• Tidak ada hasil yang ditemukan

Audit Operasional Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Audit Operasional Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

Menurut Caler dan Crochett yang dikutip oleh Amin Widjaja Tunggal (2012:13) pengertian audit operasional adalah sebagai berikut. Tujuan utama dari audit operasional adalah untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang keefektifan perusahaan, unit, atau fungsi. Arens et al diterjemahkan oleh Ford Lumban Gaol ada tiga kategori besar audit operasional yaitu.

Menurut Arens et al, diterjemahkan oleh Ford, Lumban Gaol menyarankan agar audit operasional dapat dilakukan oleh. Auditor internal diposisikan secara unik untuk melakukan audit operasional, sehingga beberapa orang menggunakan istilah audit internal dan audit operasional secara bergantian. Untuk mengatasi kendala waktu ini, audit operasional secara berkala dapat dilakukan untuk mencegah masalah berkepanjangan.

Bidang-bidang yang berada di luar standar atau kriteria efektivitas berada di luar ruang lingkup audit operasional.

Kualifikasi Auditor Operasional

20 Batasan audit operasional pada suatu fungsi atau unit tertentu terkadang tidak termasuk aspek-aspek yang mempengaruhi unit audit, tetapi aspek-aspek tersebut berada dalam lingkup fungsi atau unit lain. 21 tanpa memihak dan tanpa prasangka, hal ini sangat diperlukan atau penting untuk penyelidikan yang benar. Hal ini dapat diketahui dengan melihat status organisasi dan sikap objektif para penguji.

Penting bagi siapa auditor menyerahkan laporan untuk memastikan bahwa investigasi dan rekomendasi dibuat tanpa bias. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa independensi harus dimiliki oleh setiap individu auditor agar dapat mempercayai saran dan rekomendasi yang akan diberikan oleh auditor setelah menyelesaikan audit operasional. Dalam audit operasional, diperlukan kompetensi untuk menentukan masalah dan membuat rekomendasi yang tepat.

Kompetensi menjadi masalah utama ketika audit operasional melibatkan isu-isu operasional yang memiliki ruang lingkup yang luas. Auditor harus memiliki kualifikasi tertentu untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten (memiliki keahlian) untuk mengetahui jenis dan jumlah bukti audit yang harus dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang benar setelah bukti audit tersebut diuji. 22 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi audit operasional harus dilakukan oleh orang yang memiliki latar belakang pendidikan formal dan memiliki pengalaman yang cukup di bidangnya.

Tahap – Tahap Audit Operasional

Pada fase ini, auditor memeriksa dan menguji beberapa perubahan yang terjadi pada struktur perusahaan, sistem manajemen mutu, fasilitas yang digunakan dan/atau personel kunci dalam perusahaan, sejak hasil audit terakhir. Berdasarkan data yang diperoleh dalam audit pendahuluan, auditor mengevaluasi tujuan utama dari fungsi produksi dan operasi serta variabel-variabel yang mempengaruhinya. Variabel tersebut meliputi berbagai kebijakan dan peraturan yang dibuat untuk setiap program/kegiatan, praktik yang baik, dokumentasi yang memadai, dan ketersediaan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung upaya pencapaian tujuan tersebut.

Selain itu, auditor pada tahap ini juga mengidentifikasi dan mengklasifikasikan penyimpangan dan gangguan yang mungkin terjadi yang mengakibatkan terhambatnya pencapaian tujuan produksi dan operasional. Penelaahan atas hasil audit sebelumnya juga dilakukan untuk menentukan berbagai tindakan perbaikan yang akan dilakukan. Berdasarkan hasil review dan pengujian yang dilakukan pada tahap ini, auditor yakin bahwa data yang cukup dan kompeten dapat diperoleh dan akses tidak terhalang untuk melakukan observasi lebih dalam terhadap tujuan audit pendahuluan yang telah ditetapkan pada tahap audit sebelumnya.

