• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomor 1 Hal 1-62 Volume 6

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Nomor 1 Hal 1-62 Volume 6"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

Hernia ini melewati dinding inguinalis posteromedial vasa epigastrium inferior pada daerah yang dibatasi oleh segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk jarang terjadi pada wanita dan ada pula yang bilateral. Pada usia ini, dapat terjadi peningkatan tekanan intraabdomen jika melakukan pekerjaan fisik terus menerus pada usia tersebut, sehingga dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia inguinalis tidak langsung.

Gambar 1. Letak Hernia Abdominalis
Gambar 1. Letak Hernia Abdominalis

Patofisiologi

Gambaran Klinis

Hernia inguinalis direk, isi hernia tidak terkontrol oleh tekanan pada cincin internal, yang biasanya mengakibatkan indurasi ke depan di selangkangan, bukan turun ke skrotum. Hernia inguinalis tidak langsung, isi hernia dikendalikan oleh tekanan yang melewati cincin internal, seringkali turun ke dalam skrotum.12.

Penatalaksanaan H. Inguinalis

Komplikasi

Isi hernia juga dapat terjepit oleh cincin hernia sehingga mengakibatkan hernia inkarserata yang menimbulkan gejala obstruksi usus sederhana. Jika isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang pada akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistula, atau peritonitis jika terjadi kontak dengan rongga perut.2.

Daftar Pustaka

Jika cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan obturator, jebakan parsial lebih sering terjadi. Munculnya edema yang menyebabkan terjepitnya cincin hernia semakin meningkat, sehingga pada akhirnya peredaran darah pada jaringan tersebut terganggu (sesak napas).

Hubungan Status Gizi dengan Perkembangan Anak Usia 3-4 Tahun pada 21 Posyandu di Kota Palembang

Pendahuluan

Penelitian yang dilakukan oleh Gunawan, Fadlyana dan Rusmil pada tahun 2011 tentang hubungan status gizi dengan tumbuh kembang anak usia 1-2 tahun dilakukan di kabupaten bandung pada tahun 2010 dengan hasil penelitian menemukan tidak ada hubungan antara gangguan tumbuh kembang dengan gizi. status. Selain itu, dengan hasil berbeda yang dilakukan oleh Zulaikhah pada tahun 2010 mengenai hubungan status gizi dengan tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun di kota Surakarta, terdapat hubungan antara status gizi dengan tumbuh kembang anak usia 2-3 tahun di kota Surakarta. 6.

Metode Penelitian

Menurut data Survei Kesehatan Dasar Sumsel tahun 2013 di wilayah Kabupaten Seberang Ulu 1, terdapat 9,3% balita mengalami gizi buruk3, persentase yang cukup tinggi untuk dikategorikan parah.4 Melihat data dan penelitian sebelumnya mengenai tingginya angka kejadian gizi buruk di Kota Palembang perkotaan masih sangat minim, hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara status gizi dengan pembangunan belum begitu jelas dan masih terdapat banyak perbedaan.

Hasil dan pembahasan

Penilaian status gizi anak usia 3-4 tahun dihitung dari hasil penimbangan tinggi badan (BB/TB). Hasil uji chi-square hubungan status gizi dengan tumbuh kembang anak usia 3-4 tahun di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Pembina tahun 2015.

Pembahasan

Distribusi frekuensi status tumbuh kembang anak usia 3-4 tahun di Posyandu Cakupan wilayah kerja Puskesmas Pembina Tahun 2015 Tidak ada status. Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosional, bahasa, motorik (kasar dan halus), sosial pribadi dan adaptif. Perbedaan status gizi memberikan dampak yang berbeda-beda terhadap tumbuh kembang setiap anak, apabila kebutuhan gizi seimbang tidak terpenuhi dengan baik maka tumbuh kembang anak akan terhambat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ditemukan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan tumbuh kembang anak usia 3-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Pembina Palembang dengan nilai signifikansi sebesar 0,0005 (P<0,05). 21 dengan penelitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2010) mengenai hubungan status gizi dengan tumbuh kembang anak usia 3-4 tahun di wilayah kerja Puskesmas Gambiran Kota Surakarta dengan signifikansi sebesar 0,039 (p < 0,05). Jadi kebutuhan pangan yang cukup dan seimbang mulai dari masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang optimal.

Simpulan

Hal ini didukung oleh teori bahwa anak dapat mengekspresikan perasaan atau emosinya melalui bermain. Keadaan ini bermula dari kuatnya pengaruh orang tua dalam memberikan rangsangan melalui permainan anak. Menurut teori bahwa akibat gizi buruk mempengaruhi perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan kemandirian.

Sedangkan perkembangan erat kaitannya dengan fungsi otak.1811 Dengan demikian, masalah ini melengkapi hasil penelitian yang dilakukan para peneliti.

