. Al-Fikra.

Manurung, A. (2016). Film Indonesia dari

Masa Ke Massa.

Salatiga :Universitas Kristen Satya Wacana.

Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munib, A. (2018). Hukum Islam dan Muamalah. Jurnal Penelitian dan Pemikiran Keislaman.

Nurhayati. (2018). Memahami Konsep Syariah, Fikih, Hukum dan Ushul

Fikih. Sulawesi Selatan: Sekolah Tinggi Agama Islam DDI Maros.

Puju, R. (2019). Buku Ajar : Film Sebagai Gejala Komunikasi Massa. surabaya:

Universitas Dr. Soetomo Surabaya.

Salfia, N. (2015). Niai Moral dalam Novel 5cm Karya Donny Dhirgantoro.

Jurnal Humanika.

Sari, I. A. (2015). Mitos dalam Ajran Turonggo Yakso di Kecamatan Dongko Kabupaten Tranggalek.

Supadie, D. A. (2011). Pengantar Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Innovation in learning method such as using application in mobile phone surely can catch students attention in learning English, this teaching media can help them to improve