Pada tahap ini, auditor melakukan audit lebih dalam dan merumuskan temuan atas fasilitas, prosedur, catatan yang berkaitan dengan produksi dan operasi. Dalam wawancara yang dilakukan, auditor harus menekankan ketidaksesuaian yang umum dan teridentifikasi serta mengevaluasi tindakan korektif yang telah diambil. Hasil dari seluruh tahapan audit sebelumnya yang terangkum dalam dokumen kerja audit (AWD) menjadi dasar untuk menarik kesimpulan dan merumuskan rekomendasi yang akan dibuat oleh auditor sebagai solusi alternatif atas kekurangan yang teridentifikasi.

Memberikan gambaran tentang fungsi produksi dan operasional perusahaan yang diaudit, tujuan dan strategi pencapaiannya, serta ketersediaan sumber daya yang mendukung keberhasilan implementasi strategi tersebut. Menyajikan kesimpulan atas hasil audit yang dilakukan oleh auditor dan ringkasan temuan audit untuk mendukung kesimpulan yang ditarik. Dalam konteks perbaikan ini, auditor mendukung manajemen dalam merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan program perbaikan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Konsep Penilaian Kinerja Perusahaan .1 Definisi Kinerja

Definisi Balanced Scorecard

Pada awalnya, balanced scorecard diciptakan untuk mengatasi permasalahan kelemahan sistem pengukuran kinerja unggulan yang fokus pada aspek keuangan. Akibatnya, fokus perhatian dan usaha manajemen lebih ditujukan untuk mewujudkan hasil keuangan, sehingga ada kecenderungan bagi manajer untuk menghasilkan hasil non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas dan efisiensi biaya dari proses yang digunakan untuk menghasilkan produk. dan jasa serta memberdayakan dan melibatkan karyawan untuk memproduksi barang dan jasa demi kepuasan pelanggan. Balanced scorecard juga telah dikembangkan tidak hanya sebagai ukuran kinerja eksekutif, tetapi telah diperluas sebagai pendekatan penyusunan rencana strategis.Berikut beberapa definisi dari balanced scorecard dikutip.

Balanced Scorecard adalah kerangka kerja baru untuk integrasi berbagai ukuran yang berasal dari strategi perusahaan. Selain mengukur kinerja keuangan masa lalu, balanced scorecard juga mewakili faktor kinerja keuangan masa depan. Pendorong kinerja, yang mencakup perspektif pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan, muncul dari proses menerjemahkan strategi perusahaan, yang diterapkan secara eksplisit dan ketat, ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.

Pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan konsep balanced scorecard terdiri dari perspektif keuangan dan perspektif non keuangan yang meliputi pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard memberi manajer alat yang dibutuhkan untuk mengarahkan perusahaan menuju kesuksesan kompetitif di masa depan. Balanced Scorecare menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran komprehensif yang menyediakan kerangka kerja untuk pengukuran dan sistem manajemen strategis.

Selain menekankan pada pencapaian tujuan keuangan, balanced scorecard juga memasukkan faktor-faktor yang mendorong kinerja untuk mencapai tujuan keuangan tersebut. Scorecard mengukur kinerja perusahaan dalam empat perspektif yang berimbang, yaitu keuangan, pelanggan, bisnis dan proses pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced Scorecard memungkinkan perusahaan mencatat hasil kinerja keuangan, serta memantau kemajuan perusahaan dalam membangun kapabilitas dan memperoleh aset tidak berwujud yang dibutuhkan untuk pertumbuhan di masa depan.

Perspektif Balanced Scorecard

30 Menurut Hansen dan Women, perspektif keuangan menentukan tujuan kinerja keuangan jangka pendek dan jangka panjang. Sasaran pertumbuhan pendapatan adalah: meningkatkan jumlah produk baru, menciptakan aplikasi baru untuk produk yang sudah ada, mengembangkan pelanggan dan pasar baru, dan mengadopsi strategi penetapan harga baru. Misalnya, ukuran yang mungkin untuk daftar sasaran di atas (dalam urutan yang tercantum) adalah persentase pendapatan dari produk baru, persentase pendapatan dari aplikasi baru, persentase pendapatan dari pelanggan dan segmen pasar baru, dan profitabilitas produk atau pelanggan.