Hubungan Antara Intelligence Quotient (IQ) Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Fk Ump Angkatan 2011 Dan 2012

Seberapa besar peran IQ dalam menentukan prestasi akademik dan menghitung rata-rata IQ dan IPK kedua kelas yang dipelajari. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Diana Nurhidayah pada tahun 2011 misalnya Pengaruh kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional terhadap pencapaian emosi kelas, sedangkan sisanya sebesar 73,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Selain itu, Azwar (dalam Arini, 2012) secara umum menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Mahasiswa FK UMP akan lulus dengan gelar dokter apabila IPKnya lebih besar atau sama dengan 2,75. Jadi bisa kita tentukan jika ingin IPK 2,75 maka IQ yang harus dimiliki calon mahasiswa FK UMP minimal 108,3. Pengaruh Kecerdasan Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Siswa SMA Negeri II 99 Ya a.

Tabel 1. Distribusi Sampel
Tabel 1. Distribusi Sampel

Karakteristik Ibu yang Mengalami Intra Uterine Fetal Death di RSMP Periode 1 Januari 2011-31 Desember 2013

Kematian adalah banyaknya kematian yang terjadi pada suatu periode dan tempat tertentu sebagai akibat dari kondisi tertentu, yang dapat berupa penyakit atau sebab lain.1. Selain itu, terdapat perbedaan besar dalam angka kematian anak antara negara-negara berpendapatan tinggi dan negara-negara berpendapatan rendah.2. Pada tahun 2012, angka kematian balita di negara-negara berpendapatan rendah adalah 82 kematian per 1.000 kelahiran hidup.

Sedangkan faktor risiko kematian janin intrauterin meningkat pada usia ibu >40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrasi ibu, riwayat berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealyticum), obesitas, dan ayah lanjut usia. . Menurut WHO dan American College of Obstetricians and Gynecologists, kematian janin adalah kematian janin dalam kandungan dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam kandungan pada usia kehamilan 20 minggu atau lebih. Pirngadi Medan menunjukkan jumlah kasus kematian janin dalam kandungan pada tahun 2006 sebanyak 30 kasus dari 992 kelahiran atau terjadi pada 0,45% setiap bulannya, sedangkan pada tahun 2007 sebanyak 69 kasus dari 1395 kelahiran atau terjadi pada 1,12%.

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2010) yang menunjukkan bahwa berdasarkan usia kehamilan ibu penderita IUFD terdapat 58 pasien dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu hingga kurang dari 37 minggu, 15 pasien dengan usia kehamilan 37 minggu hingga 42 minggu, dan 2 pasien dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu. Angka kejadian ibu hamil penderita IUFD di ruang bersalin RS Margono Soekarjo periode 1 Januari s/d 31 Desember 2010, tertinggi pada ibu dengan usia kehamilan 20 s/d 37 minggu.7. Perkumpulan Dokter Fetomaternal POGI Semarang pada tahun 2005 menetapkan bahwa persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu.

Janin pada usia kehamilan 42 minggu atau lebih mengalami kenaikan berat badan, ada yang gagal menambah berat badan, ada pula yang lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya, atau meninggal dalam kandungan karena kekurangan makanan dan oksigen akibat berkurangnya fungsi plasenta.3. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ningtyas (2010). Faktor ibu pada ibu hamil dengan IUFD ditemukan 2 orang dengan usia kehamilan lebih dari 42 minggu, 16 orang dengan usia lebih dari 35 tahun, 1 orang dengan infeksi toksoplasma, 10 orang dengan preeklampsia, 3 orang dengan eklampsia, 2 orang penderita polihidramnion, 1 orang penderita asma, 1 orang penderita cordis dekompensasi dan 1 orang penderita sindrom nefrotik. Angka kejadian ibu hamil IUFD di ruang bersalin RS Margono Soekarjo periode 1 Januari s/d 31 Desember 2010 tertinggi terjadi pada ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun, dimana pada usia tersebut merupakan kehamilan risiko tinggi. Distribusi kejadian IUFD menurut usia kehamilan ibu tahun 2011-2013 yang mengalami IUFD dan berisiko pada usia kehamilan (<37 minggu) yaitu 62 orang (100%).