Penetapan biaya berbasis aktivitas dapat memainkan peran pengukuran yang penting, khususnya biaya penjualan dan administrasi yang biasanya tidak dialokasikan ke objek biaya seperti pelanggan dan saluran distribusi. Oleh karena itu, perspektif proses bisnis internal termasuk mengidentifikasi proses yang diperlukan untuk mencapai tujuan pelanggan dan keuangan. Tujuan dari proses inovasi meliputi peningkatan jumlah produk baru, perbaikan, peningkatan persentase pendapatan dari produk yang dimiliki, dan pengurangan waktu pengembangan produk baru.

32 direncanakan, persentase pendapatan total dari produk baru, persentase pendapatan dari produk sendiri dan waktu siklus pengembangan (time to market). Waktu pemrosesan dapat diukur dalam siklus, di mana titik awal siklus adalah saat permintaan pelanggan diterima, dan titik akhir adalah saat masalah pelanggan diselesaikan. Contoh tindakan yang mungkin termasuk persentase proses dengan kemampuan untuk memberikan umpan balik langsung dan persentase karyawan yang menghadapi pelanggan yang memiliki akses online ke informasi pelanggan dan produk.

Secara hierarkis, hubungan antara ukuran kinerja balanced scorecard harus dimulai dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yang berdampak pada proses bisnis internal. Di sisi lain, visi dan strategi muncul dari identifikasi tujuan keuangan, proses bisnis internal, dan pilihan langka yang perlu dibuat, serta cara untuk menarik dan melayani pelanggan. Proses ini, bersama dengan proses bisnis internal, memengaruhi faktor pelanggan dan pada akhirnya meningkatkan kinerja keuangan.

Kerangka Pemikiran

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Dedi Kusmayadi (2009) dengan judul “Pengaruh audit bisnis terhadap implementasi strategi dan dampaknya terhadap laba operasi”. Peneliti lain diantaranya Lion Saeful Mukminin (2010) melakukan penelitian audit operasional terhadap kinerja non keuangan dengan audit persediaan sebagai variabel intervening. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit operasi tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap kinerja non keuangan, sedangkan audit persediaan berpengaruh namun tidak signifikan terhadap kinerja non keuangan sebesar 28%.

Dan menurut hasil penelitian yang diperoleh dalam uji F (simultan), audit operasi dan audit persediaan berpengaruh secara simultan terhadap hasil non keuangan. Rahmatulloh Husnie Rhamdani (2013) telah menyelidiki hubungan serupa mengenai audit operasional dan pengendalian internal terhadap efisiensi biaya produksi. Hal ini juga didukung oleh penelitian Suchi Lestari (2012) tentang audit operasional dan pengendalian internal kinerja keuangan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa audit bisnis berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kinerja keuangan sebesar 29,05%, sedangkan audit bisnis berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan sebesar 48,12%. Oleh karena itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel audit operasional dan pengendalian internal dapat menjelaskan atau mempengaruhi kinerja keuangan secara signifikan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh Astrianti Sartika (2011) tentang peran audit operasional dalam mengevaluasi prosedur penyediaan pembiayaan saham syariah.

Berdasarkan hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan audit usaha memegang peranan penting dalam penilaian prosedur pemberian pembiayaan gadai syariah. Dari hasil perhitungan koefisien determinasi dikatakan bahwa peran audit operasional dalam penilaian prosedur pemberian pembiayaan saham syariah sebesar 76,74% dan. Penelitian di atas juga diperkuat dengan hasil penelitian Divianta (2012) tentang peran penilaian operasional terhadap efektivitas pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit operasional berpengaruh signifikan terhadap efisiensi pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit sebesar 86,1%, sedangkan sisanya sebesar 13,9% dijelaskan oleh variabel lain. Menurut Pratolo (2006) tentang good corporate governance dan kinerja BUMN di Indonesia: aspek audit operasional dan pengendalian intern sebagai variabel eksogen dan tinjauannya terhadap jenis perusahaan.

Gambar 2.3  Paradigma Penelitian Pelaksanaan Audit Operasional
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian Pelaksanaan Audit Operasional

Gambar

Gambar 2.3  Paradigma Penelitian Pelaksanaan Audit Operasional

Referensi

Dokumen terkait

(2021:36), 3 jenis utama audit:1) Audit operasional, mengumpulkan dan mengevaluasi bukti mengenai tingkat efisiensi dan efektivitas setiap komponen prosedur dan metode