Dukungan Petugas terhadap Kepatuhan Imunisasi Hepatitis B pada Wilayah Kerja Puskesmas Ariodillah Kota Palembang

Pada penelitian ini jumlah responden sebanyak 178 ibu, Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang patuh vaksinasi hepatitis B lebih banyak (77,0%) dibandingkan ibu yang tidak patuh (23,0%). Hal ini menunjukkan bahwa persentase kepatuhan vaksinasi hepatitis B dengan sikap positif (responden ibu yang tetap setuju untuk melakukan vaksinasi anaknya meskipun terdapat efek samping, biaya, jarak dan banyak anak) adalah sebanyak 130 sampel (82,8%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut yaitu sikap responden terhadap imunisasi berhubungan dengan kepatuhan vaksinasi hepatitis B pada anaknya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2013) dengan p value <0,05 bahwa ada hubungan antara sikap ibu terhadap kepatuhan vaksinasi hepatitis B. Hal ini menunjukkan bahwa persentase yang patuh terhadap vaksinasi hepatitis B. vaksinasi didukung oleh staf yang baik (petugas puskesmas yang baik dan selalu memotivasi masyarakat khususnya ibu-ibu) sebanyak 20 sampel (55,6%) lebih rendah dibandingkan persentase patuh vaksinasi dengan dukungan petugas yang kurang (pelayanan kepada masyarakat buruk) serta sebanyak 117 sampel (82,4%). Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut yaitu dukungan staf mengenai imunisasi berhubungan dengan kepatuhan anak terhadap vaksinasi hepatitis B.

Tabel 1. Distribusi karakteristik     responden
Tabel 1. Distribusi karakteristik responden

Simpulan dan Saran

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan imunisasi dasar bayi disebutkan bahwa penerimaan ibu terhadap imunisasi bayi dipengaruhi oleh pelayanan petugas imunisasi. Hal ini tidak terjadi kemudian karena imunisasi tidak hanya dilakukan di puskesmas saja, namun di klinik kebidanan dan di klinik dokter umum. Jelas bahwa persentase kepatuhan terhadap imunisasi dengan dukungan staf kurang lebih tinggi disebabkan oleh kurangnya hubungan baik antara staf layanan kesehatan dan orang tua.17.

Analisis Atrofi Otot Akibat Bedrest Lama pada Pasien Stroke di RSUD Palembang Bari

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, rata-rata persentase penurunan lingkar hamstring sebesar 0,52. Berdasarkan hasil uji statistik T berpasangan yang dilakukan diperoleh rerata pengukuran lingkar otot paha pada hari ke-1 adalah 45,94 cm, sedangkan pada pengukuran hari ke-4 reratanya adalah 45,86 cm. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,13 > 0,05 sehingga dapat diartikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran lingkar hamstring hari ke-1 dan hari ke-4.

Sedangkan pada pengukuran hari ke 8 diperoleh rata-rata lingkar otot paha sebesar 45,78 cm yang kemudian dibandingkan hasil pengukurannya. Dari 51 pengukuran pada hari ke 1 diperoleh nilai p = 0,01 < 0,05 sehingga dapat diartikan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pengukuran lingkar otot paha hari ke 1 dengan hari ke 8. Pada hari ke 12, rata-rata lingkar otot paha ditemukan 45,7 cm. Jika hasil pengukuran dibandingkan dengan pengukuran hari ke-1, p value = 0,001 < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan. perbedaan hasil pengukuran lingkar otot paha hari ke 1 dan hari ke 12.

Karakteristik Penderita Rawat Inap Diabetes Melitus Komplikasi di Bagian Penyakit Dalam RS Muhammadiyah Palembang

Periode Januari 2013 - Desember 2013

Angka kejadian penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi sebanyak 162 orang (83,9%) dan tanpa komplikasi sebanyak 31 orang (16,1%). 58 Berdasarkan tabel 5 terlihat pada kelompok usia remaja (100%) terdapat 2 penderita diabetes melitus tipe 1 dengan komplikasi. Berdasarkan Tabel 6 diketahui terdapat 14 orang yang menderita diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi berdasarkan kelompok umur tua (45,2%).

Berdasarkan tabel 9 terlihat jumlah penderita diabetes melitus tipe 1 dengan komplikasi sebanyak 1 orang (50%) pada PNS dan 1 orang pada swasta (50%) dan 41 orang pada diabetes melitus tipe. 2. yang mengalami komplikasi adalah ibu rumah tangga (25,3%);. Sedangkan penderita diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi sebagian besar adalah ibu rumah tangga (29%) dan PNS (29%). Dari penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi, 102 orang (63%) menerima obat hipoglikemia oral; obat oral hipoglikemia dan insulin sebanyak 60 orang (37%).

Tabel 1. Angka Kejadian Penderita Diabetes  Melitus Berdasarkan Tipe
Tabel 1. Angka Kejadian Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Tipe

Daftar pustaka

Gambar

Gambar 1. Letak Hernia Abdominalis
Gambar 2. Klasifikasi Hernia Menurut Sifat Keterangan  gambar  2.:  (1)  Kulit  dan  jaringan  subkutan    (2)  Lapisan  otot  (3)  Jaringan  praperitoneal  (4)  Kantong  hernia  dengan  usus
Gambar 3  Gambaran hernia Richter
Gambar 4. Letak Anatomi Inguinalis
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konseling gizi pada pengetahuan dan kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus tipe II terhadap pengendalian kadar